Koevolusi Industri Hadapi Globalisasi Ca

Koevolusi Industri Hadapi Globalisasi
(Cahyo Widoko Laksono, XII IPA 5 / 07)

Industri dan koevolusi, dua kata yang secara etimologis tidak berhubungan satu
sama lain. Industri merupakan salah satu isu yang banyak diperbincangkan, baik
di dalam negeri maupun di dunia internasional, sejak jaman revolusi industri
hingga industri modern berteknologi tinggi seperti sekarang ini. Sedangkan
koevolusi merupakan istilah yang berasal dari ilmu sains. Sebelum membahas
lebih lanjut mengenai kaitan antara industri khususnya di era globalisasi saat ini
dengan konsep koevolusi, ada baiknya kita ketahui apa sebenarnya industri itu
beserta kondisinya untuk sekarang ini. Secara umum industri diartikan sebagai
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi atau barang jadi menjadi barang yang mempunyai kualitas tinggi dalam
penggunaannya, termasuk dalam kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Dengan demikian, dapat pula dikatakan industri merupakan bagian dari
proses produksi yang kegiatannya disebut dengan perindustrian. Istilah industri
sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang
ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Yang jumlah, kompleks dan
kemajuannya bergantung pada kondisi negara atau wilayah yang bersangkutan,
yaitu bergantung pada faktor-faktor industrinya seperti faktor bahan baku, modal,

tenaga kerja, pangsa pasar, subjek pengelola, cara pengorganisasian, keputusan
atau kebijakan pemerintah, lokasi yang digunakan, atau jenis teknologi yang
digunakan di negara tersebut. Faktor-faktor industri tersebut pada akhirnya
menjadi dasar dalam mengklasifikasi industri-industri yang tumbuh dan
berkembang di negara yang bersangkutan.
Selain mengetahui pengertian dari industri perlu kita ketahui juga
perkembangan industri di dunia dan dampaknya bagi perindustrian di Indonesia.
Sejarah ekonomi dunia menunjukan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses
interaksi antara pengembangan inovasi, teknologi, produksi, spesialisasi, dan

perdagangan anatarnegara, yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak negara,
mengubah dari yang tadinya negara berbasis pertanian menjadi berbasis industri.
Kesadaran akan perlunya industrialisasi dalam suatu negara mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan industrialisasi di berbagai negara atau di dunia
menjadi sangat pesat dan bahkan cenderung tak terkendali di era globalisasi
seperti saat ini. Perkembangan proses industri di era globalisasi dan liberalisasi
dunia ekonomi internasional yang disertai dengan perkembangan teknologi yang
amat pesat, berdampak besar terhadap semakin ketatnya persaingan, dan cepatnya
terjadi perubahan lingkungan usaha. Hal tersebut mengakibatkan produk-produk

manufaktur dari dalam negeri (Indonesia) saat ini begitu keluar dari pabrik harus
secara langsung berkompetisi dengan produk luar negeri yang mayoritas lebih
diminati oleh masyarakat karena telah mempunyai merek dan kualitas yang
dianggap lebih baik dari produk dalam negeri. Dan dunia usaha di Indonesia pun
harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah
mengakibatkan cepat usangnya fasilitas-fasilitas produksi yang ada, semakin
singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan yang
diterima oleh perusahaan.
Dari kenyataan-kenyataan yang mau tidak mau harus diterima tersebut hal
yang paling sulit adalah mengembangkan cara untuk membangun sektor industri
agar mampu berkembang dalam arena persaingan seperti saat ini dan sekaligus
menjadikannya sebagai motor penggerak perekonomian nasional jangka panjang
agar tetap bisa dipertahankan dan digunakan di masa depan, maka sektor industri
harus memiliki daya saing yang tinggi, yaitu daya saing karena kuatnya struktur
yang ditanamkan, tingginya peningkatan nilai tambah dan produktivitas di dalam
proses pengembangan industri dalam negeri, dan yang sangat penting adalah
dukungan dari seluruh sumber daya produktif yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
atau dengan kata lain perlunya pengembangan sumber daya manusia yang unggul
dan mampu berkompetisi di era global dan liberalisasi ekonomi seperti saat ini.
Selain hal-hal tersebut peran yang amat penting adalah keikutsertaan pemerintah


