Strategi DPC PAN Bulukumba dalam Menghadapi Pilkada Bulukumba 2015 - Repositori UIN Alauddin Makassar

STRATEGI DPC PAN BULUKUMBA DALAM MENGHADAPI PILKADA BULUKUMBA 2015 SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Pada Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar

  Oleh A.IHSAN ANANDA NIM: 30600111023 FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Pertengahan tahun 2015 masyarakat Bulukumba akan segera

  menyelenggarakan pesta demokrasi yakni Pilkada 2015 para bakal calon dari berbagai partai politik turut meramaikan bursa calon Bupati dan wakil Bupati Bulukumba tidak terkecuali dengan Partai Amanat Nasional yang mengajak para kadernya untuk ikut sebagai bakal calon Bupati Bulukumba yang salah satunya Edi Manaf. Dalam memenangkan Pilkada Bulukumba 2015 tentu bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan persaingan yang ketat untuk mendapatkan dukungan rakyat, sehingga parpol termasuk PAN membutuhkan strategi yang tepat agar calon yang diusungnya dapat memenangkan pilkada. Dasar hukum pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil WaliKota tahun 2015 adalah sebagai berikut :

  1. UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang : Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

  2. UU Nomor 8 Tahun 2015 Tentang : Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan

  1 1 Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

  Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pilkada. Permata Press Kebijakan DPC PAN dalam menghadapi Pilkada Bulukumba tentunya tidak terlepas dari pasal 65 AYAT (3) UU Nomor 32 Tahun 2004, bahwa tahap pelaksanaan pemilihan kepala daerah meliputi: (a) Pendaftaran Daftar Pemilih, (b) Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, (c) Kampanya, (d) Pemungutan Suara, (e) Penghitungan Suara, dan (f) Penetapan Pasangan Calon Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah. Pilar bagi tegaknya sistem demokrasi PAN juga memiliki peran dan andil yang cukup besar bagi pelaksanaan dan kelancaran proses pemilihan kepala daerah sebagaimana yang tertuang dalam pasal 65 ayat (3) UU Nomor 32 tahun 2004 tersebut.

  Pemilu tentunya harus mengikuti aturan-aturan yang ada untuk itu DPC PAN dalam mengikuti Pilkada akan melakukan sosialisasi maupun pendidikan terhadap masyarakat. Persaingan atau kompetisi dari para kader terbaiknya, hingga pada evaluasi terhadap pelaksanaan pemilihan. Semua itu tidak bisa dilepaskan dari potret PAN di Kabupaten Bulukumba. Kebijakan DPC PAN di Bulukumba dalam proses Pemilihan kepala daerah, dapat dijelaskan ke dalam

  2

  sub-sub bagian sebagai berikut, yaitu: Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh UU Nomor 32 tahun 2004

  pasal 59 ayat (1), bahwa peserta Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh Partai politik atau gabungan Partai politik.

2 Wawancara dengan A. Hamzar. Hamirung, kader DPC PAN Bulukumba, Tgl

  27-28 mei 2015, di Kota Bulukumba

  Dalam memperoleh calon Bupati yang disenangi masyarakat, PAN harus melakukan tahapan dalam menyaring calon kepala daerah Bulukumba yakni antara lain : tahap persiapan, tahap rekrutman dan tahap penetapan pasangan calon

3 Bupati.

  Dalam penetapan calon Bupati didasarkan pada kriteria bakal calon Bupati adalah mengajak bertaqwa kepada Allah swt, mempunyai kapasitas dan kapabilitas, adil kepada semua orang, mempunyai dedikasi, tidak tersangkut kasus tindak pidana, setia kepada dasar negara pancasila dan UUD 1945, sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter, berusia sekurang-kurang 30 tahun dan berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah tingkat lanjut atau sederajat.

  Salah satu strategi yang perlu diperhatikan oleh DPC PAN Bulukumba adalah pengajuan calon yang memenuhi kriteria salah satunya mengajak bertaqwa kepada Allah SWT karena mengingat Bulukumba sebagai daerah agamis.

