ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA,
KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL
DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN
Latifah Zahroh I) , Bertalina 1)
1) Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
e-mail: [email protected]
Abstract : Energy, poly unsaturated fatty acid, and cholesterol intake and also body mass index
(BMI) with blood cholesterol in outpatients with coronary heart desease. Coronary heart disease
occurs as the peak in adverse health lifestyle including unhealthy eating patterns. Consumption of
foods that high in calories and high in fat can cause negative health effects, such as obesity and high
blood cholesterol levels. This study is an analytic study with cross sectional approach, to identify the
correlation between energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol and BMI in outpatients
with coronary heart desease in RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, Lampung province. Variables
examined included energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol, BMI and blood cholesterol
levels in outpatients with coronary heart disease who were in a Poly Heart RSUD Dr. Hi. Abdul
Moeloek, Lampung Province. The sample of this study 46 patients with accidental sampling
technique. Based on statistical test showed that the distribution of the age is of 55-64 years old at most
(37%), male sex (54.3%), civil servants (47.8%), the most latest education is an undergraduate
(60.9%), energy intake is less well respondents (93.5%), intake of polyunsaturated fatty acids is less
well (82.6%), unfavorable cholesterol intake (73.9%), most of respondent is not obese (87%), and
having normal total blood cholesterol levels by 58.7%. From the bivariate results showed no

significant correlation between cholesterol intake and blood cholesterol levels (p value = 0.035) and
no significant relationship between energy intake, polyunsaturated fatty acids, and BMI with high
blood cholesterol levels. It is recommended to increase the role cooperation between doctors, nurses
and nutritionists to provide knowledge about coronary heart disease, especially about nutrition intake.
Keywords : Energy intake, polyunsaturated fatty acids, cholesterol, BMI, Cholesterol Levels
Abstrak : Asupan energy, asupan lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar
kolesterol darah pada pasien Jantung kolesterol darah pada pasien Jantung Koroner Rawat
jalan. Penyakit jantung koroner timbul sebagai puncak gaya hidup yang merugikan kesehatan
termasuk pola makan yang tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak yang dapat
menimbulkan efek negatif kesehatan, seperti obesitas dan tingginya kadar kolesterol darah. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu melihat hubungan
antara asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol dan IMT dengan kadar kolesterol darah
pasien Penyakit Jantung Koroner rawat jalan. Variabel yang diteliti meliputi asupan energi, asam
lemak tak jenuh ganda, kolesterol, IMT dan kadar kolesterol darah pada pasien Penyakit Jantung
Koroner rawat jalan yang berada di ruang Poli Jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Sampel penelitian 46 orang pasien dengan teknik accidental sampling. Berdasarkan uji
statistik menunjukkan, distribusi usia paling banyak berusia 55-64 tahun (37%), sebagian besar lakilaki (54,3%), bekerja PNS (47,8%), pendidikan terakhir paling banyak sarjana (60,9%), asupan energi
responden kurang baik (93,5%), asupan asam lemak tak jenuh ganda kurang baik (82,6%), asupan
kolesterol kurang baik (73,9%), sebagian besar berIMT tidak obesitas (87%), dan kadar kolesterol
darah total normal sebesar 58,7%. Terdapat hubungan bermakna antara asupan kolesterol dengan

kadar kolesterol darah (p value=0,035) dan tidak ada hubungan bermakna antara asupan energi, asam
lemak tak jenuh ganda, dan IMT dengan kadar kolesterol darah tinggi.Sebaiknya perlu adanya
peningkatan peran dan kerjasama antara dokter, perawat dan ahli gizi untuk memberikan pengetahuan
mengenai penyakit jantung koroner terutama mengenai asupan gizi.
Kata kunci: Asupan energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol, IMT, Kadar Kolesterol

Data WHO (World Health Organization)
menunjukkan dari 57 juta kematian yang terjadi
di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta

(63%) disebabkan penyakit tidak menular, yaitu
penyakit jantung koroner, diabetes, kanker dan
pernafasan kronik. Kematian akibat penyakit

