BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Perawatan Tali Pusat 1. Pengkajian - NAHDAH DYAH NADILLA BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum dengan Perawatan Tali Pusat 1. Pengkajian Tujuan anamnesa adalah kumpulan beberapa informasi subjektif

  yang diperoleh dari apa yang telah dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke palayanan kesehatan pasien (Niman, 2013). Hal-hal yang perlu dikaji riwayat ibu nifasyaitu:Data umum klien

  a) Riwayat kesehatan Bertujuan untuk mendapatkan dan mengenal tentang psikososial, suku, dan latar belakang budaya yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien (Niman, 2013).

  b) Genogram.

  c) Riwayat kehamilan dan persalinan.

  d) Riwayat kehamilan saat ini.

  e) Riwayat persalinan.

  f) Riwayat ginekologi.

  g) Masalah ginekologi.

  h) Riwayat KB. i) Pola Psikososial

  7 j) Pola pikir dan persepsi. k) Suasana hati. l) Hubungan/ komunikasi. m) Kebiasaan seksual. n) Pertahanan koping. o) Sistem nilai dan kepercayaan. p) Tingkat perkembangan.

  a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses assessment yang dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran lengkap tentang keadaan fungsi fisiologis (Nimman, 2013). Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu post partum meliputi: 1) Status obstertik

  G.P 2) Keadaan umum 3) Tanda-tanda vital tekanan darah, suhu, respirasi, nadi.

  4) Kepala-leher Kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher.

  5) Masalah khusus Dada, jantung, paru, payudara, putting susu, pembesaran putting susu (menonjol atau mendatar, adakah bendungan, adakah nyeri, adakah lecet pada aerola, ASI atau kolostrum sudah keluar atau belum, adakah radang atau benjolan abnormal, adakah pembengkakan). 6) Abdomen Involusi uterus, fundus uterus, kandung kemih, fungsi pencernaan.

  7) Perineum dan genital Vagina, integritas kulit, edema, memar, hematom, perineum (kemerahan, bengkak, echimosis, discharge, approxiamate), kebersihan.

  8) Lochea(jumlah, jenis warna, bau, konsistensi, hemorrhoid) 9) Ekstremitas

  Atas (edema, kesemutan, baal), bawah (edema, varises,reflek patela).

  10) Eliminasi Urin (kebiasaan BAK), BAB (kebiasaan BAB).

  11) Istirahat dan Kenyamanan Pola tidur, keluhan ketidaknyamanan.

  12) Mobilisasi dan latihan Tingkat mobilisasi, latihan/senam

  13) Nutrisi/cairan Asupan nutrisi, asupan cairan.

  14) Keadaan mental

  Adaptasi psikologis, penerimaan terhadap bayi. 15) Kemampuan menyusui 16) Terapi 17) Hasil pemeriksaan penunjang 2.

   Diagnosa Keperawatan

  Diagnose keperawatan adalah pertanyaan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola actual/potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi, atau mencegah perubahan (Rohman dkk, 2014).

  Panduan Diagnosa NANDA Edisi 10 a. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan.

  b. Ansietas b.d. Perubahan besar (fungsi peran, status peran).

3. Perencanaan Keperawatan

  Intervensi keperawatan adalah fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan sistematis dan mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam proses menyusun rencana asuhan klien perawat melakukan aktifitas sebagai berikut: menetapkan prioritas, menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan pasien, memilih intervensi keperawatan, menulis program keperawatan (Kozier, 2011). a. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan NOC. (2015). Nursing Outcome Clasification Domain IV- Pengetahuan tentang keselamatan dan perilaku Kelas S- pengetahuan tentang kesehatan Outcomes 1819- Pengetahuan : Perawatan Bayi 1) Tujuan dan kriteria hasil

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan klien tentang perawatan bayi (tali pusat) akan meningkat dengan kriteria hasil:

  a) Mampu menjelaskan kembali tentang perawatan bayi (tali pusat).

  b) Mampu menerapkan tentang perawatan bayi (tali pusat).