  Oleh karena itu pimpinan DPC PAN Bulukumba harus mengajukan calon yang mempunyai visi dan misi menegakkan syariat Islam di Kabupaten Bulukumba sehingga calon yang diajukan mempunyai kriteria, sesuai dengan petunjuk QS Al Maidah ayat 55-56 sebagai berikut :

3 Wawancara dengan Irham Rahimin, ketua Bapilu DPC PAN Bulukumba, tgl 28

  mei 2015 di kabupaten Bulukumba

               

          



  

  Terjemahannya :

  Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang- orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[423] Itulah yang pasti menang. yaitu: orang-orang yang menjadikan Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya.

  Berdasarkan ayat tersebut kita diwajibkan memilih pemimpin yang beriman kepada Allah dan Rasulnya dan Allah akan menjadi penolong kita serta tidak memilih non muslim sebagai pemimpin. Jadi dalam hal ini sebagai DPC PAN harus mencalonkan pemimpin yang mempunyai jiwa yang islami, untuk menegakkan perda syariah Islam di Bulukumba.

B. Rumusan Masalah

  Sebagai Pokok Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana strategi politik DPC PAN Bulukumba dalam menetapkan pasangan calon bupati dan wakil Bupati Bulukumba agar dapat memenangkan Pilkada?

  Untuk menjawab masalah pokok tersebut dirumuskan sub masalah yaitu :

  1. Bagaimana kebijakan DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi Pilkada Bulukumba 2015?

  2. Bagaimana langkah-langkah DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi Pilkada Bulukumba 2015?

  3. Bagaimana target yang dicapai DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi Pilkada Bulukumba 2015?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  I. Tujuan

  1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebijakan DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi pilkada Bulukumba 2015

  2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh langkah-langkah DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi pilkada Bulukumba 2015

  3. Untuk mengetahui target DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi Pilkada Bulukumba 2015

  II. Kegunaan Penelitian

  Berdasarkan kegunaan akademik diharapkan memberi kontribusi positif terhadap pengembangan studi politik lokal, khususnya pada kalangan elit politik lokal di Bulukumba.

  Secara praktis skripsi ini dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi Partai politik dalam menghadapi Pilkada.

D. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka merupakan suatu hal yang memuat tentang hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dengan maksud menghindari duplikasi. Di samping itu untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

  Dengan kata lain tinjauan pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian di antara penelitian-penelitian yang telah ada. Studi tentang partisipasi politik sudah banyak diterbitkan dan ditemukan, Namun sampai saat ini belum ada yang membahas tentang strategi politik DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi Pilkada Bulukumba 2015. Selain itu, lokasi dan tempat penelitian berbeda dengan skripsi-skripsi yang telah ada.

  Adapun beberapa buku referensi dan karya ilmiah yang berkaitan dengan strategi politik adalah: Henry Subiakto dan Rachmah Ida dalam bukunya berjudul komunikasi politik, media dan demokrasi yang di dalamnya membahas tentang bahasan fundamental tentang komunikasi/strategi politik mulai dari sejarah komunikasi politik, teori dan konsep hingga teknik dan praktik kegiatan dalam strategi politik.

  Idman iman yang dalam skripsinya yang berjudul, “ Politik Marketing Dalam Pilkada Suatu Studi Terhadap Pemenangan Pasangan Abdul Wahab Dali Munthe- Raden Muhammad Syafii,” dalam penelitiannya politik marketing adalah segala cara yang dipakai dalam kampanye politik untuk mempengaruhi pilihan para pemilih penerapan strategi political marketing dalam Pilkada dapat membentuk kandidat kepala daerah dan masyarakat dalam menyukseskan Pilkada.

  Zainuddin dalam skripsi berjudul, “Strategi Pemenangan PAN Dalam Memenuhi Kuota 30% Keterwakilan Perempuan Dalam Daftar Calon Legislatif Dalam Pemilihan Umun 2014 Di Kota Samarinda”, bahwa partisipasi perempuan untuk menjadi caleg sudah cukup besar, khususnya di DPD PAN Kota Samarinda, itu terlihat dari empat puluh lima (45) orang caleg diantaranya tujuh belas (17)

  4 orang adalah caleg perempuan.