113

114 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 113-120

tidak menular diperkirakan akan terus
meningkat di seluruh dunia, peningkatan

terbesar akan terjadi di negara-negara
menengah dan miskin. Tahun 2030 diprediksi
akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun
karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa
dari 38 juta jiwa pada saat ini (WHO, 2010).
Penyakit jantung koroner timbul sebagai
puncak dari gaya hidup yang merugikan
kesehatan. Pola makan yang tidak sehat juga
disinyalir sebagai faktor resiko penyakit jantung
koroner. Makanan cepat saji atau fast food
merupakan faktor resiko penyakit jantung
koroner bila sering dikonsumsi.
Penelitian Indrawan (2012) presentase
asupan energi kurang pada pasien penyakit
jantung koroner rawat jalan di Rumah Sakit
Abdul Moeloek 96,8% dan presentase asupan
lemak kurang 62,5%.
Obesitas menjadi salah satu penyebab
penyakit jantung koroner. Obesitas berkaitan
langsung dengan kadar kolesterol dan lipid

yang berdampak pada tekanan darah. Kejadian
obesitas diukur dengan IMT atau Indeks Massa
Tubuh, dikatakan obesitas apabila IMT lebih
dari sama dengan 27 kg/m2. Berdasarkan data
Riskesdas 2010 prevalensi obesitas nasional
berdasarkan IMT-U 11,7 % cenderung lebih
dominan pada perempuan dengan prevalensi
15,5%. Prevalensi Provinsi Lampung dibawah
angka nasional yaitu 8,8% (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2011).
Kadar kolesterol darah adalah kandungan
kolesterol yang terdapat dalam darah
merupakan susunan dari banyak zat diantaranya
trigliserida, LDL kolesterol dan HDL
kolesterol, normal 150 – 200 mg/dl dan tinggi
>200mg/dl. Kadar kolesterol darah merupakan
indikator yang paling baik untuk menentukan
seseorang menderita penyakit jantung.
Prevalensi penyakit jantung koroner lebih
tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan

tidak bekerja. Berdasarkan penyakit jantung
koroner terdiagnosis dokter prevalensi lebih
tinggi di perkotaan, namun berdasarkan
terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di
perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan
terbawah. Prevalensi penyakit jantung koroner
berdasarkan pernah didiagnosis dokter di
Provinsi Lampung sebesar 0,2% dan ber-

dasarkan diagnosis dokter atau gejala 0,4%
(Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan, 2013).
Menurut data dari RSUD Dr. Hi. Abdul
Moeloek tahun 2012, jumlah pasien menderita
penyakit jantung koroner dan menjalani rawat
jalan di poli jantung sebesar 1609 pasien dan
pada tahun 2013, jumlah pasien jantung koroner

rawat jalan berjumlah 4065 pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti ingin melihat hubungan antara asupan
energi, asam lemak tak jenuh ganda, kolesterol
dan IMT dengan kadar kolesterol darah pasien
penyakit jantung koroner rawat jalan di RSUD
Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik karena menjelaskan tentang hubungan
antara variabel asupan energi, asam lemak tak
jenuk ganda, kolesterol, IMT dengan kadar
kolesterol darah pasien penyakit jantung
koroner dengan pendekatan cross sectional .
Populasi dalam penelitian ini, jumlah ratarata pasien penyakit jantung koroner rawat
jalan di poli jantung RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tiap bulannya. Data
yang diperoleh tahun 2013 jumlah pasien
penyakit jantung koronerdari bulan Januari
sampai Desember adalah 4065pasien.Dari data

tersebut didapat jumlah rata-rata pasien
penyakit jantung koroner tiap bulannya adalah
338 pasien, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini.Sampel dari populasi ini adalah
pasien rawat jalan yang menderita penyakit
jantung koroner di RSUD.Dr. Hi. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Univariat
a. Gambaran Umum Pasien
1) Umur
Distribusi umur responden dibedakan
berdasarkan resiko terjadinya penyakit jantung
koroner yang dimulai pada umur 35 tahun.

Zahroh, Asupan Energi, Asam Lemak Tak Jenuh Ganda, Kolesterol, dan IMT 115

Tabel 1. Umur Pasien Penyakit
Jantung Koroner Rawat Jalan

No
1.
2.
3.
4.
5.

Umur
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
65-74 tahun
> 75 tahun
Jumlah

n
1
13
17
14

1
46

Jumlah
%
2,2
28,2
37
30,4
2,2
100

Berdasarkan tabel 1, diketahui umur
pasien Penyakit Jantung Koroner paling banyak
55-64 tahun yaitu 17 orang (37%) dan paling
sedikit umur 35-44 tahun dan lebih dari 75
tahun yaitu 1 orang (2,2%).

