PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NAS DI

PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
IDENTITAS NASIONAL

Dosen : Birman Simamora, SH, MH
Oleh Kelompok :
Berman Anthonius Dolok Saribu (1674201173)
Gita Silvia (1674201174)
Rian Arianto (1674201175)

FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
T.A 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.
Makalah ini berisikan tentang pengertian identitas nasional bagi negara indonesia.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kiranya untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru,

Januari 2017

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1





1. Latar Belakang ………………………………………….. 1
2. Rumusan Masalah …………………………………….. 3

3. Tujuan Penulisan ………………………………………. 4
4. Manfaat Penulisan ……………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………….. 5







1. Pengertian Identitas nasional……………………. 5
2. Komponen Identitas Nasional……………………… 7
3. Fungsi Identitas nasional ……………………… 10
4. Jenis- Jenis Identitas Nasional ……………… 12
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi Pembentukan identitas Nasional ……14
6. Unsur – Unsur Pembentuk Identitas Nasional

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 19
 A. Simpulan ……………………………………………….. 19

 B. Saran …………………………………………………….. 20

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang tentunya berbeda
antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Indonesia adalah salah satu Negara yang
memiliki bermacam identitas nasional yang mengkhaskan dan tentunya berbeda dari Negaranegara lainnya. Pengertian identitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
ciri-ciri atau keadaan khusus atau jati diri. Disini yang dimaksudkan adalah identitas yang
merujuk pada kebangsaan seseorang. Mayoritas dari masyarakat mengasosiasikan identitas
nasional mereka dengan negara di mana mereka dilahirkan.
Beragamnya suku bangsa serta bahasa di Indonesia, merupakan suatu tantangan besar bagi
bangsa ini untuk tetap dapat mempertahankan identitasnya, terlebih di era globalisasi seperti
saat ini. Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan
tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi sehingga interaksi manusia menjadi sempit, serta seolah-olah dunia tanpa
ruang. Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era
Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai
yang telah ada.
Identitas nasional adalah citra diri dari sebuah bangsa yang dilihat oleh Negara lain. Jangan

sampai kita tergiur oleh arus global yang menampilkan pesona Negara lain, sehingga kita
terlena dan takjub yang pada akhirnya bisa membuat kita untuk melupakan dan tidak mau
mengenal identitas bangsa kita sendiri. Untuk itu, sebagai generasi muda Indonesia
seharusnya kita sudah mengenal dan mengetahui apa saja identitas nasional bangsa kita.
Namun pada kenyataannya banyak generasi muda Indonesia yang belum tahu tentang apa itu
identitas nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia itu sendiri.
Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh Negara lain,
tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga Negara Indonesia bersikap pasif dan enggan
untuk mengembangkan dan mengoptimalkannya.
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek dan semakin
sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan rakyat banyak
yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang baik atau yang sering disebut
good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini masih menjadi mimpi dan
hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera terbangun dari tidur panjangnya.
Maka dari itu, Pemerintah inonesia berinisiatif akan membangun Indonesia ini dalam sistem
pemerintahannya agar dapr menjadi lebih baik. Dan menggunakan sistem pemerintahan yang
berlandaskan kejujuran serta ketulusan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kelompok kami akan membahas tentang apa yang
dimaksud dengan definisi identitas nasional, apa saja komponen dari identitas nasional, apa
fungsi dari identitas nasional dan Jenis-jenis dari identitas nasional. Yang diharapkan dapat


bermanfaat untuk kita semua dalam memahami, mengoptimalkan dan melestarikan identitas
nasional bangsa kita yaitu Indonesia.

2. Rumusan Masalah
Identitas Nasional merupakan hal yang penting untuk diketahui setiap warga Negara. Namun,
dalam berbagai latar belakang kehidupan setiap warga Negara Indonesia itu sendiri, apakah
semua warga Negara mampu untuk mengetahui Identitas Negeri sendiri dan mampu
menjalankan apa yang menjadi Identitas Nasional? Sehingga Identitas mampu dipertahankan
oleh Negara dan tentunya warga Negara yang dapat mengenal dan melestarikan berbagai
komponen sebagai Identitas Nasional.
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, terdapat poin-poin penting untuk kita bisa
mengenal tentang identitas nasional Indonesia, yang antara lain yaitu :
1.
2.
3.
4.