  Prof. H. Rozali Abdullah. S.H dalam bukunya yang berjudul tentang, ”Pelaksanaan Otonomi Luas Dan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung”, yang menyatakan bahwa kesatuan partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memandang pada asas kesatuan wilayah, administrasi

  5

  pemerintahan, dan strategi politik Sebuah tesis yang ditulis oleh Muhammad Rosit fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Indonesia berjudul,” Strategi Komunikasi Politik Dalam

  Pilkada Studi Kasus Pemenangan Pasangan Kandidat Ratu Atut Dan Rano Karno Pada Pilkada Banten 2011”, dalam tesisnya menyatakan strategi komunikasi politik oleh pasangan Ratu Atut dan Rano Karno dalam memenangkan Pilkada Banten 2011 antara lain Ratu Atut masih merawat tim suksesnya dengan baik didukung oleh 11 partai parlemen dan 22 partai non parlemen, di samping mempunyai popularitas dan elektabilitas yang tinggi ia juga menggunakan faktor ketokohan dan jaringan politiknya yang kuat.

  Andi Iman Chalid dalam skripsinya Strategi Politik Pasangan Danny Pomanto Dan Syamsul Risal (Dia) Dalam Memenangkan Pemilihan Walikota Makassar 2013 yang dalam penelitiannya menunjukkan kinerja saksi-saksi dari partai demokrat jurkam yang telah diberikan pembekalan ini merupakan sebuah 4 Zainuddin. “Strategi Pemenangan PAN Dalam Memenuhi 30% Kuota

  

Keterwakilan Perempuan Dalam Daftar Calon Pemilu 2014 Legislalatif, ” 2014

Univesitas Mulawarman Samarinda h. 159 5 Rozali Abdullah, “Pelaksanaan Otonomi Luas dan Pemilihan Kepala Daerah

  Langsung ”, Rajawali Perss thn 2010 h 161 upaya yang telah efektif dalam pemenangan pasangan duet Danny Pomanto dan Daeng Ical pada Pilwalkot Makassar 2013.

  Pada dasarnya masih banyak pustaka yang belum disebut disini, terutama pustaka yang membahas tentang sosiologi politik secara umum. Namun yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan difokuskan dalam penelitian ini, kiranya sudah memadai, sungguh demikian pustaka yang disebut diatas jelas belum ada yang khusus membicarakan strategi politik PAN dalam Pilkada adapun tujuan penelitian ini adalah menyediakan peralatan intelektual dasar untuk menganalisis menafsirkan dan memahami strategi politik DPC PAN dalam Pilkada Bulukumba 2015.

E. Kerangka Teori

  Dalam melakukan analisis politik tentang strategi DPC PAN Bulukumba dalam menghadapi pilkada 2015 di Kabupaten Bulukumba ada baiknya berlandaskan teori yang kemukakan para ahli, diantaranya sebagi berikut:

1. Strategi Poitik

a. Pengertian Strategi Menurut Mahardika, strategi merupakan proses pencapaian tujuan.

  Melalui strategi yang tepat dan didukung komitmen yang kuat, maka kepastian terhadap pencapaian tujuan tinggal bergantung pada langkah-langkah politik yang dilakukan. Bagaimana membangun suatu keyakinan bersama dalam meretas jalan yang akan dilalui, bagaimana menyusun sebuah strategi gerakan, bagaimana mempertahankan gerakan dan mengatasi masalah yang muncul, serta bagaimana menjalankan strategi hingga pada tataran taktis menjadi tahapan penting yang

  6 perlu dipahami oleh setiap pelaku.

  Jact Trout dalam Sidarta, mendefinisikan strategi sebagai beberapa cara untuk membuat kita menjadi tampak unik dibandingkan yang lain atau pesaing, serta memanfaatkan keunikan itu agar diingat pelanggan dan calon-calon pelanggan, lalu (mereka) memiliki kerelaan untuk menggunakan produk (barang atau jasa) yang kita produksi. Petuah tersebut dikenal dalam kompetisi bisnis. Namun demikian tidak salah bila merujuknya ke persaingan politik. Apalagi menyadari bahwa kompetisi dalam dunia bisnis tak ubahnya “irisan” atau sebagian dari strategi dalam dunia politik.

