Analisis Node Dan Mesh - Repository UNIKOM

  Analisis Node Analisis Node

  Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I (KCL=Kirchoff Current Law atau Hukum Arus Kirchoff = HAK ) dimana

jumlah arus yang masuk dan keluar dari suatu titik percabangan

akan sama dengan nol, dimana tegangan merupakan parameter

yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih mudah jika pencatunya semuanya adalah sumber arus.

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis node, yaitu : Tentukan node referensi sebagai ground (potensial nol).

   Tentukan node voltage, yaitu tegangan antara node non referensi dan ground.

   Asumsikan tegangan node yang sedang diperhitungkan lebih tinggi daripada tegangan node manapun, sehingga arah arus keluar dari node tersebut positif.

   Jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah (N-1).

   Jumlah node voltage ini sama dengan banyaknya persamaan yang dihasilkan (N-1).

   Analisis node mudah dilakukan bila pencatunya berupa sumber

arus. Apabila pada rangkaian tersebut terdapat sumber tegangan,

maka sumber tegangan tersebut diperlakukan sebagai supernode, yaitu menganggap sumber tegangan tersebut sebagai satu node.

  Node Node

  Node = setiap titik disepanjang kawat yang sama

  V Contoh 3 node Analisis Node Analisis Node

  

Berapa banyak node ada di dalam rangkaian di atas ? Menentukan persamaan Menentukan persamaan

  3.1

  

5

  2

  2

  1

  1 

   v v v

  (-1.4) -

  5

  1

  1

  2

  2  

   v v v

  Pada node 1 Pada node 2 arus yang masuk arus yang masuk node = arus yang node = arus yang meninggalkan node meninggalkan node

  

Contoh

Contoh

  V3

V1 V2

  0V Berapa banyak node atau persamaan ?

V2 V3

   

  3

  4

  3

  1

  8    

           

  V V

  2

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V1

  0V Node 1 Persamaan 1

  1

  132

  3

  4

  3

  2

  4

  1

  7

  2

  1

  96

  4

  36

  3

  3

  1

  3

  3

  V3

V1 V2

  18

         

  3

  2

  3

  3

  1

  2    

      

  2

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V Node 2 Persamaan 2

  2

  1

  3

  6

  3

  2

  11

  1

  2

  2

  3

  0V

  3

  2

  3

  18

  

1

  2

  2

  2

  V3

V1 V2

  3

  4

  V Node 3 Persamaan 3

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  

      

  3          

  2

  2

  3

  1

  25

  19

  0V 500

  5

  10

  3

  10

  2

  5

  3

  5

  1

  5 3 4 500

  1

  10

  2

  3

  

3 Persamaan Keseluruhannya

  2 132

  V V

  V V

  V V

  V V

     

   

  7    

  1

  4

  2

  3

  3

  1

  

3 Persamaan Keseluruhannya

500

  11

  

2

  3

  3

  18

  5

  1

  10

  

2

  19

  3

  V

  

Aturan Cramer (Opsional)

Aturan Cramer (Opsional)

  3

  V 956 .

  816 780

  19

  10

  5

  3

  11

  2

  4

  V V

  7

  19 10 500

  3

  11

  18

  3 4 132

  1    

       

     

  V V

  V V

  500

  2

  3

  19

  2

  10

  1

  5

  18

  3

  3

  11

  V V

  1

  2 132

  3

  

3

  2

  4

  1

  7        

     

  V

  7 132

  3  

  2

  18

  3   5 500

  19  8628

  V

  2 10 . 576   

  7

  4

  3 816  

  2

  11

  3  

  5

  10

  19  

  7 V

  1

  4 V

  2

  3 V 3 132    

  2 V

  1

  11 V

  2

  3 V

  3

  18    

  5 V

  1

  10 V

  2

  19 V 3 500    

7

4 132  

  2

  11

  18

5 10 500 26220

   

  V

  3 32 . 132   

  7

  4

  3 816  

  2

  11

  3  

  5

  10

  19  

  

Supernode

Supernode

  Jika disana ada beberapa sumber tegangan DC di antara 2 Jika disana ada beberapa sumber tegangan DC di antara 2

node, salah satunya mungkin mendapatkan masalah ketika

node, salah satunya mungkin mendapatkan masalah ketika

mencoba memakai HAK antara 2 node—disarankan mencoba memakai HAK antara 2 node—disarankan menggunakan menggunakan supernode supernode !!! !!!

