MAKALAH e commerce e-commerce e-commerce e-commerce

MAKALAH
PASAR SEKURITAS

Disusun oleh :
Sarah Shahnaz (2014521428)
UNIVERSITAS TINGGI ILMU EKONOMI IPWI JAKARTA
FAKULTAS MANAJEMEN
DOSEN
Mursida Kusuma Wardani, SE,MM

Daftar isi
Bab

1

Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan

Bab


2

Pasar Sekuritas
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Bab

3

Pengertian Sekuritas
Jenis-jenis Sekuritas
Sekuritas syariah dan sekuritas konvensional
Peraturan perdagangan sekuritas
Pembahasan Penerapan e-commerce di UMKM
Keuntungan UMKM Menggunakan e-commerce


Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran Penulis

Daftar Pustaka

Bab 1
PENDAHULUAN
1.A

Latar Belakang

Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat
terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di bidang keuangan dan
perbankan termasuk pasar modal. Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa
perdagangan efek dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka, dan sekaligus
memberikan konsribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian negara kita.
Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional,
memiliki peranan yang penting dalam menumbuh kembangkan perekonomian nasional.

Dukungan sektor swasta menjadi kekuatan nasional sebagai dinamisator aktivitas
perekonomian nasional demikian pun di Indonesia, ternyata pasar modal masih didominasi
oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar modal perlu ada keseimbangan antara pemodal
asing dengan pemodal lokal.
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual
dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan
perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau
organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan
yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah
perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya
1.B

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah agar mahasiswa lebih memahami dan

mendalami pokok bahasan yang berjudul pasar modal khususnya tentang pengertian pasar
modal, Jenis pasar modal, Pelaku dalam pasar modal, Instrumen pasar modal, Lembaga yang
terkait dengan pasar modal, Fungsi pasar modal, Masalah-masalah yang dihadapi dalam
rangka menggalakkan pasar modal dan Manfaat pasar modal itu sendiri.


Bab 2
PASAR SEKURITAS
2.A

Pengertian Sekuritas
Sekuritas adalah suatu bentuk kepemilikan berupa secarik kertas yang berisikan

bentuk kepemilikan untuk mendapatkan bagian dari suatu kekayaan ataupun prospek atas
perusahaan yang menerbitkan sekuritas itu dan juga apapun kondisi yang bisa melaksanakan
hak tersebut.
Sementara maksud dari penilaian sekuritas itu sendiri adalah proses dari penentuan nilai
terhadap sekuritas.

2.B

Kunci sukses dalam e-commerce
Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-Commerce bisa bertahan tidak hanya

mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal,
pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi bisnis yang baik,

jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa faktor yang
termasuk:
1.

Menyediakan harga kompetitif

2.

Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah.

3.

Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas.

4.

Menyediakan banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon.

5.


Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.

6.

Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan, dan lain-lain.

7.

Mempermudah kegiatan perdagangan.

Penggunaan dan manfaat e-Commerce dalam bisnis di sebuah Perusahaan:
Manfaat yang dirasakan perusahaan khususnya untuk kepentingan pelanggan
memperlihatkan bahwa e-Commerce dapat memberikan manfaat :
1.

Mendapatkan pelanggan baru. Studi yang menyebutkan bahwa manfaat penggunaan e-

Commerce dalam bisnis adalah mendapatkan pelanggan baru dikemukakan oleh Hamill da
Gregory, 1997 dan Swatman, 1999 serta Hoffman dan Novak, 2000. Digunakannya eCommerce memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan pelanggan baru baik itu yang
berasal dari pasar domestik maupun pasar luar negeri.

2.

Menarik konsumen untuk tetap bertahan. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey,

1997 di industri perbakan menemukan bahwa dengan adanya layanan ebanking membuat
nasabah tidak berpindah ke bank lain. Selain itu bank juga akan mendapatkan pelanggan baru
yang berasal dari bank-bank yang bertahan dengan teknologi lama.
3.

Meningkatkan mutu layanan. Dengan adanya e-Commerce memungkinkan perusahaan

dapat meningkatkan layanan dengan melakukan interkasi yang lebih personal sehingga dapat
memberikan informasinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Studi yang
menyebutkan bahwa penggunaan ecommerce dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu
layanan ini dikemukakan oleh Gosh, 1998.

4.