Apa pengertian dari definisi identitas nasional?
Apa saja macam komponen dari identitas nasional?

Apa saja jenis-jenis dari identitas nasional?
Apa fungsi dari identitas nasional?

3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan kasus yang sedang dibahas dalam makalah ini, penulis merumuskan tujuan
sebagai berikut:
- Mengetahui sejarah yang terkandung di dalam Identitas Nasional Indonesia.
- Mengetahui segala sesuatu yang ada di dalam Identitas Nasional seperti Filsafat
Pancasila dan sejarah pembentukan Nasionalisme.
4. Manfaat Penulisan
- Mendapatkan Ilmu Pengetahuan baru dalam sisi Identitas Nasional dan
Nasionalisme, serta kandungannya.
- Dapat mengkaji materi mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.
- Dapat menyuarakan mengenai pendapat dan pemikiran.
- Menambah pengetahuan baru, mengenai pentingnya Identitas Nasional.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Identitas Nasional

Dilihat dari segi bahasa bahwa identitas itu berasal dari bahasa inggris yaitu “identity”
yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri itu adalah suatu yang
menandai suatu benda atau orang. Ada ciri-ciri fisik dan ada ciri-ciri nonfisik. Identity sering
diindonesiakan menjadi identitas atau jati diri. Jadi, identy atau identitas atau jati diri, dapat
memiliki dua arti pertama, identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat
pada diri seseorang atau sebuah benda, dan yang kedua, identitas atau jati diri dapat berupa
surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang. Di
samping itu, identitas atau jati diri dapat juga digunakan untuk menggambarkan pengertian
diri sendiri yang menyangkut siapa dia (baik laki-laki maupun perempuan). Ada dua sumber
utama dari identitas atau jati diri seorang: pertama, aturan-aturan sosial yang menjelaskan
definisi dari tingkah laku tertentu dan sejarah hidup seseorang. Dua orang, yaitu orang yang
satu dengan orang-orang yang lainnya yang mendasarkan konsepsi mereka dari identitas
mereka masing-masing pada dua sumber tadi (Arnold Dashefsky, 5).
Identitas yang akan dikembangkan dalam tulisan ini adalah idetitas dalam pengertian
pertama di atas yaitu identitas dalam pengertian jati diri. Identitas atau jati diri adalah
“pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang yang termasuk dalam suatu golongan yang
dilakukan berdasarkan atas serangkaian ciri-cirinya yang merupakan suatu satu kesatuan
bulat dan menyeluruh, serta menandainya sehingga ia dapat dimasukkan dalam golongan
tersebut” (Parsudi Suparlan: 1999).
Identitas bangsa yang belum demokratis selama ini jelas merupakan hasil dari praktik

monopolistik kekuasaan. Dalam hal ini, identitas tidak muncul dari bawah berdasarkan
energi-energi lokal, atau dari kesadaran dan pengetahuan masyarakat sendiri.
Pada dasarnya konsep “identitas” jelas bermakna ideal, sebuah harapan untuk eksis
dan berprinsip, lalu sayangnya ia membusuk oleh praktik kekuasaan yang korup. Istilah
identitas itu pun diperkuat oleh istilah metafisik lainnya seperti “stabilitas” dan “kesatuan”,
yang sama-sama telah mengalami pembusukan. Istilah-istilah metafisis ini membusuk karena
terlalu sarat dimaknai oleh selera tunggal. Identitas-bangsa lalu menjadi sebuah
“nasionalisme-naif” yang mengklaim bahwa identitas bangsa merupakan cerminan Pancasila
yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dan humanistik, mengabdi dan loyal pada Negara
yang berpaham bukan liberlisme dan bukan sosialisme. Bahkan kita suka arogan memandang
ideologi atau filsafat Negara-negara asing, sepertinya mereka kuranng atau tidak religius,
sekularisme, tidak manusiawi.
Kebudayaan yang muncul dari hantu-hantu metafisika tersebut kini menjadi sangat
khas sebagai teror-teror kekerasan yang memberikan identitas kultural bagi bangsa dan
Negara Indonesia. Tegasna, identitas budaya kita merupakan representasi atau “simbol
kekerasan” (Symbolic violence). Jika dikatakan bahwa istilah “identitas” tak lain mengacu

