Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas pada Lahan Rawa di Kabupaten Pesisir Selatan The Screening of Salt-Tolerant Rice Variety in Swamp Areas of Pesisir Selatan District

  Secara agronomi, strategi untuk menanggulangi permasalahan pada lahan marjinal tersebut adalah memanfaatkan tanaman yang toleran terhadap cekaman

  

18 varieties to salt: 1) in situ screening of salt-tolerant varieties using completely randomized design, and 2) screening

of salt-tolerant varieties using factorial experiment (varieties and salinity) with completely randomized design. The

experiment showed that screening of rice variety that tolerant and sensitive to salt stress can be determined by

comparing root dry weights in salt stressed condition and in unstressed condition, and in term of agronomical aspect,

salt stress-tolerant rice showed good growth when planted in the saline field. Key words: Screening, rice, swamp areas and salt stress

  diperlukan teknologi yang dapat menghadapi per- masalahan serius cekaman lingkungan seperti kadar garam tinggi. Masalah serius tersebut akibat oleh keracunan Na

  et al ., 2004). Untuk memanfaatkan lahan rawa tersebut,

  Pemanfaatan lahan di tersebut, masih sangat terbatas akibat keterbatasan teknologi dan varietas (Sabiham dan Ismangun, 1996; Russnetty, 2000; Munir

  Salah satu jenis lahan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi padi adalah lahan rawa, di antaranya yang terdapat di kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Lahan rawa pantai tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut atau intrusi air laut. Luas lahan rawa di Kabupapaten Pesisir Selatan mencapai 42000 ha, dari lahan tersebut hanya termanfaatkan seluas 3251 ha atau hanya 8% saja (Anonim, 2004). Lahan tersebut tersebar pada 11 kecamatan dengan rincian sebagai berikut: 1). Lunang Silaut (221 ha); 2). Baso Ampek Balai Tapan (162 ha); 3). Pancung Soal (54 ha); 4). Linggo Sri Baganti (475 ha); 5). Ranah Pesisir (408 ha); 6). Lengayang (950 ha); 7). Sutra (150 ha); 8) Batang Kapas (22 ha); 9). IV Jurai (637 ha); 10). Bayang (129 ha), dan 11). Koto XI Tarusan (43 ha).

  Peningkatan produksi padi ke depan, akan banyak menghadapi tantangan yang semakin komplek, ber- kaitan dengan cekaman unsur hara, iklim, gulma, hama dan penyakit (Yayock et al., 1997; Jentschke dan Godbold, 2000; Djafar, 2002; Sunadi, 2008) tetapi permasalahan yang tidak kalah penting adalah kurangnya varietas toleran cekaman lingkungan, terutama cekaman kadar garam yang tinggi.

  Padi merupakan tanaman pangan penting kedua di dunia, yang digunakan sebagai sumber bahan pangan setelah gandum, dan diperkirakan kebutuhannya akan meningkat 70% pada dekade mendatang (IRRI, 1995; Yayock, 1997). Peningkatan produktivitas padi telah diupayakan di Indonesia sejak tahun 1970-an, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan ketahanan pangan nasional (Amang dan Sawit, 1999; Djafar, 2002).

  PENDAHULUAN

  

ABSTRACT

The experiment was aimed to determine the most suitable method for selection of salt-tolerant, and to investigate

the agronomic characteristics of salt-tolerant rice variety. Two experiments were conducted to study the tolerance of

  J. Agron. Indonesia 37 (2) : 101 – 106 (2009) Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas ..... 1

  3 Jurusan Budidaya Pertanian APPERTA Sumatera Barat, Indonesia

Diterima 2 Oktober 2008/Disetujui 11 Maret 2009

  2 BPTP Sukarami Sumatera Barat, Indonesia

  1 Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, Universitas Tamansiswa, Padang, Sumatera Barat, Indonesia

  3

  2 dan Sunadi

  1 , Rafli Munir

  M. Zulman Harja Utama 1*

, Widodo Haryoko

  

Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas pada Lahan Rawa

di Kabupaten Pesisir Selatan

The Screening of Salt-Tolerant Rice Variety in Swamp Areas

of Pesisir Selatan District

  • yang menyebabkan kerusakan sel tanaman (Harjadi dan Yahya, 1988), dan defisit air (Marschner, 1995; Rengel, 2000) yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Hambatan pertumbuhan di lahan tersebut meningkat pada kondisi air pasang dan musim kemarau, dan disertai oleh rendahnya kelarutan hara esensial sehingga terjadi kekahatan hara.
    • Penulis untuk korespondensi E-mail: harja65@yahoo.com, HP 08159619241. Jl. Tamansiswa No. 9, Padang 25138
    • semakin penting untuk peningkatan pertumbuhan tanaman, khususnya budidaya tanaman padi pada lahan rawa dengan kadar garam tinggi.

