Studi Pengembangan Model Pengukuran Kinerja UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio development study of performance measurement model for radio monitoring unit

Studi Pengembangan Model Pengukuran Kinerja UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio

development study of performance measurement model for radio monitoring unit

Iman Sanjaya

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta iman.sanjaya@kominfo.go.id

Naskah diterima: 30 April 2012; Naskah disetujui: 23 Mei 2012

Abstract — Radio Monitoring Unit is a standalone unit within the kriteria, yaitu monitoring, penanganan gangguan, penegakan Directorate General of Post and Informatics Resources and

hukum, billing and licensing, SDM dan sarana/prasarana. Devices (SDPPI) and directly responsible to the Director General

Metode IPMS yang dimodifikasi dengan Objectives Matrix dan which is its main task is to monitor radio frequency spectrum

Traffic Light System ini juga mampu mengukur kinerja UPT usage. The purpose of this study is to develop model of

Balai Monitor Kelas II Makassar tahun 2011 sebesar 7,65 yang performance measurement for Radio Monitoring Unit (through the

termasuk dalam warna kuning, sehingga termasuk kategori measurement from one object of this research) by Integrated

cukup memuaskan dan perlu ditingkatkan lagi. Terdapat 5 KPI Performance Measurement System (IPMS). The study identified 15

yang memerlukan perbaikan karena belum mencapai target KPIs (Key Performance Indicators) that can be used to measure

yang diharapkan yaitu observasi/monitoring, pengukuran the performance of the Radio Monitoring Unit which are classified

parameter teknis, jumlah pengendali frekuensi, penertiban dan into six criteria, namely, monitoring, interference handling, law

gelar perkara.

enforcement, licensing and billing, human resources and facilities / infrastructure. IPMS method that has been modified by

Kata Kunci — UPT, monitor, spektrum frekuensi radio, IPMS,

Objectives Matrix and the Traffic Light System is also capable of

AHP, KPI, OMAX, Traffic Light System

measuring the performance of Makassar Radio Monitoring Unit in 2011 fiscal year as 7.65. The score lies in the yellow zone, so that

I. ENDAHULUAN

category is quite satisfactory and needs more improvement. There

are 5 KPIs in need of improvement because it has not reached the

Berdasarkan Permenkominfo No.03/PER/M.KOMINFO/03

expected target, namely observation / monitoring, measurement of

/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

technical parameters, the number of functional staff, sweeping and

Teknis Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio,

case handling.

khususnya dalam Pasal 1 dan Pasal 2 disebutkan bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Monitor Spektrum Frekuensi

Keywords — Radio Monitoring Unit, monitor, radio frequency Radio adalah satuan kerja yang bersifat mandiri di lingkungan

spectrum, IPMS, AHP, KPI, OMAX, Traffic Light System

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika

(SDPPI)

yang berada di bawah dan

Abstrak — Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Monitor bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal SDPPI.

Spektrum Frekuensi Radio adalah satuan kerja yang bersifat

UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio secara

mandiri di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) yang berada di bawah

administratif dibina oleh Sekretaris Direktorat Jenderal SDPPI,

dan secara teknis operasional dibina oleh Direktur

dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal

SDPPI yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan

Pengendalian SDPPI. UPT Bidang Monitor Spektrum

pengendalian di bidang penggunaan spektrum frekuensi radio.

Frekuensi Radio mempunyai tugas melaksanakan pengawasan

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun model pengukuran

dan pengendalian di bidang penggunaan spektrum frekuensi

kinerja UPT bidang monitor spektrum frekuensi radio (melalui

radio yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber

uji coba pengukuran kinerja yang didapatkan pada UPT yang

pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi dan pengujian

menjadi obyek penelitian)

ilmiah, pengukuran, koordinasi dan monitoring frekuensi

Performance Measurement System (IPMS). Hasil penelitian

radio, penyusunan rencana dan program, penyediaan suku

mengidentifikasi 15 KPI ( Key Performance Indicators) yang

cadang, pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta urusan

dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari UPT bidang monitor spektrum frekuensi yang dikelompokkan lagi kedalam 6

ketatausahaan dan kerumahtanggaan.

2. Data-data variabel kinerja menggunakan data sekunder terkait dengan penggunaan frekuensi dan perangkat

Salah satu tugas dan fungsi dari unit kerja Ditjen SDPPI

yang diambil dari UPT tempat penelitian dan dibatasi telekomunikasi dan informatika oleh publik adalah melakukan

maksimum 2 tahun terakhir (2010-2011). monitoring dan penertiban. Monitoring dan penertiban

Berikut adalah beberapa pengertian terkait dengan judul dilakukan terhadap penggunaan sumber daya frekuensi

penelitian:

maupun perangkat untuk penggunaan frekuensi terkait dengan

1. Studi pengembangan model adalah penelitian yang aspek legalitas penggunaan, kepemilikan izin dan kesesuaian

bertujuan menghasilkan atau mengembangkan suatu perangkat yang digunakan dengan peraturan yang berlaku.

produk berupa model, desain, prototipe, bahan, media, Monitoring dilakukan melalui keberadaan UPT Monitoring

alat atau strategi guna peningkatan kualitas. Spektrum Frekuensi Radio yang berada di 35 kota di seluruh

2. Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian Indonesia.

pencapai target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan Sebagai organisasi yang berorientasi pada pelayanan publik,

strategis organisasi. selama ini ukuran kinerja UPT hanya didasarkan pada 3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Monitor Spektrum perbandingan antara kinerja aktual dengan rencana atau target

Frekuensi Radio adalah satuan kerja yang bersifat sebagaimana diatur dalam Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang

mandiri di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sistem pengukuran

dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) yang berada kinerja tersebut dianggap belum mampu memotret kinerja

di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada UPT secara keseluruhan sehingga perlu dilakukan studi

Direktur Jenderal SDPPI.

pengembangan model pengukuran kinerja yang baru dengan memperhatikan berbagai aspek secara komprehensif dan

II. L ANDASAN T EORI DAN K ERANGKA K ONSEPTUAL integratif. Dari latar belakang tersebut perlu dilakukan studi

A.

