Pengolahan Limbah Batik Tulis Dengan Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Batik Waste Reduction With Phytoremediation Using Water Hyacinth Plants (Eichornia Crassipes)

  

Pengolahan Limbah Batik Tulis Dengan Fitoremediasi Menggunakan

Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)

Batik Waste Reduction With Phytoremediation Using Water Hyacinth Plants

(Eichornia Crassipes)

  1

  1

  2 1 Bambang Suharto , Ruslan Wirosoedarmo , Rio Hengky Sulanda

  Dosen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 2 65145 Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya , Jl. Veteran, Malang 65145.

  • Email korespondensi : bambangs@ub.ac.id

  

ABSTRAK

  Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap produk batik, mengakibatkan perusahaan penghasil kain batik berlomba untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Hal ini menyebabkan air limbah buangan semakin menghawatirkan. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur, khusus untuk industri tekstil, baku mutu limbah cair

  • 1 -1

  untuk parameter COD 150 mg.L , parameter BOD 60 mg.L , dan untuk parameter TSS adalah

  • 1
  • 1

  50 mg.L , dengan demikian untuk parameter COD yang mencapai 424 mg.L pada limbah cair batik ini telah sangat melebihi baku mutu limbah cair yang berlaku di Jawa Timur. Perlu dilakukan suatu pengolahan limbah dalam mereduksi kandungan pencemar tersebut. Fitoremediasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan dalam metode pengolahan limbah, menggunakan tanaman Eceng gondok sebagai agen biologi dalam pengolahan limbah tersebut dengan proses pemaparan. Proses pengolahan limbah cair batik menggunakan metode Fitoremediasi dengan tanaman Eceng Gondok terbukti dapat menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS. Perlakuan terbaik berdasarkan jumlah eceng gondok dan lama waktu pemaparan limbah batik paling efektif untuk kandungan BOD, COD dan TSS terdapat pada perlakuan yang sama, yaitu pada lama pemaparan 12 hari dengan jumlah eceng gondok sebanyak 7 buah.

  Kata kunci: Eceng gondok, fitoremediasi, limbah batik

  

Abstract

Along with the increasing public interest in the product batik, resulted the company producing batik are

racing to improve their production activities. This causes the waste water increasingly worrying. Based

on Keputusan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 about effluent standards for industrial or other

business activities in East Java, especially for textile industries, effluent standards for COD parameter

  • -1 -1 -1

  

150 mg.L , BOD parameter 60 mg.L , and TSS parameter 50 mg.L , thus for COD parameter that

  • -1

  

reached 424 mg.L in the liquid waste of batik has greatly exceeded the effluent quality standards in force

in East Java. Need to do a waste treatment in reducing the pollutant content. Phytoremediation is one

way that can be done in the method of waste treatment, using water hyacinth plants as biological agents

in wastewater treatment with the exposure process. Batik wastewater treatment process using

Phytoremediation with water hyacinth plants proven to reduce levels of BOD, COD, and TSS. The best

treatment based on the amount of water hyacinth and long exposure time batik waste most effective for

the content of BOD , COD and TSS are on the same treatment , which is on a long exposure of 12 days

with the amount of water hyacinth 7 pieces .

  Keywords: Batik waste, phytoremediation, water hyacinth

  PENDAHULUAN

  Perkembangan tekstil di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Batik merupakan salah satu produk tekstil yang ikut mengalami peningkatan yang cukup pesat, karena saat ini model pakaian batik selalu mengikuti perkembangan mode. Selain itu, batik ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO. Hal tersebut menambah kecintaan masyarakat akan jenis kain ini meningkat. Seiring dengan semakin banyaknya konsumen batik, perusahaan- perusahaan batik yang ada melakukan kegiatan produksi yang besar. Industri batik termasuk dalam industri tekstil yang paling banyak menggunakan air dalam proses produksinya, sebagai akibatnya limbah cair yang dihasilkan mencapai 80% dari seluruh jumlah air yang dipergunakan dalam pembatikan.

  Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur, khusus untuk industri tekstil, baku mutu limbah cair untuk parameter COD 150 mg.L

  • 1

  , parameter BOD 60 mg.L

  • 1

  , dan untuk parameter TSS adalah 50 mg.L

  • 1

  , dengan demikian untuk parameter COD yang mencapai 939.7 mg.L

  • 1

  pada limbah cair batik ini telah sangat melebihi baku mutu limbah cair yang berlaku di Jawa Timur. Agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan maka harus dilakukan pengolahan terhadap limbah ini sebelum dibuang ke badan air. Salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan tumbuhan air untuk menanggulangi jumlah pencemar dengan cara menyerap, mengumpulkan dan mendegradasi bahan- bahan pencemar tertentu yang terdapat dalam limbah tersebut, yang kita kenal dengan fitoremediasi. Tumbuhan air yang bisa digunakan untuk proses fitoremediasi adalah eceng gondok.

  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ember yang memiliki diameter

  50 cm dan tinggi 30 cm, digunakan untuk wadah limbah dan eceng gondok, selang yang memiliki panjang ± 10 m, yang digunakan untuk mengalirkan air, lalu gelas ukur yang digunakan untuk mengukur volume limbah batik, dan Jerigen dengan kapasitas 50 L, digunakan sebagai wadah limbah. Air limbah batik yang digunakan sebagai bahan perlakuan dan diambil menggunakan metode grab sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan limbah yang diambil secara acak sebanyak satu kali pengambilan saja dan langsung dimasukkan ke dalam wadah jerigen. Selanjutnya eceng gondok yang digunakan sebagai fitoremediator, dipilih berdasarkan banyak jumlah tangkai yaitu dalam satu tanaman memiliki jumlah 10 tangkai, dan air digunakan sebagai media aklimatisasi dan membersihkan kotoran pada akar tanaman eceng gondok. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama yaitu besar biomassa eceng gondok (B) terdiri dari tiga level yaitu, B1 berisi 3 tanaman, B2 berisi 5 tanaman, dan B3 berisi 7 tanaman. Faktor yang kedua yaitu lama pemaparan limbah (H) yang terdiri dari tiga level yaitu, H1 selama 6 hari, H2 selama 9 hari, dan H3 selama 12 hari, sedangkan untuk pengulangan (A), terdiri dari tiga level yaitu, A1 sebagai ulangan 1, A2 sebagai ulangan 2, dan A3 sebagai ulangan 3. Berdasarkan kedua faktor tersebut didapatkan 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali pengulangan, dengan total perlakuan adalah sebanyak 27 perlakuan. Parameter yang akan diuji yaitu BOD, COD, dan TSS.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan dalam Air Limbah Batik Tulis Sidoarjo

BAHAN DAN METODE

  Penelitian tersebut air limbah yang digunakan di ambil secara acak pada UKM Batik Tulis Amali CH Sidoarjo dengan metode grab sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan limbah yang diambil secara acak sebanyak satu kali pengambilan saja dan langsung

  • 1

  • 1

  . Berdasarkan Gambar 1 mengenai grafik kandungan BOD, sampel limbah terbaik terdapat pada perlakuan lama pemaparan 9 hari dan jumlah eceng gondok 7 buah dengan kandungan BOD terendah sebesar 165.33 mg.L

  . Sedangkan kandungan BOD tertinggi terdapat pada limbah batik dengan perlakuan lama pemaparan 6 hari dan jumlah eceng gondok 5 tanaman sebesar 330 mg.L

  Gambar 1. Grafik kandungan BOD Gambar 1. menunjukan bahwa pada masing-masing sampel mengalami penurunan kandungan BOD dari hari ke-6 sampai dengan hari ke-12. Kandungan BOD terendah terdapat pada limbah batik dengan perlakuan lama pemaparan 12 hari dan jumlah eceng gondok 7 buah sebesar 155.00 mg.L

  ini menunjukkan kandungan BOD yang sangat tinggi untuk syarat limbah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur.

  Analisa kandungan BOD awal pada limbah

  Kandungan BOD

  , hal ini sangat berada di atas baku mutu yang ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 mengenai baku mutu air limbah untuk industri tekstil, hal ini juga didukung oleh Siregar (2005) limbah cair industri batik adalah karakteristik berwarna keruh, berbusa, pH tinggi, konsentrasi BOD tinggi, kandungan lemak alkali dan zat warna dimana di dalamnya terdapat kandungan logam berat.

