RANCAN BANGUN SISTEM E-VOTING MENGGUNAKAN PROTOKOL TWO CENTRAL FACILITIES
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
RANCAN BANGUN SISTEM E-VOTING MENGGUNAKAN
PROTOKOL TWO CENTRAL FACILITIES
1 2 1 Asep Taufik Muharram , Fitrah SatryaFakultas Sains Dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
JL. Ir. H. Juanda, No. 95, Ciputat, Jakarta - Indonesia
Telp. 021 74019 25, Fax. 749 3315
e-mail : a.taufikmuharram@uinjkt.ac.id
ABSTRACT
General election of regional head, governor or regent, in Indonesia is conductedconventionally. This kind of election is prone of human errors and also black campaigns
committed by certain parties. This research aims to build an e-voting system in
Tasikamalaya City using Two Central Facilities Protocol, i.e.: Central Legitimization
Agency (CLA), for the approval of voters, and Central Tabulating Facility (CTF) for
counting. This system is purposed to facilitate the general elections, so that the election
will be run effectively and efficiently. However, there are some factors to be considered to
polish the system in order to implement it in real general elections.Keywords: E-voting, Protocol Two Central Facilities, Tasikmalaya General Election
ABSTRAK
Salah satu pelaksanaan pemilu di Indonesia adalah pemilu untuk kepala daerah
(pilkada), yang masih menggunakan jenis pemilu konvensional. Jenis pemilu konvensional
masih menghabiskan banyak waktu dan rawan kesalahan yang dibuat oleh manusia,
termasuk penipuan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Penelitian ini merupakan
rancangan untuk membangun sistem e-voting pilkada Kota tasikamalaya dengan
menggunakan Two Central Facilities Protocol, dimana terdiri dari Central Legitimization
Agency (CLA) untuk pengesahan pemilih dan Central Tabulating Facility (CTF) untuk
perhitungan suara, yang dapat mewujudkan sistem e-voting yang aman, efektif, dan
efisien. Agar dapat di terapkan secara langsung untuk Pilkada Kota Tasikmalaya, masih
banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk menyempurnakan sistem baik itu faktor
internal maupun eksternal sistem.Kata Kunci : E-voting, Protocol Two Central Facilities, Pilkada Kota Tasikmalaya.
1.
tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987,
PENDAHULUAN
Pemilihan umum (pemilu) merupakan 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan 2014. bagian penting dalam sistem demokrasi
Secara umum terdapat 4 aspek yang dapat Indonesia. Sejak meraih kemerdekaan diamati dari pemilu sebelumnya, yaitu 1945, Indonesia tercatat telah 11 kali sumber daya manusia, biaya, waktu, dan menyelenggarakan pemilu yaitu pada keamanan.
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
paparan Bruce Schneier (1996) untuk dapat mengatasi dan menjamin keamanan setiap ancaman yang akan terjadi. Salah satu protokol yang dapat memenuhi sebagian standar kriteria secure voting
Security Life Cycle diantaranya: dapat dilihat pada Gambar 1.
ada 6 tahap utama yang diterapkan dalam
Cycle d [2] Berdasarkan Bishop (2003)
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Security Life
Tabulating Facility (CTF) untuk perhitungan suara [1].
dari Central Legitimization Agency (CLA) untuk pengesahan pemilih dan Central
Central Facilities Protocol , dimana terdiri
keamanan yang cukup baik adalah Two
requirements dan memiliki tingkat
secure voting requirements menurut
Banyak kendala dan permasalahan yang timbul pada penyelenggaraan pemilu hingga tahun 2009 yang lalu. Pada tahun 2011,diadakan dialog nasional yang diprakarsai oleh KPU yang bertemakan “Menuju Pemilu Elektronik di Indonesia” menyimpulkan beberapa masalah yang ditimbulkan pemilu konvensional.
