Penyediaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)

  

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI PUPUK HAYATI DAN ANORGANIK

TERHADAP KUALITAS TANAH PERTANAMAN

KEDELAI DI LAHAN KERING

(Effect of Several Combinations of Biological and Anorganic Fertilizers on Soil Quality

of Soybean Cultivation in Dry Land)

  

Sukmawati

  Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Jl. Kaktus 1-3 Mataram e-mail: sukmawatiNW69@gmail.com

ABSTRAK

  Kedelai merupakan salah satu komoditas nasional karena dibutuhkan sehari-hari sebagai sumber protein nabati yang mengandung berbagai macam zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, namun produksi kedelai nasional masih sangat kurang (50% kebutuhan nasional yang dipenuhi dari produksi dalam negeri). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa kombinasi pupuk hayati dan anorganik terhadap kualitas tanah pertanaman kedelai di lahan kering. Penelitian menggunakan metode eksperimen, yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam 6 perlakuan yakni: P0 (Tanpa Pupuk), P1 (Hanya dengan NPK), P2 (Pupuk biokompos Trichoderma sebanyak 45 gr/lubang tanam), P3 (Pupuk FMA dengan dosis 10g/lubang tanam), P4 (Kombinasi biokompos Trichoderma dengan FMA), P5 (Kombinasi pupuk NPK, biokompos

  

Trichoderma dan FMA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pupuk hayati dan anorganik

  memberikan respon yang positif terhadap kualitas tanah, artinya kombinasi pupuk hayati dan anorganik dapat meningkatkan kualitas tanah pertanaman kedelai di lahan kering.

  

ABSTRACT

Soybean is one of the national commodities because it is need every day as a source of vegetable

protein containing various nutrients needed by the body, but the national soybean production is still

very less (50% national needs are met from domestic production). Therefore, the purpose of this study

was to know the effect of several combinations of biological and inorganic fertilizers on soil quality of

soybean cultivation in dry land.. The research used experimental method, designed using Completely

Random Design (CRD) in 6 treatments namely, i.e: P0 (No Fertilizer), P1 (Only with NPK), P2

(Fertilizer Trichoderma biokompos of 45 gr / planting hole), P3 (FMA Fertilizer Dose 10g / planting

hole), P4 (Combination biokompos Trichoderma with FMA), P5 (Combination of NPK fertilizer,

Trichoderma biocompos and FMA). The results showed that the combination of biological and

inorganic fertilizers gave a positive response to soil quality, meaning that the combination of

biological and inorganic fertilizers can improve soil soybean cultivation in dry land.

  _____________________________________________________________________

  Kata Kunci: pupuk hayati, organik, anorganik, kedelai, kualitas tanah, lahan kering Keyword: Bio-fertilizer, organic, inorganic, soybean, soil quality, dry land

PENDAHULUAN

  Wilayah Indonesia, termasuk provinsi NTB, sebagian besar arealnya adalah lahan kering. NTB memiliki lahan kering yang luas, yaitu lebih dari 84% atau sekitar 1,6 juta ha wilayahnya adalah lahan kering (BPS NTB, 2010). Namun dalam pemanfaatannya sebagai lahan pertanian yang produktif tetapi berkelanjutan (sustainable) ditemukan beberapa hambatan, sehingga tidak seluruh luas lahan kering tersebut dapat dimanfaatkan untuk produksi pertanian. Kendala yang paling utama adalah ketersediaan air, terutama pada musim kemarau, seperti juga ditegaskan oleh Simatupang et al. (2004), bahwa karakteristik lahan kering di NTB dicirikan oleh tingkat kesuburan yang rendah dan distribusi curah hujan yang sangat fluktuatif, sehingga di musim kemarau tanaman sering mengalami kekeringan. Karena kendala ketersediaan air, maka produksi tanaman pangan di lahan kering biasanya dominan dilakukan pada musim hujan, kecuali pada wilayah-wilayah yang mempunyai sumur air tanah (sumur bor dengan mesin pengangkat air).