Melayani konsumen tanpa batas waktu. Studi yang dilakukan oleh Daniel & Storey,


1997 menemukan bahwa adanya pelanggan dapat melakukan transaksi dan memanfaatkan
layanan suatu perusahaan tanpa harus terikat dengan waktu tutup ataupun buka dari suatu
perusahaan tersebut.
2.C

Peluang dan Tantangan E-Commerce
Perkembangan internet berdampak pada perubahan cara organisasi merancang,

memproses, memproduksi, memasarkan, dan menyampaikan produk. Lingkup persaingan
yang semakin luas juga menuntut integrasi dan koordinasi anatara departemen sistem
informasi, pemasaran, layanan pelanggan, dan departemen-departemen lainnya dalam
organisasi. Beraneka raga peluang pemanfaatan internet yang bisa diekploitasi meliputi:
·

Sumber baru untuk informasi pasar

·

Individualized marketing


·

Cara baru menjalin relasi online dengan pelanggan dan membangun citra merk;

·

Peluang baru bagi distribusi produk dan komunikasi pemasaran;
Proses penyampaian produk secara digital via internet diperkirakan akan semakin marak
dalam berbagai sektor bisnis, terutama untuk program perangkat lunak, surat kabar, tiket
pesawat, perbankan, asuransi, pendidikan, dan lain-lain
Sekalipun ada banyak sekali daya pikat e-business (terutama yang berbasis internet), masih
ada sejumlah tantangan atau keterbatasan yang harus diatasi. Sebuah survey yang dilakukan
oleh majalah internetweek pada tahun 1998 mengungkap sejumlah faktor non teknis yang
menghambat perkembangan e-business.
2.D

Masalah yang di hadapi UMKM dalam menjalankan e-Commerce

hambatan eksternal yang di hadapi UKM dalam menyelengarakan e-commorce adalah
lingkungan ekonomi yang kurang menguntungkan, tinggi nya biasa ICT dan masalah

keamanan.
Sedangkan hambatan internal yang di hadapi oleh UKM dalam penyelengaraan e-commorce
yaitu, kurangnya komunikasi internal mengenai infrastuktur di dalam tubuh UKM, kurangnya
kesadaran akan ICT, kurangnya pengetahuan akan ICT baik di managemen maupun pekerja,
kurangnya dukungan finansial, kurangnya nilai tambah untuk ICT dalam menjalankan bisnis.
Secara umum, isu-isu utama yang menjadi sumber penghambat terbesar dalam pelaksanaan ecommorce di sektor UKM adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kesadaran akan pentingnya nilai e-commorce. Kebanyakan UKM di negara
berkembang tidak melakukan e-commorce atau menggunakan internet dalam menjalankan
bisnis nya karena mereka gagal melihat beberapa besar manfaat yang akan mereka dapatkan
ketika menjalankan e-commorce untuk bisnis mereka. Banyak yang berfikir bahwa ecommorce hanya cocok untuk perusahaan besar dimana terdapat biaya tambahan untuk
penggunaan ICT dan investasi yang di tanamkan tidak akan membawa keuntungan besar Bari
perusahaan.
2. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam bidang ICT. Pelaku bisnis memegang
peran penting dalam pengembangan e-commorce. Namun kemampuan sumber daya manusia
yang menguasai ICT di negara-negara berkembang masih terbatas. Kurangnya kemampuan
SDM ICT di antara pelaku UKM merupakan kunci utama mengapa e-commorce sulit
berkembang. Selain itu, masih ada pemikiran diantara UKM, apakah mereka dapat
mengambil keuntungan yang signifikan ketika mereka menjalankan bisnis dengan ecommorce mengingat UKM memiliki keterbatasan dalam bidang design, distribusi,
pemasaran dan dukungan pasca penjualan.


3. Masalah finansial. Biaya merupakan masalah yang penting. Investasi awal melakukan
perubahan dari cara konvensional ke penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
proporsional bagi UKM terasa lebih berat jika di bandingkan dengan perusahaan-perusahaan
besar. Tingginya biaya hardware dan akses internet menjadi penghalang Utama untuk
melakukan e-commorce. Di hadapian dengan masalah anggaran, UKM harus sering sekali
mempertimbangkan berapa tambahan biaya ICT yang harus di keluarkan dan kapan investasi
tersebut akan kembali.
4. Infrastuktur. Salah satu hambatan utama adalah masih kurangnya infrastuktur yang ada.
Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk secara bertahap membangun infrastuktur yang baik
dan terprogram sehingga secara bertahap dan mulai dapat dikenalkan dengan internet sebagai
salah satu hasil dari perkembangan teknologi Informasi dengan biaya termurah dan
terjangkau.
5. Security. Masalah keamanan membuat orang takut untuk melakukan transaksi. Persepsi
merupakan masalah utama mengapa masih banyak orang yang takut untuk melakukan hal
tersebut. Selain itu, ketidakmengertian merupakan penghambat lain sehingga masih banyak
orang yang takut melakukan transaksi secara online.
6. Privasi dan masalah keamanan lain yang terkait. Keamanan merupakan alasan yang
sering di gunakan mengapa individu atau perusahaan tidak terkait dengan e-commorce dan
menggunakan internet untuk melakukan transaksi bisnis. Terdapat beberapa alasan terkait
mengapa hal tersebut dapat terjadi. Diantara nya karena timbul isu-isu negatif yang muncul
kepermukaan seperti penggelapan pajak, privasi dan anonimitas (tidak beridentitas),
penipuan, dan tanggung jawab hukum pada kartu kredit. Di banyak negara, pembayaran
secara langsung lebih banyak di pilih tidak hanya masalah keamanan, tetapi karena takut
membayar pajak (beberapa orang tidak ingin orang lain tau dimana mereka menghabiskan