Tabel 2.Pasien Penyakit Jantung Koroner
Rawat Jalan Berdasarkan Jenis

Kelamin

1.
2.

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Jumlah
n
25
21
46

%
54,3
45,7
100


Berdasarkan tabel 2, jenis kelamin pasien
Penyakit Jantung Koroner, laki-laki 25 orang
(54,3%) dan perempuan 21 orang (45,7%).
3) Pekerjaan
Tabel 3. Pasien Penyakit Jantung Koroner
Rawat Jalan Berdasarkan
Pekerjaan.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Pensiunan PNS
Buruh
Wiraswasta
Pegawai Swasta
PNS
Jumlah

Tabel 4. Pasien Jantung Koroner Rawat
Jalan Berdasarkan Pendidikan
No
1.
2.
3.
4.

Pendidikan
SMP
SMA
D III
S1
Jumlah

Jumlah
n
5
4
9
28
46

%
10,8
8,7
19,6
60,9
100

Berdasarkan tabel 4, diketahui pendidikan terakhir pasien Penyakit Jantung Koroner
paling banyak adalah S1 = 28 orang (60,9%),
paling sedikit SMA = 4 orang (8,7%).
b. Gambaran Asupan Energi Pasien

2) Jenis Kelamin

No

4) Pendidikan

Jumlah
n
%
7
15,2
12
26,2
2
4,3
1
2,2
2
4,3
22
47,8
46
100

Berdasarkan tabel 3, pasien Penyakit
Jantung Koroner paling banyak bekerja sebagai
PNS = 22 orang (47,8%) dan yang paling
sedikit wiraswasta berjumlah 1 orang (2,2%).

Asupan energi merupakan total konsumsi
energi dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama dua puluh empat jam.
Tabel 5. Asupan Energi Pasien Penyakit
Jantung Koroner Rawat Jalan
No
1.
2.

Asupan Energi
Kurang baik
Baik
Jumlah

Jumlah
n
43
3
46

%
93,5
6,5
100

Berdasarkan tabel 5, diketahui asupan
energi pasien Penyakit Jantung Koroner, asupan
energi kurang baik = 43 orang (93,5%) dan
asupan energi baik = 3 orang (6,5%).
c. Gambaran Asupan Asam Lemak Tak Jenuh
Ganda Pasien
Asupan asam lemak tak jenuh ganda
merupakan jumlah asupan makanan dan
minuman yang dikonsumsi pasien dalam berat
bersih yang mengandung asam lemak tak jenuh
ganda selama dua puluh empat jam.
Tabel 6. Asupan Asam Lemak Tak Jenuh
GandaPasien Penyakit Jantung
Koroner Rawat Jalan
Jumlah
Asupan Asam Lemak
No
Tak Jenuh Ganda
n
%
1. Kurang baik
38
82,6
2. Baik
8
17,4
Jumlah
46
100

116 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 113-120

Berdasarkan tabel 6, diketahui asupan
asam lemak tak jenuh ganda pasien Penyakit
Jantung Koroner,asupan kurang baik berjumlah
38 orang (82,6%) dan paling sedikit asupan
baik berjumlah 8 orang (17,4%).
d. Gambaran Asupan Kolesterol Pasien
Asupan kolesterol merupakan jumlah
asupan makanan dan minuman yang
dikonsumsi pasien dalam berat bersih yang
mengandung Distribusi pasien berdasarkan
jumlah asupan energi, dapat dilihat pada tabel 7
di bawah ini:
Tabel 7. Distribusi Asupan Kolesterol Pasien
Penyakit Jantung Koroner Rawat
Jalan
No

Asupan Kolesterol

1.
2.

Kurang Baik
Baik
Jumlah

Jumlah
n
%
34
73,9
12
26,1
46
100

Berdasarkan tabel 7, diketahui asupan
kolesterol pasien Penyakit Jantung Koroner
yang kurang baik = 34 orang (73,9%) dan
asupan baik = 12 orang (26,1%).
e. Gambaran IMT Pasien
IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan
keadaan gizi seseorang yang dihitung dari
perbandingan antara berat badan dalam
kilogram dan tinggi badan dalam meter
dikuadratkan.
Tabel 8. Distribusi IMT Pasien Penyakit
Jantung Koroner Rawat Jalan
No

IMT

Jumlah

1.

Obesitas

n
6

%
13

2.

