Gambaran Koloni pada Kapang. docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Jamur adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan
dalam takson kingdom fungi, berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom
fungi mempunyai ciri yang khas yaitu bersifat heterotroph yang
mengabsorbsikan nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur
dapat bersifat saprotrof dengan mendapatkan nutrisi dari organisme hidup,
atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu organisme. Produksi
kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara
fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara
evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan.
Kingdom fungi dapat dibagi menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota,
Zygomycota, Ascomycota dan Basidiomycota. Masing-masing filum ini
memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler (Purves, 2003).
Klasifikasi jamur yang penting dalam mikroniologi ialah kelas
Mycomycetes,

kelas


Pycomytes,

kelas

Ascomycetes

dan

kelas

Ceuteromycetes. Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes dan
Ascomycetes ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang
yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium Ascomycetes serupa tabung
panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu
helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri atas hifa atau
miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu terwadahi
dalam satu sel (Dwidjoseputro, 2010).
Kapang adalah fungi multiseluler ysng mempunyai filamen dan
pertumbuhannnya pada makanan dapat dilihat karena penampakannya

yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna
putih, tetapi jika spora telah timbul akan berbentuk berbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus
(jamak=thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang disebut hifa

1

(tunggal=hypa; jamak=hypae). Kumpulan dari hifa disebut misselium
(tunggal=myselium; jamak=mycelia) (Pelczar, 2011).
Kapang (jamur benang) merupakan mikroba dalam kelompok
fungi yang berbentuk filamen, yaitu strukturnya terdiri dari benang-benang
halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan
massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa
menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti
kapas yang tumbuh pada tempe. Kapang juga mempunyai struktur yang
disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa.
Spora merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar
kemana-mana. Spora adalah alat perkembangbiakan kapang karena pada
kondisi substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan
tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap (Anonim, 2012).

Menurut fungsinya ada dua tipe hifa, yaitu hifa vegetatif dan hifa
fertil ialah hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduktif (menghasilkan
alat-alat pembiakan) seperti spora. Biasanya hifa ini tumbuh tegak sebagai
hifa udara. Hifa vegetatif ialah hifa yang berfungsi mendapatkan
makanannya dari substrat. Hifa ini biasanya menjalar diatas permukaan
atau menembus kedalam substrat (Nazaruddin 2014) .
1.2

Rumusan Masalah
1. Gambaran koloni Kapang Rhizopus Oryzae
2. Gambaran koloni Kapang Neurospora
3. Gambaran koloni Kapang Aspergillus

1.3

Tujuan
1.

Untuk mengetahui Gambaran koloni Kapang Rhizopus Oryzae


2.

Untuk mengetahui Gambaran koloni Kapang Neurospora

3.

Untuk mengetahui Gambaran koloni Kapang Aspergillus

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Koloni Jamur
Koloni jamur adalah Pertumbuhan individual jamur pada kultur agaragar atau secara alamiah bertumbuh pada substrat tertentu. Koloni jamur
yang telah tumbuh tersebut dapat mudah diamati dengan mata telanjang atau
dengan atau dengan mikroskop.

2.2


Jamur Rhizopus Oryzae
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan
dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman
dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan
asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus oryzae
mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan
asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan proteinase (Margiono, 1992).
Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik
pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH
tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun
karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum
jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air
jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air
yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan,
juga dibutuhkan oleh jamur.
Rhizopus termasuk jamur berfilamen. Jamur berfilamen sering
disebut kapang. Rhizopus merupakan anggota Zygomycetes. Anggota
Rhizopus yang sering dipakai dalam proses fermentasi makanan adalah

Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Kedua kapang ini sering
digunakan dalam produk fermentasi di Indonesia. Rhizopus oryzae memiliki
karakteristik, yaitu miselia berwarna putih, ketika dewasa maka miselia

3

putih akan tertutup oleh sporangium yang berwarna abu-abu kecoklatan.
Hifa kapang terspesialisasi menjadi 3 bentuk, yaitu rhizoid, sporangiofor,
dan sporangium. Rhizoid merupakan bentuk hifa yang menyerupai akar
(tumbuh ke bawah). Sporangiofor adalah hifa yang menyerupai batang
(tumbuh ke atas). Sporangium adalah hifa pembentuk spora dan berbentuk
bulat. Suhu pertumbuhan optimum adalah 30°C (Rahmi, 2008).
Koloni Rhizopus oryzae yang ditumbuhkan pada Sabouraud's
dextrose agar tumbuh cepat pada suhu 25°C, panjang 5-8 mm, berbentuk
seperti kapas putih awalnya kemudian menjadi abu-abu kecoklatan dan abuabu kehitaman tergantung pada jumlah sporulasi. Sporangiospora mencapai
panjang hingga 1500 μm dan lebar 18 μm, berdinding halus, tidak bersepta,
tunggal atau bercabang, tumbuh dari stolon berlawanan dengan rhizoid.
Sporangia berbentuk globosa, hitam keabu-abuan, terlihat seperti bubuk,
diameter mencapai 175 μm dan mengandung banyak spora. Kolumela dan
apofisis bersama-sama berbentuk globosa, subglobosa atau oval, panjang

