94 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU RUMAH TANGGA DALAM MELAKUKAN TES IVA SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU RUMAH TANGGA

DALAM MELAKUKAN TES IVA SEBAGAI UPAYA DETEKSI

DINI KANKER SERVIKS

  

Amik Khosidah, Yuli Trisnawati

Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Email: dindaamik@yahoo.com

  

ABSTRACT: DETERMINANS OF FACTOR AFFECTING BEHAVIOR WOMAN

OF FERTILE AGE EFFORTS AGAINST CERVICAL CANCER EARLY

DETECTION TEST METHODS IVA (VISUAL INSPECTION ACETIC ACID).

  

Indonesian Cancers Foundation State that each year about 500.000 women who are

diagnosed with cervical cancer and more than 250.000 died. a total of 2,2 milion women

in the world suffer from cervical cancers. This research is to identify determinan factor

that influence behaviour of WUS for early detection of cervical cancers with a tes method

  

IVA (Visual Inspection With Acetic Acid) in the district of West Purwokerto Banyumas

Regency. The study is quantitative research design with cross sectional exsplanatory

research. The numbers of respondents as many as 100 people, where the sampel is taken

by quota sampling of all cervical cancer patients and by using the formula Slovin. Data

analysis is univariate, bivariate, and multivariate logistic regression using SPSS

programe. There was a significant relationship between the level of knowledge about

cervical cancer (p = 0.003), the level of knowledge about IVA test (p = 0.005), attitude

WUS (p = 0.003), the benefits of IVA test (p = 0.033).

  Keyword: Women of fertile age, cervical cancer, behavior of IVA Test

ABSTRAK: ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

WANITA USIA SUBUR TERHADAP UPAYA DETEKSI DINI KANKER

SERVIKS DENGAN METODE TES IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT).

  

Yayasan Kanker Indonesia menyebutkan bahwa setiap tahunnya sekitar 500.000

perempuan didiagnosis menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia.

Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui determinan faktor yang mempengaruhi perilaku WUS terhadap upaya

deteksi dini kanker serviks dengan metode tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian merupakan

penelitian kuantitatif dengan rancangan explanatory research dengan cross sectional.

Jumlah responden sebanyak 100 orang, dimana sampel diambil secara quota sampling

dari semua pasien kanker serviks dan dengan menggunakan Rumus Slovin. Analisis data

secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan metode regresi logistik menggunakan

program SPSS. Hasil penelitian diketahui terdapat hubungan signifikan antara tingkat

pengetahuan tentang kanker serviks (p = 0,003), tingkat pengetahuan tentang tes IVA (p

= 0,005), sikap WUS (p = 0,003), manfaat melakukan tes IVA (p = 0,033).

  Kata Kunci: Wanita Usia Subur, Kanker serviks, Perilaku Tes IVA

  Amik Khosidah, dkk, Determinan Faktor yang... 95 PENDAHULUAN

  Kanker serviks yang biasa disebut kanker mulut rahim merupakan sebuah penyakit yang paling ditakuti kaum hawa. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks, yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun. Kanker serviks ternyata dapat tumbuh pada wanita yang usianya lebih muda dari 35 tahun.

  Di seluruh dunia, setiap dua menit satu perempuan meninggal karena kanker leher rahim. Menurut penelitian dari Ferlay, hampir 500.000 kasus baru kanker leher rahim terdiagnosis tiap tahunnya. Delapan puluh persen kasus tersebut terutama terjadi di negara berkembang. Sedikitnya 200.000 perempuan di negara berkembang meninggal tiap tahun karena kanker ini. Fakta-fakta tersebut membuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada perempuan di dunia. Angka kematian akibat kanker di dunia memang belum mengungguli kanker paru-paru. Kemungkinan hal ini disebabkan karena penderita kanker serviks hanya pada wanita saja. Namun demikian kanker serviks tetap menjadi pusat perhatian dunia karena angka kematian karena kanker serviks ini meningkat tajam.

  Salah satu sumber penularan utama (75%) adalah melalui hubungan seksual. Penyebab kanker serviks yaitu virus HPV (Human Pappiloma Virus). Penularan virus HPV terjadi melalui hubungan seksual, terutama hubungan seksual yang dilkukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun manual ke genital. Karena itu penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus HPV.