  Supernode (cont.) Supernode (cont.)

  V3 = v2+22 Contoh : Contoh :

  V3

V1 V2

  0V

  V3

V1 V2

  3

  2

  V Persamaan 1

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

      

  8           

  1

  3

  4

  3

  1

  3

  3

  0V 132

  3

  1

  3

  3

  36

  4

  1

  4

  2

  7

  1

  4

  

2

  96 supernode

V3 V2

  V1

  0V V

  2 V

  1 V

  3 V

  1 V

  3 V

  2    

  3

  25      

  3

  4

  5

  1

  20 V

  2

  20 V 1 180

  15 V

  3

  

15

V 1 1500

  12 V

  3

  60 V

  2        

  35 V

  1

  80 V

  2

  27 V 3 1680 Persamaan 2    

  V

2 V

  3

  1   Persamaan 3

  7 V

  1

  4 V

  2

  3 V 3 132    

  35 V

  1

  80 V

  2

  27 V 3 1680    

  V

2 V

  3

  1   V1 = -4.952 V V2 = 14.333 V V3 = 13.333 V Contoh : Contoh :

V1 V2

  0V V

  1

  3 

  V

  2 V

  

1

V

  2   2   

  5

  1

13 V

  2 

  6

  Contoh soal : 1/8 F

  j2 A i

  I

  o 3 cos 4t A v 1/2 v 3 0 A V 1/2 V

  1

  1

  1 

  

  • 1
  • (a)

  (b) Node A :

  V ,

  5 Vo

  1

1 I

  3    j

  2 

  V

  4 I

1 Dengan mensubstitusikan didapat :

  o o

  3

  3

  3   o

  I 45      o

  1 j

  2

  45

  2 

  Diubah ke kawasan waktu lagi :   o t t i

  45 4 cos

  2

  3 ) (   Analisis Mesh (Loop) Analisis Mesh (Loop)

  

Arus loop adalah arus yang dimisalkan mengalir dalam suatu loop

(lintasan tertutup). Arus loop sebenarnya tidak dapat diukur (arus permisalan). Berbeda dengan analisis node, pada analisis ini berprinsip pada Hukum Kirchoff II (KVL = Kirchoff Voltage Law atau Hukum Tegangan Kirchoff = HTK) dimana

jumlah tegangan pada satu lintasan tertutup sama dengan nol atau

arus merupakan parameter yang tidak diketahui.

  Hal-hal yang perlu diperhatikan : Buatlah pada setiap loop arus asumsi yang melingkari loop.

Pengambilan arus loop terserah kita yang terpenting masih dalam

satu lintasan tertutup. Arah arus dapat searah satu sama lain ataupun berlawanan baik searah jarum jam maupun berlawanan dengan arah jarum jam.

   Biasanya jumlah arus loop menunjukkan jumlah persamaan arus yang terjadi. Metoda ini mudah jika sumber pencatunya adalah sumber tegangan. Jumlah persamaan = Jumlah cabang – Jumlah junction + 1

Apabila ada sumber arus, maka diperlakukan sebagai supermesh.

   Pada supermesh, pemilihan lintasan menghindari sumber arus karena pada sumber arus tidak diketahui besar tegangan terminalnya.