pada eksistensi atau “prinsip diri” maka perjalanan untuk pencarian prinsip diri itu kita
lakukan dengan sikap pelenyap dan peniadaan terhadap orang atau kelompok atau komunitas
yang berbeda. Sebab menyangkal kehadiran pihak lain hanya karena sekedar berbeda

sebenarnya identic dengan menyangkal keberadaan diri sendiri pula.
Identitas budaya yang menekankan “kesatuan dan “stabilitas” itu telah melenyapkan
sensitivitas itu lebih dalam lagi sehingga menciptakan kekerasan dan kekejaman di mana
nyawa manusia menjadi tidak berharga lagi (kreativitas destruksi). Dan hingga kini kondisi
ini masih saja berlangsung.
Kultural adalah sebuh karakter, pola piker dan perilaku. Sebuah karakter merupakan
hasil dari proses pembiasaan yang mengkristal yang bisa kita sebut juga sebagai mentalitas.
Kebudayaan merupakan pertemuan antara pengetahuan dan kehendak. Jika kita masih punya
sedikit rasa sensitive terhadap perbedaan, rasa toleran, saling menghargai, sebenarnya kita
tidak perlu lagi konsep-konsep yang kelihatannya demikian agung tetapi arogan seperti itu.
2. Komponen Identitas Nasional
Branscombe, Ellemers, Spears, dan Doosje (1999) mengemukakan tiga komponen dalam
identitas sosial, yaitu cognitive component (self categorization), evaluative component
(group self esteem), dan emotional component (affective component).
a. Cognitive component (Self categorization)
Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok. Individu mengkategorisasikan
dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk
berperilaku sesuai dengan keanggotaan kelompoknya. Komponen ini juga berhubungan
dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota
kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self stereotyping dapat memunculkan

perilaku kelompok (Hogg, 1988).
b. Evaluative component (group self esteem)
Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya
dalam kelompok. Evaluative component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki
individu terhadap keanggotaan kelompoknya.
c. Emotional component (affective component)
Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok. Emotional component ini
lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap
kelompoknya (affective commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam
kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social
identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota
kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat terhadap
kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif.

3. Fungsi Identitas Nasional
Menurut Smith (1991) terdapat tiga fungsi dari Identitas Nasional, yaitu:

1. Identitas Nasional memberikan jawaban yang memuaskan terhadap rasa takut akan
kehilangan identitas melalui identifikasi terhadap bangsa.
2. Identitas Nasional menawarkan pembaharuan pribadi dan martabat bagi individu

dengan menjadi bagian dari keluarga besar suatu bangsa
3. Identitas Nasional memungkinkan adanya realisasi dari perasaan persaudaraan,
terutama melalui simbol-simbol dan upacara.
4. Jenis-jenis Identitas Nasional :
 Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekalipun
Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai bahasa penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara
memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
 Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih
Bendera Negara Republik Indonesia, yang secara singkat disebut Bendera Negara, adalah
Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang
Dwiwarna (dua warna). Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang
dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan
bagian bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
 Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan negara indonesia. Lagu ini pertama kali
diperkenalkan oleh komponisnya wage Rudolf Supratman, pada tanggal 28 Oktober 1928
pada saat Kongres pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan
nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu “Indonesia” sebagai
penerus Hindia belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni.
 Lambang Negara dan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
 Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa
jawa kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
 Konstitusi (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD 1945
Istilah dalam bahasa inggris constitution atau dalam bahasa belanda constitutie secara harfiah
sering diterjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu undang-undang dasar. Ditinjau dari segi
kekuasaan undang-undang dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas-asa

yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi anatara beberapa lembaga kenegaraan.
Mengacu konsep trias politika, kekuasaan dibagi anatar badan eksekutif, legislatif dan
yudikatif.
 Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu berkedaulatan rakyat
Kedaulatan rakyat mengandung arti kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Dengan demikian
makna kedaulatan rakyat adalah demokrasi, yang berarti pemerintahan yang kekuasaan
tertinggi terletak/bersumber pada rakyat.
Sumber ajaran kedaulatan rakyat ialah ajaran demokrasi yang telah dirintis sejak jaman
Yunani oleh Solon. Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani, demos (rakyat) dan kratein
(memerintah) atau kratos (pemerintah). Jadi, demokrasi mengandung pengertian
pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Rakyat merupakan suatu kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu melalui perjanjian
masyarakat. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memberikan haknya kepada untuk
kepentingan bersama. Penguasa dipilih dan ditentukan atas dasar kehendak rakyat melalui
perwakilan yang duduk di dalam pemerintahan atau melalui pemilihan umum. Pemerintah
yang berkuasa harus mengembalikan hak-hak sipil kepada warganya.
Kedaulatan rakyat mengandung arti kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Dengan demikian
makna kedaulatan rakyat adalah demokrasi, yang berarti pemerintahan yang kekuasaan
tertinggi terletak/bersumber pada rakyat. Sumber ajaran kedaulatan rakyat ialah ajaran
demokrasi yang telah dirintis sejak jaman Yunani oleh Solon. Istilah demokrasi berasal dari
kata Yunani, demos (rakyat) dan kratein (memerintah) atau kratos (pemerintah). Jadi,
demokrasi mengandung pengertian pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat merupakan suatu kesatuan yang dibentuk oleh individuindividu melalui perjanjian masyarakat. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
memberikan haknya kepada untuk kepentingan bersama. Penguasa dipilih dan ditentukan atas
dasar kehendak rakyat melalui perwakilan yang duduk di dalam pemerintahan atau melalui
pemilihan umum.Pemerintah yang berkuasa harus mengembalikan hak-hak sipil kepada
warganya.
 Konsepsi Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan
bentuk geografinya berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai
tujuan nasional.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia,
meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan
ekonomi, dan kelembagaan (Surbakti, 1999).
 Primordial

Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, dan
adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat membentuk negara-bangsa.
Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan
persepsi yang sama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan
kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa (karena
mungkin ada faktor yang lain yang lebih menonjol), namun kemajemukan secara budaya
mempersulit pembentukan satu nasionalitas baru (negara bangsa) karena perbedaan ini akan
melahirkan konflik nilai.
 Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang kuat dalam
masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-bangsa.
 Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh masyarakat
dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara. Pemimpin ini menjadi panutan
sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap
sebagai “penyambung lidah” masyarakat.
 Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan tentang pengalaman masa lalu,
seperti penderitaan yang sama akibat dari penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
(sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar kelompok
suku bangsa. Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang
menyatukan mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk konsep ke-kita-an dalam
masyarakat.
 Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu faktor yang dapat
membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam perbedaan artinya kesediaan warga masyarakat
untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut Negara, atau pemerintahan walaupun
mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang berbeda.
 Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan yang
beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin
bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara
berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar anggota masyarakat
karena perkembangan ekonomi, maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam
masyarakat.
 Kelembagaan

Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti
birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-tidaknya terdapat dua sumbangan
birokrasi pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses pembentukan bangsa, yakni
mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah dengan berbagai
kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun suatu kepentingan nasional, watak
kerja, dan pelayanannya yang bersifat impersonal; tidak saling membedakan untuk melayani
warga negara. Angkatan bersenjata berideologi nasionalistis karena fungsinya memelihara
dan mempertahankan keutuhan wilayah dan persatuan bangsa, personilnya direkrut dari
berbagai etnis dan golongan dalam masyarakat. Selain soal ideologi, mutasi dan
kehadirannya di seluruh wilayah negara merupakan sumbangan angkatan bersenjata bagi
pembinaan persatuan bangsa Keanggotaan partai politik yang bersifat umum (terbuka bagi
warga negara yang berlainan etnis, agama, atau golongan), kehadiran cabang-cabangnya di
wilayah negara, dan peranannya dalam menampung dan memadukan berbagai kepentingan
masyarakat menjadi suatu alternatif kebijakan umum merupakan kontribusi partai politik
dalam proses pembentukan bangsa.

6. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional
Berikut ini adalah unsur-unsur pembentuk identitas nasional:
1. Sukubangsa
Sukubangsa adalah golongan sosial yang khusus, yang askriptif (ada sejak kelahiran),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Kekhususan dari sukubangsa
dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya, yaitu: diperoleh secara askriptif atau
didapat begitu saja bersama dengan kelahirannya, muncul dalam interaksi berdasarkan atas
adanya pengakuan oleh warga sukubangsa yang bersangkutan dan diakui oleh sukubangsa
lainnya. Merupakan ciri-ciri yang umum dan mendasar berkenaan dengan asal mula manusia,
yang digunakan sebagai acuan bagi identitas atau jatidiri pribadi atau kelompoknya yang
tidak dapat dengan seenaknya dibuang atau ditiadakan, walaupun dapat disimpan atau tidak
digunakan dalam interaksi berlaku. Karena ciri-ciri tersebut melekat seumur hidup bersamaan
dengan keberadaanya sejak lahir (barth 1969: 9-38 dan Suparlan, 1999).
Di Indonesia terdapat banyak sekali sukubangsa atau kelompok etnis yang menggunakan
tidak kurang dari 300 dialek. Karena Indonesia dikatakan sebagai nrgara yang memiliki
banyak suku bangsa, maka Indonesia dianggap sebagai negara yang rawan konflik.
2. Agama
Selain isu suku yang disebutkan diatas, ada isu lain dalam politik Indonesia: yaitu dimensi
agama yang dihubungkan dengan kesukuan. Agama-agama yang ada di Indonesia: Islam,
Kristen, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha Dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu
pada zaman Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi di Indonesia, sedangkan kelima
agama lainnya diakui secara resmi oleh pemerintahan Orde Baru. Pada zaman pemerintahan
Gus Dur, istilah agama resmi dan tidak resmi dihapuskan. Menurut Gus Dur yang
mengetahui apakah suatu agama dapat dikatakan sebuah agama atau bukan, bukanlah negara
tapi adalah penganutnya sendiri (kompas, 18 dan 19 maret 2000).
Kebijaksanaan integrasi nasional baru tampak diterpkan oleh pemerintah Indonesia ketika
hendak mengatur masyarakatnya yang plural. Untuk tujuan pembicaraan ini, integrasi

nasional didefinisikan dalam rangka menciptakan identitas nasional. Penciptaan identitas
kebudayaan Indonesia adalah salah satu tujuan integrasi nasional.
Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama adalah perlunya
diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada (Franz Magniz Suseno,
1995: 174). Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan
orang lain. Berarti mampu juga belajar satu sama lain.
Sikap saling menghormati dan menghargai, dapat memungkinkan orang dari agamaagama yang berbeda bersama-sama berjuang demi pembangunan yang sesuai dengan
martabat yang diterima manusia dari Tuhan. Solidaritas dengan orang-orang kecil, miskin,
lemah dan menderita, keadilan sosial, pembebasan dari penindasan, perkosaan dan
perwujudan kehidupan yang lebih demokratis, adalah hal-hal yang dapat dilakukan oleh
agama-agama secara bersama-sama, untuk tujuan pembangunan bangsa.
Yang dipikirkan sekarang adalah bagaimana menciptakan dialog antar agama. Barangkali
dapat dikatakan bahwa obyek dialog antara agama bukan langsung menyentuh keyakinan
agama. Sebab banyak oang beranggapan bahwa perbedaan keyakinan bukanlah obyek untuk
diperdebatkan. Yang mungkin kita dialogkan adalah bagaimana memecahkan persoalanpersoalan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, membongkar kesalahpahaman yang
selalu terjadi dalam hubungan agama selama ini, serta usaha untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat dengan cara yang lebih positif, lebih sesuai dengan kaedah-kaedah moral
keagamaan.
3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosisal yang isinya adalah
perangkat-perangkat, model-model pengetahuan, yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menginterprestasi dan memahami lingkungan yang dihadapi
dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi (Suparlan, 1986: 1).
Kebudayaan adalah milik masyarakat, sedangkan individu-individu yang menjadi warga
masyarakat tersebut mempunyai pengetahuan kebudayaan. Harus juga dibedakan antara
budaya dan kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi (Suparlan, 1986:1).
Kebudayaan adalah milik masyarakat, sedangkan individu-individu yang menjadi warga
asyarakat tersebut mempunyai pengetahuan dalam ungkapan sehari-hari.
Menurut E.K.M. Masinambow (1999) yang dimaksud “budaya” adalah nilai-nilai dan
adat kebiasaan, sedangkan kebudayaan adalah suatu kompleks gejala termasuk nilai-nilai dan
adat kebiasaan yang memperlihatkan kesatuan sistemik. Jika kita katakana bahwa di
Indonesia terdapat tidak kurang dari 500 suku bangsa, maka dapat kita katakan bahwa
kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu bermacam-macam, karena setiap
sukubangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan kebudayaan yang bermacammacam tentu saja kita tidak ingin melihat perbedaan tersebut sebagai penghambat untuk kita
bersatu, justru dengan adanya perbedaan itu memberikan motivasi kepada kita untuk menjadi
bangsa yang bersatu dan bukan bangsa yang terpecah-pecah akibat adanya pebedaan.
4. Bahasa
Kebijakan bahasa nasional sangat penting dalam menciptakan kesatuan Indonesia dan
identitas nasional Indonesia. Di Asia Tenggara mungkin hanya Indonesia satu-satunya
Negara yang menggunakan bahasa minoritas yang berasal dari Palembang (Sumatera) dan
Bangka pada abad ke-7.