dalam mengendalikan perkembangan ekonomi dan industrialisasi di dalam negeri.
Akan tetapi yang perlu diingat yaitu kebijakan dalam pembangunan industri di
Indonesia harus dapat mengatasi semua tantangan globalisasi ekonomi dunia dan
mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat selaras
dengan perkembangan teknologi dan prasarana atau fasilitas produksi yang amat
cepat.
Perlu kita ingat bersama bahwa pembangunan industri di Indonesia merupakan
bagian dari pembangunan nasional, sehingga diharapkan pembangunan industri
harus mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan
ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Tentu saja dalam usaha meraih tujuan
dari pembangunan nasional melalui pembangunan industri tersebut, Indonesia
mempunyai permasalahan nasional yang harus dihadapi dan diselesaikan terlebih
dahulu. Masalah-masalah nasional tersebut antara lain: Ketergantungan yang
tinggi terhadap impor baik berupa bahan baku, bahan penolong, barang
setengah jadi dan komponen. Keterkaitan antara sektor industri dengan sektor
ekonomi lainnya relatif masih lemah. Struktur industri hanya didominasi oleh
beberapa cabang industri yang tahapan proses industrinya pendek. Ekspor
produk industri didominasi oleh hanya beberapa cabang industri, dan kegiatan
sektor industri lebih banyak terpusat di Pulau Jawa. Masih lemahnya peranan

kelompok industri kecil dan menengah (IKM) dalam sektor perekonomian.
Selain itu, pembangunan industri di tanah air harus mengacu kepada amanat
pembangunan bangsa yang termuat dalam konstitusi, dengan menganut azas-azas
yang diletakkan untuk menjamin terpenuhinya aspirasi kemajuan ekonomi,
budaya, teknologi dan keamanan, demi keberlanjutan eksistensi bangsa, dan
kemajuan kesejahteraan rakyat, dan generasi bangsa di masa depan. Dalam jangka
panjang, pembangunan industri harus mampu memberikan sumbangan seperti
“Memberikan

sumbangan

nyata

dalam

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat luas secara adil dan merata. Ikut membangun karakter budaya

bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya
masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa.

Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di
bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan
daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi
dunia. Ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri
dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang
penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.”, semua aspek tersebut
merupakan aspek-aspek yang dapat diambil dari azas-azas pembangunan nasional
Indonesia.
Oleh karenanya, dalam melakukan pembangunan sektor industri jangka
panjang, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di
sektor industri saja, akan tetapi pembangunan yang dilakukan harus mampu turut
mengatasi permasalahan nasional. Itu berarti pembangunan suatu industri harus
melakukan proses koevolusi dengan berbagai macam sektor industri yang lainnya
dan juga melakukan koevolusi dengan berbagai sektor kehidupan di Indonesia
agar dapat bersaing dengan negara lain di era globalisasi dan demi tercapainya
tujuan pembangunan nasional yang telah dicita-citakan sejak masa perjuanagan
dahulu.

Sebelum membahas lebih jauh lagi mengenai cara yang harus ditempuh dalam
pembangunan industri melalui proses koevolusi industri dengan berbagai sektor
kehidupan di Indonesia, kita terlebih dulu harus paham mengenai konsep
koevolusi, faktor penyebab, hal yang mempengaruhi, pengaruhnya, inti yang
dapat dipetik dan dikembangkan dari peristiwa koevolusi.
Dalam artian terluas yang dikemukakan oleh Gerstein, M (2008), koevolusi
adalah "perubahan pada objek biologis yang dicetuskan oleh perubahan pada
objek lain yang berkaitan dengannya". Koevolusi dapat terjadi di berbagai tingkat
atau level kehidupan baik mahluk hidup bersel satu maupun mahluk hidup dengan
jumlah sel yang tak terhitung jumlahnya seperti kita, manusia. Seperti pengertian
yang dikemukakan oleh Gerstein M tadi, dapat kita jabarkan bahwa tiap-tiap
pihak dalam suatu hubungan evolusioner memberikan tekanan seleksi kepada