Penelitian Terdahulu

pengembangan model pengukuran kinerja UPT bidang

monitor spektrum frekuensi radio. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan Berdasarkan latar belakang tersebut ditemukenali beberapa

dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang telah permasalahan yaitu :

dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang dilakukan oleh I

1. Belum adanya model pengukuran kinerja yang dapat Made Suartika, et. al. (2007) mengukur kinerja sebuah mengukur kinerja UPT bidang monitor frekuensi secara

jurusan di perguruan tinggi dengan menggunakan metode keseluruhan. UPT bidang monitor frekuensi sebagai

Integrated Performance Measurement Systems . Penelitian instansi yang melayani kepentingan publik memiliki

selanjutnya adalah oleh Yunia Dwi Nurcahyanie (2008). tugas yang unik yang harus diselenggarakan oleh

Penelitian ini mengambil studi kasus kinerja program studi perangkat negara dan tidak bisa dilimpahkan kepada

sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Sampai penelitian ini pihak swasta. Berbeda halnya dengan rumah sakit atau

disusun, peneliti belum menemukan tinjauan penelitian terkait pemadam kebakaran, meskipun sifatnya menangani

dengan pengukuran kinerja organisasi bidang monitor kejadian yang sifatnya darurat, namun masih boleh

spektrum frekuensi radio baik dari sumber dalam negeri diselenggarakan

maupun dari luar negeri.

Keunikan ini menjadikan pengukuran kinerja UPT

B. Monitoring (Pemantauan) Spektrum Frekuensi Radio bidang monitor menjadi sulit karena tidak ada barometer

ataupun benchmark sebagai pembanding.

1) Tujuan Monitoring Spektrum Frekuensi Radio

2. Kurang dilibatkannya seluruh stakeholder UPT dalam Menurut ITU Handbook of Spectrum Monitoring (2002), penentuan KPI (Key Performance Indicator) pada

monitoring spektrum berfungsi sebagai mata dan telinga dari pengukuran kinerja saat ini.

proses manajemen spektrum. Monitoring spektrum diperlukan Adapun masalah pokok yang akan dibahas pada penelitian

di dalam praktek karena di dunia nyata, penggunaan spektrum ini adalah :

secara resmi tidak menjamin bahwa penggunaannya

1. Indikator-indikator apa saja yang digunakan untuk sebagaimana dimaksud. Hal Ini mungkin disebabkan oleh menilai kinerja UPT Bidang Monitor Spektrum

kompleksitas perangkat, interaksi dengan peralatan lain, Frekuensi Radio?

kerusakan peralatan, atau penyalahgunaan yang disengaja.

2. Bagaimana model pengukuran kinerja UPT Bidang Masalah ini diperburuk oleh proliferasi dari teknologi Monitor Spektrum Frekuensi Radio yang efektif?

nirkabel terestrial dan sistem satelit dan peralatan lain yang Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun model

dapat menyebabkan interferensi.

pengukuran kinerja UPT bidang monitor spektrum frekuensi Penggunaan spektrum terjadi 24 jam per hari, 7 hari per radio (melalui uji coba pengukuran kinerja yang didapatkan

minggu, setiap minggu sepanjang tahun, baik lokal, regional, pada UPT yang menjadi obyek penelitian). Adapun sasaran

ataupun global. Demikian juga dengan monitoring spektrum dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif juga harus secara terus menerus dilakukan jika tujuan dan

model pengukuran dan evaluasi kinerja UPT bidang monitor

sasaran monitoring ingin terpenuhi.

spektrum frekuensi radio di seluruh Indonesia. Tujuan dari monitoring spektrum adalah untuk mendukung Batasan masalah atau ruang lingkup penelitian ini antara

proses manajemen spektrum pada umumnya, termasuk tugas lain meliputi :

dan fungsi perencanaan spektrum. Secara khusus, tujuan

1. Klasifikasi/tingkatan UPT yang akan diukur kinerjanya

monitoring adalah sebagai berikut :

hanya meliputi Balai Monitor Kelas I, Balai Monitor

1. Membantu dalam penyelesaian gangguan spektrum Kelas II, dan Loka Monitor. Sedangkan Pos Monitor

elektromagnetik, baik pada skala lokal, regional atau tidak termasuk dalam obyek penelitian ini.

global, sehingga layanan radio dan stasiun dapat hadir

stasiun yang menimbulkan gangguan. telekomunikasi sambil memberikan manfaat ekonomi

Secara umum, monitoring memberikan umpan balik kepada infrastruktur suatu negara melalui akses yang

kepada manajemen spektrum pada apakah penggunaan praktis bebas interferensi yaitu layanan telekomunikasi yang dari spektrum sesuai dengan kebijakan nasional. Monitoring dapat diakses;

juga dapat mengidentifikasi untuk kebutuhan spektrum masa

2. Membantu dalam memastikan kualitas yang dapat depan. Dalam hal ini monitoring memberikan umpan-maju diterima dari penerimaan radio dan televisi oleh

informasi kepada manajemen spektrum. masyarakat umum;