  Infeksi menetap melalui hubungan seksual akan menyebabkan pertumbuhan sel abnormal yang akhirnya dapat mengarah pada perkembangan kanker. Perkembangan ini membutuhkan waktu antara 5-20 tahun, mulai dari

96 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 94-105

  terjadinya kanker dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displasia, dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Perkembangan displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan menjadi 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun

  Perkembangan menjadi kanker serviks yang relatif lama memungkinkan Wanita Usia Subur dapat mendeteksi kanker serviks semenjak dini, sehingga sel- sel yang abnormal dapat dicegah perkembangannya. Perubahan sel-sel abnormal menjadi sel sel kanker yang membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun memungkinkan dilakukan pengobatan yang tepat sehingga akan segera menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sehingga perempuan akan terhindar dari penyakit ganas yang dapat menyebabkan kematian. Pada umumnya para pasien yang berobat ke rumah sakit telah dalam stadium lanjut, yaitu: stadium IA dan II A tercatat 28,6%, stadium

  IIB-IVB yang datang ke rumah sakit sebanyak 66,4% dan stadium IIIB tercatat 37,3%.

  Diananda menyatakan bahwa keganasan pada leher rahim ini berkembang dari bentuk pra kaker menjadi kanker invasif, merupakan proses perlahan-lahan dan memakan waktu bertahun-tahun. Sedangkan menurut dr. Maringan DL. Tobing, secara klinis, kanker leher rahim pra-infasif adalah keadaan tanpa keluhan dan dengan mata biasa tidak mungkin dapat dideteksi karena sering tampak sebagai leher rahim normal. Oleh karena itu, skrining lesi pra kanker sangat penting mengingat pengobatannya memberi kesembuhan sampai 100 persen. Pada kanker invasif memberi hasil kurang memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun antara 20-90 persen. Bila seseorang telah menderita kanker serviks, maka tidak akan terlalu sulit untuk memastikannya. Tapi yang terpenting adalah mengetahuinya sedini mungkin, dimana baru terjadi perubahan awal pada sel-sel epitel serviks dan belum berubah menjadi suatu keganasan.

  Amik Khosidah, dkk, Determinan Faktor yang... 97

  pembedahan/pengangkatan rahim, radioterapi, kemoterapi, kolposkopi, dan biopsi masih termasuk mahal. Kematian pada kasus kanker seviks dan kanker payudara di Indonesia dua kali lebih besar dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat yang telah mengalami penurunan kejadian sampai 90% dan Australia menurunkan kematian akibat kanker serviks menjadi 2,8% per tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dalam deteksi dini kanker serviks. Diperkirakan hanya lima persen wanita di Indonesia yang pernah menjalani pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks selama lima tahun terakhir.

  Ada beberapa metode deteksi dini kanker leher rahim seperti Pap Smear, Pp net, dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Penapisan kanker serviks dengan Tes Pap Smear tetap menjadi standar utama, hanya saja penyelenggaraan tes Pap Smear secara luas sangat sulit dilakukan di Indonesia. Hal ini terkendala oleh faktor belum tersedianya sumber daya, khususnya Spesialis Patologi Anatomi dan skiner sitologi sebagai pemeriksa sitologi di semua ibukota provinsi, apalagi di Kabupaten di Indonesia. Upaya penapisan dengan Pap net dilakukan dengan mengidentifikasi sel abnormal serviks secara komputerisasi pada gelas kaca, apalagi ditemukan sel yang abnormal akan dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi, sehingga membutuhkan biaya yang tinggi. Metode penapisan di Indonesia yang lebih mampu dilaksanakan, murah dan efektif adalah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Perempuan yang kegiatan seksualnya masih aktif sampai usia 65 tahun harus mendapatkan tes skrinning tersebut.

  IVA adalah tes skrining yang ditemukan oleh Hinselmen di tahun 1925, teknik ini sangat tepat untuk diterapkan secara massal di Indonesia. IVA dapat membedakan antara leher rahim yang normal dan tidak normal dengan cara yang murah, mudah tersedia dan cepat. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah salah satu tes untuk mengidentifikasi lesi pra kanker. IVA adalah praktek yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumberdaya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain, karena: aman, tidak mahal dan mudah dilakukan, dapat dipelajari daan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua jenjang

98 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 94-105

  besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat, tidak bersifat invasif dan efektif dapat mengidentifikasi lesi pra-kanker.