METODE PENELITIAN

  Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Perlakuan percobaan ini adalah 18 varietas padi. Percobaan dilakukan dengan membuat petak percobaan yang berupa guludan berukuran 50 cm x 50 cm setinggi 10 cm dari permukaan air sawah. Ketinggian 10 cm ini dimaksudkan agar saat terjadi pasang air laut maka semangkin banyak air laut yang masuk ke sawah rawa. Petak-petak percobaan tersebut masing-masing disebari benih varietas sebanyak 400 butir benih padi yang sebelumnya direndam selama 24 jam. Setelah benih disebar, permukaan guludan ditutup dengan tanah rawa setebal 0.5 cm. Setelah berumur 14 hari, bibit dipindah ke lapangan dan ditanam secara baris. anakan (JA), total bobot kering (TBK), bobot kering tajuk (BKT), dan bobot kering akar (BKA) saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) pada 3 rumpun contoh per petak percobaan.

  2000; Utama et al., 2004). Upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman dan menetralisir pengaruh buruk Na

  Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk memperoleh metode yang tepat untuk menentukan varietas padi yang toleran terhadap cekaman garam, dan 2) untuk mempelajari aspek agronomi varietas padi toleran cekaman garam.

  Penelitian dilaksanakan di sawah lahan rawa di Desa Pulau Karam, Kecamatan Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, dan di Laboratorium Kopertis Wilayah X dari bulan Juni sampai September 2007. Dua percobaan dilakukan untuk mempelajari tingkat toleransi varietas terhadap cekaman garam yaitu (1) pada kondisi in situ dan (2) pada kondisi cekaman garam yang tidak alami.

  Seleksi Varietas Padi Toleran terhadap Cekaman Garam Secara In Situ

  Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat daya adaptasi beberapa varietas padi terhadap salinitas tinggi secara in situ yaitu pada lahan rawa terintrusi air laut di Desa Pulau Karam Kecamatan Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Varietas padi yang diper- gunakan pada percobaan ini berjumlah 18 varietas (14 varietas diperoleh dari Balai Penelitian Padi, dan 4 varietas lokal). Ke 14 varietas padi tersebut adalah: 1).

  IR 42; 2). IR 64; 3). IR 66; 4). IR 74; 5). Widas; 6). Memberamo; 7). Digul; 8). Cisadane; 9). Ciliwung; 10). Cirata; 11) Celebes; 12). Cisantana; 13). Kalimas; dan 14). Batang Piaman, sedangkan 4 varietas dari lingkungan setempat, yaitu: 1). Ciherang; 2). Batang Lembang; 3). Randah Kuning dan 4). Ketan.

  J. Agron. Indonesia 37 (2) : 101 – 106 (2009) M. Zulman Harja Utama, Widodo Haryoko, Rafli Munir dan Sunadi

  Penyaringan beberapa varietas padi toleran terhadap cekaman garam

  Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat kesesuaian (kompabilitas) daya adaptasi varietas padi terhadap kadar garam tinggi dalam menentukan varietas toleran. Percobaan ini adalah uji cepat untuk mengeta- hui tingkat toleransi varietas padi terhadap cekaman garam.

  Percobaan penyaringan sederhana ini adalah per- cobaan faktorial dengan varietas dan kondisi cekaman garam sebagai faktornya, dilakukan dengan rancangan acak lengkap. Faktor pertama adalah 18 varietas padi, sedangkan faktor ke dua adalah kondisi cekaman garam yaitu kondisi lingkungan alami (in situ = kontrol) dan kondisi cekaman larutan garam 4000 ppm (perlakuan). Percobaan dilakukan dengan cara menaburkan benih 18 varietas padi, pada media tanah rawa yang mengan- dung garam dan ditumbuhkan selama 6 MST, kemudian diamati penampilan pertumbuhan vegetatifnya.

