Keywords: Internal Control System, Fraud, distribution and procurement 1. Latar Belakang - Marlina, Indah Lia Puspita, dan Eka Sariningsih

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012 Penerapan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Resiko Terjadinya

  

Kecurangan (Fraud) Dalam Pengadaan Obat-Obatan Di Instalasi Farmasi Dan

Distribusi Obat-Obatan Kepada Pasien

(Study Kasus Pada Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin Bandar Lampung)

  

Marlina, Indah Lia Puspita, dan Eka Sariningsih

  Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Malahayati, Bandar Lampung Email; ekasariningsih@yahoo.com

  

Abstract. The Hospital is one the important health care network. One of the service that should get

  more attention from a hospital are medical supplier for all patiens. Because the drugs is very important in hospital is a necessary good internal control to prevent errors of fraud in the process of procurement and distribution of medicines in the hospital Pharmacy Intallation. The purpose of this study was to see whether the internal control system implemented by Pertamina-Bintang Amin Hospital has been implemented in accordance with the theories that have been studied. The method used for this research is to analyze the comparative approach is descriptive analysis. Method of data collection by interview and direction observation. The respondents in this study is the Head of Pharmacy and related employees. After the interview, direct observation, analysis and evaluation of the internal control system Pharmacy Internal Control system can be concluded that the application has not met some of the components of onternal control so that it can be said that the theory of Pharmacy RSPBA Internal Control System can not be said to be able to prevent the chance and opportunity intentionally, the occurrence of a fraud of errors in recording and stock corruption.

  Keywords: Internal Control System, Fraud, distribution and procurement

1. Latar Belakang

  Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Kegiatan utama sebuah rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada pasien. Terciptanya tata kelola yang baik dirumah sakit dan dimilikinya instrumen organisasi yang handal untuk menjadikan rumah sakit tetap survive sebagai pelayanan publik merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini merupakan isu yang sangat sentral dan penting karena rumah sakit merupakan pusat pertanggungjawaban yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat dapat terjangkau dan berkualitas. Salah satu pelayanan yang harus mendapat perhatian lebih dari sebuah rumah sakit adalah persediaan obat bagi semua pasien. Persediaan obat dalam suatu rumah sakit memiliki arti yang sangat penting karena persediaan obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Oleh karena itu, perlakuan akuntansi persediaan obat yang baik harus diterapkan oleh pihak rumah sakit untuk membantu kelancaran dalam kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya persediaan obat, rumah sakit akan dihadapkan pada resiko tidak dapat memenuhi kebutuhan para pengguna jasa rumah sakit (pasien). Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam operasi normal perusahaan (Harnanto, 2002:222).

  Pengendalian intern yang baik memungkinkan manajemen siap menghadapi perubahan ekonomi yang cepat, persaingan, pergeseran permintaan pelanggan dan fraud serta restrukturisasi untuk kemajuan yang akan datang (Ruslan, 2009). Jika pengendalian intern suatu perusahaan lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud sangat besar. Sebaliknya, jika pengendalian intern kuat maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud dapat diperkecil. Kalaupun kesalahan dan fraud