uang yang di miliki nya). Selain itu, banyak yang khawatir terhadap perlindungan hukum
yang di peroleh jika terjadi penipuan.

2.E

Pembahasan Penerapan e-commerce di UMKM
Implementasi e-Commerce menuntut pergeseran paradigma secara fundamental, dari

yang semula marketplace yang menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli
menjadi marketspace yang mengandalkan transaksi elektronik. Dalam traditional
marketplace, lalu lintas informasi, produk/jasa, dan pembayaran bersifat fisik (location
based). Dengan kata lain, model bisnis yang berlaku adalah geographic business model.
Sebaliknya, dalam dunia virtual marketplace, aliran informasi produk, proses komunikasi
antara produsen dan konsumen, distribusi barang/jasa dan transaksi berlangsung dalam dunia
maya/virtual.
E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang
menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik
dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. M.
Suyanto (2003) mengatakan, e-Commerce (EC) merupakan konsep baru yang bisa
digambarkan sebagai proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web internet (Shim,
Qureshi, Siegel, 2000) atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi
melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, king, Chung, 2000). Kalakota dan
Whinston (1997) mendefinisikan e-Commerce dari beberapa perspektif berikut:
1.

Dari perspektif komunitas, e-Commerce merupakan pengiriman informasi,

produk/layanan, atau pembayaran melalui lini telepon, jaringan komputer atau sarana
elektronik lainnya.

2.

Dari perspektif proses bisnis, e-Commerce merupakan aplikasi teknologi menuju

otomatisasi transaksi dan aliran kerja perusahaan.
3.

Dari perspektif layanan, e-Commerce merupakan satu alat yang memenuhi keinginan

perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam memangkas service cost ketika meningkatkan
mutu barang dan ketepatan pelayanan.
4.

Dari perspektif on line, e-Commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produkdan

informasi di internet dan jasa on line lainnya. E-Commerce bisa beragam bentuknya
tergsntung pada tingkat digitalitas produk/ layanan untuk dijual dan sebagainya. Phillip
Kotler (2000) mengatakan, pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Strategi
menurut Phillip Kotler adalah program yang luas untuk mendefinisikan dan mencapai tujuan
organisasi dan melakukan misinya. Program merupakan peran aktif yang didasari rasional
yang dimainkan oleh manajemen dalam merumuskan strategi perusahaan/ organisasi.
Sedangkan perspektif selanjutnya strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan
terhadap lingkungannya sepanjang waktu (James A.F. Stoner 1991).
Membangun dan mengimplementasikan sebuah sistem E-Commerce bukanlah merupakan
sebuah proses atau program “instant”, namun merupakan suatu sistem yang perlahan-lahan
berkembang terus-menerus sejalan dengan perkembangan perusahaan. Tidak sedikit
perusahaan-perusahaan besar yang memilih jalan evolusi dalam memperkenalkan dan
mengembangkan E-Commerce di perusahaannya. Mengimplementasikan sebuah sistem ECommerce tidak semudah atau sekedar mempergunakan sebuah perangkat aplikasi baru,
namun lebih kepada pengenalan sebuah prosedur kerja baru (transformasi bisnis). Tentu saja

perubahan yang ada akan mendatangkan berbagai permasalahan, terutama yang berhubungan
dengan budaya kerja dan relasi dengan rekanan maupun pelanggan (Fingar, 2000):


Sistem E-Commerce melibatkan arsitektur perangkat lunak dan perangkat keras yang
akan terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi, sehingga strategi
pengembangan dan penerapannya-pun akan berjalan seiring dengan siklus hidup
perusahaan; dan



Mengembangkan sistem E-Commerce secara perlahan dan bertahap secara tidak
langsung menurunkan tingginya resiko kegagalan implementasi yang dihadapi
perusahaan.

