Suppression of DMBA-induced carcinogenesis of breast cancer in post initition stage by ethanolic extract of Gynura procumbens (Lour), Merr leaves

  Edy Meiyanto Majalah Farmasi Indonesia, 18(4), 169 – 175, 2007

Pe n gh a m ba t a n k a r sin oge n e sis k a n k e r

pa yu da r a t ik u s t e r in du k si D M BA pa da fa se

post in isia si ole h e k st r a k e t a n olik da u n Gyn u r a

  pr ocu m be n s ( Lou r ) , M e r r Su ppr e ssion of D M BA- in du ce d ca r cin oge n e sis of br e a st ca n ce r in post in it it ion st a ge by e t h a n olic e x t r a ct of Gyn u r a pr ocu m be n s ( Lou r ) , M e r r le a v e s

1* ) 2) 3) 1)

Edy Meiyanto , Sri Tasminatun , Sri Susilow ati , Retno Murw anti dan 1) Sugiyanto 1) 2) CCRC-Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 3) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

  Universitas Wahid Hasyim, Semarang Abst r a k

  Tanam an Gynura procum bens, ( Lour) Merr at au sam bung nyaw a t elah t er bukt i m am pu m engurangi insidensi t um or paru pada m encit dan m engurangi insidensi t um or payudar a t ikus, sert a m engham bat angiogensis. Penelit ian ini bert uj uan unt uk m enguj i pot ensi ekst rak et anolik daun G procum bens dalam m engham bat perkem bangan t um or payudar a akibat pem aparan DMBA pada t ahap post inisiasi. Tikus Sprague Daw ley ( SD) digunakan pada penelit ian ini yang digabagi ke dalam beberapa kelom pok. Senyawa DMBA digunakan unt uk induksi t erj adinya t um or payudara yang diber ikan sem inggu dua kali selam a lim a m inggu pada t ikus yang berum ur 50 hari. Ekst r ak et anolik G. procum bens dengan peringkat 2 dosis, yakni 250, 750 m g/ kgBB diberikan m ulai sem inggu ( post inisiasi I ) dan enam m inggu ( post inisiasi I I ) set elah pem aparan DMBA set iap hari selam a sat u bulan. Tim bulnya t um or diam at i dengan palpasi set iap m inggu hingga 16 m inggu set elah pem berian DMBA t erakhir . Hasilnya m enunj ukkan bahwa pem ber ian ekst rak et anolik G. procum bens pada konsent rai 250, 750 m g/ kgBB pada post inisiasi I t idak m am pu m enurunkan insidensi t um or payudara t et api m am pu m enur unkan j um lah nodul t um or per t ikus. Pada per lakuan post inisiasi I I , ekst rak t ersebut t idak m em beri efek pengham bat an, baik insidensi m aupun j um lah nodul. Secar a keseluruhan dapat disim pulkan bahwa ekst rak et anolik G. procum bens dengan dosis 250 m g/ kgBB yang diberikan pada t ahap awal perkem bangan t um or ( post inisiasi I ) dapat m em berikan efek pengham bat an t er hadap karsinogenesis kanker payudara.

  Ka t a k u n ci: Pengham bat an kasinogenesis G. procum bens, kanker payudara, post inisiasi

  Abst r a ct Gynura procum bens ( Lour) Mer r ., has been shown t o suppress lung cancer developm ent in m ice and br east cancer developm ent in rat when t he ext r act was given at init iat ion st age. The aim of t his r esear ch is t o exam ine t he pot ent ial of et hanolic ext ract of G. procum bens t o suppress DMBA- induced br east cancer developm ent at early developm ent ( post init iat ion I ) and lat e developm ent ( post init iat ion I I ) . Sprague Dawley Rat s were used in t his research and were gr ouped as indicat ed t reat m ent . Et hanolic ext ract of G. procum bens was adm inist ered int o 2 levels of doses, nam ely 250, 750

  Penghambatan karsinogenesis........................ m g/ kgBW. Tum or developm ent was exam ined by palpat ion ever y week and t er m inat ed at week 16 t h aft er t he end of DMBA t reat m ent . The result showed t hat ext ract t reat m ent at t he dose of 250, and 750 m g/ kgBW at t he post init iat ion I could not reduce t um or incidence but suppressed of t um or m ult iplicit y. However, t he t reat m ent at t he post init iat ion I I , t he ext ract could not reduce neit her incidence nor m ult iplicit y. I n conclusion, et hanolic ext r act of G. pr ocum bens per form s pot ent ial effect t o suppr ess br east cancer developm ent at t he dose of 250 m g/ kgBW when adm inist ered at t he early st age of carcinogenesis.

