PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS LIMBAH DOMESTIK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP THE EFFECT OF DOMESTIC WASTE COMPOST ON VEGETATIVE GROWTH OF SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.) FORM BUD CHIP SEE

  PLANTROPICA Journal of Agricultural Science. 2016. 1(2): 9-15

  

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS LIMBAH DOMESTIK TERHADAP

PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

ASAL BIBIT BUD CHIP

THE EFFECT OF DOMESTIC WASTE COMPOST ON VEGETATIVE GROWTH

  

OF SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.) FORM BUD CHIP SEED

  Cyntia Yolanda Apriscia *) , Nunun Barunawati dan Karuniawan P. Wicaksono Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

  Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia *) E-mail

  ABSTRAK

  Permasalahan industri gula nasional adalah rendahnya produktifitas tanaman tebu sebagai bahan utama produksi gula. Salah satu faktor penyebabnya adalah kesuburan lahan Indonesia yang semakin menurun. Usaha yang harus dilakukan oleh petani tebu adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menggantinya dengan pupuk organik. Salah satu jenis pupuk organik yang potensial digunakan yaitu pupuk kompos limbah domestik, komposisi limbah yang memiliki kualitas paling baik diperoleh dari kelompok sampah yang didominasi oleh sisa makanan, sayur dan buah dengan kadar unsur N, P, K, C-organik masing- masing sebesar 3,14 %, 6.98 %, 2,14 %, 35,02 %, pH 6,9 dan C/N rasio 11. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos limbah domestik terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos limbah domestik terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik dengan 75% dosis rekomendasi (4,5 ton ha -1 ) memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah anakan).

  Kata kunci: Kompos Limbah Domestik, Bud

  chip, Fase Vegetatif, Tebu ABSTRACT

  Issues of national sugar industry is the low productivity of sugarcane crop as a main ingredient in sugar production. One contributing factor is the condition of Indonesian land of diminishing fertility. Efforts should be done by sugarcane farmers are reducing the use of inorganic fertilizers and replacing them with organic fertilizer. One type of potential organic fertilizer used is compost domestic waste , waste composition that has the most excellent quality is obtained from a group dominated by junk food scraps. vegetables and fruit with high levels of N, P, K, organic- C respectively by 3.14%, 6.98 %, 2.14%, 35.02 %, pH 6.9 and C/N ratio of 11. This study aims to determine the dosage of the best domestic waste compost to plant vegetative growth of sugarcane (Saccharum

  officinarum L.). The method used was a

  randomized block design (RAK) is simple with 6 treatments and 4 replications. The observation shows that the provision of domestic waste compost give significantly different results on the vegetative growth of sugarcane (plant height, number of leaves, number of tillers and stem diameter). P3 treatment (treatment of domestic waste compost 75% dose recommendation) give significantly different results on plant height, number of leaves, number of tillers, and stem diameter at 3-4 observation BST . Cyntia Yolanda Apriscia, et al: Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik................. Keywords : Domestic waste compost, Bud chip seed, Vegetative growth, Sugar Cane

  PENDAHULUAN

  Konsumsi gula masyarakat Indonesia sebesar 2,83 juta ton per kapita pada tahun 2011 dengan produksi gula pasir nasional sebesar 2,6 juta ton dimana menyebabkan defisit gula pasir nasional sebesar 200-300 ribu ton dan diperkirakan mencapai 5,7 juta ton pada tahun 2014 (Hairani et al., 2014). Salah satu permasalahan industri gula nasional tidak terlepas dari faktor pe- nyebabnya pada kondisi lahan Indonesia yang semakin menurun kesuburannya. Penggunaan pupuk anorganik melampaui dosis menjadi alasan utama mengapa industri gula berbasis tebu di Indonesia tidak dapat mengalami peningkatan (Ditjenbun, 20013). Usaha yang harus dilakukan oleh petani tebu adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menggantinya dengan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang potensial salah satunya adalah pupuk kompos limbah domestik yang merupakan hasil dekomposisi dari sampah kota yang berupa limbah rumah tangga, industri, pasar dan seresah tanaman. Hal tersebut ditambahkan dengan penelitian Tyaswati (2005) yang menyatakan bahwa hasil kompos sampah kantin yang dikombinasikan dengan sisa- sisa tanaman dan rumput, termasuk kompos yang berkualitas baik. Kompos yang memiliki kualitas paling baik diperoleh dari kelompok sampah yang didominasi oleh sisa makanan. sayur dan buah dengan kadar unsur N, P, K, C-organik masing- masing sebesar 3,14 %, 6.98 %, 2,14 %, 35,02 %, pH 6,9 dan C/N rasio 11.