  , TSS 375 mg.L

  , COD 424 mg.L

  50 Pada Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata kandungan pencemar yang diperoleh selama 3 kali ulangan yaitu BOD sebesar 350 mg.L

  60 COD (mg.L -1 ) 424 150 TSS (mg.L -1 ) 375

  BOD (mg.L -1 ) 350

  Pergub Jatim no.72 tahun 2013

  Pencemar Baku mutu menurut

  Nilai Kandungan

  Pencemar Rata-Rata

  Tabel 1. Karakteristik Limbah Batik Kandungan

  Lokasi dimana proses pengambilan sampel limbah yang digunakan ternyata belum terdapat instalasi penanganan limbah (IPAL), hal ini menyebabkan pencemaran lingkungan yang berbahaya. Perlu dilakukan adanya upaya pengolahan limbah sebelum dibuang ke perairan bebas.

  Limbah yang digunakan dalam penelitian berasal dari proses pewarnaan batik, dalam hal ini, limbah yang berasal dari proses pewarnaan memiliki sifat sulit untuk diuraikan. Menurut Dae-Hee et al. (1999) dalam Al-kdasi (2004) Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan, selain kandungan zat warna yang tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, setelah proses pewarnaan selesai akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat.

  dimasukkan ke dalam wadah jerigen. Kondisi pada saat pengambilan sampel adalah limbah baru saja keluar dari beberapa tahapan pembuatan batik dan ditampung dalam suatu wadah.

  • 1
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1

  . Pada uji lanjut menggunakan UJD 5% terhadap perlakuan diketahui bahwa perlakuan B2H3 sama dengan B3H2, perlakuan B2H1 sama dengan B2H2, B3H1, B3H3, perlakuan B3H3 sama dengan B1H1 dan B1H3, serta perlakuan B1H1 sama dengan perlakuan B1H2. Pada uji lanjut UJD 5% terhadap kombinasi perlakuan BxH diketahui bahwa perlakuan B2M3 sama dengan B3H2, perlakuan B2H1 sama dengan B2H2, B3H1, B3H3 sedangkan perlakuan B1H1, B1H2, B1H3 berbeda satu sama lain. Uji lanjut menggunakan BNT 5% terhadap lama pemaparan T1 berbeda dengan T2 dan T3, sedangkan uji lanjut BNT 5% terhadap jumlah eceng gondok B3 berbeda dengan B1 dan B2.

  Gambar 3. Grafik kandungan TSS Gambar 3. menunjukan bahwa pada masing-masing sampel mengalami penurunan kandungan TSS. Kandungan TSS terendah terdapat pada limbah batik dengan perlakuan lama pemaparan 12 hari dan jumlah eceng gondok 7 buah sebesar 122.67 mg.L

  • 1
  • 1
  • 1

  • 1
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1 ).
  • 1
  • 1
  • 1 ).

  • 1 .

  ) serta TSS (122.67 mg.L

  ), berpengaruh sangat nyata terhadap COD (150.33 mg.L

  Jumlah eceng gondok berpengaruh nyata terhadap kandungan BOD (165.33 mg.L

  ) dan TSS (122.67 mg.L

  ), BOD (165.33 mg.L

  Pada penelitian ini dpat diketahui bahwa lama pemaparan berpengaruh nyata terhadap kandungan COD, BOD dan TSS. Lama pemaparan berpengaruh sangat nyata yaitu COD (150.33 mg.L

  . Pada uji lanjut UJD 5% terhadap perlakuan diketahui bahwa perlakuan B1H3 sama dengan B2H2, B2H3, B3H2, perlakuan B2H2 sama dengan B1H2, B3H1, serta perlakuan B1H1 sama dengan B2H1. Pada uji lanjut menggunakan BNT 5% terhadap lama pemaparan dan jumlah eceng gondok masing-masing berbeda satu sama lain.

  . Berdasarkan Gambar 3 tentang grafik kandungan TSS, sampel limbah terbaik terdapat pada perlakuan lama pemaparan 12 hari dan jumlah eceng gondok 7 buah dengan kandungan COD terendah sebesar 122.67 mg.L

  , sedangkan kandungan TSS tertinggi terdapat pada limbah batik dengan perlakuan lama pemaparan 6 hari dan jumlah eceng gondok 3 buah sebesar 266.67 mg.L

  Analisa kandungan TSS awal pada limbah batik didapatkan hasil sebesar 375 mg.L

  • 1
paling efektif untuk kandungan BOD, COD dan TSS terdapat pada perlakuan yang sama, yaitu pada lama pemaparan 12 hari dengan jumlah eceng gondok sebanyak 7 buah.