Seperti halnya dengan sistem pemilu yang diadakan secara konvensional, pelaksanaan sistem pemilu secara e-voting pun pasti tidak akan terhindar dari berbagai ancaman kecurangan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, sistem yang dibuat harus memenuhi standar
isu yang hangat dibicarakan di Negara- negara maju, hal ini disebabkan oleh kelebihan dari sistem e-voting dibandingkan pemilihan menggunakan kertas suara yang biasa dilakukan.
voting . Teknologi e-voting telah menjadi
electronic voting atau lazim disebut e-
voting ini lajim dikenal dengan istilah
. Penggunaan teknologi computer pada pelaksanaan
voting
Perkembangan teknologi informasi saat manusia, termasuk cara untuk melaksanakan
Di Indonesia salah satu bentuk pemilu adalah pemilihan kepala daerah atau Pilkada. Pilkada umumnya masih menggunakan cara konvensional, yaitu cara coblos dan contreng pada lembar surat suara. Tidak jarang menghabiskan banyak waktu dan rentan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh manusia, termasuk kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
METODE PENELITIAN
Ancaman (Threat) Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015 login dan verifikasi pilihan, harus Kebijakan (Policy) melakukan pengecekan langsung dengan Spesifikasi Central legitimization Agency (CLA) (Specification) melalui mesin voting. Central Tabulating Perancangan Facilities (CTF) adalah server kedua (Design) yang merupakan badan tabulasi atau (Implementation) terdapat pada Central Tabulating Implementasi penghitungan suara. Pangkalan data yang Operation and Maintenance Facilities (CTF) berisi suara atau pilihan
pemilih dan perhitungannya untuk
Gambar 1. Metode Security Life Cycle masing-masing kandidat.
3.1 Ancaman (Threats) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Protokol ini memiliki tiga komponen Sebuah sistem e-voting yang dibuat utama dalam implementasi harus dipersiapkan agar mampu untuk penyelenggaraan pemilu yakni mesin melindungi sistem dari ancaman-
voting , Central legitimization Agency
ancaman yang mungkin terjadi. Ancaman (CLA), dan Central Tabulating Facilities yang mungkin timbul antara lain: (CTF). Mesin voting merupakan 1.
Modification or alternation Ancaman komponen yang berinteraksi langsung modifikasi yang mungkin terjadi dengan pemilih, dimana pemilih dapat dalam adalah pengubahan UID dan melakukan proses pemberian suara untuk NIK yang akan dikirimkan sistem ke kandidat yang dipilihnya. Central pemilih serta status pemilih.
Legitimization Agency (CLA) adalah
Pengubahan ini mungkin dilakukan
server pertama yang merupakan badan
apabila database server CLA dapat sertifikasi pemilih yang memiliki tugas ditembus oleh penyerang sehingga utama mengotentikasi dan mengotorisasi akun pemilih tidak lagi sama dan pemilih, CLA mempunyai pangkalan data tidak dapat digunakan oleh pemilih. yang menyimpan data. Pangkalan data ini
Pengubahan lain yang mungkin terjadi tidak dapat diperlihatkan pada pihak lain adalah terhadap konten dari situs ini sekalipun Central Tabulating sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan
(CTF). Setiap proses yang
Facilities
penerimaan informasi yang salah oleh membutuhkan data pemilih, contohnya pengguna sistem. Snooping yakni
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
penangkapan informasi oleh pihak- mengeksploitasi kelemahan yang pihak yang tidak berwenang. terdapat di dalam protokol TCP.
Snooping merupakan bentuk dari Usurpation , yakni pengaturan disclosure. beberapa bagian dari sistem. Hal ini dapat
2. dilakukan dengan cara merubah code
Penyamaran (masquering) yakni peniruan terhadap suatu entitas program agar terjadi kecurangan pada terhadap entitas yang lain. Sebagai evoting. Hal ini dapat dilakukan oleh contoh, saat pemilih akan orang luar ataupun orang dalam yang mengirimkan kunci simetri kepada dapat mengakses source code dari CLA atau CTF untuk melakukan program. komunikasi, pihak yang menerima
3.2 Kebijakan (Policy)
kunci tersebut bukanlah CLA atau Kebijakan yang diterapkan dalam
CTF yang resmi melainkan server lain membangun sistem e-voting. [3]Secure yang mengaku sebagai CTF. Untuk
voting yang dibangun secara
menangani ancaman ini konsep komputerisasi dapat digunakan jika otentifikasi (authentication ) dapat terdapat protokol yang menjamin dua hal digunakan untuk mencegah serangan. dibawah ini, yaitu :