  Ke y w or ds : Car cinogenesis inhibit ion, G. procum bens, breast cancer, post init iat ion Pe n da h u lu a n

  G. procumbens

  (Lour.) Merr. atau sambung nyawa merupakan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen antikanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanolik daun G. procumbens mampu menurunkan insidensi tumor paru pada model mencit yang diinduksi dengan benzo(a)pirena (Sugiyanto et al., 2003) dan mampu meng- hambat angiogenesis pada model CAM (Jenie

  et al

  ., 2006). Ekstrak etanolik daun G. procumbens juga menunjukkan aktifitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D dan menunjukkan efek sinergistik dengan agen kemoterapi doxorubisin pada sel tersebut (Jenie and Meiyanto, . 2007). Pada percobaan karsino- genesis kanker payudara tikus yang diinduksi dengan DMBA, ekstrak etanolik daun G.

  procumbens

  mampu menghambat inisiasi dan menurunkan insidensi tumor (Meiyanto et al., 2007). Namun demikian penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan kemampuan ekstrak tersebut dalam menghambat karsino- genesis in vivo pada tahap post inisiasi (promosi dan progesi).

  Tanaman G. procumbens (Lour.) Merr. memiliki bermacam-macam kandungan kimia diantaranya flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, minyak atsiri, (Sugiyanto et al., 2003) yang kemungkinan besar mempunyai efek anti- karsinogenesis dan bersifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara. Istighfari and Meiyanto, 2007 melaporkan bahwa fraksi etil asetat, dari ekstrak etanolik daun G. procumbens yang banyak mengandung flavonoid memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel T47D yang lebih kuat dari pada ekstrak etanolik tersebut. Fraksi tersebut juga mampu menurunkan proliferasi dan memacu apoptosis dengan menurunkan ekspresi BCl2 yang diduga melalui pengham- batan signal MAPK.

  Flavonoid merupakan senyawa fenolik alam (seringkali dalam formasi polifenol) yang memiliki sifat antioksidan (Zai et al., 1998) dan berpotensi sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker (Rana et al., 2005). Beberapa jenis flavonoid, misalnya genistein dan quersetin, mampu menghambat aktivitas protein kinase (Murkies et al., 1998) dengan menduduki ATP binding site protein kinase sehingga menurunkan aktivitas kinasenya. Banyak jenis Protein kinase berperan penting dalam signal pertumbuhan yang memacu cell cycle progression pada sel-sel kanker (Hanahan and Weinberg, 2000), termasuk pada karsinogenesis tahap promosi dan progesi (Nooble et al., 2004). Beberapa protein kinase juga berperan penting pada jalur antiapoptosis (Cory and Adams, 2002) dan angiogenesis (Kerbel and Folkman, 2002). Dengan demikian senyawa golongan flavonoid memiliki potensi dalam menghambat perkembangan tumor, baik pada tahap promosi maupun progesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penghambatan ekstrak etanolik daun G procumbens terhadap perkem- bangan tumor payudara pada tahap lanjut.