  Studi pendahuluan di Kabupaten Banyumas rata-rata pasien yang datang untuk dirawat sudah memasuki stadium lanjut, hanya 18,5% saja yang masih stadium 1. Sedangkan data yang terekam di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas angka kejadian kanker serviks setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 196 kasus, tahun 2011 sebanyak 243 kasus dan tahun 2012 sebanyak 268 kasus. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan petugas kesehatan di RSMS menyatakan bahwa keterlambatan diagnosa kanker serviks ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar WUS mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kanker serviks dan metode-metode deteksi dini kanker serviks. Hal itu mempengaruhi persepsi dan sikap WUS terhadap deteksi dini kanker serviks sehingga sebagian WUS tidak memiliki kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks secara rutin dan banyak WUS yang tidak pernah melakukan deteksi dini kanker serviks.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menganalisa faktor yang mempengaruhi perilaku WUS terhadap upaya deteksi dini kanker serviks dengan metode tes IVA (Inspeksi Visual dengan Metode Asam Asetat) di Kabupaten Banyumas.

B. PERUMUSAN MASALAH

  Kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Gejala umum kanker adalah adanya perubahan sel-sel tersebut yang memakan waktu bertahun-tahun sebelum menjadi kanker. Perkembangan keganasan mulut rahim berjalan sangat lambat, tetapi ironisnya, sebagian besar kedatangan penderita sudah dalam stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak memuaskan. Wanita Usia Subur dapat menghentikan sel-sel yang tidak normal tersebut sebelum berubah menjadi kanker. Sel-sel tersebut dapat dideteksi dengan metode penapisan Pap Smear, Pp

  Amik Khosidah, dkk, Determinan Faktor yang... 99

  Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Banyumas dalam menanggulangi kejadian kanker serviks, salah satunya melalui upaya penapisan dengan metode IVA secara gratis dan rutin. Namun pada kenyataannya upaya ini belum efektif untuk meningkatkan peran aktif Wanita Usia Subur di Kabupaten Banyumas dalam melakukan upaya preventif deteksi dini kanker serviks dengan metode penapisan tes IVA. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar WUS belum mempunyai pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemeriksaan IVA dan bahaya penyakit kanker leher rahim. Sehingga membentuk sikap yang kurang positif terhadap upaya deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperoleh pertanyaan: determinan faktor apa sajakah yang mempengaruhi perilaku WUS terhadap upaya deteksi dini kanker serviks dengan metode tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Kabupaten Banyumas?

METODE PENELITIAN

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory

  

research ) dengan metode survey. Jenis penelitian ini termasuk Cross Sectional

  yaitu rancangan penelitian dengan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan, atau melakukan pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang sama. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah secara kuantitatif. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh WUS (15-49 tahun) yang sudah menikah dan berdomisili di kecamatan Purwokerto Barat. Alasan dilaksanakan penelitian di Kecamatan Purwokerto Barat karena termasuk kecamatan yang mempunyai jumlah peserta tes IVA paling sedikit dengan kasus kanker serviks positif terbanyak se eks Karesidenan Banyumas. Analisis Univariat dilakukan untuk memberikan gambaran secara umum terhadap variabel-variabel yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan analisis persentase sehingga penyajiannya dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi. Analisis Bivariat ini dilakukan dengan analisis statistik Chi Square. Tujuan analisis ini adalah untuk

  100 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 94-105

  variabel bebas dengan variabel terikat, arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.

  HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Analisa Univariat 1.

  Pengetahuan tentang kanker serviks Tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks yang baik sebanyak 59 orang (59,0%) lebih tinggi dibandingkan yang tidak baik yaitu

  41 orang (41,0%) orang. Pengetahuan yang baik tentang kanker serviks sangat diperlukan pada wanita usia subur, sehingga dapat melakukan upaya pencegahan terjadinya kanker serviks. Tingginya angka kematian penderita kanker serviks adalah akibat dari sebagian besar penderita datang berobat sudah pada stadium lanjut.