  

Contoh :

Contoh :

  Contoh : Contoh :

  Gunakan analisis Mesh untuk menentukan Vx

I1 I2

  I3

  7 1 (

  I

  1 I 2 )

  6 2 (

  I

  1 I 3 )       

  I2 Persamaan 1

  3 I

  1 I

  2

  2 I

  3

  1   

  I1 1 (

  I

  2 I 1 )

  2 I

  2 3 (

  I

  2 I 3 )     

  I3 Persamaan 2

  I

  1

  6 I

  2

  3 I

  3     2 (

  I

  3 I 1 )

  6 3 (

  I

  3 I 2 )

  I

  3       Persamaan 3

2 I

  1

  3 I

  2

  6 I

  3

  6     I1 = 3A, I2 = 2A, I3 = 3A Vx = 3(I3-I2) = 3V Supermesh Supermesh

  

Ketika sumber arus berada dalam suatu jaringan,

Gunakan ‘ supermesh ’ dari 2 mesh yang terbagi sumber arus

  Contoh : Contoh :

  

Gunakan analisis Mesh untuk mengevaluasi Vx

I1 I2

  I3

I2 I1

  I3 Loop 2: 1 (

  I

  2 I 1 )

2 I

  2 3 (

  I

  2 I 3 )      Persamaan 1

  I

  1

  6 I

  2

  

3

I

  3     Supermesh

I2 I1

  I3

  7 1 (

  I

  1 I 2 ) 3 (

  I

  3 I 2 )

  I

  3        Persamaan 2

  I

  1

  4 I

  2

  4 I

  

3

  7    Persamaan 3

  I

1 I

  3

  7   I1 = 9A I2 = 2.5A I3 = 2A

Vx = 3(I3-I2) = -1.5V

Bagaimana memilih antara Bagaimana memilih antara analisis Node dan Mesh ??? analisis Node dan Mesh ???

  

Pilihlah salah satu yang persamaan nya paling sedikit

Untuk menyelesaikan masalah!!!

  Contoh : Contoh :

  

Dari contoh-contoh sebelumnya, analisis Node mempunyai

Beberapa persamaan

  7V V2

V1 V3

  0V

  Contoh : Contoh :

  Kebergantungan Sumber Kebergantungan Sumber

  Tentukan Vx

I1 I2

  I3

  Persamaan 1

  I

  1

  15 

  I2 1 (

  I

  2 I 1 )

  2 I

  2 3 (

  I

  2 I 3 )     

  I1 Persamaan 2

  I

  1

  

6

I

  2

  3 I

  3    

  I3

  1 Persamaan 3

  I

  3 I

  1 Vx  

  9 Persamaan 4 Vx 3 (

  I

  3 I 2 )

 

I1=15A, I2=11A, I3=17A Vx = 3(17-11) = 18V

  Contoh soal : j2

  j2  A

  • I

  I

  • 2

1 I

  o + o 3 0 A V 1/2 V 12 0

  V V 1/2 V 

  1

  1

  1

  1

  • (a)

  (b) Dari gambar diatas didapatkan :

  I I

  2  

1 I

  V

  4 I

  4 I

  2   

  1   o

  1 I

  I

  3 A  

1 Persamaan arus mesh :

  V ,

5 V j

  2 I    

  1

  1

  2 o

  I

  3

  3   o

1 I

  225    

  2 o

  1 j

  2

  45

  2

  

Teorema Superposisi

Teorema Superposisi

  

Pada teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier,

dimana rangkaian linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang muncul akan memenuhi jika y = kx, dimana k = konstanta dan x = variabel. Dalam setiap rangkaian linier dengan beberapa buah sumber tegangan atau sumber arus dapat dihitung dengan cara : Menjumlah-aljabarkan tegangan atau arus yang disebabkan tiap sumber independent atau bebas yang bekerja sendiri, dengan

semua sumber tegangan atau arus independent atau bebas lainnya

dan diganti dengan impedansi dalamnya.