  M e t odologi Ba h a n u j i k a r sin oge n e sis Daun tanaman Gynura procumbens, (Lour) Merr yang diperoleh dari daerah Ngaglik Sleman

  Yogyakarta dikeringkan pada temperatur tidak lebih dari 60 o C kemudian diekstraksi dengan etanol 96 % (p.a.) hingga diperoleh ekstrak etanolik. Untuk pembuatan model kanker payudara digunakan DMBA (7,12-dimetilbenz(a)ntrasen) (Sigma Chem.) Su bye k u j i

  Hewan uji yang digunakan adalah tikus betina galur Sprague Dawley umur 1 bulan dengan berat badan 40-60 g yang diperoleh dari BPOM Jakarta, yang kemudian dipelihara dalam kandang hewan Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta

  . Edy Meiyanto I n du k si k a r sin oge n e sis de n ga n D M BA da n peringkat dosis yang sama dengan post-inisiasi I pe r la k u a n de n ga n e k st r a k e t a n ol da u n pada minggu ke - 6 setelah DMBA terakhir hingga

  Gyn u r a pr ocu m be n s, ( Lou r ) M e r r akhir pengamatan. Tikus ditimbang setiap ming- Enam puluh tikus betina (Female) umur 50 gunya, dan mulai minggu ke-1 setelah pemberian hari dibagi menjadi 6 kelompok secara random.

  DMBA dilakukan palpasi payudara setiap minggu Kelompok I digunakan sebagai kelompok kontrol untuk mengamati perkembangan tumor sampai (K), diberi makanan kontrol saja, yaitu pelet AD2 mingu ke-16 (modifikasi dari Singletary, ,et al., 1998 yang diproduksi oleh PT COMFED Surabaya. dan Kubatka et al., 2002). Kelompok II (perlakuan DMBA saja), III dan IV (perlakuan pada tahap karsinogenesis awal: post-

  Pe m e r ik sa a n h ist opa t ologi inisiasi I), dan V dan VI (perlakuan pada tahap Pada akhir pengamatan (minggu ke 16), karsinogenesis lanjut: post-inisiasi II) diberi DMBA dilakukan nekropsi terhadap hewan uji. Analisis (20 mg/kgBB, i.g. dalam minyak jagung) dan histopatologi dilakukan dengan pengecatan H&E ekstrak. Inisiasi DMBA dilakukan 2 kali seminggu terhadap organ mammae, untuk mengetahui selama 5 minggu. Kelompok III dan IV diberi keadaan sitologinya serta tingkat keparahan ekstrak masing-masing dengan dosis 250 mg/KgBB tumor/kanker yang terjadi. Analisis mikroskopis dan 750 mg/KgBB pada minggu ke - 1 setelah dilakukan dengan mengamati sifat karsinogenisitas DMBA terakhir, hingga akhir pengamatan. seluler pada jaringan yang diperiksa. Kelompok V dan VI, diberi ekstrak dengan

K+DM B A K-corn oil P I.250 PI. 750 P II.250 P II.750

  250 )

  200 am gr

  150 an (

  100 bad at

  50 ber

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8 9 10 11 12 13 14 15 16

minggu ke-

Gambar 1. Perkembangan berat badan tikus kelompok perlakuan pelarut, perlakuan DMBA dan perlakuan ekstrak post I dan II dosis 250 dan 750.

  K-corn oil K+DMBA P I.250 P I.750

  K - c orn oil K+DMBA P I.250 P I . 7 5 0 1 0 0

  i

  8 0

  ns

  6 0

  de si n

  4 0

  sen i

  2 0

  per

  1 2 3 4

  5

  6

  7

  8 9 10 11 12 13 1 4 1 5 1 6 minggu ke-

  

Gambar 2. Pengaruh pemberian ekstrak pada Post I terhadap persen insidensi tumor

payudara tikus. Setiap titik merupakan nilai persen insidensi tumor payudara tikus yang dihitung dari n = 10.

  Penghambatan karsinogenesis........................

  1.5

  7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

minggu ke-

jum lah nodu l t u m or /t ik u s

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  4

  3.5

  3

  2.5

  2

  1

  Ca r a a n a lisis da t a Insidensi tumor dihitung dari jumlah tikus yang terkena tumor pada setiap kelompok. Potensi penghambatan dihitung dari selisih jumlah tikus yang terkena tumor antara perlakuan ekstrak dan perlakuan DMBA dibagi jumlah tikus yang terkena tumor pada perlakuan DMBA kali 100 %.