  Parameter yang diamati, terutama karakter agro- nomi penting seperti, jumlah anakan (JA), total bobot kering (TBK), rataan TBK, bobot kering tajuk (BKT), bobot kering akar (BKA) (Bilman, 2008).

  Pengelompokan varietas tanaman padi tergolong toleran atau peka, berdasarkan pada persen pertum- buhan bobot kering akar tanaman, antara kondisi alami (in situ = kontrol) dan kondisi perlakuan (tercekam). Tanaman digolongkan toleran apabila pertumbuhan bobot kering akar tanaman menggalami penurunan <50% dibandingkan dengan kontrol, dan tanaman digolongkan peka apabila penurunan pertumbuhan bobot kering tanaman >50% (Utama, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil observasi selama percobaan diketahui bahwa antara pukul 03.00–06.00 WIB terjadi limpasan air laut melalui aliran sungai yang masuk ke areal sawah lahan rawa. Campuran kedua air yang masuk ke areal sawah lahan rawa ini membawa sejumlah garam di antaranya Na

  • dan Cl
    • , hasil analisis terhadap kedua unsur tersebut ternyata sangat tinggi (Tabel 1). Kadar kedua garam tersebut telah mempengaruhi karakter agronomi penting, termasuk pertumbuhan JA yang berbeda.
    • (ppm)

  J. Agron. Indonesia 37 (2) : 101 – 106 (2009) Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas .....

  9. Punggur 16 b 24.30 d 1.52 0.62 c 0.90 a

  2. IR64 19 a 17.50 e 0.92 0.26 d 0.66 b

  3. IR66 23 a 26.04 c 1.13 0.53 c 0.60 b

  4. IR74 16 b 29.51 c 1.55 0.83 b 1.02 a

  5. Widas 20 a 24.57 c 1.23 0.43 d 0.80 a

  6. Memberamo 13 c 19.72 e 1.52 0.65 c 0.87 a

  7. Digul 20 a 37.09 c 1.86 101 a 0.85 a

  8. Cisadane 22 a 21.08 d 0.96 0.50 c 0.46 c

  10. Cirata 9 c 8.62 f 0.96 0.65 c 031 c

  (g)

  11. Celebes 19 a 22.86 d 1.20 0.35 d 0.85 a

  12. Cisantana 24 a 39.35 c 1.64 0.77 b 0.87 a

  13. Kalimas 16 b 15.47 e 1.06 0.69 b 0.37 c

  14. Banyuasin 18 b 19.67 e 1.09 0.59 c 0.60 b

  15. Btg. piaman 26 a 42.21 b 1.62 0.66 b 0.97 a

  16. Btg. lembang 13 c 22.91 d 1.77 0.74 b 1.03 a

  17. Ketan 14 c 14.00 e 1.97 0.94 a 1.03 a

  1. IR42 29 a 63.62 a 2.19 1.68 a 0.51 b

  (g) Bobot kering akar (BKA)

  Desa Pulau Karam, Kecamatan Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan

  5. Na-dd

  No. Uraian Kandungan

  1. DHL (mmhos/cm)

  2.98 2. pH

  4.9

  3. N (%) 712.5

  4. P (ppm)

  0.08

  12

  TBK Bobot kering tajuk (BKT)

  6. Cl (ppm) 5.750

  7. N0

  3

  50 Sumber: Laboratorium Kopertis Wilayah X Pertumbuhan padi yang ditanam pada sawah lahan rawa memperlihatkan jumlah anakan (JA) yang indikator tumbuh lainnya seperti total bobot kering (TBK), bobot kering tajuk (BKT) dan bobot kering akar (BKA) juga beragam. Keragaman ini terjadi akibat tiap varietas memiliki potensi genetik yang berbeda dalam merespon lingkungan tumbuhnya yakni garam-garam terlarut dalam air laut yang bercampur dengan air sungai yang secara berkala masuk ke sawah lahan rawa. Tabel 2 memperlihatkan angka jumlah anakan dan indikator lainnya yang terjadi pada kondisi alami di lapangan, semua peubah yang diamati tersebut keragaannya lebih baik dibandingkan dengan JA dan indikator tumbuh lainnya yang diamati pada tanaman yang tumbuh dalam kondisi cekaman larutan garam NaCl 4000 ppm (Tabel 3).