Hal pertama yang baik untuk dilakukan adalah menyamakan visi E-Commerce diantara
seluruh manajemen perusahaan melalui berbagai pendekatan formal maupun informal.
Jajaran Direksi dan Manajemen Senior harus memiliki visi yang jelas dan tegas, dan
dipahami oleh seluruh perangkat perusahaan untuk menghasilkan persamaan persepso di
dalam perkembangan implementasi E-Commerce. Visi yang jelas juga diharapkan akan
mengurangi berbagai hambatan-hambatan atau resistansi yang mungkin timbul karena tidak
didukungnya program tersebut oleh jajaran manajemen atau staf perusahaan yang ada.
Mensosialkan visi E-Commerce di perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
pelatihan formal, diskusi/rapat bulanan, seminar, diskusi dan tanya jawab, dan lain
sebagainya. Visi E-Commerce ini harus pula disosialkan di kalangan rekanan bisnis dan para
pelanggan, karena walau bagaimanapun mereka semua akan merupakan bagian yang secara
langsung atau tidak langsung akan memiliki pengaruh dalam pengembangan dan
implementasi E-Commerce.

Langkah berikutnya adalah melakukan koordinasi antara berbagai pihak yang akan
membangun sistem E-Commerce bersama perusahaan terkait. Pihak-pihak tersebut misalnya:
rekanan bisnis (seperti pemasok dan distributor), vendor teknologi informasi, pelanggan,
bank (penyedia jasa kartu kredit), pihak asuransi, dan lain sebagainya. Tujuan dari koordinasi
ini adalah pengembangan sebuah kerangka kerja sama yang disepakati bersama, sehingga
dalam perjalanan implementasinya, E-Commerce tidak mendapatkan gangguan yang berarti.
Seluruh pihak-pihak dalam “konsorsium” ini harus menyadari bahwa mereka semua berada
dalam sebuah ekosistem E-Commerce, dimana sistem yang ada baru akan berjalan secara
baik jika masing-masing komponennya memiliki kinerja yang baik sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
Tahap berikutnya merupakan sebuah fase yang cukup sulit, karena diperlukan suatu
pemahaman yang baik terhadap apa yang disebut sebagai metoda pendekatan sistem (system
thinking). Penggabungan proses bisnis beberapa perusahaan dengan menggunakan kerangka
E-Commerce tidak sekedar menghubungkan satu divisi dengan divisi lain dengan
menggunakan perangkat telekomunikasi dan komputer, tetapi lebih jauh merupakan suatu
usaha membentuk sistem bisnis yang lebih besar dan luas (internetworking). Pemahaman
mengenai perilaku sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai komponen arsitektur yang saling
terkait dan terintegrasi merupakan hal mutlak yang harus dikuasai oleh mereka yang
bertanggung jawab terhadap sistem tersebut. Tahap ini memiliki tujuan untuk mengadakan
suatu analisa terhadap hal-hal pokok berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar bisnis setelah
lingkungan kerjasama baru antar perusahaan terbentuk, seperti:


Menentukan model bisnis yang akan diterapkan di dalam E-Commerce;



Mendefinisikan segmen pasar dan tipe pelanggan yang akan menjadi target;



Menyusun kebijakan atau peraturan pembelian melalui internet bagi pelanggan;



Membagi tugas dan tanggung jawab antar berbagai pihak yang berkerja sama;



Mengusulkan pembagian biaya dan keuntungan dari model bisnis baru tersebut; dan
lain sebagainya.

Setelah media infrastruktur E-Commerce selesai dibangun, tahap berikutnya adalah
menentukan proyek percontohan atau proyek awal (pilot project) yang akan diuji coba dan
diimplementasikan. Prinsip “don’t run before you can walk” merupakan pedoman pemikiran
yang biasa dipergunakan dalam skenario implementasi teknologi informasi secara evolusi ini.
Diharapkan dari pilot project ini dapat dilihat seberapa “feasible” konsep-konsep model
bisnis yang telah dirancang dapat memenuhi objektif yang dikehendaki. Berdasarkan hasil
evaluasi dan fakta yang terjadi selama pilot project dirancang dan diimplementasikan,
berbagai perbaikan konsep dilakukan dan dimatangkan.
Hal terakhir dalam siklus yang harus dilakukan adalah pembentukan tim penanggung jawab
program pengembangan dan implementasi E-Commerce. Hampir semua pengembangan
sistem E-Commerce dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proyek (project
management), dimana tim terkait harus berhadapan dengan portofolio program-program
pengembangan E-Commerce yang beragam dan bertahap. Yang harus diperhatikan oleh
manajemen perusahaan adalah suatu kenyataan bahwa tim penanggung jawab pengembangan
dan implementasi E-Commerce tidak hanya harus terdiri dari mereka yang memiliki
kompetensi dan keahlian yang memadai, tetapi mereka haruslah merupakan pekerja-pekerja
waktu penuh (full time); atau dengan kata lain, mereka tidak boleh terpecah fokusnya untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan lain di dalam perusahaan.