Masquerading termasuk ancaman
1 Privasi individu dalam kelas deception dan usurpation.
2 Pencegahan terhadap kecurangan.
Suatu protokol yang ideal harus perubahan dapat terjadi apabila memiliki 6 persyaratan sebagai berikut : penyerang dapat bertindak sebagai
1 Hanya pemilih yang berhak yang
man in the middle diantara saat terjadi
dapat memberikan suara (otentikasi); proses pertukaran data pada mesin
2 Tidak boleh memberikan lebih dari voting , CTF, dan CLA. satu suara;
3. yakni penyerangan Disruption,
3 Tidak boleh menentukan orang lain terhadap sistem untuk melemahkan harus memilih untuk siapa; sumber daya sistem tersebut sehingga
4 Tidak ada yang bisa menduplikasi tidak dapat diakses atau sistem suara orang lain; mengalami crash. Penyeragan ini
5 Tidak boleh mengubah pilihan orang dapat dilakukan melalui serangan DoS lain; atau Denial Of Service dengan
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
Setiap pemilih dapat memastikan mengembalikan hasil penghitungan bahwa suara mereka sudah dikirimkan sementara. Hal ini menyebabkan dan terhitung dalam penghitungan akhir. mesinvotingdapat memastikan bahwa hasil suaranya benar telah dihitung oleh
3.3 Spesifikasi (Specification) CTF.
Secara Umum sistem pengiriman hasil suara mesin voting menuju CTF
3.4 Perancangan (Design)
yang dibangun dapat memenuhi Protokol two central facilities spesifikasi umum sebagai berikut: memiliki dua lembaga penyelenggara
1. pemilu yang diimplementasikan dalam
Hanya mesin voting yang terdaftar yang dapat mengirimkan suara. dua server yang berbeda[4]. Server pertama yakni Central Legitimization
- dan unik untuk setiap mesin voting. Agency (CLA) merupakan badan
Terdapat validation ID yang acak
- sertifikasi pemilih yang memiliki tugas
Seluruh mesin voting aktif didaftarkan pada VPN dengan IP utama mengotentikasi dan mengotorisasi tertentu, sehingga IP asing tidak pemilih. CLA mempunyai pangkalan data akan bisa mengakses jaringan yang menyimpan data pemilih baik data tersebut. diri maupun ID (UID dan NIK) pemilih.
2. Pangkalan data ini tidak dapat Tidak boleh mengirimkan lebih dari satu hasil suara. diperlihatkan pada pihak lain sekalipun
- CTF. Setiap proses yang membutuhkan
Jika mesin voting telah melakukan pengiriman dan kembali data pemilih, contohnya login dan melakukan pengiriman maka CTF verifikasi pilihan harus melakukan pengecekan langsung dengan CLA akan mengembalikan pesan “Mesin
voting tersebut sudah melakukan melalui mesin votin, berikut ini gambar
yang merupakan skema dari sistem e- pengiriman sebelumnya”.
3.
voting dapat dilihat pada Gambar 2.
Setiap pemilih dapat memastikan bahwa suara mereka sudah dikirimkan dan terhitung dalam penghitungan akhir. Jika sebuah mesin voting mengirimkan hasil suara, CTF akan mengakumulasi dan menghitung kandidat dan
- Tahap 1 1.
- Tahap 2 1.
Tabulating Facilities (CTF) merupakan badan tabulasi/penghitungan suara.
4. Selanjutnya CLA akan melakukan autentikasi pemilih dengan database.
3. CLA akan melalukan proses dekripsi terhadap data yang diterima
2. Mesin voting akan mengirimkan data kartu identitas pemilih yang telah dienkripsi kepada CLA.
Pemilih (pemilih) mengirimkan mesin voting dengan cara menempelkan kartu identitasnya.
2. CLA mengirimkan kunci simetri yang telah di enkripsi menggunakan kunci publik yang di terima dari masing- masing mesin voting dan diberikan kepada masing-masing mesin voting sesuai alamat IP address masing- masing mesin voting.