  No. Skala Outcome Awal Akhir

  1. Perawatan tal pusat

  1

  3 Tabel 2.1 Nursing Outcome Clasification Defisiensi 2) Intervensi

  NIC. (2015). Nursing Intervetion Clasification Domain III-Perilaku Kelas R-Bantuan Koping Intervensi 5568-Pendidikan Orangtua : Bayi Pendidikan Kesehatan Orangtua: Bayi a) Tentukan pengetahuan, kesiapan dan kemampuan orangtua dalam belajar mengenai perawatan bayi.

  b) Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat (tali pusat) bayi baru lahir.

  c) Sediakan materi tertulis bagi orangtua yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan pengetahuan.

  d) Jelaskan dan demonstrasikan kepada orangtua mengenai pentingnya perawatan bayi (tali pusat).

  e) Berikan dukungan ketia orangtua belajar keterampilan perawatan bayi (tali pusat).

  b. Ansietas b.d. Perubahan besar (fungsi peran, status peran).

  NOC. (2015). Nursing Outcome Clasification Domain III-Kesehatan Psikososial Kelas M-Kesejahteraan Psikologis Outcomes 1211-Tingkat Kecemasan 1) Tujuan dan kriteria hasil

  Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x 45 menit diharapkan pasien mampu menontrol kecemasan, dengan kriteria hasil: Ibu mampu mengekspresikan sikap tenang setelah diberikan pendidikan kesehatan.

  No. Skala Outcome Awal Akhir

  1. Perasaan gelisah

  1

  3

  2. Masalah perilaku

  1

  3

  3. Serangan panik

  1

  3

  4. Rasa takut yang disampaikan secara

  1

  3 lisan

Tabel 2.2 Nursing Intervetion Clasification Ansietas

  2) Intervensi NIC. (2015). Nursing Intervetion Clasification Domain III- Perilaku Kelas R-Bantuan Koping Intervensi 5370-Peningkatan Peran

  a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan peran.

  b) Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya perubahan peran.

  c) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi-strategi positif untuk memanajemen perubahan-perubahan peran.

  4. Implementasi keperawatan

  Implementasi adalah penatalaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan klien fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifocal. Fase implementasi terjadi dalam tida fase: persiapan, implementasi, pasca-implementasi (Christensen & Kenney, 2009).

  5. Evaluasi Keperawatan

  Evaluasi adalah aktifitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).

  B.

  

Definisi Penerapan Pendidikan Kesehatan Perawatan Tali Pusat pada

IbuNifas Primipara

  1. Pengertian Ibu nifas

  Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah (Sulistyawati, 2009).

  Menurut Maritalia (2012). Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 24 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi disebut involusi.

  2. Pengertian Ibu Primipara

  Ibu nifas primipara yaitu, seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable untuk pertama kali pengetahuan ibu nifas primipara dalam merawat bayinya adalah sangat penting karena dengan pengetahuan yang cukup, maka ibu nifas mampu melakukan perawatan bayinya dengan benar (Wiknjosastro, 2007).

  3. Definisi Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Menurut (Notoatmodjo, 2010), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.

  b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi

  • – disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analisys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen

  • – komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu samalain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompoka, dan seperti sebagainya.Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

  e. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suntesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap teori atau rumusan yang telah ada.

  f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

  Menurut Mubarak (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a. Pendidikan

  Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

  b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

  c. Umur Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dilahirkan hingga berulang tahun. Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek pada aspek fisik dan psikologis (mental).

  d. Minat Suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan. Namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaanya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

  f. Kebudayaan lingkungan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

  g. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

5. Cara Mengukur Pengetahuan

  Menurut Notoadmodjo (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya.

  6. Pendidikan kesehatan

  Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program- program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalam waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu (Notoatmodjo, 2007).

  Pendidikan kesehatan dapat berperan untuk merubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.