Tidak Obesitas

40

87

Jumlah

46

100

Berdasar tabel 8, diketahui IMT pasien
Penyakit Jantung Koroner, IMT obesitas = 6
orang (13%) dan tidak obesitas 40 orang (87%).
f.

Gambaran
Responden

Kadar

Kolesterol

Darah

Kadar kolesterol darah merupakan kadar
kolesterol darah responden yang diukur saat
kunjungan.
Tabel 9. Distribusi Kadar Kolesterol Darah
Pasien Jantung Koroner Rawat
Jalan

1.

Kadar
Kolesterol
Darah
Tinggi

16

34,8

2.

Normal

30

65,2

No

Jumlah
n
%

Jumlah
46
100
Berdasarkan tabel 9, diketahui kadar
kolesterol darah pasien Penyakit Jantung
Koroner yaitu tinggi = 16 orang (34,8%) dan
normal berjumlah 30 orang (65,2%).
Analisis Bivariat
a. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar
Kolesterol Darah
Tabel 10. Asupan Energi dengan Kadar
Kolesterol Darah
Asupan
Energi

Kadar Kolesterol
Darah
Tinggi
Normal

Kurang 15(34,9%) 28(65,1%)
baik
Baik 11(33,3%)

2(66,7%)

Jumlah 116(34,8%) 30(65,2%)

Total

43(100%)

pvalue
1,00

3(100%)
46(100%)

Berdasarkan tabel 10, diketahui pasien
dengan asupan energi kurang baik mengalami
kadar kolesterol darah tinggi = 34,9% dan
pasien dengan asupan energi baik mengalami
kadar kolesterol darah tinggi = 33,3%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00
dengan demikian Ho gagal ditolak, disimpulkan
tidak ada hubungan bermakna antara asupan
energi dengan kadar kolesterol darah pasein
Jantung Koroner rawat jalan di poli penyakit
jantung RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Th 2014
b. Hubungan Asupan Asam Lemak Tak Jenuh
Ganda dengan Kadar Kolesterol Darah

Zahroh, Asupan Energi, Asam Lemak Tak Jenuh Ganda, Kolesterol, dan IMT 117

Tabel 11. Asupan asam lemak tak jenuh
ganda dengan kadar kolesterol
darah
Asupan
ALTJG

Kadar Kolesterol
Darah
Tinggi
Normal

Total

Kurang
baik

13(34,2%)

Baik

3(37,5%)

5(62,5%)

16(34,8%)

30(65,2%) 46(100%)

Jumlah

25(65,8%) 38(100%)

pvalue
1,00

8(100%)

Hubungan Asupan Kolesterol
Kadar Kolesterol Darah

dengan

Tabel 12. Asupan Kolesterol dengan Kadar
Kolesterol Darah
Asupan
koleste
rol
Kurang
baik
Baik
Jumlah

Kadar Kolesterol
Darah
Tinggi
Normal

Total

15(44,1%)

19(55,9%)

34(100%)

1(8.3%)

11(91,7%)

12(100%)

16(34,8%)

30(65,2%)

46(100%)

c. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol
Darah
Tabel 13. Hubungan IMT dengan Kadar
Kolesterol Darah
Asupan
ALTJG

Berdasarkan tabel 11, diketahui pasien
dengan asupan asam lemak tak jenuh ganda
kurang baik mengalami kadar kolesterol darah
tinggi sebanyak 34,5% dan pasien dengan
asupan asam lemak tak jenuh ganda baik
mengalami kadar kolesterol darah tinggi
sebanyak 37,5%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,00
berarti Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada
hubungan barmakna
antara asupan asam
lemak tak jenuh ganda dengan kadar kolesterol
darah pasein Penyakit Jantung Koroner rawat
jalan di poli penyakit jantung RSUD Dr. Hi.
Abdul Moeloek Tahun 2014.
c.

Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung
RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun 2014.

pvalue
0,04

Berdasarkan tabel 12, diketahui pasien
dengan asupan kolesterol kurang baik
mengalami kadar kolesterol darah tinggi
sebanyak 44,1% dan pasien dengan asupan
asam lemak tak jenuh ganda baik mengalami
kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 8,3%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,04
berarti Ho ditolak, disimpulkan ada hubungan
barmakna antara asupan kolesterol dengan
kadar kolesterol darah pasein Penyakit Jantung

Kadar Kolesterol
Darah
Tinggi
Normal

Total

pvalue
1,00

Kurang
baik

2(33,3%)

4(66,7%)

6(100%)

Baik

14(35%)

26(65%)

40(100%)

16(34,8%)

30(65,2%)

46(100%)

Jumlah

Berdasarkan tabel 13, diketahui pasien
yang IMT obesitas mengalami kadar kolesterol
darah tinggi sebanyak 33,3% dan pasien yang
IMT tidak obesitas mengalami kadar kolesterol
darah tinggi sebanyak 35%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,00
berarti Ho gagal ditolak, disimpulkan tidak ada
hubungan signifikan antara IMT dengan kadar
kolesterol darah pasein Penyakit Jantung
Koroner rawat jalan di poli penyakit jantung
RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Tahun 2014.
Pembahasan
1. Gambaran Umum Responden
a. Umur
Sebagian besar pasien penyakit jantung
koroner yang menjadi sampel penelitian berusia
lebih 40 tahun. Presentase tertinggi pasien
penyakit jantung koroner berdasarkan umur
pada kelomok umur 55- 64 tahun 37%).
Usia di atas 40 tahun memiliki risiko
terkena penyakit jantung koroner. Usia
merupakan faktor risiko penyakit jantung
koroner yang tidak dapat diubah dan meningkat
seiring dengan pertambahan usia. Kadar
kolesterol darah mulai meningkat dengan
bertambahnya usia (Anwar, 2004).Hal ini
sesuai dengan penelitian Yanti (2009) bahwa
64,1% penderita penyakit jantung koroner
kelompok umur > 55 tahun dan penelitian
Nelwan (2011) bahwa 87% penderita penyakit
jantung koroner berumur > 59 tahun.

118 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 113-120

b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
pasien penyakit jantung koroner, jenis kelamin
laki-laki merupakan responden yang paling
banyak yaitu presentase 54,3%.
Laki-laki memiliki risiko lebih besar
terkena penyakit jantung koroner dan
kejadiannya lebih awal dari pada perempuan.
Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari
hormon estrogen terhadap timbulnya penyakit
koroner yang tidak dimiliki laki-laki (Anwar,
2004). Oleh karena itu, risiko penyakit jantung
koroner pada perempuan lebih rendah daripada
laki-laki, tetapi yang telah menopouse memiliki
risiko yang sama besarnya dengan laki-laki.
Namun, pada perempuan risiko penyakit
jantung koroner akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
Hal ini sesuai dengan penelitian Yanti
(2009) bahwa penderita penyakit jantung
koroner laki-laki 55,9% dan penelitian Nelwan
(2011) bahwa penderita penyakit jantung
koroner berjenis kelamin laki-laki 73%.
c. Pekerjaan
Sebagian besar pasien penyakit jantung
koroner yang menjadi responden penelitian
bekerja sebagai PNS (47,8%).
Hal ini dikarenakan di RSUD Dr. Hi.
Abdul Moeloek menggunakan sistem BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sebagai
sumber biaya sehingga penderita yang bekerja
sebagai PNS banyak yang datang berobat,
meskipun sistem berubah namun bagi PNS,
pendaftaran BPJS mudah karena sebelumnya
sudah terdaftar sebagai peserta Askes.
PNS identik dengan pekerjaan kantoran
yang kebanyakan jarang melakukan kegiatan
olahraga, sehingga terjadi penumpukan lemak
di dalam darah.
Hal ini sesuai penelitian Yanti (2009)
bahwa penderita penyakit jantung koroner
terbesar pada jenis pekerjaan PNS (29,6%) dan
penelitian Pohan (2007) terbesar 30,6%.
d. Pendidikan
Sebagian besar pendidikan responden
adalah S1(60,9%). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan pendidikan tinggi pun, masih banyak
ditemui penderita penyakit jantung koroner