  Tabel 2. Karakter agronomi 18 varietas padi pada sawah lahan rawa secara in situ di Pulau Karam, Tarusan, Pesisir Selatan

  No. Varietas Jumlah anakan (JA)

  (Batang) Total bobot kering (TBK)

  (g) Rataan

  18. Randah kuning 11 c 17.93 e 1.63 0.76 b 0.87 a Angka dalam satu kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%.

  J. Agron. Indonesia 37 (2) : 101 – 106 (2009) pada kondisi alami pada dengan cekaman garam di Pulau Karam Tarusan, Pesisir Selatan.

  Total Bobot Bobot Jumlah

  Bobot bobot Rataan kering kering Peningkatan/ anakan kering akar

  N0 Varietas kering TBK tajuk akar penurunan

  b

  (JA)

  a (BKA)

  (TBK) (BKT) (BKA) (g) BKA (%)

  (Batang) (g)

  (g) (g) (g)

  1. IR42 5 b 6.9 c 1.39 b 0.79 b 0.60 c 0.51 b + 18

  2. IR64 12 a 17.9 b 1.48 b 0.76 b 0.72 b 0.66 b + 9

  3. IR66 12 a 8.1 c 0.73 c 0.47 c 0.26 d 0.60 b - 57

  4. IR74 15 a 18.8 b 1.26 b 0.77 b 0.49 d 1.02 a - 52

  5. Widas 11 a 22.8 b 2.07 a 1.05 a 1.02 a 0.80 a + 28

  6. Memberamo 8 b 5.3 c 0.66 c 0.35 c 0.31 d 0.87 a - 64

  7. Digul 5 b 9.4 c 1.88 b 1.12 a 0.76 b 0.85 a - 11

  8. Cisadane 10 a 21.6 b 2.15 a 1.10 a 1.05 a 0.46 c + 128

  9. Punggur 8 b 16.7 b 2.08 a 1.13 a 0.95 a 0.90 a + 6

  10. Cirata 8 b 22.7 b 2.83 a 1.95 a 0.88 b 0.31 c + 184

  11. Celebes 10 a 20.3 b 2.05 a 1.42 a 0.63 b 0.85 a - 26

  12. Cisantana 10 a 20.6 b 2.06 a 1.18 a 0.88 b 0.87 a + 1

  13. Kalimas 14 a 8.1 c 0.58 c 0.24 c 0.34 c 0.37 c - 8

  14. Banyuasin 1 c 1.8 d 1.77 b 1.09 a 0.66 c 0.60 b Pengecualian

  15. Batang 12 a 17.8 b 1.48 b 0.80 b 0.68 c 0.97 a - 30 Piaman

  16. Batang 12 a 40.5 a 3.37 a 1.49 a 1.88 a 1.03 a + 83 Lembang

  17. Ketan Lokal 10 a 21.2 b 2.11 a 1.12 a 1.00 a 1.03 a - 3

  18. Randah 15 a 32.2 a 2.14 a 1.05 a 1.09 a 0.87 a + 25 Kuning Angka dalam satu kolom diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. a = BKA bobot kering akar pada kondisi perlakuan (tercekam) b= BKA bobot kering akar pada kondisi lingkungan alami (in situ = kontrol)

  Menurut Rengel (2000) bahwa tanaman yang gangguan pertumbuhan terutama pada varietas peka mengalami keracunan garam dapat dikenali dengan akibat perlakuan NaCl yang tinggi. berkurangnya jumlah anakan yang terbentuk. Hal yang Gangguan pertumbuhan JA terjadi karena sama juga dikemukakan oleh Harjadi dan Yahya (1988); tingginya daya hantar listrik (DHL) tanah sawah lahan