3. Menyediakan data monitoring yang berharga untuk

C. Konsep Dasar Pengukuran Kinerja Sektor Publik proses

elektromagnetik terhadap penggunaan aktual dari Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat frekuensi dan pita, verifikasi karakteristik teknis dan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan operasional yang sesuai dari sinyal ditransmisikan, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi deteksi dan identifikasi pemancar ilegal, dan pembuatan yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

dan verifikasi catatan frekuensi; Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian

4. Memberikan informasi monitoring yang berharga untuk pencapai target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan

program-program yang diselenggarakan oleh Biro strategis organisasi (Lohman, 2003). Komunikasi Radio ITU, misalnya mempersiapkan laporan kepada Konferensi Komunikasi Radio, mencari

2) Elemen Pokok Pengukuran Kinerja bantuan khusus dari pemerintah dalam menghilangkan

Elemen pokok suatu pengukuran kinerja meliputi : gangguan yang membahayakan, membersihkan operasi

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi out-of-band , atau membantu pemerintah dalam mencari

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja frekuensi yang sesuai.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasar-sasaran

2) Hubungan antara monitoring spektrum dan manajemen

organisasi

4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan

spektrum

kualitas pengambilan Fungsi monitoring spektrum dan manajemen spektrum

organisasi,

meningkatkan

keputusan dan akuntabilitas)

sangat erat kaitannya. Menghubungkan kedua fungsi melalui sistem komputer terpadu dapat menghasilkan peningkatan

3) Indikator Kinerja

efektivitas dan efisiensi biaya secara signifikan bagi keduanya. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan/atau Sangat penting dalam menerapkan sistem manajemen kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

spektrum untuk pertama mengembangkan struktur sistem sasaran. Setidaknya ada tujuh belas persyaratan untuk yang mempertahankan integritas proses, dan database yang

indikator yang baik dan ideal dalam pengukuran kinerja berisi semua informasi yang relevan untuk mendukung proses. (Prof.Dr.Moeheriono,M.Si), yaitu sebagai berikut :

Dalam kasus database yang tidak memadai, kombinasi dari 1. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak teknik monitoring dan penegakan hukum dapat secara efektif

ada kemungkinan kesalahan interpretasi arti. digunakan untuk memperoleh informasi penting dan dengan

2. Measurable, dapat diukur dan jelas ukuran yang demikian, membantu meningkatkan database dan proses

dipergunakan, baik kuantitatif maupun kualitatif, dan manajemen spektrum secara keseluruhan.

dapat menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran, Monitoring terkait erat dengan pemeriksaan dan kepatuhan

hasil, manfaat, dampak dan proses. dalam hal yang memungkinkan identifikasi dan pengukuran

3. Attributable, indikator kinerja yang dibuat harus penggunaan

bermanfaat dalam pengambilan keputusan karakteristik teknis dan operasional yang sesuai dengan sinyal

4. Fleksibel dan sensitif terhadap perusahaan sewaktu- yang dipancarkan, deteksi dan identifikasi pemancar ilegal,

waktu atau penyesuaian pelaksanaan dan hasil menghasilkan data tentang efektivitas dari kebijakan

pelaksanaan kegiatan.

manajemen spektrum.

5. Efektif, indikator ini mengukur derajat kesesuaian output Monitoring juga mendukung upaya manajemen spektrum

yang dihasilkan dalam mencapai sesuatu yang secara keseluruhan dengan menyediakan pengukuran umum

diinginkan.

kanal dan penggunaan pita, termasuk statistik ketersediaan

6. Efisien, indikator ini mengukur derajat kesesuaian kanal yang bersifat teknis dan operasional, sehingga

proses menghasilkan output dengan menggunakan biaya memberikan ukuran hunian spektrum. Monitoring juga

serendah mungkin.

berguna untuk perencanaan, dalam hal ini dapat membantu

7. Consistency, dipergunakan untuk merumuskan indikator manajer dalam memahami tingkat penggunaan spektrum

kinerja harus konsisten, tidak berubah-ubah baik antara dibandingkan dengan yang terdaftar di atas kertas atau dalam

periode waktu tertentu maupun pada unit organisasi. file data. Sebuah sistem monitoring dan pengukuran dapat 8. Comparibility, setiap indikator kinerja seharusnya

membantu dalam beberapa kasus di mana solusi untuk mempunyai daya banding secara layak dan tepat di masalah memerlukan lebih dari pengetahuan tentang

antara indikator yang lain.

karakteristik sistem radio. Sistem monitoring dan pengukuran

9. Clarity, setiap indikator kinerja harus sederhana, dapat juga mendapatkan informasi tentang pengoperasian stasiun

didefinisikan secara jelas dan mudah dimengerti dan individu, untuk peraturan, penegakan, dan tujuan kepatuhan,

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur organisasi

Negara Nomor 20/M.PAN/11/2008 tentang Petunjuk

10. Controllability, pengukuran kinerja misalnya terhadap Penyusunan Indikator Kinerja Utama. seorang manajer pertimbangannya harus berdasarkan

No.16/PER.M/KOMINFO/02/2009 pada wilayah atau departemen yang dapat dikendalikan.

5. Permenkominfo

tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di

11. Contingency, merumuskan indiakator kinerja misalnya Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio. terhadap seorang manajer pertimbangannya harus

6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur berdasarkan wilayah atau departemen yang dapat

Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 dikendalikannya.

Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan

12. Comprehensiveness, merumuskan indikator kinerja Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. harus dapat merefleksikan semua aspek perilaku yang

No.02/PER.M/KOMINFO/1/2010 cukup penting untuk pembuatan keputusan manajerial.

7. Permenkominfo

tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan

13. Boundedness, merumuskan indikator kinerja harus

Informatika Tahun 2010-2014.

difokuskan pada faktor-faktor utama yang merupakan

No.04/PER.M/KOMINFO/03/2010 perwujudan dan keberhasilan visi misi organisasi.