yang dapat disebabkan karena kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit
jantung koroner (Sari, 2009).
Tingkat pendidikan bukan satu-satunya
faktor yang menentukan kemampuan seseorang
dalam menyusun dan menyiapkan hidangan
namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang
diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian
Yanti (2009) bahwa sebanyak 22,6% pasien
penyakit
jantung
koroner
menamatkan
pendidikan perguruan tinggi.
2. Hubungan Asupan Energi dengan Kadar
Kolesterol Darah Pasien Jantung Koroner
Asupan makanan yang berlebih terutama
kalori tinggi akan mengakibatkan peningkatan
kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan
mempercepat terjadinya aterosklerosis.
Asupan energi yang tidak mencukupi
dapat menghambat proses metabolisme.
Kelebihan asupan energi berpengaruh terhadap
kadar kolesterol darah mempercepat terjadinya
aterosklerosis sehingga kadar kolesterol darah
meningkat. Oleh karena itu, asupan energi
hendaknya sesuai dengan kebutuhan sehingga
metabolisme tubuh tidak terganggu.
Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa
tidak adanya hubungan yang signifikan antara
asupan energi dengan kadar kolesterol darah
pasien penyakit jantung koroner. Hal ini
mungkin dikarenakan pasien telah mengurangi
jumlah makan sementara tidak mengetahui
mengenai pengaturan makan yang sesuai
dengan penyakit jantung koroner. Sehingga
perlu penambahan informasi berupa poster dan
leaflet di ruang tunggu untuk menambah
informasi mengenai penyakit jantung terutama
pengaturan makan sehingga asupan zat gizi
terpenuhi. Selain itu juga, pasien perlu dirujuk
ke poli konsultasi gizi agar lebih memahami
mengenai pengaturan makan dan kebutuhan zat
gizi selama sehari.
3. Hubungan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda
dengan Kadar Kolesterol Darah Pasien
Jantung Koroner
Diketahui dari 38 orang asupan kurang
baik mengalami kolesterol darah tinggi sebesar
34,2% dan dari 8 orang asupan baik mengalami

Zahroh, Asupan Energi, Asam Lemak Tak Jenuh Ganda, Kolesterol, dan IMT 119

kadar kolesterol darah tinggi sebanyak 37,5%.
Rata-rata asupan asam lemak tak jenuh ganda
sebesar 10,42 mg. Asupan asam lemak tak
jenuh ganda responden tidak mencukupi
kebutuhan. Bahan makanan yang mengandung
asam lemak tak jenuh ganda paling banyak
dikonsumsi adalah kacang tanah dan tahu.
Asupan yang kurang terus menerus akan
menjadi masalah, terkait dengan manfaat asam
lemak tak jenuh ganda yang mampu
menurunkan kadar kolesterol darah. Menurut
Namun, saat penelitian dijumpai 37,5%
pasien dengan asupan asam lemak tak jenuh
ganda baik mengalami kadar kolesterol darah
tinggi. Hal ini dikarenakan asupan kolesterol
pasien dalam sehari ≥ 200 mg, sehingga
menyebabkan
kadar
kolesterol
darah
meningkat.
Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa
tidak adanya hubungan yang signifikan antara
asupan asam lemak tak jenuh ganda dengan
kadar kolesterol darah pasien penyakit jantung
koroner. Dikarenakan data asupan recall 24 jam
hanya dilakukan satu hari juga dapat
mempengaruhi hasil uji dan kurang mewakili
asupan asam lemak tak jenuh ganda responden.
Kurangnya asupan asam lemak tak jenuh
ganda kemungkian dikarenakan kurang
pengetahuan pasien mengenai bahan makanan
yang sebaiknya dikonsumsi. Sehingga pasien
perlu dirujuk ke poli konsultasi gizi untuk
mendapatkan pemahaman mengenai pengaturan
makan sehingga asupan asam lemak tak jenuh
ganda sesuai kebutuhan, dengan asupan yang
sesuai dapat menurunkan kadar kolesterol.
4. Hubungan Asupan Kolesterol dengan Kadar
Kolesterol Darah Pasien Penyakit Jantung
Koroner
Rata-rata asupan kolesterol responden
yaitu 290,48 mg. Berdasarkan hasil recall
pasien, diketahui bahwa bahan makanan yang
mengandung
kolesterol
paling
banyak
dikonsumsi adalah daging ayam, telur, ikan dan
tepung susu. Asupan kolesterol rata-rata
responden tidak memenuhi anjuran WHO untuk
konsumsi koesterol pada penderita penyakit
jantung yaitu kurang dari 200 mg/hari.
Dari hasil uji statistik, dinyatakan bahwa
adanya hubungan yang signifikan antara asupan