  • Marschner (1995) bahwa keracunan Na menyebabkan rawa, yaitu 2.98 mmhos/cm. Menurut Marschner terjadinya kerusakan sel tanaman yang menyebabkan (1995), dengan nilai DHL antara 2-4 akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kondisi ini ter- terjadi gangguan pertumbuhan pada tanaman, terutama lihat pada varietas padi yang diberi perlakuan cekaman pada varietas peka, demikian juga dengan kandungan
    • garam NaCl 4000 ppm (Tabel 3). Cl sebesar 5.750 ppm (Tabel 1) karena terjadinya
    • Jumlah bibit yang ditanam pada kondisi alami keracunan. Unsur Cl merupakan hara mikro yang dalam pengujian ini adalah 2 bibit per lubang tanam, diperlukan dalam jumlah sedikit, yang diperlukan untuk maka jika pada umur 4 MST didapati kisaran JA 9–29 kegiatan fotosintesis yang berhubungan dengan berarti tiap bibit menghasilkan 4.5-19.5 anakan. Jumlah produksi oksigen (Marschner, 1995; Rengel, 2000). anakan terendah terjadi pada varietas Cirata sedangkan Untuk menentukan varietas padi toleran dan peka, JA tertinggi pada varietas IR42 (Tabel 2). Pada mengunakan rasio BKA antara BKA tercekam perlakuan cekaman 4000 ppm garam NaCl JA varietas (perlakuan) dengan BKA alami (in situ) (Utama, 2004). padi yang diperoleh antara 5–15, kecuali pada varietas Berdasarkan rasio BKA pada perlakuan NaCl 4000 Banyuasin. Data tadi membuktikan bahwa telah terjadi ppm dengan kondisi alami (kontrol) diperoleh tiga

  selisih JA antara 4–15 tunas per rumpun. Secara kelompok varietas padi yakni varietas padi sangat agronomis hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi toleran, toleran dan peka, kecuali varietas Banyuasin

  M. Zulman Harja Utama, Widodo Haryoko, Rafli Munir dan Sunadi

  J. Agron. Indonesia 37 (2) : 101 – 106 (2009) Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas .....

  berbeda (Tabel 3).

  Tabel 3 memperlihatkan adanya varietas padi yang mempunyai peningkatan BKA pada kondisi tercekam, hal ini diduga sebagai bentuk adaptasi tanaman untuk mempertahankan pertumbuhannya tanaman dengan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan akar dibandingkan energi untuk pertumbuhan tajuk (Marschner, 1995; Rengel, 2000; Utama, 2004). Hal ini terlihat pada varietas Cisadane (+128%), Cirata (+184%) dan Batang Lembang (+83%) dimana terjadi peningkatan bobot kering akar yang sangat mencolok dibandingkan dengan 15 varietas lainnya, varietas tersebut dikelompokkan sebagai varietas yang sangat toleran terhadap cekaman salinitas. Sedangkan pada varietas Cisantana (+1%), Punggur (+6%), IR64 (+9%),

UCAPAN TERIMA KASIH

  IR42 (+18%), Randah Kuning (+25%), dan Widas (+28%) digolongkan sebagai varietas toleran (moderat). Hasil penelitian Haryoko (2006; 2007) dan yang mengoleksi dan menanam beberapa varietas padi pada sawah lahan gambut salin juga mendapatkan varietas

  IR42, IR66 dan Randah Kuning sebagai varietas padi toleran.

  Selain itu, pada Tabel 3 memperlihatkan adanya varietas padi yang mengalami penurunan BKA kurang dari 50% dibandingkan BKA alami (kontrol), varietas tersebut adalah Ketan Lokal (-3%), Kalimas (-8%), Digul (-11%), Celebes (-26%) dan Batang Piaman (- 30%), sedangkan varietas IR74 (-52%), IR66 (-57%) dan Memberamo (-64%) memperlihatkan penurunan BKA lebih dari 50% dibandingkan kontrol. Varietas padi yang memperlihatkan peningkatan BKA mengalami penurunan pertumbuhan JA, kecuali pada varietas lokal Randah Kuning yang menghasilkan peningkatan JA dan TBK lebih besar dibandingkan dengan kontrolnya (Tabel 2 dan 3).

  Penulis sampaikan kepada DP2M, DIKTI, yang telah berkenan membiayai penelitian Fundamental ini berdasarkan, Dipa Nomor: 0145.0/023-04.0/-/2007, tanggal 31 Desember 2006, surat perjanjian pelaksanaan penelitian Nomor: 233/SP2H/PP/DP2M/III/2007, tanggal 29 Maret 2007. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada mahasiswa kami yaitu, Sdr. Ibrahim yang telah banyak membantu kegiatan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

  KESIMPULAN

  2008). Salah satu metode yang sering digunakan untuk melihat toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan adalah dengan melihat pertumbuhan perakaran tanaman (Delhaize dan Ryan, 1995; Kochian, 1995; Ma et al., 2000; Sopandie et al., 2000; Utama, 2004).