  0.5

  Gambar 4. Penganruh pemberin ekstrak Post I terhadap tumor multiplicity. Tumor multiplicity dihitung sebagai rata-rata jumlah nodul tumor tiap tikus dengan n= 10 pada setiap minggu untuk masing-masing kelompok.

  K - c o r n o i l K+DMBA P II. 250 P II. 7 5 0

  per s en i ns id en s i

  7 8 9 10 11 12 13 1 4 1 5 1 6 min ggu ke-

  6

  5

  1 0 0 1 2 3 4

  2 0 4 0 6 0 8 0

  Gambar 3. Pengaruh pemberian ekstrak pada Post II terhadap persen insidensi

tumor payudara tikus. Setiap titik merupakan nilai persen insidensi

tumor payudara tikus yang dihitung dari n = 10.

  Perkembangan berat badan tikus masing-masing kelompok dapat dilihat pada Gambar 1 yang merupakan hasil penimbangan berat badan setiap minggu. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa tikus semua kelompok mengalami kenaikan berat badan seiring dengan bertambahnya usia. Kelompok kontrol (K) yang hanya diberi corn oil mempuyai rata-rata berat-badan yang lebih besar

  H a sil D a n Pe m ba h a sa n Pe n ga r u h pe m be r ia n e k st r a k t e r h a da p pe r k e m ba n g a n be r a t ba d a n

  Tumour multiplicity dihitung dari rata-rata jumlah nodul tumor setiap tikus dalam satu kelompok, selanjutnya keberbedaan antar kelompok dianalisis menggunakan statistik non parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan Mann-Whitney test dengan taraf kepercayaan 95 %.

  K-corn oil K+DMBA P I.250 P I.750

Post II.250 Post I I . 7 5 0

  1 1 . 5 2 2 . 5 3 3 . 5 4 1 2 3 4

  Tabel I. Rata-rata jumlah nodul / tikus pada minggu ke-16 (akhir pengamatan) Perlakuan DMBA Post I 250 Post I 750 Post II.250 Post II.750 Jumlah nodul *) 3,4 ± 1,81 2,8 ± 1,75 2,0 ± 1,67 3.1 ± 2,03 3.5 ± 1.87

  K - c o r n o i l K+DMBA

  ju m la h no du l tu m o r/ ti kus

  7 8 9 10 11 12 13 14 1 5 1 6 minggu ke-

  6

  5

  0 . 5

  Edy Meiyanto

  Gambar 5. Pengaruh pemberian ekstrak Post II terhadap tumor multiplicity. Tumor multiplicity dihitung sebagai rata-rata jumlah nodul tumor tiap tikus dengan n= 10 pada setiap minggu untuk masing-masing kelompok.

  • ) rata-rata dari n=10

  Pada Gambar 4 dan 5 memperlihatkan rata-rata jumlah nodul tumor tiap tikus kelompok DMBA lebih tinggi dari pada rata- rata jumlah nodul tumor tiap tikus Post I dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB serta Post II dosis 250 mg/kgBB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik daun

  Pe n ga r u h pe r la k u a n e k st r a k post in isia si t e r h a da p j u m la h n odu l

  Pada Gambar 2 dan 3 terlihat insidensi kanker mammae kelompok perlakuan DMBA mencapai 100 % pada minggu ke-12, sedangkan Post I dosis 250 mg/kgBB pada minggu yang sama sebesar 80 % hingga akhir pengamatan. Sedangkan Post I dosis 750 mg/kgBB pada minggu ke-12 angka insidensinya 80 % dan di akhir pengamatan menjadi 90 %. Sedangkan kelompok Post II dosis 250 mg/kgBB pada minggu ke-12 mencapai 90 % hingga akhir pengamatan dan Post II dosis 750 mg/kgBB justru mencapai 100 % pada minggu ke-11. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik daun Gynura procumbens, (Lour) Merr pada kanker payudara tikus yang diinduksi senyawa Dimetil benzo (a) antrazena (DMBA) yang diberikan satu minggu setelah inisiasi DMBA terakhir (Post I) dengan dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB dan minggu ke- enam setelah inisiasi DMBA terakhir (Post II) dengan dosis 250 mg/kgBB dapat mengurangi insidensi kanker mammae tetapi tidak signifikan, sedangkan pada Post II dosis 750 mg/kgBB tidak mampu mengurangi insidensinya.