  7 Kemudian strategi menurut Arnold Steinberg dalam Efrisa , adalah

  rencana untuk tindakan. Penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhi sukses atau gagalnya strategi pada akhirnya. Lebih lanjut menurut Carl Von Clausewitz, perbedaan antara taktik dengan strategi adalah, sebagai berikut: Taktik adalah seni menggunakan “kekuatan bersenjata” dalam pertempuran untuk memenangkan peperangan dan bertujuan mencapai perdamaian. Rencana jangka tersebut kita sebut strategi. Dalam strategi ini, tujuan-tujuan jangka pendek dicapai melalui taktik.

  Namun tanpa strategi, taktik tidak ada gunanya. Pada dasarnya strategi dibagi lagi menjadi strategi ofensif (menyerang) dan strategi defensive (bertahan).

  Strategi ofensif dibagi menjadi strategi untuk memperluas pasar, dilakukan 6 Mahardika timur, Strategi Membuka Jalan Perubahan, (Bantul: Pondok

  Edukasi, 2006) h 98 7 Efrisa, Mengenal Teori-Teori Politik dari System Politik Sampai Korupsi, Bandung: Nuansa, Cendikia, 2006), h 196 dengan 2 cara yaitu dalam kampanye pemilu dan dalam implementasi politik) dan strategi untuk menembus pasar. Strategi defensif menyangkut strategi untuk

  8 mempertahankan pasar dan strategi untuk menutup dan menyerahkan pasar.

b. Pengertian Strategi Politik

  Strategi politik merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan perencanaan dan eksekusi, sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, kata strategi yang biasa digunakan organisasi profit dan non profit sering digabungkan dengan perencanaan strategi maupun manajemen

  9 strategi.

  Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan, keputusan, khusus

  10 dalam suatu negara.

  Perencanaan strategi dimaknai rancangan yang bersifat sistematik dilingkungan sebuah organisasi sedangkan manajemen strategi mempunyai defenisi yang berbeda-beda antara lain adalah proses rangkaian kegiatan pengambilan keputusan bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya yang dibuat oleh manajemen puncak dan implementasikan

  11

  oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya 8 Sidarta , Strategi Pemenangan Dalam Pemilihan langsung , ( Ciputat, Kalam

  Pustaka. 2008) h 88 9 11 http://Id wikipedia.org/wiki/politik , diakses pada 31 mei 2015 pukul 20.00.

  Hadari nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang

Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan , (Yogyakarta: Gajah Mada Perss 2005). h 148 Menurut michael Allison dan jude kaye strategi adalah proses sistematik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misalnya dan tanggap terhadap

  12 lingkungan operasi.

2. Teori Partisipasi Politik Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai politik.

  Partispasi politik mencakup semua kegiatan suka rela di mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum.

  Kegiatan partisipasi politik dilakukan oleh warga negara baik itu masyarakat kelas atas menengah ataupun masyarakat kelas bawah. Keikutsertaan warga negara dalam proses politik tidak berarti warga mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang

  13

  terjadi maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partispasi sebagai kegiatan dari fungsi partai poitik, menurut Roy c, Macridis, partisipasi politik berdiri di antara mobilisasi dan sosialiasi. Partai dengan mobilisasi dan menetapkan tingkat partisipasi yang mengintegrasikan individu ke dalam suatu sistem politik. Partai membentuk ikatan-ikatan rasional dan efektif antara individu

12 Michael Allison, Jude Kaye, Perencanaan Strategi bagi Organisasi

  (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia) h 1 13 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta:Gramedia Pustaka 2008), h 161 dan sistem politik serta mengubah menjadi warga negara dan menjadi

  14 pemerintahan responsif.

  Negara demokrasi, konsep partisipasi politik merupakan paham di mana kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilaksanakan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat tersebut dengan partisipasi dalam proses politik mendorong aspirasi dapat tersalurkan dengan kata lain menpunyai efek politik dalam mengambil keputusan.

  Herbert Mc closky berpendapat tentang partisipasi politik sebagai berikut

the term political participation will refer to those voluntary activites by wich

members of a society share in the selection of rules and directly or indirectly in

  15

the formation of public. Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga

  masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.