  Bud chip adalah teknik pembibitan

  tebu secara vegetatif yang menggunakan bibit satu mata, tebu yang digunakan biasanya berumur 5-6 bulan yang berasal dari kultur jaringan yang kemudian ditanam di Kebun Bibit Pokok (KBP). Menurut Prasetyo (2013) bibit Bud chip yang siap ditanam pada Kebun Bibit Datar (KBD) adalah bibit yang telah disemai hingga berumur 75 HST dan telah diberi perlakuan sebelum di tanam.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kompos limbah domestik terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum

  officinarum L.).

BAHAN DAN METODE

  Januari hingga bulan Mei 2015 di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

  Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana (1 faktor) yang terdiri dari 6 perlakuan dosis pupuk kompos limbah domestik dang 4 ulangan sehingga terdapat 24 petak percobaan dengan rincian sebagai berikut: P0: Tanpa pupuk kompos limbah domestik; P1: Pupuk kompos limbah domestik 25% dosis rekomendasi(1,5 ton ha

  • -1 ); P2: Pupuk kompos limbah domestik

  50% dosis rekomendasi (3 ton ha -1 ); P3: Pupuk kompos limbah domestik 75% dosis rekomendasi (4,5 ton ha

  • -1 ); P4: Pupuk kompos limbah domestik 100% dosis rekomendasi (6 ton ha -1

  ); P5: Pupuk kompos limbah domestik 125% dosis rekomendasi (7,5 ton ha -1 ).

  Data hasil pengamatan yang di- peroleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Tekecil) pada taraf 5% untuk melihat perbedaan diantara perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pertumbuhan merupakan pertambah- an ukuran, berat dan jumlah sel pada suatu makhluk hidup. Tebu adalah tanaman sub tropis yang dapat tumbuh optimal di lahan kering maupun lahan basah. Pertumbuhan tanaman merupakan fungsi dari genotip dan lingkungan. Ahmed et al., (2012) menyata- kan waktu tanam dan kandungan unsur hara pada tanah sangat berpengaruh terhadap produksi tebu.

  Pemakaian mata tunas tunggal sebagai bahan tanam dapat meningkatkan produktivitas tebu karena dapat menghasilkan jumlah anakan per tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan Cyntia Yolanda Apriscia, et al: Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik................. bibit bagal. Bibit mata tunas tunggal dapat menghasilkan 10 anakan tiap tanaman dibandingkan dengan bibit bagal hanya 5 anakan tiap tanaman (Rokhman, 2014).

  Hasil analisa menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan jumlah anakan). Sedangkan pemberian pupuk kompos limbah domestik tidak berpengaruh nyata pada panjang akar tanaman tebu.

  Tinggi Tanaman

  Batang merupakan bagian tanaman yang paling utama dalam budidaya tanaman tebu. Pertumbuhan batang tebu merupakan stadium terpenting yang sangat menen- tukan besarnya hasil bobot tebu. Terjadinya pertumbuhan batang disebabkan oleh ada- nya pertumbuhan pucuk dan pertumbuhan pada dasar ruas (Djajadi. 2013).

  Hal ini berkaitan dengan penelitian Purwanti (2008) yang menyebutkan bahwa pembentukan dan pertumbuhan batang tebu mencapai puncaknya di bulan ketiga, tetapi kurang lebih 50% batang-batang tersebut akan mati dan populasi batang menjadi stabil saat tebu berumur 6 bulan.

  Pola populasi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi intrinsik tebu (varietas misalnya) dan kondisi lingkungan seperti air dan status hara tanah (baik kekurangan maupun kelebihan).

  Hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kompos limbah domestik memberikan pengaruh nyata terhadap rerata tinggi tanaman pada umur pengamatan 2, 3, dan

  4 BST. Perlakuan P3 memberikan rerata tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan sebelumnya pada umur pengamatan 3 dan 4 BST(Tabel 1.). Sedangkan pada umur pengamatan 2 BST perlakuan P4 memberikan rerata tertinggi pada tinggi tanaman.