8. Permenkominfo

tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di

14. Relevance, merumuskan indikator kinerja membutuhkan Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. indikator spesifik sehingga relevan dengan indikator

No.03/PER/M.KOMINFO/03/2011 lainnya dan untuk kondisi dan kebutuhan tertentu.

9. Permenkominfo

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

15. Feasibility, target-target yang dipergunakan sebagai Teknis Bidang Monitor Spektrum. dasar perumusan indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat dicapai.

III. M ETODE P ENELITIAN

16. Timely, indikator kinerja yang sudah ditetapkan harus Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikumpulkan datanya dan dilaporkan tepat pada

kuantitatif didukung data kualitatif. Penelitian dilakukan waktunya

dengan menggunakan teknik penelitian survey. Lokasi pengambilan keputusan.

pelaksanaan survey dilakukan di 4 (empat) lokasi yaitu

17. Efektif dan layak; data dan informasi yang berkaitan Jakarta, Makassar, Bandung dan Banjarmasin. Lokasi tersebut dengan indikator kinerja yang bersangkutan dan dapat

dipilih secara purposive mengingat 4 (empat) kota tersebut dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang

mewakili klasifikasi UPT yaitu Balmon Kelas I, Balmon tersedia.

Kelas II, dan Loka Monitor.

D. Regulasi Terkait dengan Penyusunan Indikator Kinerja kuesioner dan data kualitatif diperoleh melalui in-depth

Pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran

1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun interview , sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

pustaka, literatur dan peraturan-peraturan terkait. Pada Dalam Inpres No.7 Tahun 1999 pengukuran pencapaian

pengumpulan data tahap pertama dilakukan diskusi, in-depth kinerja dilakukan dengan perbandingan kinerja aktual

interview , atau korespondensi dengan informan sebagai dengan rencana atau target, perbandingan kinerja aktual

berikut :

dengan tahun-tahun sebelumnya, perbandingan kinerja

1. Bpk.Tulus Rahardjo (Direktur Pengendalian SDPPI) aktual dengan kinerja di negara-negara lain atau standar

2. Bpk. Ir. Zainuddin Kalla, M.Si (Kabalmon Kelas II internasional.

Makassar)

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

3. Ibu Dradjanti Dian Ariyati (Kepala Seksi Pemantauan Negara Nomor 09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman

dan Penertiban Balmon Kelas II Bandung) Umum Penetapan Indikator

4. Ibu Sri Wahyurini (Kasubbag Tata Usaha dan Rumah lingkungan Instansi Pemerintah.

Kinerja Utama

di

Tangga Balmon Kelas II Bandung). Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator)

5. Bpk. Luthfi (Pengendali frekuensi di Balmon Kelas I adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan organisasi.

Jakarta)

6. Bpk.Mukhlis (Pengendali frekuensi di Balmon Kelas I Kementerian Negara Departemen / LPND / Pemprov /

Indikator Kinerja

Pemkab / Pemkot sekurang-kurangnya adalah indikator

7. Bpk. Sunardi, SE (Pelaksana Tugas Kepala Loka hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan

Monitor Banjarmasin)

fungsinya masing-masing, IKU pada unit kerja setingkat

8. Bpk. Ir.Denny Setiawan, MT (Kasubdit Penataan eselon I adalah indikator hasil (outcome) dan atau

Alokasi DTBD)

keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari

9. Bpk.Hari Prasetyo, S.Kom, MM (Kepala Balmon Kelas keluaran (output) unit kerja dibawahnya, sedangkan IKU

I Jakarta)

pada unit organisasi setingkat Eselon II/Satuan

10. Ibu Indriana Aminuddin, S.Sos (Kasubbag TU dan Kerja/Unit kerja mandiri sekurang-kurangnya adalah

Rumah Tangga Balmon Kelas I Jakarta) indikator kinerja output.

11. Bpk.M. Amir Suatmaji, ST,MM (Kasi Pemantauan dan

3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Penertiban Balmon Kelas I Jakarta) Negara Nomor 18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman

12. Bpk.Mangu Parwoko, ST (Kasi Operasi Pemeliharaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

dan Perbaikan Balmon Kelas I Jakarta) Lembaga Pemerintah Nonkementerian

13. Bpk.Ir.Chandra Irawan (Kasi Rencana dan Program Balmon Kelas I Jakarta)

14. Bpk.Drs.Akmam Amir,M.Kom (Inspektur II Kominfo) yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk

15. Sdr. Arif Setiawan (Axis Marketing Division) mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga

16. Sdr.Kurniawan Hakim (Customer Analytics XL Axiata) menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika pada

17. Bpk.Nikolas, ST (Kasi Operasi, Pemeliharaan dan berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan Perbaikan Balmon Kelas II Makassar)

yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita

18. Sdr.Asep Rahayu S. (Pengendali Frekuensi Balmon secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada Kelas II Makassar)

pertimbangan yang telah dibuat.

19. Bpk.Agus Gustaji Garnita (Kasubbag TU Balmon Kelas AHP mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa Penelitian ini menggunakan AHP (Analytical Hierarchy

II Bandung)

matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus Process ) sehingga tidak membutuhkan jumlah sampel besar,

bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah f kali lebih tetapi cukup orang-orang kunci (key person) dan Well-

penting dari pada B maka B adalah 1/f kali lebih penting Informed Person (WIP). Total sampel yang diambil adalah

dari A.

sebanyak 8 responden.