  Perubahan perilaku yang diharapkan adalah dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya sakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat sehingga perubahan perilaku merupakan hasil dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

  7. Pengertian Tali pusat Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan umbilical cords.

  Merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, tali pusat memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Melalui tali pusat inilah makanan, oksigen, serta nutrisi lain yang dibutuhkan oleh bayi disalurkan dari peredaran darah ibu(Riksani, 2012).

  Diameter tali pusat antara 1cm-2,5cm, dengan rentang panjang antara 30-100 cm, rata-rata 55 cm. Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak terjadi perdarahan (Retniati, 2010;9).

8. Pengertian Perawatan Tali pusat

  Perawatan tali pusat adalah merawat tali pusat dalam keadaan steril, bersih, kering, agar terhindar dari infeksi tali pusat (Irawan,2011).

  Perawatan tali pusat adalah perawatan atau pemeliharaan tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput. Perawatan tali pusat tidak diperhatikan betul, menyebabkan daerah ini mudah sekali terserang infeksi (Riskani, 2012).

  Perawatan tali pusat yang tidak baik menyebabkan tali pusat menjadi lama lepas. Resiko bila tali pusat lama lepas adalah terjadinya infeksi tali pusat dan Tetanus Neonatus (Saifuddin, 2008). Spora kuman Clostridium

  

tetani masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya, yaitu

  tali pusat yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat) (Saifuddin, 2008).

9. Tujuan Perawatan Tali Pusat

  Saifuddin (2011) menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.Penyakit tetanus ini disebabkan oleh

  

Clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun), yang

  masuk melalui luka tali pusat karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih.

  Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir yang disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat baik dari alat pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009).

  Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat (Permanasari, 2009).

10. Prinsip Perawatan Tali Pusat

  Perawatan tali pusat menurut JNPK-KR Depkes dan Kemenkes RI (2008). Sebagai berikut: a. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apapun ke tali pusat.

  b. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.

  c. Lipat popok dibawah putung tali pusat.

  d. Jika punting tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

  e. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas kesehatan, jika tali pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan berbau.

11. Cara Perawatan Tali Pusat

  Cara perawatan tali pusat dan punting tali pusat pada masa segera setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan geografis. Kebersihan tali pusat sangat penting dengan cara mencuci tangan perlu dilakukan sebelum dan setelah merawat tali pusat. Tidak ada perawatan khusus untuk dilakukan, meskipun banyak variasi cara yang dilakukan untuk mempermudah pemisahan lebih awal. Membersihkan dengan air biasa dan menjaga tali pusat tetap kering terbukti mempercepat pemisahan (Fraser & Cooper, 2009).

  Disarankan untuk memastikan tali pusat tidak tertutup popok karena kontaminasi oleh urine dan feses dapat terjadi (Nursalam, 2008).

  Menurut prosedur (Panduan APN, 2010), yaitu: a. Persiapan alat 1) Kassa steril 2) Bengkok/ tempat sampah 3) Perlak/ pengalas 4) 2 Air Hangat 1 untuk membasahi dan 1 untuk membilas 5) 1 set pakaian bayi

  b. Tindakan 1) Cuci tangan.

  2) Dekatkan alat. 3) Siapkan 1 set baju bayi Buka bedong bayi. 4) Pasang perlak/ pengalas 5) Lepas bungkus tali pusat 6) Bersihkan tali pusat dengan cara: a. Pegang bagian ujung atau pangkal tali pusat.

  b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang tali pusat.

  c. Basahi pada bagian pusat dan pangkal.

  d. Bersihkan sampai sisa kotoran menghilang.

  e. Keringkan sisa air dengan kassa steril.

  f. Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan dipinggir. Keuntungan: tali pusat tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok terlebih dahulu.

  7) Bereskan alat. 8) Pakaikan baju bayi bersih yang sudah disiapkan. 9) Cuci tangan.