  Pemanjangan batang tebu dipengaruhi oleh ketersdediaan air, pupuk, suhu, dan lama penyinaran yang cukup. Pada kondisi stres air akan terbentuk ruas- ruas yang lebih pendek. Proses pemanjangan batang pada dasarnya merupakan pertumbuhan yang didukung dengan perkembangan beberapa bagian tanaman yaitu perkembangan tajuk daun, perkembangan akar dan pemanjangan batang (Sugeng, 2014).

  Jumlah Daun

  Harjanti (2014) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa unsur nitrogen yang diaplikasikan akan berdampak pada merangsang pertumbuhan tebu serta mendorong terbentuknya klorofil sehingga daun tanaman akan menjadi hijau yang berfungsi untuk proses fotosintesis tanaman.

  Perlakuan pupuk kompos limbah domestik menunjukan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah daun pada umur pengamatan 1 dan 4 BST (Tabel 2.). Perlakuan P5 memberikan rerata jumlah daun tertinggi pada umur pengamatan 1 BST namun berbeda nyata pada perlakuan P4. Sedangkan pada umur pengamatan 4 BST perlakuan P3 memberikan hasil tertinggi dan berbeda nyata terhadap rerata jumlah daun.

  Dalam penelitiannya Putri (2013) menyatakan bahwa pemberian kompos dengan prosentase yang lebih banyak mampu memberikan unsur nitrogen bagi tanaman. Seperti diketahui bahwa fungsi nitrogen bagi tanaman ialah sebagai pembentuk zat hijau daun dan penyusun protein. Adanya unsur nitrogen yang banyak di dalam tanaman digunakan oleh daun untuk berfotosintesis. Sehingga meng- hasilkan jumlah daun yang banyak, luas daun besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk fotosintesis. Apabila proses fotosintesis berjalan dengan baik maka fotosintat yang dihasilkan juga semakin meningkat untuk ditranslokasikan pada bagian tanaman yang lain.

  Jumlah Anakan

  Pertumbuhan anakan adalah tumbuhnya mata-mata pada batang tebu di bawah tanah menjadi tanaman baru. Pembentukan anakan paling optimal dimulai pada saat tanaman berumur 8-12 MST (Septiani, 2012).

  Tanaman tebu pada fase ini Cyntia Yolanda Apriscia, et al: Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik................. dengan terbentuknya tunas-tunas baru sedikit terlihat dengan tinggi kisaran 10 cm secara bertahap, mulai dari tunas primer

  • – 30 cm. sampai tunas tersier. Pada umur tanaman Pemberian bahan organik berupa ini, pertumbuhan kesamping terus terjadi pupuk kompos limbah domestik diharapkan hingga mencapai pertumbuhan jumlah dapat menyuplai unsur Nitrogen tanah yang tunas maksimum pada umur tebu sekitar 4 dibutuhkan tebu untuk membentuk anakan. bulan (Sugeng, 2014). Hal tersebut sesuai hara N ini diperlukan tanaman untuk dengan hasil pengamatan jumlah anakan pembentukan protein dan hijau daun, yang menunjukan hasil berbeda nyata pada disamping itu berperan penting dalam pengamatan 3 dan 4 BST(Tabel 3). asimilasi karbohidrat. Kekurangan N akan Perlakuan P3 menunjukan hasil rerata t,menyebabkan tanaman menjadi kerdil tertinggi pada jumlah anakan umur dengan jumlah anakan sedikit dan produksi pengamatan 3 dan 4 BST. Sedangkan pada rendah. umur pengamatan 1 dan 2 BST perlakuan

  Diameter Batang

  P5 menghasilkan jumlah anakan tertinggi pada tanaman tebu. Pembentukan anakan Penggunaan beberapa pupuk dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti organik pada pertanaman bibit tebu varietas, cahaya, suhu, irigasi (kelembaban merupakan salah satu upaya untuk tanah) dan aplikasi pemupukan. Menurut meningkatkan mutu dan produksi bibit tebu Faradiba (2012) pada umur 15 MST yang akan dihasilkan melalui perbaikan pertumbuhan anakan akan berhenti karena sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga terjadi persaingan unsur hara dan tanaman kesuburan tanah kembali meningkat akan mulai memanjangkan batang dan (Zulkarnain, 2013). pembentukan daun. Batang anakan tebu