pihak lainnya, sehingga memengaruhi evolusi pihak lain tersebut. Koevolusi pada
tingkat spesies meliputi evolusi spesies inang dengan parasitnya. Yang semuanya
itu merupakan contoh dari proses evolusi mutualisme yang terus berkembang dari
waktu ke waktu. Evolusi yang memiliki interaksi satu lawan satu seperti antara
mangsa dengan predator, organisme inang dengan parasitnya, adalah koevolusi.
Suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak
spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak

spesies lainnya pula.
Koevolusi merupakan terobosan baru dalam dunia biologi, konsep koevolusi
juga merupakan konsep yang berkembang seiring banyaknya penelitian yang
dilakukan oleh para ahli untuk merekonstruksi atau membenarkan teori evolusi
dari Charles Darwin. Dalam berbagai penilitian yang telah dilakukan mengenai
koevolusi menunjukkan bahwa perjuangan eksistensi sebuah spesies bukanlah
hasil dari sebuah kompetisi seperti yang dikemukakan oleh Darwin melainkan
hasil bahu-membahu mutual antarspesies dalam ekosistem. Dengan kata lain
spesies yang dapat mempertahankan eksistensinya adalah spesies yang dapat
belajar dan bekerja sama dengan spesies lainnya. Hal tersebut dapat diilustrasikan
dengan teori dan hipotesis yang lebih mirip sebuah cerita dari para ilmuwan
tentang pembentukan awal organisme di muka bumi, teori itu menyatakan bahwa
dua miliar tahun yang lalu permukaaan bumi hanya dihuni oleh berbagai macam
bakteri, ada satu jenis bakteri yang bernama bakteri sian. Bakteri sian merupakan
bakteri yang dapat menghasilkan oksigen, namun saat itu oksigen merupakan
suatu toxic atau racun bagi kehidupan bakteri lain di permukaan bumi. Saat polusi
dari oksigen mencapai titik paling parah, terjadi kematian massal dari berbagai
jenis bakteri yang tidak dapat bertahan dari kerasnya persaingan untuk bertahan
hidup saat itu. Kejadian tersebut yang akhirnya memaksa berbagai jenis bakteri
untuk melakukan kejasama antara satu dengan yang lainnya, dengan menciptakan

mutasi-mutasi dan sistem yang baru dari masing-masing jenisnya. Dari berbagai
mutasi dan invasi bakteri yang terjadi, terciptalah berbagai macam bakteri dengan
kemampuan yang beragam, ada bakteri yang mampu melindungi dirinya dari

terpaan oksigen di sekitarnya, bakteri yang terinvasi oleh bakteri sian yang
akhirnya dapat menggunakan oksigen untuk proses respirasinya, bakteri terinvasi
lainnya yang dapat menggunakan sinar matahari dan air untuk menghasilkan
energi dan oksigen yang diduga kuat merupakan awal mula dari tumbuhan
berkloroplas. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan adanya koevolusi,
suatu spesies dapat mempertahankan eksistensinya dan bahkan menjadi spesies
yang jauh lebih kuat dari sebelumnya dalam menghadapi tekanan seleksi dari
dunia luar.
Cabang Imajiner
Jauh masa ia telah kelana
Banyak ia cetak bercak berita
Ia tinggal jua macam residual
Hasil tamak dalam benak
Kini seleksi telah menanti
Pendiriannya ternyata tak
Segagah dalam buah tulisan

Cabang ini memaksa ia
Pulang selepas bertualang
Kembali tuk sebuah teori
Sebuah imajiner yang ia sebut
Sang pondasi simbiosis, koevolusi

