PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN PROFESSIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK KELAS 1A MADRASAH DINIYAH TAMANSARI CARANGREJO SAMPUNG PONOROGO

  

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN PROFESSIONALISME GURU

TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK KELAS 1A MADRASAH DINIYAH

TAMANSARI CARANGREJO SAMPUNG PONOROGO

SKRIPSI

OLEH

WASIUL MAGFIROH

NIM: 210314125

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

JULI 2018

  

ABSTRAK

Magfiroh, Wasiul. 2018. Pengaruh Bimbingan Orang Tua dan Professionalisme Guru

terhadap Prestasi Belajar Anak Kelas 1A Madrasah Diniyah Roudlotul Huda Tamansari Carangrejo Sampung Ponorogo.

   Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

  Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Dr. Mukhibat, M. Ag.

  Kata Kunci: Bimbingan Orang Tua, Professionalisme Guru, dan Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan suatu hasil keberhasilan yang maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha dan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu. Jika prestasi belajar siswa rendah belum tentu menunjukkan bahwa peserta didik tersebut bodoh atau mempunyai IQ rendah. Berdasarkan hasil penelitian di Madrasah Diniyah Roudlotul Huda Tamansari, terdapat sebagian anak yang pretasi belajarnya menurun disebabkan karena kurangnya kasih sayang, perhatian, motivasi dan dorongan dari orang tua.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bimbingan orang tua anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo, (2) Professionalisme guru anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo, (3) Prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo, dan (4) Pengaruh bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo.

  Penelitian ini dirancang menggunakan metode kuantitatif desain ex-post facto, dengan jumlah populasi 24 responden dan dijadikan sampel penelitian dengan menggunakan teknik

  

sampling jenuh. Serta menggunakan analisis regresi linier berganda, instrumen pengumpulan

data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi.

  Adapun hasilnya adalah (1) Bimbingan orang tua anak kelas IA Madrasah Diniyah Carangrejo Sampung Ponorogo dalam kategori sedang dengan prosentase 66,67% atau sebanyak 16 siswa dari 24 responden, (2) Professionalisme guru anak kelas IA Madrasah Diniyah Carangrejo Sampung Ponorogo dalam kategori sedang dengan prosentase 95,83% atau sebanyak 23 siswa dari 24 responden, (3) Prestasi belajar anak kelas IA Madrasah Diniyah Carangrejo Sampung Ponorogo dalam kategori sedang dengan prosentase 100% atau sebanyak 24 siswa, dan (4) Ada pengaruh yang tidak signifikan antara bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar anak kelas IA Madrasah Diniyah Carangrejo Sampung Ponorogo yang terlihat dari perhitungan taraf signifikansi 0,05%

  2

  diperoleh F hitung (0,043) < F tabel (3,40) dengan koefisien determinasi (R ) sebesar 4% dan sisanya sebesar 96% dipengaruhi oleh faktor lainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi serta aspek

  kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup sepanjang kehidupan manusia. Dengan demikian pendidikan yang dimaksudkan bukan sekedar pendidikan yang berlangsung di kelas dalam ruang dan waktu yang terbatas yang sering orang sebut dengan pendidikan formal. Akan tetapi, ia mencakup seluruh kegiatan yang mengandung unsur pengembangan setiap potensi dasar yang dimiliki manusia kapan saja dan di mana saja ia

  1

  lakukan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh orang tua di dalam lingkungan

  2 rumah tangga, para guru di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

  Pendidikan keluarga juga termasuk pendidikan masyarakat, karena di samping itu, keluarga sebagai kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya dipersiapkan untuk kehidupan anak- anak itu dimasyarakat.

  1 2 Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2010), 45.

  Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan

  3 pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.

  Karena keluarga (orang tua) merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Eksistensinya sebagai lembaga pendidikan awal dan utama menurut Mulyati, keluarga memiliki urgensitas yang sangat besar terhadap pembentukan sikap dan kepribadian seorang anak, termasuk dalam memberikan motivasi kepada mereka untuk

  4

  senantiasa terus menerus belajar. Dalam keluarga (satu rumah tangga), yang berperan sebagai pendidik tidak selalu ayah dan ibu, tetapi semua orang dewasa yang secara sadar dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di rumah.

  Selain orang tua yang mendidik, membimbing dan mengarahkan anak dalam meningkatkan semangat belajar agar prestasi belajarnya semakin baik, seorang guru pun juga ikut memberikan pengarahan, bimbingan juga semangat kepada anak didiknya baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Karena guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,

  

5

masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.