  

Elemen Linear vs. Rangkaian linear

Elemen Linear vs. Rangkaian linear

  Elemen Linear : elemen pasif yang mempunyai elemen pasif yang mempunyai hubungan tegangan-arus linear : hubungan tegangan-arus linear : v(t)=R*i(t) v(t)=R*i(t)

  • Elemen Linear :
  • Sumber bergantung Linear

  Sumber bergantung Linear : sumber yang

  : sumber yang outputnya proporsional hanya pada nilai outputnya proporsional hanya pada nilai pertama : pertama : v v

  • 14v
  • 14v

  1

  1 = 0.6i

  = 0.6i

  

1

  

1

  2

  2

  Rangkaian Linear : mengandung sumber yang

  : mengandung sumber yang

bebas, sumber bergantung linear , dan elemen

bebas, sumber bergantung linear , dan elemen

linear linear

  • Rangkaian Linear

  

Contoh :

Contoh :

  I1 = 1A I2 = 2A I total = 1+2 = 3A

  

Contoh :

Contoh :

  I1 = 1A I2 = 0A I total = 1+0 = 1A Contoh : Contoh :

  Tentukan tegangan Vx

  ( 3 || 4 ) ( 12 / 7 ) Vx

  42

  42     (

42 V )

  6 ( 3 || 4 ) 6 ( 12 / 7 )

 

9 . 333

  V

  V Vx

  V 333 .

  3

  10

  4

  2

  2

  10 4 ) 3 || 6 (

  ) 3 || 6 (

  ) 10 (  

       

   

  V Vx Vx Vx

  V V . 6 333 . 3 333

  9 ) ) 10 (

  42 (      Contoh : Contoh :

  

Gunakan superposisi untuk menentukan i

Gunakan superposisi untuk menentukan i x x

  Contoh (cont.) Contoh (cont.)

  : :

  = 0.2 A ' x i

  = 0.8 A '' x i

  

= 1.0 A x i Superposisi dan Superposisi dan sumber yang tidak bebas sumber yang tidak bebas

satu yang tidak dapat menggunakan

satu yang tidak dapat menggunakan

superposisi terhadap sumber yang superposisi terhadap sumber yang tidak bebas!!! tidak bebas!!!

  

Contoh :

Contoh : Hukum Tegangan Kirchoff: ' ' '

  10 2 i 1 i 2 i

    

x x x

  ' i

  2  x Supermesh:

'' '' ''

  2 i 1 ( i 3 ) 2 i    

x x x

  '' i .

  6   x

  ' '' i i i

    x x x 2 ( . 6 ) 1 .

  4 A    

  Teorema Thevenin Pada teorema ini berlaku bahwa :

Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri

dari satu buah sumber tegangan yang dihubung-serikan dengan sebuah impedansi ekivelennya pada dua terminal yang diamati.

  Teorema Norton Pada teorema ini berlaku bahwa :

Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri

dari satu buah sumber arus yang dihubung-paralelkan dengan sebuah impedansi ekivelennya pada dua terminal yang diamati.

  Transformasi Sumber

Resistor yang paralel dengan sumber arus ditransformasi menjadi

sumber tegangan dihubung seri dengan resistor.

  Sumber Beda Frekuensi Pada konsep fasor, parameter gelombang yang muncul hanya amplituda dan fasa. Misal suatu rangkaian terdapat banyak sumber dengan berfrekuensi berbeda-beda, maka analisis yang dapat dilakukan adalah dengan superposisi. Jadi pada satu saat hanya

satu sumber hidup dan analisis rangkaian dapat menggunakan fasor

yang kemudian hasilnya dikonversi ke kawasan waktu. Hasil total adalah penjumlahan dalam kawasan waktu dari kontribusi masing- masing sumber. Contoh soal :

  1/2 H

  1 H 3  i

  • 5 cos 2t V 1/2 F

  1 H 1  1/4 F

  Rangkaian dengan sumber beda frekuensi pada kawasan waktu. Pada sumber ac, w = 2 rad/s, sedangkan sumber dc, w = 0. Dengan

demikian, analisis rangkaian dengan menggunakan superposisi. Jika

sumber ac 'hidup' dan sumber dc 'mati', maka rangkaian dalam fasor

menjadi seperti terlihat di gambar berikut :