Pengiriman kunci public oleh masing- masing mesin voting kepada CLA.
Adapun alur kerja sistem e-voting berdasarkan gambar tersebut terbagi menjadi empat tahapan dengan penjabaran sebagai berikut:
Pangkalan data yang terdapat pada CTF berisi suara atau pilihan pemilih dan perhitungannya untuk masing-masing kandidat.
Server kedua yakni Central
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015 Gambar 2. Skema sistem e-voting
voting .
Setiap proses yang membutuhkan data pemilih, contohnya login dan verifikasi pilihan harus melakukan pengecekan langsung dengan CLA melalui mesin
Central Tabulating Facilities (CTF).
mempunyai pangkalan data yang menyimpan data pemilih baik data diri maupun ID (UID dan NIK) pemilih. Pangkalan data ini tidak dapat diperlihatkan pada pihak lain sekalipun
Legitimization Agency (CLA)
badan sertifikasi pemilih yang memiliki tugas utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih. Central
Legitimization Agency (CLA) merupakan
Server pertama yakni Central
5. Apabila pemilih dinyatakan berhak memilih dengan ketentuan pemilih telah terdaftar di database dan belum memilih sebelumnya maka pemilih
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
akan diarahkan kepada halaman random key mesin kepada mesin pemilihan dan status pemilih akan voting dan CTF yang dienkripsi. diubah menjadi status telah 3.
Mesin voting akan membuat suatu melakukan autentikasi. Namun tanda tangan digital dari jumlah suara apabila pemilih dinyatakan tidak yang di hash menggu berhak memilih maka pemilih
4. Mesin voting akan mengirimkan langsung diarahkan ke halaman gagal identitas mesin, data hasil pemilihan, memilih. tanda tangan digital, dan juga nilai 6. random kepada CTF yang didapatkan
Setelah pemilih melakukan pemilihan, pilihan pemilih akan di simpan pada dari CLA yang telah di enkripsi. mesin voting, dan status pemilih akan 5.
CTF melakukan pencocokan nilai diubah menjadi status telah random key yang diberikan mesin melakukan pemilihan dengan random key yang diterima 7. dari CLA untuk mesin tersebut. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai pada waktu
6. Jika sah, CTF akan melakukan pemilihan usai. pengecekan data yang dikirim dengan
- tanda tangan digital yang dikirimkan.
Tahap 3 1.
7. Pengiriman kunci public oleh masing- Apabila tanda tangan digital dan data masing mesin voting kepada CTF. yang dikirimkan sesuai maka nilai CTF mengirimkan kunci simetri yang telah di enkripsi menggunakan kunci akan di-store ke dalam CTF. public yang di terima dari tiap-tiap 8.
Mesin akan terus menerus melakukan mesin dan dikirimkan kepada masing- proses yang sama sampai pada waktu masing mesin sesuai alamat IP pemilihan usai. address mesin. Terdapat beberapa tahapan
- pemilihan dalam sistem e-voting ini yang
Tahap 4 1. secara periodik akan berfungsi untuk mengarahkan pemilih
Mesin melakukan permintaan kepada CLA dalam proses pemilihan, tahapan-tahapan untuk mengirimkan data ke CTF tersebut ialah dengan mengirimkan informasi
1. Tahap pemilihan surat suara identitas mesin yang dienkripsi. Pada tahapan ini pemilih diberikan
2. waktu 20 detik untuk memilih calon
CLA akan melakukan proses autentikasi dan mengirimkan suatu kandidat yang tersedia. Kesempatan
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
untuk memilih calon kandidat hanya
4. Tahapan Bukti Suara Elektronik diberikan sebanyak-banyaknya adalah Pemilih yang telah memilih salah satu dua kali kesempatan. Apabila pemilih kandidat dan yakin ataupun pemilih tidak memanfaatkan kedua kesempatan yang dinyatakan abstain dengan tersebut maka pemilih akan dinyatakan pilihannya maka pemilih tersebut akan abstain. diarahkan pada halaman bukti suara
2. Tahapan perpanjangan waktu elektronik pada mesin voting. Bukti Perpanjangan waktu diberikan kepada suara ini hanyalah sebuah halaman pemilih yang belum sempat memilih yang menunjukkan pemilih telah pada kesempatan pertama. Pemilih memilih kandidat yang dipilihnya, yang diberikan 10 detik untuk memberikan diwakili dengan nomor kandidat yang keputusannya apakah ia akan memilih dipilih. atau tidak, jika pemilih memutuskan .