  Professionalisme guru dapat diartikan sebagai pandangan tentang bidang pekerjaan, yaitu pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu pengabdian melalui keahlian tertentu dan yang menganggap keahlian ini sebagai sesuatu yang harus diperbaharui secara terus menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang 3 4 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), 97.

  Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generalisasi Bangsa yang Berkarakter (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), 155. 5 Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 47.

  6

  terdapat dalam ilmu pengetahuan. Guru sebagai agen pembaharuan dalam memimpin dan mendukung nilai-nilai masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan yang harus dicapai peserta didik.

  Sesuai tugas professionalnya setiap guru dituntut untuk menguasai kompetensi yang disyaratkan baik dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar dari segi materi, kesiapan dan kesediaan guru dalam menghadapi berbagai macam problem yang akan muncul berkaitan dengan profesinya, maka faktor perilaku seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didiknya dalam rangka memahami dan menguasai sebuah materi yang diajarkannya.

  Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar merupakan suatu hasil keberhasilan yang maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha

  7

  dan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai seorang anak satu dengan lainnya berbeda, tergantung potensi (kecerdasan) yang dimilikinya. Seseorang memiliki potensi yang sama dengan orang lain, tetapi kemampuan pendalaman dan pencapaian dapat saja berbeda, semua tergantung pada usaha dan doa. Jadi, prestasi belajar adalah suatu hasil keberhasilan yang maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

  8 melakukan usaha-usaha dan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu.

  Bila pendidikan yang diterima anak dalam lingkungan keluarga tidak baik, maka tidak akan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya, maka kelak pendidikan anak itu akan membekas pada kehidupan dan tingkah lakunya. Sebaliknya bila pendidikan yang diterima anak dalam lingkungan keluarga baik maka akan memberikan kesempatan pada anaknya untuk 6 7 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2003), 141. 8 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 137. mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Orang tua harus dapat bertindak seperti seorang guru di sekolah, memberikan pendidikan dan pelajaran anaknya. Bila pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada anak itu baik, merupakan modal yang besar bagi perkembangan anak.

  Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga perlu adanya kerja sama yang erat antara keluarga dengan sekolah, sehingga anak dapat dibawa kepada tujuan yang memberikan keuntungan kepada kehidupan anak bila kelak anak itu dewasa dan lepas dari pengawasan orang tuanya. Pentingnya pendidikan anak-anak dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sudah dapat kita ketahui. Tanpa adanya pendidikan yang diberikan kepada anak- anaknya dalam keluarga, maka anak itu akan tumbuh dengan tidak wajar. Karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga adalah membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci, maka secara tidak langsung anak itu dapat dibentuk atau diarahkan sesuai dengan keinginan orang tua.

  Bimbingan orang tua dan professionalisme guru juga berpengaruh terhadap proses belajar yang nantinya akan mengarah pada prestasi belajar anak. Kondisi orang tua dan guru sangat bervariasi. Keragaman dalam hal kasih sayang, perhatian, motivasi dan arahan untuk terus belajar agar menjadi anak yang pandai dan berprestasi. Keragaman ini berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang kurang bimbingan orang tua dan professionalisme guru. Menjadi seorang guru harus mampu memberikan pelajaran yang baik, perilaku yang baik dan seorang guru harus mampu menguasai semua materi pelajaran yang akan diajarkan dan mampu mengelola kondisi kelas dengan baik, tidak hanya itu guru juga harus menciptakan kelas yang nyaman dan sejuk, dan juga guru harus meningkatkan minat dan semangat peserta didik untuk aktif dan berpikir dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau ide-ide untuk menambah wawasan. Jadi, peserta didik tidak hanya menerima pelajaran atau pengetahuan dari guru saja tetapi juga dari lingkungan sekitar, teman dekat maupun dari pikirannya sendiri.