Bahasa ini kemudian dipakai sebagai bahasa penghubung bagi berbagai kelompok etnis di
kepulauan tersebut dan menjadi bahasa untuk berkomunikasi di pasar di kalangan etnis
Indonesia dan orang asing. Bahasa ini diterima oleh kaum nasionalis Indonesia sebelum
kemerdekaan antara lain karena kesederhanaannya, selain karena statusnya yang
kontroversial. Bahasa Jawa yang digunakan kelompok etnis terbesar. Bahkan tidak
dipertimbangkan, hanya karena bahasa itu tidak digunakan oleh orang non-Jawa. Selain itu,
bahasa Jawa dianggap sangat rumit dan setiap tingkat sosial yang berbeda memakai jenis
bahasa yang berbeda pula.
Bahasa Indonesia dipopulerkan pertama kali dalam pers kaum nasionalis ketika
munculnya Negara kemerdekaan Indonesia, kemudian bahasa tersebut menyebar dan
berkembang selama pendudukan Jepang. Semua surat kabar terkemuka, siaran radio dan
siaran TV menggunakan bahasa Indonesia. Setelah kemerdekaan semua sekolah di Indonesia
menggunakan bahasa nasional, tetapi bahasa etnis tetap dapat diajarkan di sekolah setempat
sampai kelas, setelah itu semua pendidikan harus berbahasa Indonesia. Seorang ahli sejarah
terkemuka mengatakan :
“Menggunakan universal bahasa ini secara internasional dalam sebuah masyarakat yang
sangat besar, telah ‘mensionalisasikan’ generasi yang sedang bersekolah, kebudayaan dan
bahasa lokal mereka sendiri terus disampaikan kepada mereka, tetap kini prosesnya
berlangsung dalam kerangka sebuah kebudayaan nasional” (David, 1971:403).
Popularisasi bahasa Indonesia memang dilakukan tetapi tidaklah berarti menggantikan
bahasa etnis. Menurut beberapa pengamat, penggunaan bahasa Indonesia jauh lebih populer
di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan, karena penduduk desa masih banyak
menggunakan dua bahasa daerah. Dalam sebagian besar kasus, penduduk kota (terutama di
daerah non-Jawa) cenderung menggunakan dua bahasa dengan bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang dominan. Namun di daerah pedesaan, tampaknya bahasa etnis masih digunakan
secara luas. Sebuah penelitian mengenai pelajar Indonesia dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat menengah menunjukkan bahwa hanya 26 persen pelajar sekolah ini yang memakai
bahasa Indonesia di rumah. Bahkan di beberapa daerah penggunaan bahasa etnis kembali
meluas.
5. Kasta dan kelas
Kasta adalah pembagian sosial atas dasar agama. Dalam agama Hindu, para penganutnya
dikelompokkan ke dalam beberapa kasta. Kasta yang tertinggi adalah kasta Brahmana
(kelompok rohaniawan) dan kasta yang terendah adalah kasta Sudra (orang biasa atau
masyarakat biasa). Kasta yang rendah biasanya tidak bisa kawin dengan kasta yang lebih
tinggi dan begitu juga sebaliknya.
Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas yang sama,
yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat menentukan sendiri
keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi, sejauh kesempatan ini tergantung dari dipunyai
atau tidak dipunyai milik yang dapat dimanfaatkan dipasaran barang-barang atau pasaran
kerja.
Kekuasaan dan milik merupakan komponen-komponen terpenting: berat kekuasaan, maka
milik mengakibatkan monopolisasi dan kesempatan-kesempatan (L. Laeyendecker,
1991:331). Di samping kelas milik yang dibicarakan Weber di atas, juga terdapat kelas-kelas