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  masih terjadi, bisa diketahui dengan cepat dan dapat segera diambil tindakan-tindakan perbaikan sedini mungkin. Adapun pengendalian intern yang diterapkan oleh Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin saat ini didalam siklus pengadaan dan pendistribusian persediaan obat-obatan berdasarkan manajemen persediaan Instalasi Farmasi yaitu: Perencanaan Persediaan Obat-Obatan, Pembelian Persediaan Obat- obatan, Penyimpanan, Pendistribusian, Penghapusan. Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis mencoba menjadikan laporan arus pengadaan obat-obatan di Instalasi Farmasi dan laporan distribusi obat-obatan kepada pasien Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin sebagai objek penelitian untuk menganalisis sistem pengendalian intern yang digunakan oleh Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin. Pamungkas (2011) dalam penelitiannya mengenai penerapan pengendalian intern terhadap persediaan obat-obatan untuk pasien dinas di Rumkit Tk II Dr. Soedjono Magelang dengan membandingkan antara penerapan yang dilakukan oleh Rumkit Tk II dengan teori yang selama ini dipelajari, maka dari analisis ini didapatkan kesimpulan bahwa struktur organisasi Rumkit khusunya Bagian Instalasi Farmasi dalam menetapkan wewenang dan tanggungjawab telah sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam melakukan pengendalian sehingga kesalahan dapat dihindari. Penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermiyetti (2010) yang dalam penelitiannya menunjukkan bukti dengan menggunakan metode penelitian Path analysis bahwa terdapak dampak dari pengendalian intern dalam pencegahan penyimpangan dalam proses pengadaan barang di rumah sakit. Pada penelitian Hermiyetti objek penelitiannya adalah beberapa rumah sakit umum dan swasta di Kota Bandung. Sample penelitian yang digunakan bukan hanya terfokus pada obat namun seluruh pengadaan alat-alat kesehatan dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner dan pengujian hipotesis. Penelitian ini dibatasi pada bagaimana sistem pengendalian intern yang ada di Rumah Sakit Pertamina- Bintang Amin tersebut dijalankan. Unsur-unsur yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Intern sebagai pengendali dan pengawas dari adanya resiko kecurangan (fraud) dalam pemesanan obat-obatan yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin dan pendistribusiannya kepada pasien Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin. Pendistribusian obat di batasi pada pasien rawat inap. Selain itu juga akan dijelaskan bagaimana peranan, lingkungan dan sistem pengendalian intern itu sendiri serta pihak-pihak yang terlibat. Penelitian ini juga menjelaskan tentang kecurangan (fraud) itu sendiri dan pencegahannya dengan menggunakan SPI Rumah Sakit yang ada berdasarkan teori-teori.

2. Kajian Pustaka Pengendalian Intern

  IAI (2001: 319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut : Keandalan pelaporan keuangan, Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, Efektifitas dan efesiensi operasi.

  Lebih lanjut AICPA (American Instiute of Certiffied Public Accountants) memberi definisi sebagai berikut : “Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang di anut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan effisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan”.

  Ada lima sifat (characteritic) sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya (reliable) : Kualitas karyawan sesuai dengan tanggungjawabnya, Rencana organisasi yang memberi perusahaan laba, Sistem pemberian wewenang tujuan dan teknik dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, hutang, penghasilan dan biaya, Pengendalian terhadap penggunaan aktiva

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  dan dokumen serta formulir yang penting, Perbandingan catatan aktiva dan hutang dengan yang senyata-nyatanya ada dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan.

  Kecurangan (Fraud)

  Kecurangan (fraud) merupakan salah satu bentuk irregularities. Secara singkat dinyatakan sebagai penyajian palsu atau penyembunyian fakta material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu. Jack Bologna, Robert J. Lindquits Joseph T. Weels yang dikutip oleh Amin (2000:1) : “ Fraud is

  criminal deception intenden to financially benefit the deceiver”

  Definisi lain mengenai fraud dikemukakan oleh The Institute of Internal Auditor yang dikutip oleh Soejono (2000:34) :faktor pendorong terjadinya kecurangan menyatakan pendapatnya tentang adalah sebagai berikut : Lemahnya Pengendalian Intern, Tekanan keuangan terhadap seseorang, Indikasi lain , Soejono (2000:38).

  

Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) telah mengkategorikan fraud ke dalam tiga

  kelompok dan tindakan pendeteksian berdasarkan tiga kelompok kecurangan tersebut adalah :

  

Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) , Kecurangan dalam penyajian

  laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan selanjutnya adalah

  

Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation), Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan

  kategori ini sangat banyak variasinya diantaranya Analytical review, Statistical sampling, Site visit –

  

observation. Kelompok ketiga yaitu Korupsi (Corruption, Sebagian besar kecurangan ini dapat

  dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain ke perusahaan.

  Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)

  Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecurangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab- sebab timbulnya kecurangan tersebut.