  Informasi tentang karakter agronomi khususnya bobot kering akar dapat dipergunakan untuk menentuan khususnya untuk pengembangan padi sawah rawa di Pesisir Selatan, dan varietas padi toleran salinitas yang dianjurkan untuk budidaya di lahan sawah rawa terintrusi air laut khususnya di Kabupaten Pesisir Selatan Sumbar, berturut-turut adalah varietas Cirata, Cisadane, Batang Lembang, Widas, Randah Kuning, IR 42, IR 64, Punggur dan Cisantana.

  et al ., 1995; Cardenas et al., 2000; Ma, 2000; Utama,

  Anonim. 2004. Survey pertanian, luas lahan menurut pengunaannya di Sumatera Barat, BPS. Sumbar.

  Padang. Amang, B., M.H. Sawit. 1999. Kebijakan Beras dan

  Pangan Nasional, Pelajaran dari Orde Baru dan Era Reformasi. IPB, Bogor. Bilman, W.S. 2008. Modifikasi lingkungan melalui sistem penanaman serta penambahan bahan organik dan zat pengatur tumbuh dalam upaya peningkatan produktifitas padi gogo (Oryza sativa L.). Disertasi. PPS Unand. Padang. Cardenas, L., T.L. Holdaway-Clarke, F. Sanchez, C.

  Quinto, J.A. Feijo, J.G. Kunkel, P.K. Hepler. 2000. Ion changes in legume root hairs responding to nod factors. Plant Physiol. 123:443-451.

  Delhaize, E., P.R. Ryan. 1995. Aluminum toxicity and tolerance in plants. Plant Physiol. 107:315-321. Djafar, Z.R. 2002. Pengembangan dan pengelolaan lahan rawa untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan. Pelatihan Nasional Manajemen Daerah Rawa untuk Pembangunan Berkelanjutan. Palembang, April 2002. Harjadi, S.S., S. Yahya. 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU Bioteknologi, IPB Bogor.

  Tanaman yang toleran terhadap cekaman ling- kungan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi secara morfologi dan fisiologi (Marschner, 1995; Pellet

  Metode seleksi penentuan varietas padi toleran dan peka terhadap cekaman garam dapat menggunakan perbandingan bobot kering akar antara kondisi tercekam dengan kondisi tidak tercekam (alami), secara agronomi tanaman toleran cekaman garam memperlihatkan pertumbuhan karakter agronomi yang lebih baik.

  • ),
  • ). Buletin Agronomi 36 (2): 175-179.

  • ), dan Nitrit (N0

  Yayock, J.Y., G. Lombin, J.J. Owonuhi. 1997. Crop Science and production in warm climates. Mac Millan Intermediate Agriculture series. General of ochapa in Ozomi.

  Mekanisme fisiologi toleransi terhadap cekaman Al pada spesies legum penutup tanah. Jur. Stigma XII (2):186-191.

  Utama, M.Z.H., Y.M. Zen, W. Haryoko. 2004.

  2

  4

  Amonium (NH

  3

  Utama, M.Z.H. 2004. Tanggap beberapa spesies legum penutup tanah terhadap pemberian mikoriza, rhizobium, asam humat dan mekanisme fisiologi toleransi terhadap cekaman aluminium. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Utama, M.Z.H. 2008. Mekanisme fisiologi toleransi cekaman aluminium pada spesies legum penutup tanah terhadap metabolisme Nitrat (NO

  Sopandie, D., M. Yusuf, S. Aisah. 2000. Toleransi terhadap Al pada akar kedelai: Deteksi visual penetrasi Al dengan metode pewarnaan hematoksilin. Comm.Ag. 6(1):25-32.

  Karya Ilmiah. Faperta Unitas, Padang. Sabiham.S., Ismangun. 1996. Potensi dan kendala pengembangan gambut untuk pertanian. Makalah kongres VI Peragi. Jakarta. Sunadi. 2008. Modifikasi paket teknologi (The System of Rice Intensification) SRI untuk meningkatan hasil padi sawah (Oryza sativa L.). Disertasi. PPS Unand. Padang.