  Hasil penelitian efek antikarsinogenesis ekstrak etanolik daun Gynura procumbens, (Lour) Merr pada kanker payudara tikus Post I dan Post II menunjukkan pengurangan insidensi tumor, tetapi tidak signifikan. Persen insidensi tumor mammae kelompok Post I dosis 250 dan 750 mg/kgBB dapat dilihat pada Gambar 2 dan Post II dosis 250 dan 750 mg/kgBB dapat dilihat pada Gambar 3.

  Pe n ga r u h pe m be r ia n e k st r a k t e r h a da p in side n si t u m or

  dibanding kelompok lainnya. Corn oil merupakan senyawa inert yang digunakan untuk melarutkan DMBA, tidak mempunyai sifat karsinogenik (Singletary et al.,1998).

  Penghambatan karsinogenesis........................

  Ke sim pu la n

  Nature Rev.,

  Cory S., and Adams M., 2002, The BCl-2 Family: Regulators of the Cellular Life or Death Switch,

  D a ft a r Pu st a k a

  Terima kasih diucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui program Hibah Bersaing XI.2 2004.

  U ca pa n Te r im a Ka sih

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanolik daun G. procumbens pada dosis 250 mg/kgBB masih cukup poten dalam menghambat pertumbuhan tumor pada post inisiasi I, namun kurang mampu menghambat pertumbuhan tumor setelah memasuki fase progresi.

  Sementara itu pemberian ekstrak 6 minggu setelah akhir inisiasi ternyata tidak mampu menurunkan insidensi tumor hingga akhir pengamatan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada saat itu perkembangan tumor sudah mencapai tingkat progresi yang melibatkan mekanisme karsinogenesis dengan perubahan molekuler yang kompleks. Pada keadaan ini tumor sudah mengalami angiogenesis dan metastasis sehingga tidak dapat diremediasi secara total. Demikian juga pada pengamatan perkembangan jumlah nodul tumor, ekstrak tersebut tidak mampu mengurangi jumlah nodul secara signifikan pada akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa dalam ekstrak tersebut masih belum cukup mampu memberikan efek penghambatan terhadap tumor pada fase progresi.

  G. procumbens , pada kanker payudara tikus yang

  Folkman, 2002). Untuk itu penelitian lanjutan perlu dilakukan. Berbagai kemungkinan yang telah dipaparkan diatas belum bisa dibuktikan pada penelitian ini dikarenakan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lanjutan untuk menggali potensi dari tanaman obat Indonesia, terutama G. procumbens (Lour)Merr.

  Ekstrak yang diberikan kemungkinan dapat menghambat perkembangan tumor tahap awal melalui modulasi proliferasi sel. Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak memungkinkan dapat dmenghambat pertumbuhan tumor dengan berbagai cara. Hasil ini juga sesuai dengan yang ditunjukkan pada sifat sitotoksiknya terhadap kanker payudara. Flavonoid tersebut kemungkinan bersifat antiestrogenik sehingga dapat menghambat pertumbuhan tumor yang dipacu oleh estrogen. Flavanoid juga mungkin menghambat beberapa protein kinase pada proses signal transduksi ataupun daur sel. Kemungkinan lain adalah menghambat proses angiogenesis sebagaimana yang telah ditunjukkan pada percobaan in vitro menggunakan CAM (Jenie et al., 2006). Penghambatan ini misalnya dengan menekan ekspresi COX-2 dan VEGF (Kerbel and

  Pada percobaan post-inisiasi, pemberian ekstrak juga masih terlihat mengurangi tingkat progresivitas tumor; khususnya pada pemberian post-inisiasi I yaitu dimulai sejak satu minggu setelah inisiasi DMBA yang terakhir. Pada tahap ini terlihat sudah terjadi tumor in situ, namun belum kelihatan progresif dan metastasis (tidak ditemukan anak sebar tumor pada hepar maupun pada paru). Diperkirakan, tumor pada tahap ini telah mengalami kelainan fisiologis berupa tingkat proliferasi yang meningkat dibanding dengan sel normal (perlu penelitian lebih lanjut).