3.4.1 Perancangan Basis Data
tidak maka suara akan dinyatakan Basis data dibagi menjadi tiga abstain namun jika memutuskan bagian utama, yaitu basis data pada memilih perpanjangan waktu maka masing-masing mesin voting, basis data pemilih akan dihadapkan kembali CLA sebagai basis data otentikasi dan dengan halaman surat suara. basis data CTF yang digunakan untuk
3. menanyakan keyakinan Tahapan perhitungan suara total.
1. Basis Data mesin voting dapat dilihat Pemilih akan ditanyakan tentang pada Tabel 1. keyakinannya akan kandidat yang akan
Tabel 1. Basis Data mesin voting dipilihnya dalam waktu 10 detik.
Nama Jumlah Deskripsi
Apabila pemilih yakin akan pilihannya
Tabel Kolom Kandidat
4 Tabel yang berisi
maka pilihannya akan segera disimpan
data calon dan
di dalam database mesin voting, namun
jumlah perolehan suara masing-
apabila tidak yakin pemilih diberikan
masing calon Waktu
2 Tabel yang berisi
satu kesempatan lagi untuk menentukan
waktu mulai dan pilihannya melalui halaman surat suara. waktu akhir dari voting
Pemilih yang tidak melakukan apapun dalam waktu 10 detik dinyatakan yakin akan pilihannya.
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015 2.
a. Basis Data CLA dapat dilihat pada Mesin tidak menyediakan keyboard Tabel 2. ataupun mouse selama proses e-voting.
Tabel 2. Basis Data CLA Hal ini di anjurkan agar interaksi antara Nama Jumlah
manusia dengan mesin voting menjadi
Deskripsi Tabel Kolom
lebih terbatas, untuk memperkecil
Pemilih
5 Tabel yang berisi data pemilih dan status
kemungkinan human error ataupun
pemilih
tindakan-tindakan yang tidak diinginkan
Validasi
2 Tabel yang berisi id _mesin mesin dan nomor
lainnya.
validasi mesin Waktu
2 Tabel yang berisi b.
Pemilih hanya berinteraksi dengan
waktu mulai dan
sistem e-voting menggunakan layar sentuh
waktu akhir dari voting
dengan single touch screen, sehingga pemilih tidak dapat memilih dua kandidat
3. Basis Data CTF dapat dilihat pada sekaligus.
Tabel 3.
c.
Layar sentuh yang digunakan
Tabel 3. Basis Data CTF
disarankan menggunakan layar capasitive
Nama Jumlah Deskripsi
Tabel Kolom screen agar pemilih dibatasi hanya dapat
Mesin_
4 Tabel yang berisi
menggunakan anggota tubuhnya untuk
voting data surat suara yang berasal dari
memilih.
mesin voting.
d.
Validasi
4 Tabel yang berisi Hasil print out dari surat suara _mesin id mesin dan nomor validasi mesin
kotak khusus yang akan disegel oleh pihak
Waktu
2 Tabel yang berisi yang berwenang. waktu mulai dan waktu akhir dari
Adapun spesifikasi hardware
voting Keteran
4 Tabel yang berisi
komputer yang dijadikan mesin e-voting
gan_pe keterangan
pada sistem e-voting ialah sebagai berikut
milih pemilih yang berasal dari CLA a. Processor : intel dual core 2,6 Ghz b.