  , hal ini menunjukkan kandungan TSS yang sangat tinggi untuk syarat limbah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur.

  Kandungan TSS

  . Hasil uji lanjut UJD 5% terhadap perlakuan diketahui bahwa perlakuan B2H3 sama dengan B3H3, perlakuan B1H3 sama dengan B2H1, B2H2, B3H1 dan B3H3 sedangkan perlakuan B1H1 sama dengan B1H2. Pada uji lanjutan menggunakan BNT 5% terhadap lama pemaparan B1 berbeda dengan B2 dan B3. Sedangkan uji lanjut BNT 5% terhadap jumlah tanaman masing-masing memiliki perbedaan.

  Berdasarkan Gambar 2 mengenai grafik kandungan COD, sampel limbah terbaik terdapat pada perlakuan lama pemaparan 12 hari dan jumlah eceng gondok 7 buah dengan kandungan COD terendah sebesar 150.33 mg.L

  , sedangkan kandungan COD tertinggi terdapat pada limbah batik dengan perlakuan lama pemaparan 6 hari dan jumlah eceng gondok 3 buah sebesar 389.33 mg.L

  Gambar 2. Grafik kandungan COD Gambar 2 menunjukan bahwa pada masing-masing sampel mengalami penurunan kandungan COD. Kandungan terendah terdapat pada limbah batik dengan perlakuan lama pemaparan 12 hari dan jumlah eceng gondok 7 buah sebesar 150.33 mg.L

  . Hal ini menunjukkan kandungan COD yang sangat tinggi untuk syarat limbah sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur.

  Analisa kandungan COD awal pada limbah batik didapatkan hasil sebesar 424 mg.L

  Kandungan COD

  Sedangkan interaksi antara Lama Pemaparan dan Jumlah Eceng Gondok berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan COD, BOD dan TSS. Perlakuan terbaik berdasarkan jumlah eceng gondok dan lama waktu pemaparan limbah batik

  Al-Kdasi, A., Idris, A., Saed, K. dan Guan, C.T., 2004. Treatment of textile wastewater

  Dengan Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes) Dan Tanaman Kiambang (Salvinia molesta) Serta Pemanfaatannya Untuk Tanaman Selada (Lactuca sativa) Secara Hidroponik. Skripsi. IPB. Bogor.

  edition. McGraw-Hill Publishing Company Ltd. New York. Moersidik, 2006. Analisis Kualitas Air.

  Universitas terbuka. Jakarta. Pivetz, B.E. 2001. Phytoremediation of

  Contaminated Soil and Ground Water at Hazardous Waste Sites.Ground Water Issue.

  Environmental Protection Agency. United States. Purwaningsih, 2008, Pengolahan Limbah Cair

  Industri Batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau Dari Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) Dan Warna. Tugas Akhir.

  Jurusan Teknik Lingkungan. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Salt, D.E., R.D. Smith & I. Raskin. 2006.

  Annual Review Plant Physiology and Plant Molecular Biology : Phytoremediation. Annual Reviews .

  USA. 501 –662 Sastrawijaya. 2009. Phytoremediasi Greywater

  Siregar, S. A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta. Sugiharto, 2008. Dasar-dasar Pengelolaan

  Engineering: Treatment, Disposal, and Reuse, 4

  Limbah Industri. UI-Press. Jakarta

  Sumada, Ketut. 2012. Konsep Pengolahan Air

  Limbah. UPN. Surabaya. Dilihat pada 20 Maret 2015.

  http://ketutsumada.blogspot.com/2 012/03/konsep-pengolahan-air- limbah.html

  Vymazal, J. 2008. Waterwaste Treatment in

  Constructed Wetlands with Horizontal Sub Surface Flow. Czech Republic

  :Springer Wardhana, W.A., 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi.

  Yogyakarta

  th

  Jakarta. Metcalf & Eddy, 2004. Wastewater

DAFTAR PUSTAKA

  2007. Phytoremediation: An Environmentally SoundTechnology for Pollution Prevention, Control and Remediation in Developing Countries. Educational Research and Review. Zimmels, Y., Kirzhner, F. dan Malkovskaja, A.

  Alaerts, G. and S.S Santika. 2007. Metode Penelitian Air.