Dari sejarah dan uraian panjang mengenai koevolusi tersebut dapat ditarik
beberapa kesimpulan yang dapat kita terpakan dalam menghadapi era globalisasi
dengan pembangunan industri di indonesia. Hubungan evolusioner dapat kita
kaitkan dengan hubungan antara suatu industri dengan industri lain yang masih
dapat dikembangkan bersama demi melawan suatu tekanan seleksi atau seleksi
alam yang dalam kasus ini merupakan tekanan ekonomi dan ketatnya persaingan
dalam dunia industri dunia di era globalisasi dan liberalisasi ekonomi seperti saat

ini. Dalam persaingan industri di dunia internasional, tentu ada yang berperan
seperti inang dan ada pula yang berperan seperti parasit di dalamnya, atau bahkan
ada inang yang ternyata berperan sebagai parasit bagi spesies yang hinggap dan
menetap baik sementara maupun secara permanen karena suatu kontrak ternetu,
seperti halnya perusahaan asing yang menawarkan jasanya dan ternyata mengeruk
keuntungan yang lebih besar, seperti kasus Freepot dan banyak kasus lainnya di

indonesia.
Namun layaknya koevolusi tidak semua simbiosis yang terjadi adalah
simbiosis yang merugikan suatu pihak maupun merugikan bagi kedua pihak
(parasitisme). Selain simbiosis yang merugikan tersebut, terdapat juga simbiosis
yang dapat memberi keuntungan bagi suatu pihak yang tidak merugikan pihak
lain (komensalisme) atau bahkan menguntungkan bagi kedua belah pihak
(mutualisme). Dalam koevolusi simbiosis yang sering dijumpai adalah simbiosis
mutualisme, dengan kata lain perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
industri diharapkan dapat menjalankan simbiosis mutualisme dengan baik, dengan
begitu pembangan industri khususnya di Iindonesia yang juga merupakan
program dari pembangunan nasional diharuskan mempunyai interaksi yang baik
dan berkelanjutan dalam jangka panjang demi terwujudnya simbiosis mutualisme
dalam perannya menghadapi tekanan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia
dan memajukan dunia industri yang sedang berkembang di tanah air. Dengan
tertatanya sistem interaksi antara satu perindustrian dengan perindustrian yang
lain, maka sangat diharapkan akan terjadinya respon yang baik dari hasil
perjuangan pembangunan nasional melalui pembangunan industri di tanah air.
Dan jika semua unsur yang ada telah terpenuhi dalam melakukan sebuah
koevolusi yang memang sangat mungkin untuk diterapkan di Indonesia dengan
berbagai klasifikasi industri yang tengah berkembang, maka tidak diragukan lagi

visi pembangunan nasional yang telah disebutkan dalam AGENDA PENTING
KEMENPERIN akan dapat terwujud. “Visi pembangunan Industri Nasional
sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia menjadi Negara Industri

Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020 sebagai Negara
Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para
kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC
sudah harus terwujud.”
Dalam agenda tersebut juga dijelaskan bahwa target-target tersebut akan
terwujud dengan upaya-upaya terstruktur dan terukur, yang harus dijabarkan ke
dalam peta strategi yang mengakomodasi keinginan pemangku kepentingan
berupa strategic outcomes yang terdiri dari: 1) Meningkatnya nilai tambah
industri, 2) Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, 3) Kokohnya
faktor-faktor penunjang pengembangan industri, 4) Meningkatnya kemampuan
inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah
lingkungan, 5) Menguat dan lengkapnya struktur industri, 6) Meningkatnya
persebaran pembangunan industri, serta 7) Meningkatnya peran industri kecil dan
menengah terhadap PDB. Cara- cara tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep
koevolusi, dengan bekerja sama di berbagai sektor kehidupan di tanah air,
terutama dengan meningkatkan peran industri kecil yang sedang berkembang
layaknya bakteri-bakteri yang saling bekerja sama untuk dapat bertahan dari
tekanan seleksi, bekerja sama dalam sebuah simbiosis mutualisme, menghasilkan
mutasi-mutasi yang dalam dunia industri dapat kita samakan dengan peningkatan
kemampuan dan inovasi terutama dalam bidang teknologi, yang pada akhirnya
dengan cara koevolusi tersebut akan terwujud suatu “sistem dan organisme” yang
tangguh dan fleksibel dalam menghadapi tekanan seleksi yang amat ketat yang
tidak lain dilakukan oleh globalisasi. C