  Dari pengamatan/observasi yang peneliti lakukan di Madarsah Diniyah terdapat sebagian prestasi belajar siswa yang menurun, disebabkan karena kurangnya bimbingan dan kasih sayang orang tua kepada anaknya sehingga sangat berpengaruh terhadap faktor prestasi belajar siswa di sekolah. Salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi yang mendesak sehingga banyak orang tua yang kurang memperhatikan akan pendidikan anaknya dan lebih mementingkan bekerja ke luar negeri maupun dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, tetapi disisi lain untuk mencari kepuasan dunia agar hidupnya dipandang mewah dan termasuk orang yang berada (kaya) dan kurang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya sekarang, sehingga anak dititipkan kepada neneknya. Padahal pendidikan yang pertama dan paling utama adalah orang tua atau keluarga. Namun, itu semua dianggap remeh (mudah) sehingga kebanyakan orang tua mempercayai pendidikan anak kepada guru di sekolah saja dan kurang adanya pendidikan di luar sekolah maupun di lingkungan keluarga. Hal ini berdampak pada prestasi belajar anak yang kurang perhatian, kasih sayang dan motivasi orang tua. Kurangnya perhatian seorang guru terhadap muridnya juga akan membuat prestasi belajar murid menjadi menurun. Dan itu disebabkan kurangnya kasih sayang dan pengayoman seorang guru. Karena seorang guru harus bersikap sebagai pengayom, berkasih sayang kepada murid-muridnya dan hendaknya memperlakukan muridnya seperti anaknya sendiri. Maka dari itu, professionalisme guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena untuk mengontrol, menasihati dan mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal yang baik yang merupakan persiapan masa dewasa.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul proposal ini yaitu

  

Pengaruh Bimbingan Orang Tua Dan Professionalisme Guru Terhadap Prestasi

  Belajar Anak Di Kelas 1A Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari Carangrejo Sampung Ponorogo.

  B. Batasan Masalah

  Banyak faktor atau variabel yang dapat dikaji untuk ditindaklanjuti dalam penelitian ini. Namun, karena luasnya bidang cakupan serta adanya keterbatasan yang ada baik waktu, dana, tenaga dan lainnya, maka peneliti memberi pembatasan terhadap ruang lingkup masalah. Untuk itu dalam penelitian ini dibatasi pada masalah bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar anak di kelas 1A Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari Carangrejo Sampung Ponorogo.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan untuk membuat arah dalam pembatasan proposal ini, maka peneliti merumuskan permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana bimbingan orang tua anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo?

  2. Bagaimana professionalisme guru anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo?

  3. Bagaimana prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo?

  4. Adakah pengaruh bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo?

  D. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui bimbingan orang tua anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo.

  2. Untuk mengetahui professionalisme guru anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo.

  3. Untuk mengetahui prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo.

  4. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar anak kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlotul Huda Tamansari, Carangrejo, Sampung, Ponorogo.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran pendidikan dalam memecahkan masalah serta dapat dikembangkan lebih lanjut oleh pemerhati pendidikan.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi sekolah yang bersangkutan dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

  b. Bagi siswa, sebagai masukan agar siswa bersemangat dan belajar dengan rajin sehingga dapat meningkatkan belajar peserta didik secara optimal. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk jadi seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan semangat belajar siswa sehingga prestasi belajar yang diharapkan memuaskan.

F. Sistematika Pembahasan

  Dalam rangka mempermudah penulisan, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini penulis membagi kedalam lima bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab yang berkaitan.

  Bab I: Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan. Bab pertama ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memaparkan data.

  Bab II: Berisi kajian pustaka, yang berisi tentang telaah hasil penelitian terdahulu, landasan teori tentang bimbingan orang tua, professionalisme guru, dan prestasi belajar, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis.

  Bab III: Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV: Bab ini berisi hasil penelitian, yang berisi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data (pengajuan hipotesi), pembahasan dan interpretasi. BAB V: Penutup, yang berisi simpulan dan saran. Bab ini dimaksudkan agar pembaca dan penulis mudah dalam melihat inti hasil penelitian.

BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelaahan penulis terhadap penelitian terdahulu maka penelitian yang

  terkait dengan penelitian yang penulis lakukan antara lain:

  Pertama, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Lagiana (210613022),

  Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo. Dengan Judul “Pengaruh Bimbingan Orang Tua Dan Pola

  Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Belajar Siswa Kelas IV dan V Di SD Negeri 2 Grogol Sawoo Ponorogo Tahun Pelajaran 2016/2017”. Dari hasil penelitian yang dilakukan,

  ditemukan bahwa: Terdapat pengaruh yang signifikan bimbingan orang tua terhadap perilaku belajar siswa kelas IV dan V di SD Negeri 2 Grogol Sawoo Ponorogo tahun

  pelajaran 2016/2017, dibuktikan dengan nilai t hitung 6,65 > t tabel 2,03. Bimbingan orang tua memberikan pengaruh terhadap perilaku belajar siswa dengan arah positif sebesar 53,77%. Terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua terhadap perilaku belajar siswa kelas IV dan V di SD Negeri 2 Grogol Sawoo Ponorogo tahun pelajaran 2016/2017, dengan dibuktikan t hitung 4,69 > t tabel 2,03. Pengaruh yang diberikan berarah positif sebesar 36,63% dan terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan orang tua dan pola asuh orang tua terhadap perilaku belajar siswa kelas IV dan V di SD Negeri 2 Grogol Sawoo Ponorogo tahun pelajaran 2016/2017, yang dibuktikan dengan nilai F hitung 23,154 > F tabel 3,26. Kedua variabel bimbingan orang tua dan pola pengasuhan demokratis orang tua secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap perilaku belajar siswa dengan arah regresi positif sebesar 55,59%.