mencapai 130 μm dan segera pecah berbentuk seperti payung setelah spora
terlepas keluar. Sporangiospora berbentuk bulat, subglobosa mendekati
elipsoidal, dengan kepadatan pada permukaan, dan panjang mencapai 8 μm.
Rhizopus oryzae tidak tumbuh pada 45°C, tumbuh baik pada 40°C (Ellis,
1997). Klasifikasi Rhizopus oryzae adalah sebagai berikut:
Divisi : Zygomycota
Kelas : Zygomycetes
Bangsa : Mucorales
Suku : Mucoraceae
Marga : Rhizopus
Jenis : Rhizopus oryzae
Salah satu jamur yang memiliki potensi besar dalam pengembangan
riset bioetanol adalah Rhizopus sp. karena jamur tersebut memiliki enzim
glukoamilase yang dapat mengubah pati menjadi glukosa (Rahmi, 2008).
Rhizopus oryzae memproduksi enzim pendegradasi karbohidrat seperti
amilase, selulase, xylanase, glukoamilase dan sebagainya. Selama

4

fermentasi, karbohidrat akan berkurang karena dirombak menjadi gula-gula

sederhana (Nur, 2006). Purba (2009) melaporkan Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan kadar gula pereduksi tertinggi pada substrat pati jagung
dengan kadar 4%.
Rhizopus oryzae juga mempunyai kemampuan memfermentasi
karbohidrat (pati dan glukosa) menjadi etanol dan asam laktat secara aerob
(Purwoko, 2007). Jalur metabolisme yang digunakan Rhizopus oryzae untuk
menghasilkan etanol adalah dengan menggunakan jalur HMP (Heksosa
Monofosfat). Moat dan Foster (1988) menyebutkan bahwa jamur Rhizopus
termasuk spesies heterofermentatif yang menggunakan jalur fosfoketolase
sebagai

jalur

utama

dari

metabolism

glukosa.


Pada

spesies

heterofermentatif, fermentasi glukosa menghasilkan lebih dari satu produk
dalam jumlah relatif sama, sedangkan pada spesies homofermentatif hanya
menghasilkan satu produk fermentasi yang dominan. Lockwood et al.
(1936) menyebutkan bahwa Rhizopus oryzae mampu mengubah glukosa
menjadi asam laktat dalam suasana aerob apabila kadar mineral dalam
medium fermentasi terbatas. Asam laktat yang diproduksi Rhizopus oryzae
bukan merupakan satu-satunya produk metabolisme seperti pada bakteribakteri homofermentatif asam laktat.

Jamur Pada Tempe (Rhizopus Oryzae)

5

Biakan Jamur Rhizopus Oryzae

Jamur Rhizopus Oryzae secara Mikroskopis


6

Siklus Hidup jamur Rhizopus Oryzae
2.2

Jamur Oncom (Neurospora)

Jamur ini Dikenal pula dengan nama ilmiahnya Neurospora sitophia
(dahulu Monilia sitophila). Nama Neurospora berasal dari kata neuron (=
sel saraf), karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson.
Jamur oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk
filamen). Sebelum diketahui perkembangbiakannya secara seksual, jamur
oncom masuk ke dalam kelompok Deuteromycota, namun setelah diketahui
fase seksualnya atau fase teleomorph-nya, yaitu dengan pembentukan askus,
maka jamur oncom digolongankan ke dalam Ascomycota (lihat diagram The
Biologi of Neurospora, 2000: 13) Secara umum klasifikasi Jamur oncom,
sebagai berikut:
Kingdom


: Fungi

Phylum

: Ascomycota

Subphylum

: Pezizomycotina

Class

: Ascomycetes

Order

: Sordariales

Family

: Sordariaceae

Genus

: Neurospora

7

Jamur Neurospora crassa dikenal pula sebagai kontaminan, terutama
di dalam laboratorium. Sebagai contoh tinggalkanlah sebonggol jagung
rebus.

Biarkanlah di tempat terbuka (tidak terkena sinar matahari secara

langsung) selama 2 – 3 hari, lalu amati yang terjadi.
Pada umumnya bonggol jagung tersebut akan terkontaminasi oleh
jamur oncom, sehingga warnanya menjadi dominan jingga. Di luar
labortorium Neurospora crassa juga terkenal sebagai kontaminan bagi
pabrik pengolahan makanan seperti bakeri (roti), karena dapat menimbulkan
kerusakan pada produk yang dihasilkan.
Pertumbuhan

kapang Neurospora yang

sangat

pesat,

warna

jingganya yang khas, serta bentuk spora (konidia) yang seperti tepung
merupakan ciri khas kapang ini. Kapang dari genus Neurospora telah lama
diketahui dan telah dipelajari sejak 1843. species Neurospora crassa
banyak digunakan di dalam penelitian di laboratorium sejak 1941.
Neurospora crassa telah menjadi obyek penelitian yang “disukai” oleh
pakar mikrobioologi sebagai model dasar penelitian untuk filamentous fungi
(kapang).
Menurut Shear and Dodge (1927), tahapan aseksual dari kapang ini
adalah warna sporanya yang dominan orange atau jingga terang, sedangkan
tahapan seksualnya dari Neurospora sitophila, Neurospora crassa, dan
Neurospora tetrasperma tidak diakui pada awalnya, karena tidak mudah
diamati pada kondisi alamiah serta membutuhkan strain dari kedu tipe
kawin untuk penyempurnaan tahapan seksual tersebut.
Di negara subtropis dan tropis, makanan fermentasi dari kapang
telah banyak ditemukan di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.

Rhizopus, Amylomyces, Mucor, Monascus dan

Neurospora telah berperan sebagai mikoflora. Dalam kehidupan sehari-hari
kapang Neurospora telah memegang peranan penting terutama dalam
pengolahan makanan fermentasi. Kapang Neurospora telah dimanfaatkan

8

untuk membuat oncom yang sangat populer bagi masyarakat Jawa Barat.
Di Brazil, Neurospora telah digunakan dalam proses pengolahan singkong
menjadi minuman fermentasi. Menurut Ogbonna (2004, 350) beberapa
strain dari Neurospora crassa, dapat mengkonversi selulosa dan
hemiselulosa menjadi ethanol.

Oncom Bandung

Biakan (culture) Neurospora crassa dalam cawan petri

9

Kultur Neurospora dalam erlenmeyer

Siklus Hidup Neurospora

10

Bentuk dari spora Neurospora, terdapat guratan-guratan di permukaan spora

Bentuk askospora dari N. crassa

11

Neurospora secara mikroskopis
2.3

Jamur Aspergillus
Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen
panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan
konidiospora. Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau
tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar
bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan
masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru.
Aspergillus sp. dapat tumbuh dengan cepat, memproduksi hifa
aerial yang membawa struktur konidia yang khas yaitu konidiofora yang
panjang dengan vesikel-vesikel terminal dimana phialid menghasilkan
rantai konidia basipetal. Spesies ini diidentifikasi menurut perbedaan
morfologis dalam struktur ini, yang meliputi ukuran, bentuk, tekstur dan
warna konidia (Jawetz, 2012).
Morfologi Jamur Aspergillus sp. secara Makroskopis yaitu Pada
media SDA, Aspergillus sp. dapat tumbuh cepat pada suhu ruang
membentuk koloni yang granular, berserabut dengan beberapa warna
sebagai salah satu ciri identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna
hijau, Aspergillus niger berwarna hitam dan Aspergillus flavus koloni
berwarna putih atau kuning (Jawetz, 2005)
Morfologi jamur Aspergillus sp. secara Mikroskopis mempunyai
hifa bersekat dan bercabang, pada bagian ujung hifa terutama pada bagian
12

yang tegak membesar merupakan konidiofornya. Konidiofora pada bagian
ujungnya membulat menjadi fesikel. Pada fesikel terdapat batang pendek
yang disebut sterigmata Sterigmata atau filadia biasanya sederhana
berwarna atau tidak berwarna. Pada sterigmata tumbuh konidia yang
membentuk

rantai

yang

berwarna

hijau,

cokelat

atau

hitam

(Fardiaz,1992).

Jamur pada Aspergillus Spp. Secara makroskopis

Jamur Aspergillus secara mikroskopis

13

Biakan (culture) Aspergillus dalam cawan petri
Patogenesis dari Spesies Aspergillus sp. yaitu diketahui terdapat di
mana-mana dan hampir tumbuh pada semua substrat. Beberapa jenis
spesies ini termasuk jamur patogen, misalnya yang disebabkan Aspergillus
sp.

disebut

Aspergillosis,

beberapa

diantaranya

bersifat

saprofit

sebagaimana banyak ditemukan pada bahan pangan (Fardiaz,1992).
Toksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. berupa mikotoksin.
Mikotoksin adalah senyawa

hasil sekunder

metabolisme jamur.

Mikotoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. lebih dikenal dengan
aflatoxin, dapat menyerang sistem saraf pusat, beberapa diantaranya
bersifat karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut
(Buckle, K.A,2007).

BAB III
14

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Koloni jamur adalah Pertumbuhan individual jamur pada kultur agaragar atau secara alamiah bertumbuh pada substrat tertentu. Jamur Rhizopus
oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe
(Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan
Pamudyanti, 2004).
Jamur ini Dikenal pula dengan nama ilmiahnya Neurospora sitophia
(dahulu Monilia sitophila). Nama Neurospora berasal dari kata neuron (=
sel saraf), karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson.
Jamur oncom termasuk dalam kelompok kapang (jamur berbentuk
filamen).
Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang
bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan konidiospora.
Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan
menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di
udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk
melalui saluran pernapasan ke dalam paru.

3.2

Saran
Sebaiknya dalam melakukan penanaman jamur pada petri dish
pastikan semua alat dan bahannya steril dan siap digunakan, agar ketika
bekerja tidak melakukan kesalahan.

15

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22