  Pe m ba h a sa n

  II) dengan dosis 250 mg/kgBB berkecende- rungan menurunkan jumlah nodul tumor mammae, sedangkan pada Post II dosis 750 mg/kgBB tidak mengurangi jumlah nodul tumor (Tabel I).

  diinduksi senyawa Dimetil benzo(a) antrazena (DMBA) yang diberikan satu minggu setelah inisiasi DMBA terakhir (Post I) dengan dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB dan minggu ke-enam setelah inisiasi DMBA terakhir (Post

  2, 647-656 Hanahan, D., and Weinberg, R.A., 2000, The Hallmarks of Cancer, Cell 100, 57-70 Edy Meiyanto

  Jenie, R. I., Meiyanto, E., and Murwanti, R, 2006, Efek antiangiogenik ekstrak etanolik daun sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) pada membran korio alantois (cam) embrio ayam, Majalah Farmasi Indonesia, 17, 50 –55. Jenie, R. I., and Meiyanto, E., 2007, Aplikasi ko-kemoterapi ekstrak etanolik daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. pada sel kanker payudara, Majalah Farmasi Indonesia, 18, 81-87. Kerbel R., and Folkman J., 2002, Clinical Translation of Angiogenesis inhibitor, Nature Rev., 2, 727 - 739. Kubatka, P., Ahlersova E., Ahlers I., Bojkova B., Kalicka K., Adamekova E., Markova M.,

  Chamilova, M., and Cermakova, M., 2002, Variability of Mammary Carsinogenesis Induction in Female Sprague-Dawley and Wistar : Han Rats : the Effect of Season and Age, Physiol. Res. , 51, 633 - 640.

  Meiyanto, E., Susilowati, S., Tasminatun, S., Murwanti, R., and Sugiyanto, 2007, Efek kemopreventif ekstrak etanolik Gynura procumbens (Lour), Merr pada karsinogenesis kanker payudara tikus, MFI, 18, 154 – 161. Murkies, A. L., Wilcox, G., and Davis, S. R., 1998, Phytoestrogens, J Clin Endocrinol Metab 83, 297 - 303. Nooble MEM., Endicott JA., and Johnson LN., 2004, Protein Kinase Inhibitors: Insights into Drug

  Design from Structure (Rev.), Science, 303, 1800 - 1805 Rana P.Singh1, Puja Agrawal1, Dongsool Yim1, 2,Chapla Agarwal1,3 and Rajesh Agarwal, 2005,

  Acacetin inhibits cell growth and cell cycle progression, and induces apoptosis in human prostate cancer cells: structure-activity relationship with linarin and linarin acetate, Carcinogenesis , 26, 845 - 85. Singletary, K., MacDonald, Iovinelli, M., Fisher, C., and Walling, M., 1998, Effect of the beta- diketones diferuloylmethane (curcumin) and dibenzoylmethane on Rat Mammary

  DNA adducts and Tumor induced by 7,12-dimethylbenz(a)anthrazene, Carcinogenesis, 19, 1039 - 1043

  Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A. E., and Jenie U. A., 2003, Aktivitas Antikarsinogenik Senyawa Yang Berasal Dari Tumbuhan, Majalah Farmasi Indonesia, 14, 132 - 141

  Zhai. S., Dai, R., Friedman,F., and Vestal,R., 1998, Comparative Inhibition Of Human cytochromes P450 1A1 and 1A2 By Flavonoids, Drug Metabolism and Disposition, 26, 989 - 992 * Korespondensi : Dr Edy Meiyanto, M.Si., Apt.

  Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara Yogyakarta, 55281. Telp. 0274-543120 E-mail: meiyan_e@ugm.ac.id