  Untuk mengatasi hal itu maka pada lahan kering sangat dianjurkan untuk dikembangkan teknologi budidaya kedelai dengan sistim pertanian organik (Sutanto 2002). Pertanian organik adalah sistim manajemen produksi yang ramah lingkungan. Penerapannya di lapangan akan meningkatkan kesehatan agroekosistim, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistim pertanian konvensional yang lainnya karena sistim pertanian ini mengutamakan pemanfaatan input lokal (Sebastian, 2002). Pemanfaatan pupuk hayati merupakan salah satu bentuk pertanian organik yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kedelai. Pupuk hayati memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pupuk konvensional. Aplikasi pupuk hayati dengan Trichoderma sp dan FMA dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kedelai yang mampu bersaing di pasar global yang diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas tanah.

  Trichoderma sp. adalah mikroorganisme fungsional yang dikenal sebagai biofungisida.

  Mikroorganisme ini merupakan jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran kedelai. Trichoderma sp. sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Dan juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka kedalaman akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam ini menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan.(Gerbang Pertanian, 2012).

  Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan salah satu jamur yang banyak menarik perhatian para ilmuwan karena kemampuannya membentuk kolonisasi hifa di luar perakaran tanaman. Pemanfaatan mikoriza di lahan kering sangat bermanfaat bagi tanaman inang dalam menyediakan air dan unsur hara (Jone dan Thompson, 1981; Sylvia, 1982). Pada prinsipnya, fungi mikoriza, terutama FMA, dengan jaringan hifa eksternalnya, berfungsi sebagai perpanjangan bulu-bulu akar. Hifa eksternal tersebut dapat meningkatkan daya jelajah akar untuk mencari dan menyerap air serta unsur hara, bahkan ke pori-pori yang tidak tertembus oleh akar karena ukurannya yang jauh lebih kecil daripada ukuran akar. Wangiyana, (2009) menyatakan bahwa tanaman bermikoriza memiliki kemampuan menjelajah volume tanah 100x lipat lebih efektif dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza. Wangiyana (2009), sampai saat ini belum diketahui pengaruh kombinasi pemanfaatan pupuk hayati dengan pupuk NPK terhadap perbaikan kualitas tanah.Bertitik tolak dari hal di atas maka untuk meningkatkan kualitas tanah di lahan kering maka telah dilakukan penelitian tentang

  pengaruh beberapa

  kombinasi pupuk hayati dan anorganik terhadap kualitas tanah pertanaman kedelai di lahan kering”.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

  Tanah bertekstur liat diambil pada lahan kering desa Labulia Lombok Tengah. Tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 20 cm, dikeringanginkan, dan diayak dengan ayakan bermata saring 2 mm. Tanah sebanyak

  Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) kadar lengas tanah dengan metode tetes, yang diamati sebelum dan setelah percobaan. (2) pH tanah dengan menggunakan pH meter, yang diamati sebelum dan setelah percobaan. (3) Unsur dengan metode destruksi dan destilasi, yang diamati sebelum dan setelah percobaan. (4) Unsur P dan C dengan metode spektometri, yang diamati sebelum dan setelah percobaan.

  Parameter Pengamatan

  Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiangan, pengairan dan pengendalian hama. Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Untuk menghindari gangguan gulma maka dilakukan penyiangan setiap 2 minggu sekali, sementara penyiraman tanaman dilakukan setiap 2 hari sekali dengan tujuan untuk menjaga kelembaban tanah. Untuk mencegah serangan hama Aphis glycine pada pertumbuhan tanaman kedelai dikendalikan dengan Matadhor 50 Ec, Decis dan Sevin 50 WP.

  Pemeliharaan Tanaman

  Benih kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Kaba dan varietas Burangrang. Dua varitas ini banyak tersedia di pasar. Kedelai varitas Kaba merupakan varietas yang memiliki ketahanan terhadap penyakit, agak tahan karat, polong tidak mudah pecah dan memiliki adaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan. Kedelai varietas Burangrang merupakan varietas yang tidak mudah rebah dan memiliki ketahanan terhadap penyakit, toleran terhadap karat daun dan memiliki respon yang baik terhadap aplikasi mikoriza. Penanaman Biji Kedelai. Sebelum di tanam, biji kedelai yang dipergunakan direndam dalam air steril selama 5 jam dengan tujuan untuk mematahkan dormansi. Pada setiap pot plastik ditanam sebanyak 4 biji ke dalam satu lubang tugal yang telah disiapkan. Setelah tanaman berumur 10 hari dipertahankan satu tanaman yang paling sehat.