2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam Dalam penelitian ini digunakan metode Integrated

melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan Performance Measurement System (IPMS) yang dimodifikasi

membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, dengan AHP, Scoring System dengan OMAX (Objective

akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal Matrix ), dan Traffic Light System.

berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan

E. Integrated Performance Management System (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi

IPMS merupakan sistem baru pengukuran kinerja yang hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy). dibuat di Centre for Strategic Manufacturing, University

4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang of Strathclyde, Glasgow, dengan tujuan mendeskripsikan

bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan dalam arti yang tepat, bentuk dari sistem pengukuran

keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif kinerja yang memiliki integrasi, efektif dan efisien,

maupun yang bersifat kualitatif

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode dideskripsikan sebagai berikut :

sehingga untuk mencapai tujuan

tersebut

maka

AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Komponen pokok dari sistem pengukuran kinerja

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang

2. Membuat garis arahan pengukuran kinerja terbaik yang

diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan Model IPMS membagi level bisnis suatu organisasi

sebaiknya digunakan.

umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif- menjadi 4 level, yaitu bisnis induk, unit bisnis, proses bisnis,

alternatif pilihan yang ingin dirangking. dan aktifitas. Sehingga perancangan sistem pengukuran 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang

kinerja dengan model IPMS harus mengiuti tahapan-tahapan menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap sebagai berikut : identifikasi stakeholder dan requirement,

elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang melakukan external monitor (benchmarking), menetapkan

setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan objectives , mendefinisikan measures/KPI, melakukan

pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan validasi KPI, dan menspesifikasikan KPI.

menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan

F. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan oleh Thomas L. Saaty dan merupakan salah satu metode yang

nilai total dari setiap kolom. dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dengan 5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji

memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi, pengalaman konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian-penilaian dan

data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang nilai-nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. AHP

dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang digunakan dalam menyederhanakan masalah yang kompleks

diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan dan tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-

manual. bagian, serta menjadikan variabel dalam suatu tingkatan 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat

hirarki. Masalah yang kompleks terdiri dari lebih dari satu

hirarki.

(multikriteria) masalah, struktur masalah yang belum jelas,

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, serta

perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan ketidakakuratan data yang tersedia.

bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil

pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada keputusan

tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan

dengan efektif

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam

CR < 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali. bagian-bagian, menata bagian atau variabel ini dalam suatu

susunan hirarki, memberi nilai numerik dengan pertimbangan

subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis

berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana

Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:

tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

4) Decomposition

8) Penyusunan Prioritas

Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui problema yang utuh menjadi unsur-unsurnya ke bentuk bobot relatifnya satu sama lain. Tujuannya adalah untuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur

Decomposition adalah memecahkan atau

membagi

kepentingan pihak-pihak yang atau elemen saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan

mengetahui

tingkat

berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen

Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen dengan

berpasangan, yaitu yang ada pada tingkat berikutnya,

menyusun

perbandingan

membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari

untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan tersebut hirarki yang complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni:

dalam bentuk matriks Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)

kemudian

ditransformasikan

perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan Tingkata kedua : Kriteria —kriteria

terdapat sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n Tingkat ketiga : Alternatif —alternative

alternatif dibawahnya, A i sampai A n . Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n,seperti pada matriks di bawah ini.

Nilai a 11 ,a 22 ,… a mn adalah nilai perbandingan elemen baris

A 1 terhadap kolom A 1 yang menyatakan hubungan :

1. Seberapa jauh tingkat kepentingan baris A terhadap kriteria C dibandingkan dengan kolom Al

2. Seberapa jauh dominasi baris Ai terhadap kolom A1 atau

3. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada baris A1

dibandingkan dengan kolom A1.

Gambar 1.Hirarki AHP (sumber : Pandi Pardian,2010) Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah

Hirarki masalah disusun digunakan untuk membantu ditetapkan Saaty, seperti pada Tabel 1 berikut : proses pengambilan keputusan dalam sebuah sistem dengan

memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat. T ABEL 1.S KALA S AATY

5) Comparative Judgement

Kedua elemen berdasarkan kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat

Comparative Judgement adalah penilaian yang dilakukan 1 Sama pentingnya

mempunyai pengaruh tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya.

yang sama Comparative Judgement merupakan inti dari penggunaan

Pengalaman dan penilaian AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari

3 Sedikit lebih

sangat memihak satu elemen-elemennya. Hasil dari penilaian tersebut akan

penting

elemen dibandingkan diperlihatkan dalam bentuk matriks pairwise comparisons

dengan pasangannya

Satu elemen sangat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala

yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat 5 Lebih penting

disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata,

preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkkan dibandingkan dengan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan

elemen pasangannya.

Satu elemen terbukti (extreme importance).

skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi 7 Sangat Penting

sangat disukai dan secara praktis dominasinya

6) Synthesis of Priority sangat, dibandingkan Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen

dengan elemen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-

pasangannya. unsur pengambilan keputusan.

9 Mutlak lebih

Satu elemen mutlak lebih

penting

disukai dibandingkan

7) Logical Consistency dengan pasangannya, Logical Consistency dilakukan dengan mengagresikan

pada tingkat keyakinan seluruh eigen vektor yang diperoleh dari berbagai tingkatan

tertinggi.

Nilai-nilai tengah di

Nilai-nilai ini diperlukan

kebawah (disebut vektor kolom atau Colomn Vector yang berdampingan

suatu kompromi

dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n kebalikan

Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas komponen dengan entri riil dinotasikan dengan R'. ketika dibandingkan elemen j,maka j memiliki

10) Prioritas, Eigen value dan eigen vector Seorang pengambil keputusan akan memberikan penilaian,

kebalikannya ketika dibanding elemen i.