  Instalasi Farmasi Rumah Sakit

  Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan di suatu rumah sakit. Jadi, instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pengelolayaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut, definisi yang umum dari instalasi farmasi rumah sakit adalah sebagai berikut : Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu departemen/unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggara yang bertangung jawab atas seluruh pekerjaan dan pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.

  Hipotesis

  Pengendalian Intern merupakan kegiatan metode pengawasan manajemen. Metode pengendalian manajemen merupakan metode yang digunakan manajemen untuk memantau aktivitas setiap fungsi dan anggota organisasi. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (2003:178), “metode- metode pengendalian manajemen terdiri dari teknik-teknik yang digunakan oleh manajemen untuk

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  menyampaikan instruksi dan tujuan-tujuan operasi kepada bawahan dan untuk mengevaluasi hasil- hasilnya”. Pengendalian intern tak terlepas dari peran dan fungsi audit internal. Peran internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakannya. Fungsi audit intern dibuat dalam satuan usaha untuk memantau efektivitas kebijakan dan prosedur lain yang berkaitan dengan pengendalian. Untuk meningkatkan keefektifan fungsi audit intern, adanya staf audit intern yang independen dari bagian operasi dan akuntansi menjadi penting dan melapor kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi dalam organisasi, baik manajemen puncak atau komite audit dari dewan direksi dan komisaris. Dalam kaitannya dengan pencegahan terjadinya kecurangan (fraud), pengendalian intern mempunyai peranan yang sangat besar. Fitur sistem pengendalian manajemen, seperti pengendalian intern biasanya dihormati sebagai suatu kunci penghalang dari kecurangan. Sistem Pengendalian Intern secara potensial akan mencegah kesalahan-kesalahan dan kecurangan melalui pengawasan dan meningkatkan proses pelaporan keuangan dan organisational sama baiknya menjamin pemenuhan yang bersangkutan dengan hukum dan regulasi. Melalui uraian di atas maka dapat dirumuskan penelitian ini sebagai berikut:

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN

  INTERNAL (FRAUD)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

3. Metode Penelitian Jenis Data dan Sumber Data

  Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari: data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan yang diperoleh dari teknik wawancara, kemudian akan diolah penulis, seperti: wawancara dengan staf bagian yang terkait dengan persediaan obat di Instalasi Farmasi dan pendistribusian obat kepada pasien di Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin, data lain yang digunakan yaitu data sekunder Merupakan data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk : struktur organisasi, siklus akuntansi obat, laporan pembelian, persediaan dan laporan penggunaan persediaan obat.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan: teknik wawancara, penulis melalukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan pihak staf rumah sakit, khususnya dengan bagian yang berhubungan dengan objek penelitian, serta peninjauan, yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian intern persediaan obat Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin.

  Metode Analisis Data

  Metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah metode dengan pendekatan komparatif yaitu analisis deskriptif yang bersifat membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu. Langkah-langkah yang penulis ambil untuk menganalisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai penerapan pengendalian intern pengadaan obat untuk pasien di Instalasi Farmasi dan pendistribusian obat-obatan kepada pasien Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin.Untuk mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai penerapan pengendalian intern pengadaan obat untuk pasien di Instalasi Farmasi dan pendistribusian obat- obatan kepada pasien Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin, penulis melakukan beberapa langkah

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  sebagai berikut: Melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan Bagian Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin. Melakukan peninjauan langsung terhadap siklus persediaan obat dan pendistribusiannya kepada pasien di Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin.

  2. Mengetahui bagaimanakah pengendalian intern persediaan obat Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin jika dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku-buku literatur. Untuk mengetahui bagaimanakah pengendalian intern persediaan obat Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin jika dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku-buku referensi, penulis melakukan tanya jawab kepada bagian-bagian bersangkutan, yang kemudian dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku-buku literatur. Mengenai hal-hal yang akan dibandingan adalah 5 komponen pengendalian intern yang dihasilkan dari poin no 1 diatas, antara lain: Lingkungan Pengendalian, Penilaian Resiko, Informasi dan Komunikasi, Aktivitas Pengendalian, dan Pemantauan.