  Tabel 1 Rerata Tinggi Tanaman Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik Tinggi Tanaman (cm) Pada Umur Perlakuan

1 BST

  

2 BST

  3 BST

  4 BST 6.63 10.38 a 87.25 a 144.38 a P0 7.13 15.00 b 74.75 a 156.75 ab P1 8.63 14.63 b 85.88 a 162.38 ab P2 9.94 20.13 c 143.25 b 219.38 d P3 9.63 21.38 c 129.63 b 167.88 bc P4

  11.25 22.26 c 142.88 b 182.88 c P5 BNT 5% tn

  

3.38

  21.62

  18.49 Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata.

  Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik.

  Jumlah Daun Tanaman (helai) Pada Umur Perlakuan

1 BST

  2 BST

  3 BST

  4 BST 5.63 a

  7.75 9.88 15.88 a P0 5.63 a

  9.63 11.50 21.38 b P1 6.00 a

  14.63 10.13 26.63 c P2 7.25 b

  18.63 21.51 39.5 d P3 7.63 bc

  16.00 25.00 29.63 c P4 8.30 c

  14.25 19.88 31.25 c P5 BNT 5% 0.88 tn tn

  5.21 Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata. Cyntia Yolanda Apriscia, et al: Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik.................

  Tabel 3 Rerata Jumlah Anakan Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik Jumlah Anakan Tanaman (batang) Pada Umur Perlakuan

  1 BST

  2 BST

  3 BST

  4 BST

  0.63 0.63 1.75 a 1.50 a P0 0.50 1.13 1.50 a 3.75 b P1 1.25 2.75 2.63 a 3.75 b P2 0.88 3.38 5.13 bc 6.50 d P3 1.73 3.38 5.75 c 4.88 c P4 2.13 4.00 4.13 b 4.63 bc P5

  BNT 5% tn tn

  1.32

  1.07 Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata.

  Tabel 4 Rerata Diameter Batang Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik Diameter Batang Tanaman (cm) Pada Umur Perlakuan

  1 BST

  2 BST

  3 BST

  4 BST 0.54 0.51 a 1.81 a

  2.56 P0 0.49 0.58 ab 1.63 a

  2.98 P1 0.61 0.76 b 1.81 a

  3.13 P2 0.74 1.13 c 3.25 b

  4.06 P3 0.79 1.38 d 3.00 b

  3.46 P4 0.75 1.19 cd 2.75 b

  3.84 P5 BNT 5% tn 0.23 0.54 tn

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

uji BNT taraf 5%; tn= tidak nyata.

  Tabel 5 Rerata Panjang Akar Akibat Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik Panjang Akar Tanaman (cm) Pada Umur Perlakuan

1 BST

  2 BST

  3 BST

  4 BST

  9.63

  9.00

  13.13

  18.25 P0

  8.50

  11.25

  13.25

  17.63 P1

  9.25

  12.25

  15.38

  18.00 P2

  12.38

  15.00

  17.00

  23.75 P3

  11.63

  14.63

  15.50

  24.88 P4

  12.50

  15.50

  14.63

  22.25 P5

BNT 5% tn tn tn tn

Keterangan : tn= tidak nyata.

  Minardi (2002) menyebutkan bahwa memberikan hasil diameter tertinggi, penyerapan hara dan penyebarannya sedangkan pada umur pengamatan 3 BST dipengaruhi oleh besar kecilnya suatu perlakuan P3 memberikan hasil rerata batang, semakin besar diameter batang tertinggi dan berbedanya terhadap akan semakin besar pula ukuran batang. diameter batang tanaman (Tabel 4.).

  Hasil pengamatan menunjukan Namun pada umur pengamata 1 dan 4 BST bahwa pemberian pupuk kompos limbah pemberian pupuk kompos limbah domestik domestik berpengaruh terhadap pada berbagai perlakuan tidak berbeda pertumbuhan diameter batang tebu. Pada nyata terhadap diameter batang tebu. umur pengamatan 2 BST perlakuan P4 Cyntia Yolanda Apriscia, et al: Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik.................