Untuk menentukan nilai dari masing masing pada matrik m mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan x n maka; Nilai total matriks dalam masing-masing kolom di

sesuatu hal/peristiwa yang dihadapi. Penilaian tersebut akan bandingkan dengan nilai matriks dan dijumlahkan untuk tiap dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level

baris. Total nilai baris dari matrik hasil perhitungan tersebut hirarki. Contoh pair-wise comparison matrix pada suatu level dijumlahkan. Untuk mementukan nilai prioritas adalah of hierarchy, yaitu :

dengan membandingkan nilai total baris dalam matrik

D E F G tersebut dengan nilai total dari kolom hasil perhitungan

D 1 3 7 9 tersebut. Nilai eigen value di dapatkan dari total jumlah dari

perkalian nilai prioritas dalam matrik dibandingkan dengan

F 1/7

4 1 5 nilai prioritas tersebut. Nilai eigen value merupakan total dari

G 1/9

1 nilai eigen dibagi dengan ordo matriks atau n.

11) Uji Konsistensi Indeks dan Rasio

Baris 1 kolom 2 : Jika D dibandingkan dengan E, maka D sedikit lebih penting/cukup penting daripada E yaitu sebesar 3.

Hal yang membedakan AHP dengan model-model Angka 3 bukan berarti bahwa D tiga kali lebih besar dari E,

pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya tetapi D moderat importance dibandingkan dengan E, syarat konsistensi mutlak. Model AHP yang memakai

sedangkan nilai pada baris ke-2 kolom 1 diisi dengan persepsi

inputnya maka kebalikan dari 3 yaitu 1/3.

decision

maker sebagai

ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki Baris 1 kolom 3 : Jika D dibandingkan dengan F, maka D

keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten sangat penting daripada F yaitu sebesar 7. Angka 7 bukan terutama kalau harus mambandingkan banyak kriteria.

berarti bahwa D tujuh kali lebih besar dari F, tetapi D very Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat strong importance daripada F dengan nilai judgement sebesar menyatakan persepsinya dengan bebas tanpa harus berfikir

7. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom 1 diisi dengan apakah persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau kebalikan dari 7 yaitu 1/7

tidak.

Baris 1 kolom 4 : Jika D dibandingkan dengan G, maka D

mutlak lebih penting daripada G dengan nilai 9. Angka 9 Penentuan konsistensi dari matriks itu sendiri didasarkan bukan berarti D sembilan kali lebih besar dari G, tetapi D

atas eigenvalue maksimum. Yang di peroleh dengan rumus extreme importance daripada G dengan nilai judgement

sebagai berikut :

sebesar 9. Sedangkan nilai pada baris 4 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 9 yaitu 1/9.

9) Eigen Value dan Eigen Vector CI = rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index) Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya

max = nilai eigen terbesar dari matriks berordo m x n

atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria- n = orde matriks kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana

Jika nilai CI sama dengan nol, maka matriks pair wise yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah comparison tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan matriks perbandingan di setiap level (tingkatan).

(inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan

ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), eigen vector maka akan diberikan definisi —definisi mengenai

yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random matriks dan vector sebagai berikut:

indeks (RI). Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai

1. Matriks

berikut :

Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau kompleks,variabel-variabel) yang terdiri dari baris dan kolom dan disusun persegi panjang.

Matriks biasanya terdiri dari m baris dan n kolom maka

CR= rasio konsistensi

matriks tersebut berukuran (ordo) m x n. Matriks RI = Indeks random dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. Dan skalar-skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang

Nilai random indeks bisa didapatkan dari Tabel 2 berikut disebut (ij) matriks entri.

ini:

2. Vektor dari n dimensi T ABEL 2. N ILAI R ANDOM I NDEKS Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 elemen-elemen

yang teratur berupa angka-angka RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,48 sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari

kin ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vevtor

Jika

matriks perbandingan

berpasangan (pair-wise

dengan ordo 1 x n ) maupun menurut kolom , dari atas comparison ) dengan nilai CR lebih kecil dari 0, 100 maka

Tugas-tugas tambahan tersebut juga dimasukkan dalam indikator kinerja mulai tahun 2013 mendatang.

IV. HASIL PENGUMPULAN DATA Selama ini Balmon Makassar melaksanakan tugas

A. Hasil Diskusi dengan Bpk.Tulus Rahardjo (Direktur tersebut tanpa ada anggaran yang mendukung Pengendalian SDPPI)

pelaksanaan tugas tersebut.

3. Salah satu tugas UPT adalah melakukan pengujian

1. Studi ini sangat terkait dengan usaha untuk ilmiah. Menurut Bpk.Zainuddin pengujian ilmiah

mengoptimalkan UPT. Dulu UPT berada di bawah disini tidak sama dengan yang dilakukan oleh litbang, Ditjen Postel, namun sekarang berada di bawah

tetapi contoh konkritnya adalah seperti Evaluasi Uji Ditjen SDPPI. Saat ini kita memiliki 33 UPT dan 2

Coba Siaran (EUCS). Tugas tambahan lain yang juga Pos monitor dikarenakan pertimbangan luasnya

dilaksanakan UPT adalah mengadakan ujian operator wilayah geografis negara kita.

radio.

2. Monitoring adalah bagian dari spectrum management.

4. UPT Balmon Makassar setuju bahwa stakeholder Legalitas dalam penggunaan spektrum adalah izin.

langsung dari UPT adalah pengguna frekuensi Pengguna

sejumlah service (baik berbadan hukum maupun menggunakan frekuensi, dan sebagai kewajibannya

perseorangan) dan Ditjen SDPPI. adalah taat pada hukum yang berlaku.