kolesterol dengan kadar kolesterol darah pasien
penyakit jantung koroner. Semakin banyak
mengonsumsi kolesterol maka kadar kolesterol
darah akan semakin meningkat. Semakin
banyak konsumsi makanan berlemak maka
akan semakin besar peluangnya untuk
menaikkan kadar kolesterol.
Tingginya kolesterol dalam makanan
mungkin karena kurang pengetahuan pasien
mengenai diet yang sesuai dengan penyakit
jantung koroner yaitu mengurangi asupan
kolesterol dan karena banyaknya pasien yang
tidak melakukan konsultasi gizi sehingga perlu
dirujuk ke poli gizi untuk memberikan
pemahaman mengenai pengaturan makan
sehingga asupan kolesterol pasien dapat terkontrol dan kadar kolesterol menjadi normal.
5. Hubungan IMT dengan Kadar Kolesterol
Darah Pasien Penyakit Jantung Koroner
Diketahui bahwa 28,2% responden
mempunyai IMT obesitas (≥ 27 kg/m2) dan
terjadi kadar kolesterol darah tinggi sebesar
33,3%. Rata-rata IMT responden 23,86 kg/m2.
Risiko terjadinya penyakit jantung
koroner pada kelompok overweight lebih besar
dibandingkan kelompok ideal.
Dari hasil uji statistik, diketahui bahwa
tidak ada hubungan antara IMT dengan kadar
kolesterol darah. Hal ini sesuai dengan
penelitian Harahap (2011) menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara IMT dengan kadar
kolesterol darah. Pasien mungkin mengurangi
jumlah makan namun tidak mengetahui
pengaturan makanan yang sesuai dengan
penyakit jantung selain itu juga kemungkinan
karena nafsu makan pasien yang kurang karena
faktor usia dan menurunnya indra pengecap
sehingga berat badan pasien turun. Sebaiknya
IMT yang dihitung saat pasien belum terkena
penyakit jantung koroner, hal ini dapat
menggambarkan IMT deengan kejadian
penyakit jantung koroner dan kadar kolesterol
darah yang tinggi.
SIMPULAN
1.

Pasien penyakit jantung koroner rata-rata
berusia 55-65 tahun (37%); jenis kelamin

120 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 113-120

2.

3.

4.

laki-laki (54,3%); bekerja sebagai PNS
(47,8%) dan pendidikan S1 (60,9%).
Pasien penyakit jantung koroner yang
asupan baik yaitu energi (6,5%); asam
lemak tak jenuh ganda (17,4%) dan
kolesterol (26,1%).
IMT pasien penyakit jantung koroner tidak
obesitas 87% dan rata-rata IMT responden
23,86 kg/m2.
Responden memiliki kadar kolesterol
darah tinggi 34,8% lebih sedikit dari

5.

6.

responden yang memiliki kadar kolesterol
darah normal (65,2%).
Variabel penelitian, yang memiliki
hubungan signifikan dengan kadar kolesterol darah adalah asupan kolesterol pasien
Variabel asupan energi, asam lemak tak
jenuh ganda dan IMT dinyatakan tidak
memiliki hubungan signifikan dengan
kadar kolesterol darah pasien penyakit
jantung koroner rawat jalan.

DAFTAR PUSTAKA
Almaitser, Sunita. 2010. Penuntun Diet.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anwar, Bahari. 2004. Faktor Resiko Penyakit
Jantung Koroner. Medan: Universitas
Sumatraa Utara.
----------2011.
Riset
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas) 2010. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
--------2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI.
Harahap, Taya Rizki Arini. 2011. Hubungan
antara Kadar Kolesterol Total dan
Kadar Trigliserida dengan Indeks Massa
Tubuh pada Pasien di Instalasi Patologik
Klinik RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2011. Medan [Karya Tulis Ilmiah]
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara.

Indrawan, Doni. 2012. Gambaran Pola Makan
Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat
Jalan di Poli Penyakit Jantung Rumah
Sakit Umum Dr. Hi. Abdul Moeloek
Provinsi
Lampung
Tahun
2012
.Lampung [Karya Tulis Ilmiah] Jurusan
Gizi Poltekkes TanjungKarang
Sari, Yunni. 2009. Karakteristik Penderita
Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap
di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binaji
Tahun 2004-2008. Medan: [Skrpsi]
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
WHO. 2010. The World Health Report
2009.Reducing risk, promoting healthy
life.http://.who.int/whr/2013.diakses 19
Desember 2013
Yanti, Sri Damai. 2009. Karakteristik Penderita
Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap
di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Medan:
[Skripsi]
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra Utara.