Di dalam perkembangannya, inisiatif-inisiatif baru akan terjadi, dan secara natural akan
kembali ke siklus analisa kesempatan bisnis e-Commerce (inter-enterprise assessment).
Dalam kerangka inilah evolusi secara perlahan-lahan akan terjadi dan e-Commerce akan
berkembang dari satu tahap ke tahap berikutnya.

2.F

Keuntungan UMKM Menggunakan E-Commerce
Ada sejumlah alasan mengapa perusahaan memasang iklan di internet. Alasan

pertama karena para penonton televisi mulai berpindah ke internet. Oleh karena itu media
iklan harus mengikutinya dengan asumsi bahwa tujuan periklanan manapun adalah untuk
menjangkau target audiensnya secara efektif dan efisien. Para pengiklan mengakui bahwa
mereka harus melakukan penyesuaian perencanaan pemasarannya untuk terus mengejar
peningkatan jumlah orang yang menghabiskan waktu didepan komputer on line, karena
biasanya dia meninggalkan media yang lain. Alasan lain mengapa periklanan pada eCommerce berkembang demikian pesat adalah:
1.

Iklan dapat di update setiap waktu dengan biaya minimal, oleh karena itu iklan iklan di

intenet selalu bisa tampil baru.
2.

Iklan dapat menjangkau pembeli potensial dalam jumlah yang sangat besar dalam

hitungan global.
3.

Iklan on line kadang-kadang lebih murah dibandingkan iklan televisi, Koran atau radio.

4.

Iklan pada e-Commerce dapat secara efisien menggunakan konvergensi teks, audio,

grafik dan animasi.
5.

Manfaat internet sendiri sedang berkembang dengan pesatnya.

6.

Iklan di internet dapat dibuat interaktif dan dibidikkan ke kelompok-kelompok tertentu

atau perorangan.
Tujuan periklanan harus ditetapkan berdasarkan keputusankeputusan sebelumnya mengenai
pasar sasaran, penentuan posisi pasar dan bauran pemasaran. Perusahaan yang sudah bonafit
serta menerapkan teknologi yang ada sangat membutuhkan pemasaran yang jaringannya luas.
Maka cocok jika menggunakan e-Commerce yang merupakan salah satu sarana pemasaran
yang jangkauannya luas bakan sampai seluruh dunia. Beberapa keunggulan e-Commerce
dapat dipegang oleh perusahaan yang tidak memaksakan kekuatan potensialnya dengan
memahami keunggulan perdagangannya untuk konsumen maupun untuk dunia bisnis.Data
dan Fakta saat ini penggunaan teknologi Internet begitu pesat, ini sangat mendorong
kemajuan dari E-Commerce. Hal ini juga terjadi pada pengguna di Indonesia. Dengan
dukungan dari berbagai situs web jejaring sosial, blog, Portal, Forum, dll.

Bab 3
Penutup
3.A

Kesimpulan
Dengan menggunakan e-Commerce kita dapat memperoleh beberapa keuntungan

yang meliputi layanan konsumen dan citra perusahaan menjadi baik, menemukan partner
bisnis baru, proses menjadi sederhana dan waktu dapat dipadatkan, dapat meningkatkan
produktivitas, akses informasi menjadi cepat, penggunaan kertas dapat dihindari, biaya
transportasi berkurang dan fleksibilitas bertambah.
3.B

Saran Penulis

Faktor kepercayaan merupakan faktor yang sangat penting dalam menjalankan ecommerce terlebih di UMKM ini. Oleh karena itu dibutuhkan tiga faktor utama dalam rangka
membangun dan mempertahankan kepercayaan, yaitu kepuasan pelanggan, reputasi dan
itikad baik pemasok, serta pengakuan dari pihak ketiga.

Daftar Pustaka
-

https://jurnalinspiration.wordpress.com/2012/02/03/e-commerce-sebagai-solusipemasaran- bagi-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm/

-

http://pl701.ilearning.me/2014/03/01/hambatan-masalah-tantangan-yang-dihadapiukm-dalam-e-commerce-3/

-

http://johanifauzi.info/makalah-e-commerce/