5. Salah satu kegiatan UPT Makassar adalah

3. UPT menginduk kepada 2 unit eselon II karena melakukan konsinyeering yang mempertemukan

memiliki SDM, kegiatan,dan program yang meliputi pihak UPT dengan pengguna frekuensi yang administrasi dan operasional. Sekarang malah semua

bermasalah. Di dalam konsinyering tersebut eselon II menjadi induk UPT.

4. Studi ini perlu melihat kepada Permenkominfo No.16 komunikasi. Banyak pengguna frekuensi di daerah

dilakukan negosiasi dengan jalan membangun

Tahun 2009 tentang Klasifikasi UPT di Bidang tidak mengetahui hak dan kewajibannya, oleh karena Monitor Spektrum Frekuensi Radio. Sesuai definisi,

itu diusulkan agar dana sosialisasi dikembalikan ke pengukuran kinerja disesuaikan dengan target

daerah.

tertentu. UPT dibedakan karena beban kerja/volume

6. Terkait dengan SDM, idealnya 60% SDM di UPT kerjanya berbeda, antara lain berapa banyak

merupakan fungsional pengendali frekuensi. Saat ini pengguna frekuensi di wilayahnya. Prinsipnya UPT

terdapat 13 pengendali frekuensi dari total 37 mengupayakan agar semakin banyak pengguna

pegawai di Balmon Makassar. Jumlah ini dirasa frekuensi yang legal.

masih kurang.

5. Menurut Permenkominfo No 16 Tahun 2009 ada bobot teknis (80%) dan non teknis (20%). Volume

C. .Hasil in-depth interview dengan Ibu Dradjanti Dian pekerjaan terkait jumlah ISR, tool (perangkat

Ariyati (Kepala Seksi Pemantauan dan Penertiban monitoring), dan pejabat fungsional idealnya

Balmon Kelas II Bandung) dan Ibu Sri Wahyurini sekurang-kurangnya 15.

(Kasubbag Tata Usaha dan Rumah Tangga).

6. Studi ini perlu me-review apakah Permenkominfo

1. Di dalam Permenkominfo No.3 Tahun 2011 tentang No.16 Tahun 2009 masih memadai atau tidak?

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Usaha-usaha apa saja yang perlu dilakukan untuk

Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio memang mendongkrak kinerja tersebut?

termuat tugas UPT untuk melakukan pengujian

7. Studi ini diharapkan juga memasukkan pos monitor, ilmiah. Bentuk konkrit dari kegiatan ini biasanya jangan-jangan Balmon Kelas I kinerjanya lebih

mahasiswa yang sedang rendah dibandingkan Balmon Kelas II.

adalah

membantu

melakukan tugas akhir, dan pihak Balmon membantu

B. Hasil in-depth interview dengan Bpk. Ir. Zainuddin Kalla, memfasilitasi penelitian terkait. Namun demikian, M.Si (Kabalmon Kelas II Makassar)

tidak ada anggaran yang diprogramkan dalam perencanaan kegiatan UPT terkait dengan pengujian

1. Terkait dengan studi yang dilaksanakan ini, Balmon

ilmiah tersebut.

Makassar secara khusus meminta untuk dapat

2. Terkait dengan tugas UPT dalam mendistribusikan menjawab permasalahan utama selama ini yaitu

SPP BHP dan ISR memang merupakan tugas kesulitan dalam menyusun indikator kinerja outcome

tambahan. Saat ini kegiatan tersebut sudah mulai (hasil).

dianggarkan. Pada waktu dulu tugas tersebut

2. Beberapa tugas UPT selama ini memang tidak diserahkan kepada kurir. Ibu Dradjanti Dian Ariyati

termuat di dalam tugas utama sebagaimana tertuang mengaku tidak mengetahui secara persis apa dasar dalam Permenkominfo No. 3 Tahun 2011. Tugas

hukum UPT untuk melaksanakan tugas tersebut. tambahan tersebut antara lain mendistribusikan SPP

3. Salah satu kegiatan di UPT Balmon Bandung adalah dan ISR, melakukan pengawasan perangkat, dsb.

koordinasi dalam rangka even penting. Kegiatan Hal ini menurut Bpk. Zainuddin dikarenakan UPT

konkritnya adalah membantu Hubdam dalam rangka sekarang melaporkan tugas langsung kepada Dirjen

pengamanan RI1 maupun RI2 jika sedang ada SDPPI, sehingga semua tugas dari 4 eselon II yang

kunjungan kerja ke Bandung.

ada di Ditjen SDPPI (penataan, pengendalian,

4. UPT Balmon Bandung menyebutkan bahwa operasi, dan standar) dapat mereka laksanakan,

stakeholder dari UPT banyak sekali meliputi TV, meskipun secara yuridis mereka bertanggung jawab

6. Meskipun UPT merupakan unit kerja mandiri dan sebagainya.

sesuai dengan peraturan Menpan dapat menetapkan

5. Selain pengawasan terhadap penggunaan frekuensi, Indikator Kinerja Utama (IKU) sendiri, namun UPT Balmon Bandung juga melakukan tugas

selama ini UPT hanya merujuk pada IKU yang telah pengawasan terhadap perangkat, biasanya pada saat

ditetapkan oleh Ditjen SDPPI (satu komando). Evaluasi Uji Coba Siaran (EUCS) untuk televisi dan

7. Jumlah pengendali frekuensi yang ada di Balmon radio. Untuk seluler, pengawasan hanya dilakukan

Kelas I Jakarta sebanyak 12 orang, idealnya 60% pada perangkat microwave link, sedangkan BTS

dari SDM yang ada merupakan pengendali frekuensi. tidak diperiksa lagi sejak diterapkannya izin pita

Jumlah pengendali frekuensi saat ini tidak dijadikan (IPSFR).

dasar dalam pemeringkatan UPT sebagaimana

6. Terkait dengan dualisme tanggung jawab vertikal termuat dalam Permenkominfo No.16 Tahun 2009. UPT kepada Setdijen

8. UPT Bandung tidak melakukan konsinyeering untuk Pengendalian, hal tersebut dinilai wajar dan memang

SDPPI dan Direktur

mempertemukan pihak UPT dengan pengguna sesuai dengan kondisi yang ada.

frekuensi yang bermasalah. Kegiatan yang lebih

7. UPT Balmon Bandung tidak pernah menyusun

validasi khususnya yang LAKIP, karena laporan tersebut disusun pada tingkat

diutamakan adalah

menghasilkan PNBP.