  3+j2  j2 

  I

  1

  • O

  5/0

  V

  • j1  1 
  • (a) 3 

  I

2 O

  5/0

  V 1  (b)

  Arus adalah arus kontribusi sumber ac, yang besarnya adalah: o

  5  o

  2 8 ,

  1     3 j

1 I

  2 1 j 2 j 1 / 1 j 2 j

  1             

  Diubah ke kawasan waktu : o i 2 cos 2 t 8 ,

  1 A  

  1  

  

Selanjutnya, jika sumber dc 'hidup' dan sumber ac 'mati' seperti

terlihat di gambar diatas, maka:

  1 o

   

  I

  4

  1 A      2    

  1

  3   

2 Diubah ke kawasan waktu : i = - 1 A Respon totalnya :

  o i i i 2 cos

2 t

8 ,

  1

  1 A     

  1

  2   Kondisi seimbang dari konfigurasi jembatan konfigurasi jembatan dapat didefinisikan dapat didefinisikan sebagai sebagai

  Bridge Networks Bridge Networks

  • Kondisi seimbang dari

  Bridge Networks Bridge Networks

  Untuk Jembatan

  Jembatan Hay

  • Untuk

  Hay , menghasilkan

  , menghasilkan persamaan : persamaan : Untuk jembatan jembatan

  Maxwell Maxwell menghasilkan menghasilkan persamaan: persamaan: Untuk jembatan jembatan pembanding pembanding kapasitansi kapasitansi

  Bridge Networks Bridge Networks

  • Untuk

  , , persamaan persamaan seimbangnya seimbangnya adalah : adalah :

  Bridge Networks Bridge Networks

  • Untuk

  Transformasi Resistansi Star – Delta ( Transformasi Resistansi Star – Delta ( 

   ) ) Transformasi Resistansi Star – Delta ( Transformasi Resistansi Star – Delta (

   

  ) )

  Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyata bukan merupakan hubungan seri ataupun saat dianalisis ternyata bukan merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita pelajari sebelumnya, maka jika hubungan paralel yang telah kita pelajari sebelumnya, maka jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau bintang atau rangkaian tipe T, ataupun membentuk hubungan bintang atau rangkaian tipe T, ataupun membentuk hubungan delta atau segitiga atau rangkaian tipe delta atau segitiga atau rangkaian tipe

   

  , maka diperlukan , maka diperlukan transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya. transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya.

  

Tinjau rangkaian Star ( )

Tinjau rangkaian Star ( )

   

  Tinjau node D dengan analisis node dimana node C Tinjau node D dengan analisis node dimana node C

  V V

  V V

  V  

  

D A D B D

   sebagai ground. sebagai ground.

  

R R R

  1

  3

  2 V

  V

  1

  1

  1 A B V ( )

      D R R R R R

  1

  3

  2

  1

  3 R R R R R R

  V V  

  2

  3

  1

  2

  1

  3 A B

V ( )

    D R R R R R

  

1

  2

  3

  1

  3 R R R R

  2

  3

  1

  2 V

  V V  

  D A B R R R R R R R R R R R R    

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3 V

  V V

  V V R R R R

  1  A D A D A

  2

  3

  1

  2

  i (

  V V )       

  1 A B

  R R R R R R R R R R R R R R R R R    

  1

  1

  1

  1

  1

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3 R R

  R

  2

  3

  2

  i

  V V    ( 1 )  

  1 A B

  R R R R R R R R R R R R    

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3 V

  V V

  V V

  1 R R R R

  2

  3 B D B D B

  1

  2

  i (

  V V )       

  2 A B

  R R R R R R R R R R R R R R R R R    

  3

  3

  3

  3

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3 R R R R R R

  

  1

  2

  1

  3

  1

  2

     i

  V V ( 2 )  

  2 A B

  Tinjau rangkaian Delta ( Tinjau rangkaian Delta (

  1

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  2

  3

  1

  2

  3

  2

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  3

  3

  3

  3

       

      

     

  R R R R R R R R R R B B A B B A    

  1 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

  1

  1

  1

  1

  1

  2

  2

  1

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  2

  3

  1

  2

  1

     