12. Akibat Perawatan Tali Pusat tidak Steril

  Menurut Riksani (2012), perawatan tali pusat tidak steril dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bayi, diantaranya: a. Tetanus Neonaturum

  Tetanus Neonaturum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir yang

  disebabkan oleh spora yang disebut Clostridium tetani yang masuk melalui tali pusat.Hal tersebut disebabkan akibat perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Misalnya, pemotongan tali pusat dengan menggunakan bambu atau gunting, dibubuhi dengan berbagai benda yang tidak seharusnya atau tidak steril.Tetanus Neonaturum(tetanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal dari pemotongan atau perawatan tali pusat yang tidak memperhatikan prinsip kesterilan alat yang digunakan saat merawat tali pusat. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya mulut mencucu seperti ikan, mudah dan sering kejang disertai sianosis pucat, suhu meningkat, kaku kuduk hingga kejang. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan untuk membantu proses persalinan adalah alat-alat yang steril.

  b. Omfalitis / infeksi tali pusat Penyebab infeksi ini adalah bakteri seperti stapilokokus streptokokus, atau bakteri lainnya. Bila infeksi tidak segera diobati ketika tanda- tanda infeksi ini ditemukan, akan terjadi penyebaran ke darah sekitar tali pusat sehingga menyebabkan kemerahan dan bengkak pada daerah tali vena pusat. Pada keadaan lebih lanjut infeksi dapat menyebar ke bagian dalam tubuh di sepanjang umbilicus dan akan menyebabkan

  trombosis vena atau penyumbatan vena. Oleh sebab itu, penting dilakukan perawatan tali pusat dengan rutin dan cermat.

  13. Tanda dan Gejala Infeksi Tali Pusat

  Tanda dan gejala infeksi tali pusat menurut Riksani (2012) adalah a. Bayi terlihat gelisah dan rewel.

  b. Terlihat adanya kemerahan di sekitar pangkal tali pusat dan perut bayi.

  c. Daerah sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan nanah (nanah merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi).

  d. Suhu tubuh bayi melebihi 38ºC.Bengkak pada tali pusat.

  14. Cara Penanggulangan atau Pencegahan Infeksi Pada Tali Pusat

  Menurut Arin dan Akbar (2009), cara penanggulangan atau pencegahan infeksi tali pusat, yaitu: a. Penyuluhan bagi ibu paska melahirkan tentang merawat tali pusat. b. Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu paska persalinan.

  c. Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.

  d. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan saat tali pusat basah atau kotor.

  Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Pemakaian antimikroba topikal pada perawatan tali pusat dapat mempengaruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali pusat (Retniati, 2010).Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Ratri Wijaya, 2006;12). Hal ini sesuai dengan anjuran Kemenkes RI (2011) bahwa tindakan pada bayi baru lahir meliputi:

  1) Jaga kebersihan selama persalinan. 2) Cegah infeksi kuman pada bayi. Begitu bayi lahir, beri salep antibiotik pada mata bayi.

  3) Jaga tali pusat selalu bersih, kering, dan biarkan terbuka (jangan dibungkus).

  4) Jangan diberi ramuan apapun. Jika kotor, bersihkan dengan kain bersih dan air matang.

15. Kerangka Teori

  Perawatan Tali Pusat :

  1. Pengertian Tali Faktor yang mempengaruhi

  Pusat pengetahuan:

  2. Tujuan Perawatan Tali

  1. Pendidikan Pusat

  3. Prinsip

  2. Pekerjaan Pengetahuan

  Perawatan Tali

  3. Umur Pusat

  4. Minat Ibu NIfas

  4. Cara Perawatan

  5. Pengalaman Tali Pusat

  5. Akibat

  6. Kebudayaan Perawatan Tali

  Lingkungan Pusat tidak steril

  7. Informasi

  6. Tanda dan Gejala Infeksi Tali Pusat

  7. Cara Pencegahan Infeksi Tali Pusat

  Gambar 2.1 Modifikasi Notoatmodjo (2012), dan Riksani (2012)