2. Pengetahuan tentang tes IVA

  Tingkat pengetahuan WUS tentang tes IVA yang baik sebanyak 51 orang (51,0%) lebih tinggi dibandingkan yang tidak baik yaitu 41 orang (49,0%). Pengetahuan tentang tes IVA sangat diperlukan supaya wanita usia subur dapat mengetahui manfaat dengan melakukan tes IVA. Pengetahuan tentang tes IVA yang kurang baik dapat menjadi faktor yang mendorong wanita usia subur enggan melakukan tes IVA. Hasil penelitian Fransiska menemukan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang menghambat responden melakukan deteksi dini kanker servik (63%).

3. Sikap WUS terhadap tes IVA

  Sikap WUS terhadap tes IVA yang baik sebanyak 61 orang (61,0%) lebih tinggi dibandingkan yang tidak baik yaitu 39 orang (39,0%) orang. Sikap WUS terhadap tes IVA yang baik diperlukan agar WUS dapat meyakini manfaat melakukan tes IVA dalam mencegah terjadinya kanker serviks. Sikap yang kruang baik dapat menghambat WUS untuk melakukan tes IVA karena kekhawatiran jika dirinya akan terdeteksi

  Amik Khosidah, dkk, Determinan Faktor yang... 101

  waria merasa takut untuk mengecek kesehatan mereka dengan alasan nanti malah ketakutan mengidap suatu penyakit.

4. Manfaat melakukan tes IVA

  Persepsi WUS tentang manfaat melakukan tes IVA pada kategori baik yaitu 61 orang (61,0%) dan yang tidak baik yaitu 39 orang (39,0%). Persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived benefits). Walaupun seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap suatu penyakit, dan juga sudah mengetahui bahaya tersebut, ia tidak akan begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya, kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya. Keengganan WUS untuk melakukan tes IVA tidak dapat dilepaskan dari pemahaman WUS tentang manfaat melakukan tes IVA. Masih banyaknya WUS yang belum melakukan tes IVA secara rutin dapat mengindikasikan WUS belum banyak mengetahui tentang manfaat tes

  IVA.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara pengetahuan tentang kanker servik dengan perilaku tes IVA.

  Dari 58 orang responden yang melakukan tes IVA, sebanyak 16 orang memiliki pengetahuan kanker serviks tidak baik dan 42 orang memiliki pengetahuan kanker serviks yang baik. Hasil uji hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku tes IVA diperoleh nilai p = 0,003 yang lebih kecil dari

   = 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker servik dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014. Pengetahuan yang baik yang dimiliki WUS tentang kanker serviks dapat menjadi faktor yang mendorong WUS untuk berusaha agar dapat terhindari dari kanker serviks. Berbagai sumber informasi yang saat ini dapat dengan mudah diakses oleh WUS, memungkinkan pengetahuan WUS tentang

  102 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 94-105

  Kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya penapisan menjadi faktor penghambat untuk penapisan kanker. Cumming dalam Muhazam menyatakan bahwa pengetahuan individu tentang penyakit akan membentuk persepsi individu tentang ancaman penyakit dan kepercayaan terhadap kerentanan terhadap penyakit akan memotivasi individu untuk melakukan perilaku kesehatan.

  2. Hubungan antara pengetahuan tentang tes IVA dengan perilaku tes IVA.

  Dari 58 orang responden yang melakukan tes IVA, sebanyak 21 orang memiliki pengetahuan tes IVA tidak baik dan 42 orang memiliki pengetahuan tes IVA yang baik. Hasil uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku tes IVA diperoleh nilai p = 0,005 yang lebih kecil dari  = 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker servik dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014. Pengetahuan WUS tentang tes IVA sangat penting agar dapat menumbuhkan keinginan WUS dalam mencegah kanker serviks. Pemahaman yang baik dari WUS tentang IVA dapat mendorong WUS untuk melakukan tes IVA.

  Beberapa faktor hambatan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, diantaranya adalah perilaku wanita usia subur yang enggan untuk diperiksa karena tidak pernah mengetahui tentang deteksi dini kanker serviks, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

  3. Hubungan antara sikap WUS terhadap tes IVA dengan perilaku tes IVA

  Dari 58 orang responden yang melakukan tes IVA, sebanyak 15 orang memiliki sikap terhadap tes IVA tidak baik dan 43 orang memiliki sikap baik terhadap tes IVA. Hasil uji hubungan antara sikap WUS

  Amik Khosidah, dkk, Determinan Faktor yang... 103

  sikap WUS terhadap tes IVA dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014.