  Hasil pengamatan menunjukan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang tebu. Pada umur pengamatan 2 BST perlakuan P4 memberikan hasil diameter tertinggi, sedangkan pada umur pengamatan 3 BST perlakuan P3 memberikan hasil rerata tertinggi dan berbedanya terhadap diameter batang tanaman (Tabel 4.).

  Menurut Minardi (2002) bahwa bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik. Oleh karena itu zat pengatur tumbuh yang disediakan oleh bahan organik yang terkandung dalam kompos limbah domestik sangat penting dalam pembentukan organ tumbuhan seperti batang dan daun. Semakin besar diameter batang akan semakin besar pula ukuran batang.

  Panjang Akar

  Tanaman tebu memiliki perakaran serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekunder. Akar primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku tunas stek batang bibit. Karakteristik akar primer yaitu halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari mata akar dalam buku tunas yang tumbuh dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang (Song Ai N, 2013)

  Selanjutnya Purwanti (2008) menyebutkan diduga zat hara yang dapat diserap perakaran hanya sedikit karena sebagian digunakan oleh mikroorganisme tersebut sebagai sumber energi untuk memperbanyak diri dan perkembangan hidupnya.

  Pada pengamatan panjang akar perlakuan pupuk kompos limbah domestik pada berbagai dosis tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman tebu. Pada pengamatan umur 1 dan 2 BST perlakuan P5 memberikan hasil rerata tertinggi pada panjang akar tanaman (Tabel 5.). Sedangkan pada pengamatan umur 4 BST perlakuan menghasilkan rerata tertinggi pada panjang akar tanaman. Hasil tersebut berkaitan dengan hasil analisis pupuk kompos limbah domestik yang memiliki kandungan Phospat sebanyak 0.22% yang termasuk rendah jika dilihat dari standar kandungan kompos yang ditetapkan oleh Permentan (2011) yaitu sebesar 0.33% Phospat dalam pupuk kompos.

  Pertumbuhan akar tanaman dipengaruhi oleh unsur Phospat yang terdapat pada tanah. Phospat dibutuhkan tanaman untuk metabolisme dan pembentukan organ tanaman, dengan demikian ketersediaan unsus Phospat di dalam tanah akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Zaif, 2015).

  KESIMPULAN

  Pemberian pupuk kompos limbah domestik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan jumlah anakan). Peningkatan dosis pupuk kompos limbah domestik berhubungan erat dengan pertumbuhan vegetatif tanaman tebu. Perlakuan pupuk kompos limbah domestik dengan 75% dosis rekomendasi (4,5 ton ha -1 ) berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan jumlah anakan. Namun pemberian pupuk kompos limbah domestik pada berbagai dosis tidak berbeda nyata terhadap panjang akar tanaman.

  DAFTAR PUSTAKA Ahmed, M., K. P. Baiyeri, and B. C. Echezona. 2012. Effect of planting

  parts and potassium rate on the productivity of sugarcane (Saccharum

  officinarum L.). Exploration Agriculture & Horticulture. 2 (1): 23-

  30. Djajadi. 2013. Silika (Si): unsur hara penting dan menguntungkan bagi tanaman tebu (Saccharum

  officinarum L.). Jurnal Perspektif. 1 (12) : 47-55.

  Faradiba, S. 2012. Respon pertumbuhan

  anakan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) varietas Cyntia Yolanda Apriscia, et al: Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik.................

  Bululawang (BL) pada lahan tegal dan hasil tebu (Saccharum dan lahan tidur (studi kasus di Desa officinarum L.) pada entisol di Kebun Rubaru Kecamatan Rubaru Ngrangkah-Pawon, Kediri). Kabupaten Sumenep). J. Agrointek. Indonesian Green Technology 3(6): 1-7 Journal 2 (3): 3-6.

  Harjanti, R. A. 2014. Pengaruh takaran

  pupuk nitrogen dan silika terhadap pertumbuhan awal (Saccharum

  officinarum L.) pada inceptisol. Vegetalika. 3 (2) : 35- 44.

  Minardi, S. 2002. Kajian komposisi pupuk

  NPK terhadap hasil beberapa varietas tanaman buncis tegak (Phaseolus vulgaris L.) di tanah alfisol. Sains Tanah. 2(1): 18-24.