  Responden

  Menurut Arikunto (2007:99) Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel penelitian melekat. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan di Bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin. Objek penelitian (variabel penelitian) merupakan sesuatu yang menjadi sasaran atau titik pandang dari suatu penelitian (Arikunto, 2007:17). Objek dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Intern yang digunakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin baik dalam pengadaan obat-obatan maupun pendistribusiannya kepada pasien. Berdasarkan subjek dan objek yang digunakan dalam penelitian ini maka responden pada penelitian ini adalah pimpinan dan staf Bagian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin.

4. Hasil Analisis dan Pembahasan Analisis Data

  Langkah-langkah yang penulis ambil untuk menganalisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai penerapan pengendalian intern pengadaan obat untuk pasien di Instalasi Farmasi dan pendistribusian obat-obatan kepada pasien Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin.

  2. Mengetahui bagaimanakah pengendalian intern persediaan obat Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin jika dibandingkan dengan teori yang terdapat dalam buku-buku referensi. Untuk mendapatkan pemahaman yang cukup mengenai penerapan pengendalian intern pengadaan obat untuk pasien di Instalasi Farmasi dan pendistribusian obat-obatan kepada pasien Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin, penulis melakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan Bagian Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin.

  Adapun siklus perencanaan obat akan tergambar sebagai berikut : Adapun siklus pemesanan persediaan obat di Instalasi Farmasi

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  Adapun siklus pengadaan persediaan di Instalasi Farmasi RSPBA adalah sebagai berikut : Untuk siklus pendistribusian obat kepada pasien rawat inap yaitu ;

  Surat Pemesanan Pemasok Persediaan Berdasarkan pesanan

  Instalasi Farmasi RS Pengecekan Penyimpanan di Gudang Sementara

  Pencatatan ke kartu Stock dan faktur Input Komputer Rencana Kebutuhan

  Material yang telah Kepala Instalasi Farmasi RSPBA Bagian

  Logistik Direktur Surat Pemesanan

  Surat Pemesanan yang telah Pemasok

  Wakil Biro Penunjang Medis Direktur RSPBA Rencana Kebutuhan Material (RKM)

  Kepala Instalasi Farmasi otorisasi menyetujui membuat

  Resep Dokter Kartu Instruksi Obat Pasien rawat inap List pasien/Buku Kendali

  Input Komputer

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  2) Melakukan observasi langsung terhadap siklus persediaan obat dan pendistribusiannya kepada pasien di Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

  Lingkungan Pengendalian

  Untuk Komitmen terhadap Kompetensi Pegawai yang ditempatkan di Bagian Instalasi Farmasi yaitu mereka yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan terutama di Bidang Ke-Farmasian. Hal ini dimaksudkan agar terwujudnya Instalasi Farmasi yang baik karena dikelola oleh orang-orang yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh Bagian Instalasi Farmasi itu sendiri. Dewan Komisaris

  

dan Komite Audit pada b agian Instalasi Farmasi tidak memiliki komite audit atau dewan komisaris.

  Secara umum, pengauditan dilakukan oleh Rumah Sakit. Untuk Instalasi Farmasi sendiri pengawasan dan pengontrolan segala aktivitasnya masih dilakukan sendiri oleh Kepala Bagian Instalasi. Filosofi

  

dan Gaya Operasi ba gian Instalasi Farmasi adalah terpenuhinya kebutuhan obat bagi setiap pasien di

  setiap harinya tanpa adanya keterlambatan atau masalah yang berarti. Dengan filosofi ini, manajemen Rumah Sakit menekankan gaya operasi yang menjelaskan betapa pentingnya laporan pengadaan dan pendistribusian obat kepada pasien. Dalam hal ini laporan-laporan ini dihasilkan melalui prosedur- prosedur yang telah ditetapkan serta sudah didukung oleh bukti-bukti yang kompeten sehingga tercipta lingkungan pengendalian yang baik. Struktur organisasi Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin, khususnya Bagian Instalsi Farmasi telah disusun dan dirancang dengan baik, ini dapat dilihat pada lampiran struktur organisasi Instalasi Farmasi. Namun, belum adanya pembagian secara fungsional dikarenakan RSPBA merupakan rumah sakit yang baru beroperasi sehingga beberapa fungsi yang seharusnya ada belum terealisasi seperti fungsi gudang, fungsi pembelian dan fungsi pengeluaran.