  Fundamental Mechanisms and Implications. Food Production Press, Binghamton. memanfaatkan lahan gambut untuk pertanian.

  Organic acid exudation as an aluminum-tolerance mechanism in maize (Zea mays L.). Planta 196:788-795. Rengel, Z. 2000. Mineral Nutrition of Crops,

  Marschner, H. 1995. Mineral nutrition of higher plants, Sec. Edition. Acad. Press. Munir, R., S. Abdullah, Maizir. 2004. Formulasi alternatif teknik produksi padi pada usaha tani padi sawah. Jur. Stigma XII (2):196-200. Pellet, D. M., D.L. Grunes, L.V. Kochian. 1995.

  3R are linked to organic acid release in tricale. Plant Physiol. 122:687-694.

  41(4):383-390. Ma, J.F., S. Taketa., Z.M. Yang. 2000. Aluminum tolerance genes on the short arm of chromosome

  Physiol. Plant Mol. Biol. 46:237-260. Ma, J.F. 2000. Role of organic acids in detoxification of aluminum in higher plants. Plant cell physiol.

  Jentschke, G., D.L. Godbold. 2000. Metal toxicity and ectomycorrhizas. Physiologia Planta. 109:107-116. Kochian, L.V. 1995. Cellular mechanisms of aluminum toxicity and resistance in plants. Annu. Rev. Plant

  IRRI. 1995. Modeling the Impact of Climate Change on Rice Production in Asia. International Rice Research Instituted Filippina.

  __________. 2007. Pengaruh umur bibit terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada sawah gambut. Laporan Penelitian LP3M Universitas Tamansiswa Padang.

  kan pada Lahan Gambut di Kenagarian Ketaping, Kecamatan Lembah Anai, Kabupaten Padang Pariaman.

  J. Agron. Indonesia 37 (2) : 101 – 106 (2009) M. Zulman Harja Utama, Widodo Haryoko, Rafli Munir dan Sunadi

  Zheng, S.J., J.F. Ma, H. Matsumoto. 1998. High aluminum resistance in buckwheat. Al-induced specific secretion of oxalic acid from root tips. Plant Physiol. 117:745-751.

Dokumen yang terkait

Penampilan Galur Harapan Mutan Dihaploid Padi Tipe Baru di Sulawesi Selatan Performance of Dihaploid Mutant Advanced Lines of New Plant Type of Rice in South Sulawesi

0 0 10

Keragaan Genetik dan Pendugaan Heritabilitas pada Komponen Hasil dan Kandungan β-Karoten Progeni Kelapa Sawit Genetics Performance and Heritability Estimations on Yield Component and β-Carotene Content of Oil Palm Progenies

0 0 7

Optimasi Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun Optimizing of Nitrogen and Phosphorus Fertilizer for One-Year-Old Plant of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.)

0 0 7

Identifikasi Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Melalui Analisis RAPD dan Morfologi The Identification of Some Accessions of Jatropha curcas L.Using Morphological and RAPD Analysis

0 0 7

Peranan Pupuk Organik dan NPK Majemuk terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit TBM 1 di Lahan Marginal The Role of Organic and NPK Compound Fertilizers on Growth of One-year-old Oil Palm on Marginal Land

0 0 8

Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) The Permeability and Germination of Sugar Palm Seeds (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.)

0 0 7

Respon Pertumbuhan dan Produksi Jintan Hitam (Nigella sativa L.) dengan Pemupukan Nitrogen dan Fosfor Growth and Production Response of Black Cumin (Nigella sativa L.) with Nitrogen and Phosphorus Fertilization

0 0 8

Taksonomi Mangga Budidaya Indonesia dalam Praktik Taxonomy of Cultivated Indonesian Mango in Practice

0 0 8

Pengaruh Kalium dan Varietas Jagung terhadap Eksudat Asam Organik dari Akar, Serapan N, P, dan K Tanaman dan Produksi Brangkasan Jagung (Zea mays L.) Effect of Potassium and Maize Varieties on Organic Acid Exudate from Roots, Plant N, P, and K Uptakes, an

0 0 8

Karakterisasi Buah dan Penentuan Saat Masak Fisiologi Benih Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Fruit Characterization and Determination of Seed Physiological Maturity of Several Chili (Capsicum annuum L.) Genotypes

0 0 6