  Mulyono, D. 2009. Evaluasi kesesuaian

  lahan dan arahan pemupukan N, P, dan K dalam budidaya tebu untuk pengembangan daerah Kabupaten Tulungagung. Jurnal Sains dan

  Teknologi Indonesia. 11(1): 47-53 Purwanti, E. 2008. Pengaruh dosis pupuk

  majemuk dan konsentrasi Em-4 terhadap pertumbuhan bibit stek tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal

  Tanah dan Agroklimatolog. i 9(1): 1-7 Putri, A. D. 2013. Pengaruh komposisi

  media tanam pada teknik bud chip tiga varietas tebu (Saccharum

  officinarum L.). Jurnal Produksi Tanaman. 1 (1) : 16

  • – 23.

  Rokhman, H. 2014. Jumlah anakan dan

  rendemen enam klon tebu (Saccharum officinarum L.) asal bibit bagal, mata ruas tunggal, dan mata

  • – tunas tunggal. Vegetalika 3 (3) : 89 96.

  Song Ai N. dan Patricia T. 2013. Karakter

  morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. Jurnal

  Bioslogos. 1 (3) : 31-39.

  Sugeng. 2014. Fase pertumbuhan tanaman

  tebu. http://detiktani .blogspot.com/2013/fase.pertumbuha n-tebu.html. Diakses pada tanggal 16 Desember 2014.

  Zaif. 2015. Pertumbuhan dan perkembangan. www.zaifbio.

  wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 Juli 2015.

  Zulkarnain, M. 2013. Pengaruh kompos,

  pupuk kandang, dan custom-bio terhadap sifat tanah, pertumbuhan

Dokumen yang terkait

Discriminating Land Characteristics of Yield and Total Sugar Content Classes of Cilembu Sweet Potato (Ipomoea batatas L.)

0 0 10

Genetics Analysis and Heritability of Fruit Characters in Muskmelon (Cucumis melo L.) Using Extreme Parental Differences

0 0 7

PENGARUH APLIKASI POLIMER SUPERABSORBEN PADA BEBERAPA KADAR LENGAS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) EFFECT OF SUPERABSORBENT POLYMER APPLICATION IN SEVERAL LEVELS OF SOIL MOISTURE ON THE GROWTH OF SEEDLINGS OF SUGAR

0 0 6

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA BEBERAPA JENIS MEDIA INVIGORASI VIABILITY AND VIGOR COCOA SEEDS (Theobroma cacao L.) IN SOME DIFFERENT INVIGORATION MEDIA

0 0 9

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN INTERVAL PEMBERIAN AIR SAMPAI DENGAN KAPASITAS LAPANG TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) THE EFFECT OF COMPOSITION MEDIA AND INTERVAL OF WATERING FIELD CAPACITY ON PRODUCTION OF CAYENNE PEPPER

0 0 8

UJI KEUNIKAN DAN KESERAGAMAN BEBERAPA GALUR INBRIDA JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt) DISTINCTNESS AND HOMOGENEITY TEST ON INBREED LINES OF SWEET CORN (Zea mays L. saccharata Sturt)

0 0 6

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS STROBERI (Fragaria sp.) THE EFFECT OF COMPOST ON THE GROWTH AND YIELD OF TWO VARIETIES OF STRAWBERRIES (Fragaria sp.)

0 0 10

KOMPATIBILITAS TUJUH VARIETAS CALON INTERSTOCK TANAMAN JERUK PADA BATANG BAWAH Japansche Citroen (JC) COMPATIBILITY OF SEVEN VARIETIES OF PRE-CITRUS PLANT INTERSTOCK ON THE ROOTSTOCK OF Japansche Citroen (JC)

0 0 9

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN HASIL TOPCROSS PADA JAGUNG INBRIDA (Zea mays L.) GENERASI S3 THE PRELIMINARY YIELD TRIALS OF TOPCROSSING INBRED MAIZE (Zea mays L.) GENERATION S3

0 0 8

KONFIRMASI GEN YANG MENCIRIKAN EKSPRESI ANTOSIANIN PADA BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) GENE CONFIRMATION THAT CHARACTERIZE ANTHOCYANIN EXPRESSION IN COMMON BEAN (Phaseolus vulgaris L.)

0 0 7