  Untuk fungsi akuntansi dan bendahara secara umum di bawah wewenang RSPBA, sehingga ada beberapa unsur-unsur struktur organisasi yang tidak terpenuhi.

  Penilaian Risiko

  Dalam penilaian resiko di Instalasi Farmasi adalah mencegah terjadinya kekosongan obat di bagian penyimpanan. Apabila dilakukan pemesanan terhadap obat dengan pemasok yang jarak tempuh perjalanannya melebihi satu hari, maka kebijakan yang dilakukan oleh Kepala Bagian Instalasi Farmasi adalah mencari pemasok cadangan agar tidak terjadi kekurangan kebutuhan dalam rentang waktu tersebut. Selain itu, pengeluaran dan penggunaan obat menggunakan metode LIFO-FIFO untuk mencegah terjadinya penggunaan obat yang habis masa pakainya dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu.

  Informasi dan Komunikasi.

  Dalam melakukan prosedur pengadaan dan pendistribusian sserta pengecekan persediaan obat, Instalasi Farmasi menggunakan informasi berupa catatan dan dokumen seperti Rencana Kebutuhan Material (RKM), Surat Pesanan, Kartu Stock, Faktur, Kartu Instruksi Obat (KIO), list pasien/buku kendali dan penginputan informasi setiap transaksi kedalam komputer. Setiap catatan dan dokumen tersebut telah memenuhi syarat.

  Aktivitas Pengendalian

  Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan dalam berbagai aktivitas diantaranya: Otorisasi Transaksi (Setiap kegiatan di Instalasi Farmasi di otorisasi oleh pihak-pihak yang memiliki tangungjawab dan wewenang terhadap transaksi tersebut), Pemisahan Tugas ( Instalasi Farmasi telah melakukan pembagian tugas bagi masing-masing pegawai yang ada di Instalasi Farmasi RSPBA. Namun belum adanya pembagian fungsi, seperti belum adanya pemisahan fungsi penyimpanan dan fungsi akuntansi, pemisahan fungsi otorisasi dan fungsi penyimpanan, pemisahan fungsi otorisasi dan fungsi akuntansi, Pemisahan fungsi dalam pengelolaan data elektronik.

  Pemantauan

  Karena Instalasi Farmasi tidak memiliki badan Pengendalian Intern secara khusus, maka pemantauan atas setiap kegiatan pengadaan dan pendistribusian obat dilakukan sendiri oleh Kepala Bagian Instalsi Farmasi.

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

5. Simpulan dan Saran

  Setelah dilakukan proses wawancara, peninjauan secara langsung, analisis dan evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern Instalasi Farmasi dapat disimpulkan bahwa penerapan SPI belum memenuhi beberapa komponen pengendalian intern sehingga dapat dikatakan bahwa secara teori SPI Bagian Instalasi Farmasi RSPBA belum dapat dikatakan mampu mencegah terjadinya peluang dan kesempatan baik sengaja maupun tidak disengaja terjadinya sebuah kecurangan (fraud) berupa kesalahan dalam pencatatan dan penyelewengan persediaan (korupsi). Beberapa bagian dari komponen pengendalian intern yang tidak terpenuhi seperti : Rumah Sakit Pertamina-Bintang Amin tidak memiliki fungsi internal audit, yaitu bagian khusus yang secara independen melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan prosedur dan pencatatan yang ada dalam manajemen rumah sakit.