  Penyediaan Benih

  7,5 kg/pot plastik ditimbang untuk persiapan medium tanam.

  Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimental yang dilaksanakan mulai bulan Maret-Agustus 2015 di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

  Rancangan Percobaan

  Tehnofert diformulasikan pada zeolit untuk menjamin pertumbuhan spora secara optimal. Pada penelitian ini tehnofert diberikan sebanyak 10 g/polybag dengan cara di tugal dan diberikan pada saat tanam.

  Isolat FMA diperoleh dari Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Serpong Tangerang dengan merk dagang Technofert. Tehnofert menggunakan bahan dasar jamur Glomus sp yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman.

  Penyediaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)

  Biokompos Trichoderma sp dipersiapkan dengan menggunakan bahan dasar tanaman gamal (legume) dengan komposisi 67% gamal, 33 % pupuk kandang, 250 gr dolomite dan menambahkan aktivator Trichoderma sp. Pengomposan dihentikan setelah C/N ratio kompos mencapai perbandingan dibawah 20:1.

  Persiapan Biokompos Trichoderma sp.

  pupuk NPK, biokompos Trichoderma dan FMA). Perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan.

  Trichoderma dengan FMA), P5 (Kombinasi

  Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dalam enam (6) perlakuan yaitu: P0 (Tanpa Pupuk), P1 (Hanya dengan NPK), P2 (Pupuk biokompos Trichoderma sebanyak 45 gr/lubang tanam), P3 (Pupuk FMA dengan dosis 10g/lubang tanam), P4 (Kombinasi biokompos

  Persiapan Medium Tanam

  Analisis Data

  Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian (ANOVA) pada taraf nyata 5%, jika terdapat beda nyata dilakukan uji BNJ pada taraf nyata yang sama.

  PEMBAHASAN Kualitas Tanah

  Hasil penelitian menunjukkan respon yang positif terhadap peningkatan kualitas tanah. Aplikasi biokompos dan bioaktivator akan menyebabkan lepasnya ikatan hara dalam tanah. Tisdall (1991) melaporkan bahwa misselium ekstra radikal di dalam tanah sekitar akar menghasilkan material yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi, penyerapan air dan stabilitas tanah. Infeksi mikoriza pada akar memungkinkan mineral dapat dialirkan langsung dari satu tanaman ke tanaman lain atau dari bahan organik mati ke akar tanaman. Simanungkalit (2006) menambahkan peningkatan kualitas hara dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskular,. Hasil analisis tanah pertanaman kedelai sebelum dan setelah percobaan disajikan pada Tabel

  1. Tabel 1. Rangkuman data hasil analisis tanah sebelum dan setelah percobaan Parameter pengamatan Sebelum Percobaan Setelah Percobaan

  Range data Nilai rata-rata pH H2O 6,90 6,46-7,51 6,99 Kadar N tanah (%) 0,08 0,08-0,27 0,18 Kadar P2O5 tanah (ppm) 3,40 10,87-64,66 37,77 Kadar C-org (%) 0,83 0,31-0,62 0,5

  Untuk lebih memperjelas perubahan hara yang terjadi dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Rangkuman hasil Anova parameter pengaruh kombinasi pupuk hayati dan anorganik pada

  Variabel Pengamatan Kombinasi pupuk (P) Varietas kedelai (V) P*V pH H2O NS * * N total NS NS NS P2O5 *** NS NS C-organik NS NS NS

  Keterangan : NS = Non Signifikan, * = Signifikan, ** atau *** = Sangat Signifikan

  Tabel 3. Hasil Uji lanjut BNJ 5% hasil pengamatan kualitas tanah Faktor Perlakuan Parameter Pengamatan pH N total P2O5 C-organik Faktor P P0 7,34a 0,10a 43,84ab 0,55a P1 7,15a 0,08a 53,38a 0,52a P2 7,30a 0,11a 48,70a 0,53a P3 7,25a 0,09a 36,73abc 0,48a P4 7,35a 0,12a 22,58c 0,50a P5 7,24 0,10a 24,57bc 0,54a BNJ 5% 0,11 0,02 7,66 0,03 Faktor V V1 7,34a 0,11a 37,36a 0,52a V2 7,19b 0,10a 39,23a 0,52a BNJ 5% 0,28 0,64 19,89 0,09

  

Keterangan: *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada

uji BNJ 5%.

  Pupuk hayati bermanfaat secara langsung melalui kandungan haranya maupun peningkatan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang akan membantu tingkat penyerapan unsur. Proses perombakan bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik. Asam-asam organik ini mampu menjadi buffering (penyangga) pH tanah. Pada pH tanah rendah (asam) pemberian pupuk/bahan organik dapat meningkatkan pH tanah demikian juga sebaliknya pada pH tanah tinggi pemberian pupuk organik dapat menurunkan pH tanah. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh rantai karbon (C-organik) dan reaksi yang menyertainya. (Riyanto, 2016). Pengaruh perlakuan mengakibatkan perbedaan nyata pada faktor varietas dan interaksi dua faktor. Varietas Kaba lebih responsif pada perlakuan pH yang mengakibatkan perubahan pH tanah. Terjadi peningkatan pH tanah 44% dibandingkan pH awal tanah. Aktivitas pupuk hayati (Trichoderma sp dan mikoriza) meningkatkan pH tanah sehingga pH tanah cenderung netral yang sangat berdampak pada perbaikan kesuburan tanah. (Subeiti, 2010).

  Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat mobile karena mudah larut dan menguap. Kadar Nitrogen tanah tidak significan baik pada faktor tunggal maupun interaksi kedua faktor. Kadar Nitrogen tertinggi tampak pada kombinasi perlakuan pupuk hayati. Hal ini diduga pupuk ini berkolaborasi dalam menyediakan hara dan air terutama ketersediaan unsur Nitrogen. Adanya bantuan mikroba dalam tanah akan memudahkan Nitrogen diambil dari udara. Disamping itu juga peningkatan kadar Nitrogen dapat juga disebabkan oleh adanya perpanjangan hifa oleh aktivitas mikoriza. Ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat masuk ke pori- pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa dapat menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah (Hapsoh, 2008). Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran massa seperti N, K dan S sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat.

  Posfor merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar. Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen dan Kalium. Tetapi Fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan. Unsur fosfor di tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah.

  Aplikasi jasad hidup atau mikroorganisme yang berguna sangat membantu dalam hal penyerapan hara dan menjaga kondisi tanah dengan menghasilkan sekresi ekstraseluler, vitamin dan zat tumbuh. Aldeman dan Morton (1986) menyatakan bahwa infeksi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kemampuannya memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama unsur P, Ca,N,Cu,Mn,K dan Mg. Kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dapat memperluas bidang serapan akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu akar (Mosse, 1981). Tanaman apel yang terinfeksi mikoriza dapat meningkatkan kandungan P pada tanaman dari 0,04% menjadi 0,19% (Jawal et al., 2005). Lanjut Matsubara et al. (1998) melaporkan bahwa tanaman yang terinfeksi mikoriza maka tinggi, bobot kering, konsentrasi P pada bagian atas maupun akar tanaman mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza.

  Penigkatan kadar P dalam tanah juga dapat disebabkan oleh peningkatan kadar lengas tanah, diduga karena air merupakan media pelarut bagi hara dalam tanah. Soepardi (1983) mengungkapkan bahwa selama proses dekomposisi bahan organic membebaskan CO2 dan air dan hilangnya CO2 dan air ini sejalan dengan pelepasan unsur hara. Aktivitas organisme tanah akan semakin intensif dalam proses perombakan bahan organik terutama setelah media mendapat tambahan pupuk N dan P dari pupuk buatan. Sebagai tambahan Samoser (2002) menyatakan bahwa penambahan N diperlukan untuk menurunkan nisbah C/N dan untuk mempercepat pelapukan bahan organik, yang mengindikasikan proses humifikasi berjalan dengan cepat dan efektif.

KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulkan bahwa kombinasi pupuk hayati dan anorganik memberikan respon yang positif terhadap kualitas tanah.

  Acara Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

  Samosir,S.S.r., 2002. Pengelolaanlahan

  Dalam Produksi Tanaman di Lahan Kering maupun Bagi Bibit Tanaman Penghijauan . Seminar Nasional pada

  Yogyakarta Wangiyana,W., 2009. Pentingnya Mikoriza

  Pemasyarakatan dan Pengembangannya . Kanisius

  3 Desember 2008. Sutanto, 2002. Penerapan Pertanian Organik

  Pertanian Institut Pertanian Bogor dalam jurnal Agroteksos Vol 18 No 1-

  Departemen Ilmu Tanah . Fakultas

  Hasanuddin Makasaar. Soepardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah.

  kering. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian dan Kehutanan . Universitas

  Miskin di Lahan Marginal melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan.

  DAFTAR PUSTAKA Aldeman, J. M., and J. B. Morton, 1986.

  Prosiding Seminar Nasional “Pemberdayaan Petani

  Petani Miskin melalui Inovasi Teknologi Pertanian di Nusa Tenggara Barat . Hlm. 1-13. dalam: Manshur et al. (Eds),

  I. Setiadjie, 2004. Pemberdayaan

  18 Oktober 2016. Simatupang, P., D.K.S. Swastika, M. Iqbal dan

  Ecology G Riyanto, J., 2016.Pupuk Kimia, Pupuk Organik, Pupuk Hayati . naturalnusantara.co.id. Diunduh

  Endomycorrhizal in Plant Colonization Constal Sand

  BPS NTB. 2010. NTB Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat. Jone ,W dan C.H.Thompson.1981.

  Infectivity of vesicular-arbuscular mychorrizal fungi influence host soil diluents combination on MPN estimates

  • – dunes at Cooloola, Queensland , Australian Journal of

Dokumen yang terkait

Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kabupaten Gunungkidul Dalam Kegiatan Penyediaan Air Bersih

0 0 105

Lama Penyediaan Hijauan Pakan pada Pemeliharaan Sapi Potong di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara

0 0 10

Analisis Kebutuhan dan Kemampuan Penyediaan Konsumsi Padi di Kabupaten Tana Tidung

0 0 7

IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN JENIS CENDAWAN YANG MENGINFEKSI KULIT PASIEN BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN Identification and Determination Fungi which Infected of Skin Toddler Patient in General Hospital Center Haji Adam Malik Medan

0 0 10

Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Akibat Pemberian Pupuk P dan Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA)

0 1 14

Adaptasi Legum Pohon yang Diinokulasi dengan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Saat Cekaman Kekeringan Adaptation of Tree Legume Inoculated with Arbuscular Mycorrhiza Fungi (AMF) in Drought Stress

0 0 9

IDENTIFIKASI DAN UJI METABOLIT SEKUNDER BANGUN-BANGUN (COLEUS AMBOINICUS) TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (RIGIDOPORUS MICROPORUS) DI LABORATORIUM Identification and Test of Secondary Metabolic of Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) to White Root Fungi D

0 0 12

EKSPLORASI BAKTERI ENDOFITIK DAN POTENSINYA DALAM PENGHAMBATAN JAMUR AKAR PUTIH (RIGIDOPORUS MICROPORUS) Exploration of Endophytic Bacteria and Its Potency to Inhibit White Root Fungi (Rigidoporus microporus)

0 0 14

Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian UNMA ABSTRAK - Daya Dukung Sumber Daya Pertanian Kabupaten Majalengka Terhadap Penyediaan Bahan Pakan Penyusun Ransum Ayam Broiler

0 0 6

Analisis Proses dan Perencanaan Anggaran Penyediaan Komponen Bak Dump Truck Nurchajat Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang

1 2 12