  Bentuk Partisipasi Politik

  Gabriel a. Almond menjelaskan ada dua bentuk partisipasi politik yaitu

  16 konvensional dan non konvensional dilihat dari berbagai negara dan waktunya.

1. Patisipasi politik yang bersifat konvensional, yaitu bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern.

  14 Ichlasul Amal (edi), Teori-Teori Mutakhir Partai Politik,(Yogyakarta : Tiara

  Wacana, 1988), h.28 15 Herbert Mc Closky, Political Participation Internal Encyclopedia On The

Sosial Siences ed.ke2 , (New York: The mac milion company, 1972), XIII hal.252, yang

juga termaktud dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik Karangan Miriam Budiarjo, h.567 16 Gabriel a.Almond dalam Mohtar Masoed dan D Colin Mac Andrews ( editor),

  Perbandingan Sistem Politik (Yoyakarta: Gadjah Mada Press, 1991) h 46

  

2. Non konvensional termasuk yang mungkin legal seperti petisi, demonstrasi

dan lain-lain maupun yang ilegal, penuh kekerasan dan revolusioner.

  3. Teori Perilaku Pemilih

  Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang perilaku memilih dikategorikan ke dalam dua kubu yaitu ; Mazhab

  

Colombia dan Mazhab Michigan . Mazhab Colombia menekankan pada faktor

  sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Penganut pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas (status sosial), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Oleh karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik merupakan suatu produk dari

  17 karakteristik sosial individu yang bersangkutan.

  Ramlan Surbakti dalam bukunya memahami ilmu politik mengatakan bahwa perilaku politik itu merupakan suatu kegiatan ataupun aktivitas yang berkenaan ataupun berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu dalam

  17 http://edikusmayadi. /04/perilaku-politikpemilih.html . diakses pada tanggal 16 Desember 2015, pukul 13.40. pembuatan keputusan politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas politik secara

  18 periode.

  Pemilih diartikan sebagai pihak atau individu yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mempengaruhi mereka dan meyakinkan mereka agar mendukung dan memilih kontestan politik yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini merupakan konstituen mapun masyarakat pada umumnya. Lomasky di dalam analisis Ramlan Surbakti menyebutkan bahwa keputusan untuk memilih yang terjadi selama pemilihan umum merupakan perilaku yang ekspansif ataupun

  19

  perilaku yang terjadi hanya pada saat-saat tertentu saja. Bisa kita tarik kesimpulan bahwa perilaku pemilih yang demikian rupanya hampir sama dengan perilaku dukungan suporter. Inilah yang menjadi permasalahan ketika banyaknya pemilih yang cenderung perilaku politiknya termanifestasi pada satu poin tertentu, bisa itu karena adanya suatu keterkaitan si pemilih dengan si calon atau kandidat.

  20 Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu: a. Pendekatan Sosiologis.

  Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh-pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial seperti pekerjaan, pendidikan sampai karakteristik sosiologis seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur dan sebagainya merupakan bagian-bagian dan faktor-faktor 18 19 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. 1999 h 130 20 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. 1999 h 106 M Asfar, Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. (Surabaya: Pustaka

  Utama. 2004). h 137. penting dalam menentukan pilihan politik. Singkat kata pengelompokan sosial seperti umur, jenis kelamin, agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokan seseorang, hal ini merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang.

  Pendekatan sosiologis melihat bahwa dalam kelompok-kelompok sosial, terdapat kognisi sosial tertentu yang pada akhirnya bermuara pada perilaku dan pilihan tertentu. Dalam kelompok-kelompok sosial, berlangsung proses sosialisasi. Lingkungan sosial memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma dalam masyarakat, serta memberikan pengalaman hidup.

  b. Pendekatan Psikologis Pendekatan ini menggunakan konsep psikologis terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan dengan perilaku pemilih kalau ada proses sosialisasinya. Oleh karena itu menurut pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menetukan perilaku politik seseorang. Oleh karena itu pilihan seorang anak yang telah melalui tahap sosialisasi politik tidak jarang sama dengan pilihan politik orang tuanya. Pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi kepada kandidat. c. Pendekatan Rasional.

  Dalam konteks pendekatan rasional, pemilih akan memilih jika ia merasa ada timbal balik yang akan diterimanya. Ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih kandidat yang sedang bertanding, ia tidak akan mengikuti dan melakukan pilihan pada proses Pemilu, hal ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi dan hitung ekonomi. Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon Bupati dan wakil Bupati akan melakukan berbagai promosi dan kampanye yang bertujuan untuk menarik simpati dan keinginan masyarakat untuk memilih dirinya pada Pilbup.

  Perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, untuk memahami faktor pemilih dalam menentukan pilihannya pertama kita harus memahami bagaimana konteks latar belakang historisnya. Sikap dan perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya banyak dipengaruhi oleh proses dan sejarah masa lalu. Ini dikarenakan budaya

  21 politik di Indonesia masih kental akan sejarah dan kebudayaan masa lampau.

  Faktor kedua ialah kondisi geografis dan wilayah, hal ini sangat berpengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya dalam pemilu, secara tidak langsung perilaku pemilih banyak ditentukan oleh faktor wilayah. Oleh karena itu kondisi dan faktor geografis/wilayah menjadi pertimbangan penting dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Misalnya saja dalam pengambilan keputusan, peraturan dan kebijakan sampai dalam pemilihan umum, hal ini menuntut agar si calon pandai-pandai membuat 21

  http://fisipusupolitik.com/2012/04/perilaku-politik-studi-deskriptif.html. diakses

. pada tanggal 16 desember 2015, pukul 14.25 strateginya dalam kampanye agar perilaku pemilih cenderung memilih si kandidat

  22 tersebut.

F. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan mencoba memberikan gambaran dan penjelasan mengenai

  23

  kenyataan empiris yang dijadikan objek penelitian . Penelitian kualitatif mengacu kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda yaitu penelitian lapangan,

  24 observasi partisipan dan wawancara mendalam.

  2. Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan di lokasi kantor pimpinan cabang PAN di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu Phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.

  3. Populasi Dan Sampel

  Populasi adalah kumpulan elemen atau individu yang ingin diketahui karakteristiknya. Populasi penelitian adalah pengurus dewan pimpinan PAN di tingkat kabuapten bulukumba dan kader-kader PAN Sampel adalah yang diambil 22

  http://fisipusupolitik. 2012/04/perilaku-politik-studi-deskriptif.html. diakses pada tanggal 16 desember2015, pukul 14.25 . 23 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif( Jakarta: Kencana, 2009), h.

  108. 24 Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Rineka Cipta, 1997), h. 8 dari populasi. Penarikan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, purposive sampling adalah pengambilan sampel dengan tujuan tertentu.

4. Sumber Data

  Sumber data pada penelitian ini penulis menggunakan data yang menurut penulis sesuai dengan objek penelitian dan memberikan gambaran tentang objek penelitian.

  1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dan mendalam dengan para informan dan responden.

  2) Data skunder adalah data yang diperoleh dari telaah pustaka seperti data dari penelitian sebelumnya, buku, jurnal, surat kabar serta sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

A. Metode Pengumpulan Data

  Penelitian sosial merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala sosial tersebut, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta sosial tesebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.

  Pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data Sekunder. Sumber data primer didapat dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui:

  a. Metode Wawancara

  Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara/ orang yang melakukan wawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada para petinggi DPC PAN Bulukumba diantaranya ketua DPC PAN, wakil ketua DPC PAN, sekertaris, Humas, serta kader PAN Bulukumba

  b. Metode Observasi

  Metode ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

  25

  menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dengan tujuan mendapatkan gambaran yang benar tentang suatu gejala sosial atau peristiwa tertentu yang ada dan terjadi pada suatu lokasi dalam suatu daerah.

  c. Metode Analisis Data

  Metode analisis data yang digunakan adalah diskriptif analisis dari hasil wawancara, peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis berdasarkan kerangka teori yang digunakan dalam spenelitian ini sehingga menjadi suatu catatan lapangan. Semua data kemudian dianalisis secara kualitatif sehingga apa yang terkandung dibalik realita.

25 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta:kencana, 2009. h 117.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Wilayah Kabupaten Bulukumba adalah salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu Kota Kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan berpenduduk sebanyak

  394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 Kecamatan, 24 Kelurahan, serta 123 Desa.

  B. Letak Geografis

  Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.

  Batas-batas wilayahnya adalah :

  a) Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai

  b) Sebelah Selatan : Laut Flores

  c) Sebelah Timur : Teluk Bone d) Sebelah Barat : Kabupaten Bantaeng.

  C. Kecamatan

  Pada awal terbentuknya Kabupaten Bulukumba hanya terdiri atas tujuh kecamatan (Ujung Bulu, Gangking, Bulukumpa, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang), tetapi beberapa Kecamatan kemudian dimekarkan dan kini “Butta Panrita Lopi” sudah terdiri atas 10 Kecamatan. Ke-10 Kecamatan tersebut adalah:

  1. Kecamatan Ujung Bulu (Ibukota Kabupaten)

  2. Kecamatan Gantarang

  3. Kecamatan Kindang

  4. Kecamatan Rilau Ale

  5. Kecamatan Bulukumpa

  6. Kecamatan Ujungloe

  7. Kecamatan Bontobahari

  8. Kecamatan Bontotiro

  9. Kecamatan Kajang

  10. Kecamatan Herlang Dari 10 Kecamatan tersebut, tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu Kecamatan

  Gantarang, Kecamatan Ujung bulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang.

  Tiga kecamatan lainnya tergolong sentra pengembangan pertanian dan perkebunan, yaitu Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa.

D. Sejarah Singkat Bulukumba

  Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya". Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.

  Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone bersikeras mempertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis

  

"Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami

  perubahan proses bunyi menjadi Bulukumba". Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah Kabupaten.

  Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama Kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah– daerah Tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994. Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan Bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal

  12 Februari 1960.

1) Bulukumba Dalam Lintas Peradaban

  Bulukumba dalam peta kemaritiman Nusantara merupakan “candradimuka” bagi para pembuat perahu layar dan pelaut-pelaut ulung yang pernah membentangkan pinisinya ke Madagaskar, Vanchover, semenanjung Australia dengan ketangguhan dan ketangkasan perahu serta para pelautnya- pelautnya. Bulukumba adalah negeri “Panrita Lopi”yang kaya untaian laut dan pantainya, menjadi guru bijak bagi para pelaut untuk belajar tentang kearifan- kearifan alam dan paduan teknologi tradisional yang maha tinggi.

  Berbicara mengenai kawasan Bulukumba, tidak bisa dilepaskan dari perbincangan tentang peran serta kawasan ini sebagai salah satu titik sentrum penyebaran Islam di Jazirah Sulawesi Selatan oleh trio Datuk, yakni Dato Ri Tiro, Dato Ri Bandang, dan Dato Patimang. Dato Ri Bandang menyebarkan agama Islam di Kerajaan Gowa, Dato Patimang di Luwu dan Dato Tiro di kampung Tiro, Bulukumba. Tidak lengkap pula ketika kita tidak membahas kawasan adat Amatoa Kajang, Bulukumba, kawasan adat yang eksotis dengan ciri khas balutan baju, sarung dan penutup kepala dengan nuansa warna hitam, kearifan lingkungan

  26 dan prinsip hidup kamase-masea masyarakatnya.

26 Hasanuddin, spektrum sejarah budaya dan tradisi Bulukumba, Hasanuddin

  University Press 2005, h 14

  Anggapan yang lebih muda mengenai zaman prasejarah di Bulukumba dibuktikan dengan penemuan bentuk-bentuk penguburan dengan menggunakan wadah kubur pada Gua Passea di Desa Ara. Indikasi penggunaan wadah kubur dengan model-model penguburan pada masyarakat Tana Toraja, Batak dan masyarakat di Vietnam Selatan. Indikasi lain adanya kemiripan bentuk dengan model wadah kubur di Tana Toraja adalah kesamaan motif geometris yang menghiasi bentuk wadah kubur yang terdapat di Gua Passea.

2) Bulukumba Dalam Lintas Kemaritiman

  Sejak dahulu pula, peran Bulukumba ditenggarai memegang peran yang cukup penting dalam jalur pelayaran internasional, hal ini dimungkinkan sebab Bulukumba berada pada jalur titik perdagangan Bandar-bandar besar di Nusantara. Jalur perdagangan Bandar Somba Opu dan Selayar misalnya, harus melalui perairan Bulukumba. Begitu pula sebaliknya, ketika angin muson timur bertiup kencang, armada perahu rempah-rempah dari Maluku maupun muatan biji besi dari luwu menuju Bandar Selayar ataupun Bandar Somba Opu, mesti melalui kawasan perairan ini. Sebab kondisi ombak pada musim-musim tersebut relatif tenang dan aman dilayari dibandingkan dengan jalur pelayaran Selayar. Maka tidak mengherankan jika di kawasan ini pernah menjadi satu titik pelabuhan transito yang utama disamping Bandar Selayar dan Somba Opu. Intensitas temuan fragmen keramik yang tinggi bekas pelabuhan kuno para-para semakin menguatkan indikasi akan pentingnya peranan kawasan ini pada masa lalu. Dari titik pandang seperti itu, bukan suatu hal yang mustahil apabila kawasan ini dipilih sebagai salah satu titik tolak lokal penyebaran Islam di Sulawesi.

  Dengan posisi strategis seperti itu, pengaruh kekuasaan Gowa dan Bone telah menjadikan kawasan ini sebagai satu titik strategis dalam menyebarkan kultur dua kerajaan besar tersebut. Tercatat dalam sejarah, silih berganti kawasan ini mendapat pengaruh hegemoni kekuasaan dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan tersebut. Bukit Karampuang di Bulukumpa, dalam cerita tutur masyarakat turut menjadi saksi bisu pembagian kepentingan karaeng dan puang pada masa lalu.

3) Slogan Kabupaten Bulukumba

  Paradigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali’ Siparappe,

  

Tallang Sipahua. "Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek

  bahasa Bugis – Makassar tersebut merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.

  Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan "Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi "Berlayar" sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba.

  "Berlayar", merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi "Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan, yaitu sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

  4) Pijakan Sejarah

  Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 diawali dengan terbentuknya "barisan merah putih" dan "laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat". Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita–cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.

  5) Pijakan Kebudayaan

  Dari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis Phinisi, Padewakkang, Lambo, Pajala, maupun jenis Lepa–Lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman adanya subjek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.

6) Pijakan Keagamaan

  Masyarakat Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke–17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatera yang masing– masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar) dan Dato Patimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid "appasewang" (meng-Esa-kan Allah SWT).

E. Sejarah Pilkada

  Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.

  Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Pilkada dimasukkan dalam rezim Pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007. Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggaraan pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan WaliKota. Komisi pemilihan umun (KPU) menetapkan kursi DPR RI hasil pembagian perolehan suara partai politik dalam pemilihan umum Legislatif (Pileg) 2014. Perolehan kursi tiap parpol diumumkan langsung di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol.

  Berikut hasil perolehan kursi DPR RI tiap Parpol :

  1. PDI Perjuangan 109 kursi dari 23.681 (18,95%) suara

  2. Golkar 91 kursi dari 18.432.312 (14,25%) suara

  3. Gerindra 73 kursi 14,760.371 (11,81%) suara

  4. Demokrat 61 kursi 12.728.913 (10,19%) suara

  5. Partai Amanat Nasional 49 kursi dari 9.481.621 (7,59%) suara

  6. Partai Kebangkitan Bangsa 47 kursi dari 11,298.957 (9,04%) suara

  7. Partai Keadilan Sejahtera 40 kursi 8.480.204 (6,79%) suara

  8. Partai Persatuan Pembangunan 39 kursi dari 8.157.488 (6,53%) suara

  9. Nasdem 35 kursi dari 8,402.812 (6,72%) suara

  10. Hanura 16 kursi dari 6.579.498 (5,26%) suara Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini dinilai sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih dicarikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi satu hal prinsip yang harus digaris bawahi (walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah : Pertama, Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua, Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus, yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada. Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta Pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta Pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang- undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32