   

  V R

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  

  V V B A

A

B A

B

A

A B A   

 

  V R R i R

  3

  V R

  1 ( i

  1

  1 )

  1

  1

  ) : ) :

   

  Bandingkan dengan persamaan (1) pada rangkaian Star ( Bandingkan dengan persamaan (1) pada rangkaian Star (

  Tinjau node A dengan analisis node dimana node C Tinjau node A dengan analisis node dimana node C sebagai ground : sebagai ground :

  ) )

  1

  2

       

  3

        

  V R R R R R R R R A A B A A B A B A

  V R R R R R R R

  V R R i

  V R

  1 ( R R R R R R R R R R R R R R R R sehingga i

  1

  1 : 1 )

  2

  3

  2

  1

  2

  2

  1

  3

  2

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  1

  1

      Tinjau node B : Tinjau node B :

  Bandingkan dengan persamaan (2) pada rangkaian Star ( Bandingkan dengan persamaan (2) pada rangkaian Star (

  1

  1

  2

  1

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  

  2

       

             

  1   

  2

  1

  3

  3

  2

  3

  1

  2

  3

  1

  3

  2

       

       

  1 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R C C C

  ) ( ) (

  1 .

  1 ) (

  2

  3

  2

  3

  1

  1

  3

  3

  1

  2

  1

  3

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  1

  1

   

  A C C A B C A A A B A R R R R R R R R R R R

  1 (

  1

  1 : )

  1

  1 ) (

  1 ) (

  V R R R R R R R R R R R

  V R R R R R R R R R

  V R i

  V R R

  R R R R R R R R R R R sehingga i

        

  3

  V B C A A A C B A A B

  V

  V R

  V R i R

  V R R

  1 i

  1 (

  1

  2

)

  2

  ) : ) :

  1 ) ( ) (

  1

  2

  3

  3

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  2

  2

  1

  2

  2

  2

  3

  1

  2

  1

  3

  1

  2

  3

  2

  3

  1

   

  

Perumusan

Perumusan

  

Transformasi Star ( ) ke Delta ( )

Transformasi Star ( ) ke Delta ( )

     

  R R R R R R  

  2

  3

  1

  2

  1

  3 R

  A R

  2 R R R R R R  

  2

  3

  1

  2

  1

  3 R

  B R

  3 R R R R R R  

  2

  3

  1

  2

  1

  3 R

  C R

  1

  

Perumusan

Perumusan

  Transformasi Delta ( Transformasi Delta (

   

  ) ke Star ( ) ke Star (

   

  ) )

  C A C B A C B C B A B A R R R R R R R R R R R R R R R R R R      

    

  3

  2

  1

  • Y, Y-
  • Y, Y-

   

   

  Conversions Conversions

  Untuk impedansi Y dalam bentuk dalam bentuk

  • Untuk impedansi Y

   

  • Y, Y-
  • Y, Y-

   

   

  Conversions Conversions

  Untuk impedansi 

  • Untuk impedansi

   dalam bentuk Y dalam bentuk Y

  Untuk rangkaian ac, dimana semua impedansi impedansi

  • Untuk rangkaian ac, dimana semua

    atau Y memiliki magnitudo yang atau Y memiliki magnitudo yang

sama, dan sudut nya berasosiasi terhadap sama, dan sudut nya berasosiasi terhadap Delta-Wye Conversion ( Delta-Wye Conversion (

  ∆-Y) ∆-Y)

  3

  2

  3

       

  R   

  RbRc R Rc Rb Ra RaRb

  Rc Rb Ra RcRa R Rc Rb Ra

       

  Ra   

  R R R R R R Rb R R R R R R R

  1 R R R R R R R Rc R

  2

  2

  3

  1

  1

  2

  1

  2

  2

  3

  3

  1

  3

  1

  2

  2

  3

  3

  1

  1

  

Contoh :

Contoh : TERIMA KASIH TERIMA KASIH