  Peran dan fungsi tersebut di Bagian Instalasi Farmasi dilakukan oleh Kepala bagian Instalasi Farmasi. Belum adanya pembagian fungsi serta pemisahan tugas bagi masing-masing fungsi di Instalasi Farmasi RSPBA. Bukti pencatatan yang digunakan masih dilakukan secara manual dan tidak dibuat lebih dari rangkap 1 (satu). Untuk pengendalian akses secara umum setiap pegawai Instalasi Farmasi sah mengakses aktiva/persediaan di Instalasi Farmasi.

  Diharapkan untuk penelitian selanjutnya tidak hanya terbatas pada pengadaan obat-obatan namun juga pada seluruh pengadaan alat-alat kesehatan yang diterapkan oleh Rumah Sakit dan juga sebaiknya menggunakan kuesioner agar data yang diperoleh lebih valid. Melihat kondisi Instalasi Farmasi RSPBA saat ini, diharapkan bagi RSPBA untuk melakukan pengembangan terhadap Bagian Instalasi Farmasi sehingga mampu membentuk beberapa fungsi seperti fungsi gudang sebagai tempat penyimpanan dan pengawasan terhadap masuk keluarnya persediaan obat. Membentuk Internal Audit secara khusus bagi Instalasi Farmasi RSPBA. Membuat laporan tersendiri khususnya untuk pengadaan dan pendistribusian obat kepada pasien. Memberikan wewenang bagi personel tertentu untuk mengakses aktiva Instalasi Farmasi RSPBA. Membentuk struktur organisasi tersendiri bagi Bagian Instalasi Farmasi.

  Daftar Pustaka

  Agoes, Sukrisno, 2004. Auditing, Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid I, Edisi ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Amrizal, 2010.“Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Oleh Internal Audit”. Jurnal Ilmu Ekonomi. Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Budi Prasetiyo, Andrian, 2011, “Kualitas Prosedur Pengendalian Internal: Antecedents Dan

  Pengaruh Moderating Pada Keadilan Organisasi Dan Kecurangan (Fraud)”. Universitas Diponegoro, Semarang.

  Christofel S, Rendy, 2010, “Moderasi Pengendalian Internal Pada Hubungan Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap Tingkat Kecurangan (Fraud)”. Universitas Diponegoro, Semarang. Fachrudin, Henny, 2006. “Analisa Sistem Pengendalian Obat dan Alkes Kebutuhan Dasar Ruangan

  Rawat Inap di Instalasi Farmasi RSD Ciawi Kabupaten Bogor ”. Universitas Indonesia, Jakarta.

  Hermiyetti, 2010. “Pengaruh Penerapan Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang”. STEKPI, Jakarta. J.P. Siregar, M.Sc., Prof. Dr. Charles dan Lia Amalia.2003. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan. EGC, Jakarta. Kuesioner pada penelitian “Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Pemberian Kredit (Study Kasus Pada PT. Bank Mega Cabang Bandung). M. Selamet Widodo (Penterjemah), 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Buku 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi, 2002. Auditing, Buku 1, Edisi 6, jilid 3, Salemba Empat, Jakarta. Miqdad, Muhammad, 2008, “Mengungkap Praktek Kecurangan (Fraud) Pada Korporasi Dan Organisasi Publik Melalui Audit Forensik”. Jurnal Ilmu Ekonomi. Vol. 3, No, 4.

  Jurnal Riset Akuntansi dan Manjemen, Vol. 1, No. 1, Desember 2012

  Putri Pamungkas, Yans Dwi, 2011. “Pengendalian Intern Persediaan Obat untuk Pasien Dinas di

  Rumah Sakit Tingkat II DR. Soedjono Magelang”. Universitas Pembangunan nasional “Veteran”, Yogyakarta.

  Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, cetakan kedelapan, Penerbit Alphabheta, Bandung. Suroso, 2009. “Kedudukan Dan Fungsi Internal Auditor Dalam Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Vol. 2, No 2:1979-5408.

  Rochaety Ety., Ratih Tresnati dan Abdul Madjid Latief, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, edisi revisi. Mitra Wacana Medika, Jakarta. Tunggal Widjaya Amin, 2011. Teori dan Kasus Kecurangan Akuntansi dan Keuangan. Harvarindo, Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Standar

  Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit