peme liharaan tanamani indone. doc
PENDAHULUAN
Tanaman terutama pohon mempunyai peran yang penting dalam mengatasi perubahan iklim
global yang terjadi saat ini, selain itu pohon juga dapat mempercantik taman. Fungsi pohon
dalam mengatasi perubahan iklim dan mempercantik taman antara lain; penahan dan
penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap dari partikel timbal, penyerap dan
penjerap dari debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap
karbon monoksida, penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin,
penyerap dan penepis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi intruisi air laut, produksi
tebatas, ameliorasi iklim, pengolahan sampah, pelestarian air tanah, penepis cahaya silau,
meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung, mengurangi stress, mengamankan pantai
terhadap abrasi, meningkatkan industri pariwisata, sebagai hobi dan pengisi waktu luang
(Dahlan 1992).
Keberhasilan dari penanaman pohon terletak dari pemeliharaan setelah penanaman.
Penanaman tanpa diikuti pemeliharaan niscaya tidak akan berhasil. Permasalahan utama yang
timbul setelah penanaman antara kematian awal setelah penanaman dan pertumbuhan yang
tidak normal. Selain itu, keberhasilan penanaman juga dipengaruhi adanya faktor biotik dan
abiotik dari lingkungan tersebut (Indriyanto 2000).
Pemeliharaan tanaman juga sangat penting dalam pengelolaan taman guna menentukan
keberhasilan proyek pembangunan lanskape. Aspek pemeliharaan tersebut meliputi
pembersihan areal taman dan tanaman, penyiangan gulma, teknik penggemburan tanah dan
aerasi tanah, serta teknik penyiraman. Teknik pemupukan tanaman, pamangkasan dan
pengendalian hama penyakit (Arifin dan Nurhayati 2000).
Untuk mendapatkan suatu tegakan yang mempunyai peran yang sangat besar maka setiap
pohon memerlukan pemeliharaan. Beberapa kegiatan pemeliharan tanaman antara lain:
penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemangkasan cabang, penjarangan
tanaman, dan pengendalian hama penyakit (Darjadi dan Hardjono 1976).
Penyulaman Tanaman
Penyulaman tanaman merupakan tindakan pemeliharaan untuk meningkatkan presentase
tanaman hidup dengan cara menanami kembali pada lubang tanam yang tanamannya mati.
Penyulaman dilakukan apabila presentase hidup tanaman kurang dari 80%. Penyulaman
pertama dilakukan pada umur satu bulan setelah penanaman. Penyulaman kedua dilakukan
pada umur satu tahun setelah penanaman. Penyulaman tanaman harus dilakukan pada waktu
musim penghujan sebagaimana waktu layak untuk penanaman.
Penyiangan Tanaman
Penyiangan tanaman adalah pengendalian gulma yang bertujuan untuk mengurangi jumlah
gulma sehingga populasinya berada di bawah ambang ekologis. Gulma yang diprioritaskan
seperti alang-alang, rumput-rumputan dan liana. Penyiangan bertujuan untuk memberi ruang
tumbuh yang lebih baik bagi tanaman pokok dengan cara memberantas tanaman pengganggu.
Tanaman perlu disiangi jika 40-50% tanaman tertutup oleh gulma atau tumbuhan liar.
Penyiangan dilakukan pada waktu musim hujan atau musim kemarau. Penyiangan
dilaksanakan minimal 3-4 bulan sekali dalam satu tahun sampai tanaman berumur 3 tahun
tergantung pada kondisi gulma. Penyiangan dihentikan jika tanaman pokok sudah mampu
bersaing dengan tanaman liar dalam memperoleh cahaya matahari (over-topping).
Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan membersihkan gulma disekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan manual dengan sistim piringan berdiameter 1-2 meter dimana batang
tanaman sebagai porosnya. Penyiangan dilakukan dengan parang atau arit dengan cara
menebas total semua tumbuhan pengganggu yang ada disekitar tanaman selebar piringan (2
meter), tinggi penebasan gulma adalah 5 cm dari permukan tanah. Hasil tebasan/babadan
dapat dijadikan sebagai mulsa yang ditumpuk di sekeliling tanaman.
Pendangiran Tanaman
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman pokok yang bertujuan
untuk memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi tanah) sebagai upaya memacu pertumbuhan
tanaman. Waktu pendangiran dilakukan pada musim kemarau menjelang musim hujan tiba.
Pendangiran dilakukan pada tanaman berumur 1-4 tahun dan diutamakan pada tanaman yang
mengalami stagnasi pertumbuhan atau tempat tumbuhnya bertekstur berat dan lahan tidak
melalui pengolahan tanah. Pendangiran dilakukan 1-2 kali dalam satu tahun, tergantung pada
tekstur tanahnya, makin berat teksturnya maka makin sering dilakukan pendangiran.
Pendangiran dilakukan pada radius 50 cm dari batang tanaman, namun tergantung pada jarak
tanamnya. Cara pendangiran dilakukan dengan menggunakan cangkul. Dihindari cara
pencangkulan yang terlalu dalam karena dapat merusak perakaran.
Pemupukan Tanaman
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media tumbuh tanaman untuk
menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman (Kosasih dkk
2002). Kegiatan pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pemupukan dapat
dilakukan dengan cara meletakkan pupuk dalam lubang sedalam 5-10 cm sekeliling batang
pada batas proyeksi tajuk tanaman. Dosis pupuk disesuaikan dengan keperluan atau anjuran
penggunaan pupuk. Pemupukan dengan NPK dapat dilakukan dengan dosis 75-100
g/tahun/pohon (Marsono 1997).
Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan cabang adalah pemotongan/pembuangan cabang bagian bawah untuk
memperoleh batang bebas cabang yang bebas dari mata kayu. Pemangkasan dimaksudkan
untuk meningkatkan nilai kayu (bebas dari mata kayu), dan menstimulasi pertumbuhan.
Prioritas pemangkasan hendaknya dilakukan terhadap cabang yang terserang penyakit atau
tidak produktif/mati. Pemangkasan cabang dilakukan pada tanaman yang peruntukannya
sebagai kayu pertukangan, sedangkan tegakan yang peruntukkannya lain, seperti pulp dan
kayu bakar tidak perlu dilakukan pemangkasan. Pada tanaman kayu cabang bagian bawah
yang harus dihilangkan. Hal ini akan memperkecil bentuk batang yang cenderung meruncing
(taper) dan memperkecil jumlah mata kayu pada batang utama sehingga terjadi peningkatan
riap volume kayu. Rotasi pemangkasan biasanya mengikuti frekuensi penjarangan. Intensitas
pemangkasan yang biasa digunakan adalah 30%, artinya 30% dari tajuk yang dibuang.
Pemangkasan dapat menggunakan pisau atau gergaji. Pemangkasan cabang yang agak besar
menggunakan gergaji pangkas yang tajam dan pisau pangkas untuk cabang kecil. Hasil
pemangkasan cabang harus rata dengan batang, yaitu pada letak sambungan pangkal cabang
dengan batang pohon. Kemudian luka bekas pangkasan sebaiknya ditutup, seperti ter untuk
menghindari serangan penyakit.
Pemangkasan dapat dilakukan dengan cara mengukur tinggi total dan tinggi bebas cabang
pohon yang akan dipangkas. Selanjutnya menetapkan bagian tajuk yang harus dibuang atau
tinggi cabang yang harus dipangkas dengan perhitungan sebagai berikut :
Tinggi pangkasan = 1/3 (TT-TBC) ; 1/3 adalah intensitas pemangkasan
Penjarangan
Penjarangan adalah tindakan pengurangan jumlah batang per satuan luas untuk mengatur
kembali ruang tumbuh pohon dalam rangka mengurangi persaingan antar pohon. Penjarangan
bertujuan memberi ruang tumbuh yang lebih baik atau cukup bagi pohon tinggal,
memperoleh pohon sehat dan berbatang lurus agar diperoleh hutan dengan massa kayu dan
kualitas kayu tinggi. Pohon-pohon yang dimatikan dalam penjarangan adalah pohon-pohon
berbatang cacat atau sakit, berbentuk jelek dan pohon-pohon tertekan. Penjarangan dilakukan
ketika tajuk antar pohon saling bersentuhan atau saling menutup. Untuk pohon cepat tumbuh,
penutupan tajuk terjadi pada umur lebih muda jika dibandingkan dengan pohon lambat
tumbuh. Oleh karena itu, penjarangan awal jenis cepat tumbuh pada umur sekitar 3-4 tahun,
sedangkan jenis lambat tumbuh sekitar 5-10 tahun. Kaitannya dengan intensitas, biasanya
pada umur muda dilakukan dengan intensitas lemah dan akan semakin kuat dengan makin
meningkatnya umur.
Penjarangan dilakukan agar terciptanya fase-fase pertumbuhn secara baik yang meliputi fase
semai, fase sapihan, fase tiang, dan fase pohon. Tindakan penjarangan dilkukan pada fase
tiang dan fase pohon. Tindakan penjarangan dilakukan pada fase tiang dan fase pohon dengan
menebang sebagian pohon, sehingga produksi prouksi kuantitatif hanya diarahkan pada
produksi kualitatif (Baker dkk 1979).
Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan oleh untuk menekan populasi hama atau
penyakit agar tidak menimbulkan kerusakan yang secara ekonomi merugikan (Suratmo 1979;
Suratmo 1982). Secara umum pemberantasan hama hutan dibagi menjadi dua yaitu
pemeberantasan secara alamiah dan pemberantasan secara kimiawi. Pemberantasan hama
secara alamiah dilakukan dengan cara menggunakan predator alami. Pemberantasan secara
kimia dapat menggunakan pestisida.
Jenis – Jenis Pohon Penyerap dan Penjerap Debu Semen
Debu semen meupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Oleh sebab itu debu
semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Menurut Irawati (1991)
terdapat 7 spesies yang dapat menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen
antara lain:
Nama Lokal
Mahoni
Tanjung
Nama Ilmiah
Swietenia macrophylla
Mimusops elengi
Kenari
Meranti merah
Kerepayung
Bisbul
Kayu hitam
Canarium commune
Shorea leprosula
Filicium decipiens
Diospyros discolor
Doispyros celebica
PENUTUP
Pohon mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk mendapatkan
keberhasilan dari penanaman pohon baik itu dilahan kritis maupun di taman perlu adanya
pmeliharaan terhadap pohon yang ditanam. Pemeliharaan tersebut meliputi. Penyulaman,
penyiangan, pendangiran tanaman, pemupukan tanaman, pemangkasan cabang, penjarangan
tanaman, dan pemberantasan hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin HS dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Baker FS, TW Daniel dan JA Helms. 1979. Principles of Silviculture. New York: McGrawHill. Book Co.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota. Jakarta: Asosiasi Pegusaha Hutan Indonesia
[Tidak dipublikasikan].
(APHI).
Darjadi L dan R Hardjono. 1976. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kehutanan. Departemen Pertanian.
Indriyanto. 2000 Pengaruh Beberapa Cara Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Sengon.
Prosiding Seminar Nasional III Pengembangan Wilayah Lahan Kering. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Irawati R. 1991. Studi Pemilihan 10 Jenis Tanaman Untuk Pengembangan Hutan Perkotaan
di Kawasan Pabrik Semen. [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan IPB
Kosasih AS et al. 2002. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perlindungan Pada Introduksi
Jenis Pohon Hutan. Info Hutan No. 151. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Marsono 1997. Teknik Penanaman Khaya anthotheca. Info Hutan N0. 87/1998. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
dan konservasi Alam.
Suratmo FG. 1982. Ilmu Perlindungan Hutan. Bogor: bagian Perlindungan Hutan Fakultas
Kehutanan IPB.
Tanaman terutama pohon mempunyai peran yang penting dalam mengatasi perubahan iklim
global yang terjadi saat ini, selain itu pohon juga dapat mempercantik taman. Fungsi pohon
dalam mengatasi perubahan iklim dan mempercantik taman antara lain; penahan dan
penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap dari partikel timbal, penyerap dan
penjerap dari debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap
karbon monoksida, penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin,
penyerap dan penepis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi intruisi air laut, produksi
tebatas, ameliorasi iklim, pengolahan sampah, pelestarian air tanah, penepis cahaya silau,
meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung, mengurangi stress, mengamankan pantai
terhadap abrasi, meningkatkan industri pariwisata, sebagai hobi dan pengisi waktu luang
(Dahlan 1992).
Keberhasilan dari penanaman pohon terletak dari pemeliharaan setelah penanaman.
Penanaman tanpa diikuti pemeliharaan niscaya tidak akan berhasil. Permasalahan utama yang
timbul setelah penanaman antara kematian awal setelah penanaman dan pertumbuhan yang
tidak normal. Selain itu, keberhasilan penanaman juga dipengaruhi adanya faktor biotik dan
abiotik dari lingkungan tersebut (Indriyanto 2000).
Pemeliharaan tanaman juga sangat penting dalam pengelolaan taman guna menentukan
keberhasilan proyek pembangunan lanskape. Aspek pemeliharaan tersebut meliputi
pembersihan areal taman dan tanaman, penyiangan gulma, teknik penggemburan tanah dan
aerasi tanah, serta teknik penyiraman. Teknik pemupukan tanaman, pamangkasan dan
pengendalian hama penyakit (Arifin dan Nurhayati 2000).
Untuk mendapatkan suatu tegakan yang mempunyai peran yang sangat besar maka setiap
pohon memerlukan pemeliharaan. Beberapa kegiatan pemeliharan tanaman antara lain:
penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemangkasan cabang, penjarangan
tanaman, dan pengendalian hama penyakit (Darjadi dan Hardjono 1976).
Penyulaman Tanaman
Penyulaman tanaman merupakan tindakan pemeliharaan untuk meningkatkan presentase
tanaman hidup dengan cara menanami kembali pada lubang tanam yang tanamannya mati.
Penyulaman dilakukan apabila presentase hidup tanaman kurang dari 80%. Penyulaman
pertama dilakukan pada umur satu bulan setelah penanaman. Penyulaman kedua dilakukan
pada umur satu tahun setelah penanaman. Penyulaman tanaman harus dilakukan pada waktu
musim penghujan sebagaimana waktu layak untuk penanaman.
Penyiangan Tanaman
Penyiangan tanaman adalah pengendalian gulma yang bertujuan untuk mengurangi jumlah
gulma sehingga populasinya berada di bawah ambang ekologis. Gulma yang diprioritaskan
seperti alang-alang, rumput-rumputan dan liana. Penyiangan bertujuan untuk memberi ruang
tumbuh yang lebih baik bagi tanaman pokok dengan cara memberantas tanaman pengganggu.
Tanaman perlu disiangi jika 40-50% tanaman tertutup oleh gulma atau tumbuhan liar.
Penyiangan dilakukan pada waktu musim hujan atau musim kemarau. Penyiangan
dilaksanakan minimal 3-4 bulan sekali dalam satu tahun sampai tanaman berumur 3 tahun
tergantung pada kondisi gulma. Penyiangan dihentikan jika tanaman pokok sudah mampu
bersaing dengan tanaman liar dalam memperoleh cahaya matahari (over-topping).
Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan membersihkan gulma disekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan manual dengan sistim piringan berdiameter 1-2 meter dimana batang
tanaman sebagai porosnya. Penyiangan dilakukan dengan parang atau arit dengan cara
menebas total semua tumbuhan pengganggu yang ada disekitar tanaman selebar piringan (2
meter), tinggi penebasan gulma adalah 5 cm dari permukan tanah. Hasil tebasan/babadan
dapat dijadikan sebagai mulsa yang ditumpuk di sekeliling tanaman.
Pendangiran Tanaman
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman pokok yang bertujuan
untuk memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi tanah) sebagai upaya memacu pertumbuhan
tanaman. Waktu pendangiran dilakukan pada musim kemarau menjelang musim hujan tiba.
Pendangiran dilakukan pada tanaman berumur 1-4 tahun dan diutamakan pada tanaman yang
mengalami stagnasi pertumbuhan atau tempat tumbuhnya bertekstur berat dan lahan tidak
melalui pengolahan tanah. Pendangiran dilakukan 1-2 kali dalam satu tahun, tergantung pada
tekstur tanahnya, makin berat teksturnya maka makin sering dilakukan pendangiran.
Pendangiran dilakukan pada radius 50 cm dari batang tanaman, namun tergantung pada jarak
tanamnya. Cara pendangiran dilakukan dengan menggunakan cangkul. Dihindari cara
pencangkulan yang terlalu dalam karena dapat merusak perakaran.
Pemupukan Tanaman
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media tumbuh tanaman untuk
menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman (Kosasih dkk
2002). Kegiatan pemupukan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pemupukan dapat
dilakukan dengan cara meletakkan pupuk dalam lubang sedalam 5-10 cm sekeliling batang
pada batas proyeksi tajuk tanaman. Dosis pupuk disesuaikan dengan keperluan atau anjuran
penggunaan pupuk. Pemupukan dengan NPK dapat dilakukan dengan dosis 75-100
g/tahun/pohon (Marsono 1997).
Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan cabang adalah pemotongan/pembuangan cabang bagian bawah untuk
memperoleh batang bebas cabang yang bebas dari mata kayu. Pemangkasan dimaksudkan
untuk meningkatkan nilai kayu (bebas dari mata kayu), dan menstimulasi pertumbuhan.
Prioritas pemangkasan hendaknya dilakukan terhadap cabang yang terserang penyakit atau
tidak produktif/mati. Pemangkasan cabang dilakukan pada tanaman yang peruntukannya
sebagai kayu pertukangan, sedangkan tegakan yang peruntukkannya lain, seperti pulp dan
kayu bakar tidak perlu dilakukan pemangkasan. Pada tanaman kayu cabang bagian bawah
yang harus dihilangkan. Hal ini akan memperkecil bentuk batang yang cenderung meruncing
(taper) dan memperkecil jumlah mata kayu pada batang utama sehingga terjadi peningkatan
riap volume kayu. Rotasi pemangkasan biasanya mengikuti frekuensi penjarangan. Intensitas
pemangkasan yang biasa digunakan adalah 30%, artinya 30% dari tajuk yang dibuang.
Pemangkasan dapat menggunakan pisau atau gergaji. Pemangkasan cabang yang agak besar
menggunakan gergaji pangkas yang tajam dan pisau pangkas untuk cabang kecil. Hasil
pemangkasan cabang harus rata dengan batang, yaitu pada letak sambungan pangkal cabang
dengan batang pohon. Kemudian luka bekas pangkasan sebaiknya ditutup, seperti ter untuk
menghindari serangan penyakit.
Pemangkasan dapat dilakukan dengan cara mengukur tinggi total dan tinggi bebas cabang
pohon yang akan dipangkas. Selanjutnya menetapkan bagian tajuk yang harus dibuang atau
tinggi cabang yang harus dipangkas dengan perhitungan sebagai berikut :
Tinggi pangkasan = 1/3 (TT-TBC) ; 1/3 adalah intensitas pemangkasan
Penjarangan
Penjarangan adalah tindakan pengurangan jumlah batang per satuan luas untuk mengatur
kembali ruang tumbuh pohon dalam rangka mengurangi persaingan antar pohon. Penjarangan
bertujuan memberi ruang tumbuh yang lebih baik atau cukup bagi pohon tinggal,
memperoleh pohon sehat dan berbatang lurus agar diperoleh hutan dengan massa kayu dan
kualitas kayu tinggi. Pohon-pohon yang dimatikan dalam penjarangan adalah pohon-pohon
berbatang cacat atau sakit, berbentuk jelek dan pohon-pohon tertekan. Penjarangan dilakukan
ketika tajuk antar pohon saling bersentuhan atau saling menutup. Untuk pohon cepat tumbuh,
penutupan tajuk terjadi pada umur lebih muda jika dibandingkan dengan pohon lambat
tumbuh. Oleh karena itu, penjarangan awal jenis cepat tumbuh pada umur sekitar 3-4 tahun,
sedangkan jenis lambat tumbuh sekitar 5-10 tahun. Kaitannya dengan intensitas, biasanya
pada umur muda dilakukan dengan intensitas lemah dan akan semakin kuat dengan makin
meningkatnya umur.
Penjarangan dilakukan agar terciptanya fase-fase pertumbuhn secara baik yang meliputi fase
semai, fase sapihan, fase tiang, dan fase pohon. Tindakan penjarangan dilkukan pada fase
tiang dan fase pohon. Tindakan penjarangan dilakukan pada fase tiang dan fase pohon dengan
menebang sebagian pohon, sehingga produksi prouksi kuantitatif hanya diarahkan pada
produksi kualitatif (Baker dkk 1979).
Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan oleh untuk menekan populasi hama atau
penyakit agar tidak menimbulkan kerusakan yang secara ekonomi merugikan (Suratmo 1979;
Suratmo 1982). Secara umum pemberantasan hama hutan dibagi menjadi dua yaitu
pemeberantasan secara alamiah dan pemberantasan secara kimiawi. Pemberantasan hama
secara alamiah dilakukan dengan cara menggunakan predator alami. Pemberantasan secara
kimia dapat menggunakan pestisida.
Jenis – Jenis Pohon Penyerap dan Penjerap Debu Semen
Debu semen meupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Oleh sebab itu debu
semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. Menurut Irawati (1991)
terdapat 7 spesies yang dapat menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen
antara lain:
Nama Lokal
Mahoni
Tanjung
Nama Ilmiah
Swietenia macrophylla
Mimusops elengi
Kenari
Meranti merah
Kerepayung
Bisbul
Kayu hitam
Canarium commune
Shorea leprosula
Filicium decipiens
Diospyros discolor
Doispyros celebica
PENUTUP
Pohon mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk mendapatkan
keberhasilan dari penanaman pohon baik itu dilahan kritis maupun di taman perlu adanya
pmeliharaan terhadap pohon yang ditanam. Pemeliharaan tersebut meliputi. Penyulaman,
penyiangan, pendangiran tanaman, pemupukan tanaman, pemangkasan cabang, penjarangan
tanaman, dan pemberantasan hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin HS dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Baker FS, TW Daniel dan JA Helms. 1979. Principles of Silviculture. New York: McGrawHill. Book Co.
Dahlan EN. 1992. Hutan Kota. Jakarta: Asosiasi Pegusaha Hutan Indonesia
[Tidak dipublikasikan].
(APHI).
Darjadi L dan R Hardjono. 1976. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kehutanan. Departemen Pertanian.
Indriyanto. 2000 Pengaruh Beberapa Cara Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Sengon.
Prosiding Seminar Nasional III Pengembangan Wilayah Lahan Kering. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Irawati R. 1991. Studi Pemilihan 10 Jenis Tanaman Untuk Pengembangan Hutan Perkotaan
di Kawasan Pabrik Semen. [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan IPB
Kosasih AS et al. 2002. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perlindungan Pada Introduksi
Jenis Pohon Hutan. Info Hutan No. 151. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Marsono 1997. Teknik Penanaman Khaya anthotheca. Info Hutan N0. 87/1998. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
dan konservasi Alam.
Suratmo FG. 1982. Ilmu Perlindungan Hutan. Bogor: bagian Perlindungan Hutan Fakultas
Kehutanan IPB.