  Usaha Nasional. Surabaya. Ahmad, S . 2009. Pengaruh Sifat Payau Dan Kesadahan Sumber Air oleh Eceng gondok.

  Yrama Widya. Bandung Cunningham, James , and William 2007. Promises and Prospects of Phytoremediation. Plant Physial 110: 715-719. Mc Graw-Hill Companies. USA. Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata

  Pedesaan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003.

  Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. Direktorat Jenderal tata Perkotaan dan Tata Pedesaan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta

  Driyanti, Rahayu, 2007. Telaah kualitas dan

  Kuantitas Limbah Industri Tapioka Serta Cara Pengendalian di Daerah Bogor dan Sekitarnya. Desertasi. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

  Erakhrumen & Agbontalor, A.

  by advanced oxidation processes. Global Nest the Int. J. 6: 222-230.

  Kimia Lingkungan. Vol.3, No.2 Mahida, U.N. 2004. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali.

  Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya. Bandung.

  Hasim. 2003. Eceng Gongok Pembersih Polutan

  Logam Berat . Kompas dalam kolom

  Inspirasi. Jakarta Ignasius DA. Sutapa , 2008. Lumpur Aktif :

  Alternatif Pengolah Limbah Cair. Jurnal

  Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan; No.3; 25-38, Peneliti Puslitbang Limnologi-LIPI. Cibinong.

  Nugraheni P, Yulinah Trihadaningrum. 2002.

  Sumber Air oleh Eceng gondok . Jurnal

  Ginting ,Perdana. 2005. Sistem Pengelolaan

  .2006. Application of Eichhornia crassipes

  and Pistia stratiotes for treatment of urban sewage in Israel . Journal of Environmental

  , Vol. 81, p. 420-428.

  Management

Dokumen yang terkait

Tingkat Penurunan Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Udara Ambien Menggunakan Taman Vertikal (Studi Kasus di Esa Sampoerna Center Surabaya) The Level of Decrease in Ambient Carbon Monoxide (CO) Concentration Using Vertical Garden (Case Study at Esa Sampoer

0 0 7

Penentuan Daya Tampung Sungai Badek Terhadap Beban Pencemar Akibat Limbah Cair Penyamakan Kulit di Kelurahan Ciptomulyo, Malang River Capacity Determination from Tannery Liquid Waste of Badek River in Ciptomulyo County, Malang

0 0 8

Efektivitas Penurunan Konsentrasi Limbah Cair Industri Tapioka Dengan Metode Rotating Biological Contactor Effectivity in Decreasing Pollutant Consentration of Tapioca Industrial Liquid Waste with Rotating Biological Contactor Method

0 0 6

Analisis Sebaran Beban Partikulat secara Keruangan dari Industri Semen di Kabupaten Tuban Dispersion Analysis of Particulate Load from Cement Industry in Tuban Regency by Using Spatial Aproach

0 1 9

Identifikasi Pencemaran Air Tanah Akibat Intrusi Air Laut (Studi Kasus Pesisir Pantai Ketah Kabupaten Situbondo) Identification Of Groundwater Pollution Due Sea Water Intrusion (Study Case Of Coastal Ketah Situbondo)

0 0 8

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah PT Surabaya Industrial Estate Rungkut – Management of Pasuruan Industrial Estate Rembang Performance Evaluation Of Wastewater Treatment Plant PT Surabaya Industrial Estate Rungkut - Management Of Pasuruan I

0 0 9

Komposisi Sampah dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca pada Pengelolaan Sampah Domestik: Studi Kasus TPA Winongo Kota Madiun Waste Composition and The Potential of Greenhouse Gas Emission on Municipal Solid Waste Management : Study Case Winongo Final Disposal

0 0 9

Estimasi Citra Kedalaman Dengan Conditional Random Field (CRF) dan Structured Support Vector Machine (SSVM)

0 0 6

Sorpsi Stronsium Dalam Tanah Lempung Karawang Sebagai Calon Lokasi Disposal Limbah Radioaktif The Sorption Activity of Stronsium in Karawang’s Clay as Perspective Disposal Areas of Radioactive Waste

0 0 8

Evaluasi Kelayakan Finansial Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) Studi Kasus di Pulau Mandangin Kabupaten Sampang Financial Feasibility Evaluation of Regional Water Company (PDAM) Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) Case Study

0 0 5