  Kedua, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novi Trimurti (210613094).

  Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo. Dengan Judul “Pengaruh Professionalisme Guru Terhadap

  

Kinerja Guru Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Nurul Amal Parang Magetan Tahun

Pelajaran 2016/2017”. Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa: Professionalisme guru MIT Nurul Amal Parang Magetan tahun pelajaran 2016/2017

  tergolong cukup. Hal ini terbukti bahwa professionalisme guru MIT Nurul Amal Parang Magetan, dalam kategori tinggi dengan frekuensi sebanyak 5 responden (23,82%), dalam kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 15 responden (71,42%) dan dalam kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 1 responde (4,76%). Kinerja guru guru MIT Nurul Amal Parang Magetan tahun pelajaran 2016/2017 tergolong cukup. Hal ini terbukti bahwa kinerja guru guru MIT Nurul Amal Parang Magetan, dalam kategori tinggi dengan frekuensi sebanyak 2 responden (9,53%), dalam kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 15 responden (71,42%) dan dalam kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 4 responden (19,05%). Variabel professionalisme guru berpengaruh terhadap kinerja guru dengan model regresi linier sederhananya ŷ = 15,88198959 + 0,482065789 x. Terdapat pengaruh antara professionalisme guru terhadap kinerja guru MIT Nurul Amal Parang Magetan tahun pelajaran 2016/2017 yaitu 36,51596328%. Tingkat pengaruhnya sebesar 36,51596328%, artinya variabilitas/keragaman professionalisme guru (x) berpengaruh sebesar 36,51596328%, terhadap kinerja guru (y) dan 63,48403672% sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak masuk dalam model atau tidak sedang diteliti seperti gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja fisik dan kepemimpinan.

  Ketiga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eva Aprillia Romawati

  (210313197), Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo, dengan judul “Pengaruh Perhatian dan Motivasi Orang

  

Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MA Al-Falah Grogol Sawoo Ponorogo”.

  Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa: Ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MA Al-Falah Grogol Sawoo Ponorogo. Besar pengaruhnya adalah 10,1%, sedangkan 89,9% dipengaruhi oleh factor lain yang tidak diteliti. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MA Al-Falah Grogol Sawoo Ponorogo. Besar pengaruhnya adalah 10,7%, sedangkan 89,7% dipengaruhi oleh factor lain yang tidak diteliti, Ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MA Al-Falah Grogol Sawoo Ponorogo. Besar pengaruhnya adalah 21,8%, sedangkan 78,2% dipengaruhi oleh factor yang tidak diteliti.

  Dari beberapa telaah hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas maka terdapat perbedaan antara telaah penelitian terdahulu dengan sekarang. Adapun perbedaan antara telaah terdahulu dengan sekarang, perbedannya yaitu sebagai berikut:

  Pertama, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Lagiana, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terlihat pada variabel terikatnya.

  Jika dalam penelitian terdahulu ingin meneliti tentang bimbingan orang tua dan pola asuh orang tua terhadap perilaku belajar siswa kelas IV dan V di SD Negeri 2 Grogol Sawoo Ponorogo tahun pelajaran 2016/2017, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlatul Huda Tamansari Carangrejo Sampung Ponorogo.

  Kedua, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi Trimurti, penelitian ini

  berbeda dengan penelitian terdahulu, perbedaannya dalam penelitian terdahulu ingin meneliti tentang Pengaruh Professionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Nurul Amal Parang Magetan Tahun Pelajaran 2016/2017, sedangkan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlatul Huda Tamansari Carangrejo Sampung Ponorogo.

  Ketiga, Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Eva Aprillia Romawati, penelitian

  ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terlihat pada variabel terikatnya. Jika dalam penelitian terdahulu ingin meneliti tentang pengaruh perhatian dan motivasi orang tua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ma Al-Falah Grogol Sawoo Ponorogo tahun pelajaran 2016/2017, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh bimbingan orang tua dan professionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa kelas 1A di Madrasah Diniyah Raudlatul Huda Tamansari Carangrejo Sampung Ponorogo.