Eselon I. UPT hanya menyusun penetapan kinerja.

9. UPT tidak pernah melibatkan stakeholder lain dalam

8. Dalam penyusunan indikator kinerja outcome, UPT penyusunan indikator kinerja selama ini. Bandung menetapkan target pencapaian dalam

10. Bpk.Luthfi berpendapat bahwa adanya ISO sangat bentuk prosentase sesuai dengan kemampuan UPT.

bagus karena menjadikan pekerjaan suatu UPT

9. UPT Bandung tidak melakukan konsinyeering untuk

menjadi spesifik.

mempertemukan pihak UPT dengan pengguna frekuensi yang bermasalah, karena atasan tidak E. Hasil in-depth interview dengan Bapak Sunardi, SE mengizinkan dan beranggapan kegiatan tersebut

(Pelaksana Tugas Kepala Loka Monitor Banjarmasin) cukup dilakukan di kantor UPT saja.

1. Selama ini dalam kegiatannya, Loka Monitor Banjarmasin lebih cenderung berkutat dengan

D. Hasil in-depth interview dengan Bpk. Luthfi dan kegiatan dari dua Direktorat saja, yaitu Direktorat Bpk.Mukhlis (Pengendali frekuensi di Balmon Kelas I

Pengendalian dan Direktorat Operasi. Belum ada Jakarta)

kegiatan yang terkait langsung dengan Direktorat

1. Di dalam Permenkominfo No.3 Tahun 2011 tentang Penataan dan Direktorat Standardisasi. UPT Loka Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

Monitor menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio memang

mendistribusikan SPP BHP dan ISR tidak ada dasar termuat tugas UPT untuk melakukan pengujian

hukumnya dan juga mempertanyakan hal tersebut. ilmiah, namun sampai sekarang Balmon Kelas I

Usulan dari UPT agar Permenkominfo No.3 Tahun Jakarta belum pernah melakukan kegiatan tersebut.

2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Menurut Bpk.Luthfi pengujian ilmiah sebenarnya

Teknis Bidang Monitor Spektrum terkait dengan penelitian penggunaan spektrum

Pelaksana

Frekuensi Radio diperluas lagi untuk fungsi UPT frekuensi secara teknis untuk memberikan masukan

sehingga mencakup semua kegiatan dari Direktorat kepada Direktorat Penataan.

yang ada di Ditjen SDPPI. Selama ini, UPT kerap

2. Terkait dengan tugas UPT dalam mendistribusikan kali dianggap sebagai kepanjangan tangan Kominfo SPP BHP dan ISR memang merupakan tugas

di daerah. Loka Banjarmasin pernah ditanyai tambahan dan dasar hukumnya tidak ada. UPT

masalah Keterbukaan Informasi Publik, padahal hal ditugaskan untuk membantu pusat (c.q.Dit.Operasi)

tersebut di luar fungsi Loka Monitor. karena dianggap lebih mengetahui medan. Saat ini

2. Menurut Bpk.Sunardi terdapat perbedaan antara kegiatan tersebut sudah dianggarkan.

kegiatan observasi dan monitoring. Kegiatan

3. Balmon Kelasi I Jakarta mengaku tidak pernah observasi merupakan salah satu kegiatan yang berada mendengar kegiatan verifikasi layanan purna jual

di bawah payung besar kegiatan bernama monitoring. sebagaimana termuat dalam laporan tahunan Ditjen

Kegiatan lain di bawah payung monitoring misalnya SDPPI 2011.

adalah deteksi sumber pancaran.

4. Saat ini masalah penggunaan perangkat yang sering

3. Selain mendistribusikan SPP BHP dan ISR, kegiatan ditemui di lapangan adalah adanya repeater (penguat

lain yang terkait dengan Direktorat Operasi adalah sinyal) dan jammer (pengacak sinyal) seluler yang

melakukan validasi BHP yaitu kesesuaian besaran biasanya digunakan di Lapas dan penukaran valas.

tagihan.

5. Terkait dengan dualisme tanggung jawab vertikal

dengan Direktorat UPT kepada Setdijen

Standardisasi mungkin hanya waktu EUCS penyiaran. Pengendalian, hal tersebut dinilai wajar dan memang

SDPPI dan Direktur

Loka monitor pernah juga dilibatkan dalam sesuai dengan kondisi yang ada. Selama ini UPT

melakukan cek counter HP untuk melakukan memberikan laporan langsung kepada Ditjen SDPPI

sweeping HP BM (black market). dengan tembusan kepada Dit.Pengendalian. Selama

5. Tugas UPT untuk melakukan pengujian ilmiah ini hanya dua direktorat yang sering berkoordinasi

memang sampai sekarang belum pernah dilakukan. dengan UPT, yaitu Dit.Operasi dan Dit.Pengendalian.

Menurut Bpk.Sunardi pengujian ilmiah terkait