  Pengetahuan yang telah dimiliki oleh WUS dapat memberikan landasan bagi WUS untuk bersikap terhadap penting tidaknya melakukan tes IVA. Keyakinan yang dimiliki WUS tentang tes IVA dapat mendorong WUS untuk melakukan tes IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks. Faktor agama atau keyakinan dan sosial budaya yang dianut wanita usia subur mempengaruhi keputusannya untuk tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks

4. Hubungan antara manfaat melakukan tes IVA dengan perilaku tes IVA

  Dari 58 orang responden yang melakukan tes IVA, sebanyak 17 orang memiliki persepsi manfaat tes IVA tidak baik dan 41 orang memiliki persepsi manfaat tes IVA yang baik. Hasil uji hubungan antara persepsi WUS mengenai kerentanan terhadap kanker serviks dengan perilaku tes

  IVA diperoleh nilai p = 0,033 yang lebih kecil dari  = 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi WUS tentang manfaat melakukan tes IVA dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014.

  WUS yang dapat memahami manfaat tes IVA dalam mendeteksi dini kanker serviks, akan berusaha untuk melaksanakannya. Tes IVA tidak memiliki risiko yang negatif, bahkan justru dapat memberikan informasi dini tentang kondisi kesehatannya. Informasi tentang manfaat melakukan tes IVA harus senantiasa disosialisasikan agar dapat meningkatkan kesadaran WUS untuk melakukan tes IVA. Jika persepsi terhadap ancaman kanker serviks tinggi dan persepsi akan keuntungan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks melebihi dari persepsi akan hambatan yang akan diperoleh, maka dapat mendorong seseorang untuk melakukan deteksi dini kanker serviks secara rutin.

  104 Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No. 2 Edisi Desember 2015, hlm. 94-105 KESIMPULAN

  Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kanker servik dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014 (p = 0,003). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang tes IVA dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014 (p = 0,005). Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap WUS terhadap tes IVA dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014. (p = 0,003). Terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat melakukan tes IVA dengan perilaku tes IVA di Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas Tahun 2014 (p = 0,033).

DAFTAR PUSTAKA

  Akhmad Nadirin. 2013. Kiat mudah mengatasi kanker serviks. Yogyakarta: Aulia Publishing. Bertiani Sukaca. 2009. Cara cerdas menghadapi kanker serviks (leher rahim).

  Yogyakarta: Genius Publising Ririn. Kanker leher rahim. Terdapat Pada Diakses pada 5 Juli 2012.

  Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman pengendalian faktor resiko penyakit kanker . Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman nasional pengendalian penyakit

  Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan kanker. Lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

  Departemen Kesehatan RI. 2007. Petunjuk teknis pencegahan-deteksi dini kanker

leher rahim dan kanker payudara . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2011. Profil kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2011 , Banyumas. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman penemuan dan penatalaksanaan . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

  penyakit kanker tertentu di komunitas

  Amik Khosidah, dkk, Determinan Faktor yang... 105 Ramli. 2002. Deteksi dini kanker. Jakarta: FK UI.

  Fauzi m. Annas. 2007. Perilaku homoseksual waria terhadap penyakit menular seksual Hiv/Aids didaerah Istimewa Yogyakarta . Fakultas kedokteran.

  Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Candraningsih. 2011. Hubungan tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks

  dengan praktik deteksi dini kanker serviks di BPS IS Manyaran Semarang [Relationships women of childbearing age level of knowledge about cervical cancer with cervical cancer early detection practices in BPS IS Manyaran Semarang].. from: http://ejournal. .ac.id /index.php/ilmukeperawatan/search .

  Suwiyoga. 2009. Beberapa masalah Pap smear sebagai alat diagnosis dini

  kanker serviks di Indonesia [Some problems Pap smear as a means of early diagnosis of cervical cancer in Indonesia ]. from: http://ejournal. unud.ac.id/abstrak/pap.pdf .

  Nurhasanah, C. 2008. Pengaruh karakteristik dan perilaku PUS Terhadap

  Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Medan : USU