Main Memory : Ram 2 Gb
3.5 Implementasi (Implementation) c.
Storage Disk : HD SATA 8 Gb Idealnya mesin voting ialah satu
d. Layar sentuh single touch LG 17 inc
perangkat komputer yang telah dirakit untuk menjadi mesin voting, dengan kebijakan sebagai berikut :
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
3.5.1 Antarmuka Halaman Surat Suara Evoting
Perancangan antarmuka halaman untuk sistem e-voting juga harus memenuhi berbagai ketentuan, sebab pernacangan ini terkait erat dengan calon kandidat yang akan dipilih oleh pemilih. Berikut ini ada tampilan dari halaman sistem e-voting.
a.
Tampilan otentikasi pemilih Tampilan halaman pertama adalah otentikasi pemilih untuk bias melakukan proses pemilihan, dapat dilihat pada Gambar dibawah ini dimana nomor UID yang menjadi fungsi otentikasi pemilih berdasarkan kode NIK.
Gambar 4. Halaman otentikasi pemilih b.
Tampilan Surat suara Tampilan halaman surat suara dapat dilihat pada Gambar 5 dimana terdapat tiga calon kandidat yang dapat dipilih.
Gambar 5. Halaman surat suara c.
Tampilan perpanjangan waktu Tampilan Halaman perpanjangan waktu ditunjukkan pada Gambar 6 dimana pemilih diberikan pertanyaan dengan jawaban “Ya” atau “Tidak” untuk menjawab “Perpanjangan waktu pemilih”.
Gambar 6. Halaman perpanjangan waktu d.
Tampilan surat suara kesempatan kedua Apabila pemilih menggunakan kesempatan keduanya untuk memilih, maka akan diberikan halaman surat suara dengan peringatan kesempatan terakhir
Gambar 7. Halaman surat suara kesempatan kedua e.
Tampilan memastikan pemilih Halaman yang memastikan pemilih yakin akan pilihannya ditunjukkan pada
Gambar 8. Pada halaman ini ditulis nomor urut kandidat yang telah dipilih
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
melalui halaman surat suara. Pemilih tinggal menentukan jawaban “Ya” atau “Tidak” untuk kepastian pilihannya..
Gambar 9 Halaman bukti tidak memilih.
4. SIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: Rancang bangun sistem e-voting
Gambar 8. Halaman memastikan pemilih
pilkada Kota Tasikamalaya dengan menggunakan protocol two central f.
Tampilan bukti selesai pemilih.
facilities yang mengimplementasikan
Pemilih yang benar-benar yakin akan pengembangan Central Legitimization pilihannya dan menjawab “Ya” akan dan Central Tabulating
Agency (CLA)
diarahkan pada halaman bukti suara
Facilities (CTF) yang dapat elektronik seperti pada Gambar 9.
mewujudkan sistem e-voting yang aman, efekktif, dan efisien. Dalam otentikasi pemilih hanya nomor
NIK yang sudah di daftarkan yang dapat melakukan proses pemilihan.
Gambar 9. Halaman bukti selesai
Berdasarkan waktu yang telah
memilih
ditentukan, pemilih hanya dapat diberikan waktu 20 detik untuk dapat g.
Tampilan bukti tidak memlih. melakukan proses pemilihan. Pemilih yang dinyatakan abstain maka pada bukti suara elektronik akan ditampilkan tulisan “Anda tidak memilih PENELITIAN LANJUTAN siapapun” seperti pada Gambar 10.
Hal-hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil penelitian ini di antaranya: Sistem harus memiliki pengamanan database baik itu pengamanan
Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Bulan Juni 2015
menggunakan database mirror ataupun pengenkripsian setiap nilai-nilai yang ada di dalam database tersebut. Dilakukannya penelitian mengenai rekayasa sosial yang dapat terjadi pada sistem evoting.
Penelitian mengenai perhitungan- perhitungan arus lalu lintas data yang harus diperdalam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bruce, Schneier. 1996. Applied
Cryptography . Second Edition, Jon Wiley & Sons.
[2] Bishop, Matt. 2003.Computer
Security Art and Science .Addison- Wesley.
[3] Schneier
B. 1996. Applied
Cryptography , second edition : Protocols, Algorithms, and Source Code in C , John Wiley & Sons, Inc.
[4] Sireesha, Janga & So-In Chakchai .2005. Secure Virtual Election Booth
with Two Central Facilities. Department of Computer
Science Washington University in St. Louis, USA. 2007.