berdasarkan pendapatan. Mereka yang termasuk dalam kelompok ini adalah kaum pengusaha,
kaum pemegang profesi-profesi bebas dan kaum pekerja. Sedangkan kelas-kelas sosial ialah
mencakup semua situasi kelas dimana baik mobilitas pribadi maupun mobilitas antar generasi
dimungkinkan di antara kelas-kelas tersebut, dan hal semacam ini merupakan hal yang biasa.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Branscombe, Ellemers, Spears, dan Doosje (1999) mengemukakan tiga komponen dalam
identitas sosial, yaitu cognitive component (self categorization), evaluative component
(group self esteem), dan emotional component (affective component).
Menurut Smith (1991) terdapat tiga fungsi dari Identitas Nasional, yaitu: (1) Identitas
Nasional memberikan jawaban yang memuaskan terhadap rasa takut akan kehilangan
identitas melalui identifikasi terhadap bangsa, (2) Identitas Nasional menawarkan
pembaharuan pribadi dan martabat bagi individu dengan menjadi bagian dari keluarga besar
suatu bangsa, dan (3) Identitas Nasional memungkinkan adanya realisasi dari perasaan
persaudaraan, terutama melalui simbol-simbol dan upacara.
Adapun jenis-jenis Identitas Nasional yaitu: (1) Bahasa Nasional atau Bahasa
Persatuan yaitu Bahasa Indonesia; (2) Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih; (3) Lagu
kebangsaan yaitu Indonesia Raya; (4) Lambang Negara dan Dasar Falsafah Negara yaitu
Pancasila; (5) Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika; (6) Konstitusi (Hukum Dasar)
Negara yaitu UUD 1945; (7) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu
berkedaulatan rakyat; dan (8) Konsepsi Wawasan Nusantara. Selain itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia, meliputi primordial,
sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan
Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa sebagai pembeda
antara negara satu dengan negara yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa Identitas Nasional
Indonesia adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam arti luas. Penerapan tentang Identitas Nasional harus
tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan
kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok.
Dengan kata lain, identitas nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap,
dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Implementasi identitas nasional dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak.
1. Saran

Sebagai warga negara harus mengetahui dan tetap melestarikan komponen-komponen yang
menjadi identitas nasional. Identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki bangsa kita
untuk dapat membedakannya dengan bangsa lain. Selain itu, sebagai warga Negara juga
harus menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam identitas nasional. Contohnya nilai-nilai
yang terdapat pada Pancasila dan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA
Heychael, Muhamad. (2012). Identitas Nasional dalam Buku Sejarah untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP). http://lib.ui.ac.id. Diakses pada tanggal 21 September 2016.
Pukul 14.30 WIB.
Nugroho, Hening. (2012). Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan dan Bahasa Negara.
10 Januari 2017. Pukul 11.00 WIB.
Sunarso, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn untuk Perguruan Tinggi), Cetakan
II. Yogyakarta: UNY Press.