B. Landasan Teori

1. Bimbingan Orang Tua

a. Pengertian Bimbingan

  Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu. Maka secara umum, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun, meskipun demikian tidak berarti

  9

  semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Oleh karena itu, untuk memahami pengertian bimbingan perlu dipertimbangkan beberapa pengartian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut: 1) Frank Parson, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk 9 memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan yang dipilihnya.

  2) Bernard dan Fullmer, bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.

  3) Bimo Walgito, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu- individu dalam mengatasi kesuliatan di dalam hidupnya untuk mengembangkan kemampuannya agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mengadakan penyesuaian dengan baik untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

  4) Djumhur dan Moh. Surya, berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu untuk

  10 memecahkan masalah yang dihadapinya.

  5) James, menegaskan bahwa bimbingan pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan, mengadakan penyesuaian dan memecahkan masalah.

  Berdasarkan pengertian di atas, bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang

  11 individu dalam hal memahami diri sendiri dan menemukan masalah-masalahnya.

  Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Fungsi orang tua sangat penting, selain memotivasi anak untuk belajar juga harus memberikan pendidikan yang layak untuk anak.

  Keluarga (orang tua) merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Eksistensinya sebagai lembaga pendidikan awal dan utama menurut Mulyati, keluarga memiliki urgensitas yang sangat besar terhadap pembentukan sikap dan 10 kepribadian seorang anak, termasuk dalam memberikan motivasi kepada mereka 11 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2016), 13-14.

  untuk senantiasa terus menerus belajar. Dalam pandangan Islam anak adalah amanah dari Allah. Oleh karena itu, orang tua (keluarga) harus menjaga secara penuh

  12 amanah tersebut.

  Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai agak besar, disertai kasih sayang dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama-

  13 lamanya.

  Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar, baik laki- laki maupun perempuan. Dan pada dasarnya kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan ciri-ciri dari waytak rasa tanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-anak mereka untuk masa kini dan mendatang. Bahkan para orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup

  14 anak-anak mereka.

  12 Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generalisasi Bangsa yang Berkarakter, 153. 13 14 Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 35.

   Ibid., 36.

  Di samping itu pangkal keteneraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia di dunia dan

  15 akhirat.

  Dalam keluarga (satu rumah tangga), yang berperan sebagai pendidik tidak selalu ayah dan ibu, tetapi semua orang dewasa yang secara sadar dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di rumah. Hubungan sosial, perkataan, perilaku dan tindakan apapun dari setiap orang dewasa dalam rumah tangga dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga perlu upaya yang selektif melibatkan orang lain untuk tinggal bersama di rumah, perlu komitmen bersama orang dewasa yang ada di rumah untuk sama-sama

  16 membangun situasi interaksi edukatif di rumah.

  Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga.

  Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu, peranan keluarga dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah 15 dominan. Salah seorang ahli psikologi berpendapat bahwa keluarga merupakan 16 Ibid.

  Salim, Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generalisasi Bangsa yang Berkarakter, 155.

  “training centre” bagi penanaman nilai-nilai (termasuk juga nilai agama). Pendapat ini menunjukkan bahwa keluarga mempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai ajaran agama dan kemampuan mengamalkan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik

  17 secara personal maupun sosial kemasyarakatan.

  Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang beribadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang. Karena itu keberagamaan seseorang meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Menurut Clock dan Stark dalam Rertson ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu: dimensi keyakinan, dimensi praktik agama, dimensi

  18 pengalaman, dimensi pengetahuan agama dan dimensi pengamalan.

  Motivasi pengabdian keluarga (ayah-ibu) dalam mendidik anak-anaknya semata-mata demi cinta kasih sayang yang kodrati, sehingga dalam suasana cinta kasih dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung dengan baik seumur anak dalam tanggungan utama keluarga. Kewajiban ayah-ibu dalam mendidik anak- anaknya tidak menuntut untuk memiliki profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau tradisi, sehingga tidak hanya orang tua yang beradab dan berilmu tinggi yang dapat melakukan kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikan masih dalam taraf yang paling minim, atau bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut karena kewajiban 17 mendidik anak merupakan naluri paedagogis bagi setiap individu yang 18 Futiati Romlah, Psikologi Belajar, 190-191.

  menginginkan anaknya lebih baik daripada keadaan dirinya, sehingga perilaku pendidik sebagai akibat naluri untuk melanjutkan dan mengembangkan

  19 keturunannya.

  Dalam penanaman pandangan hidup beragama, fase kanak-kanak merupakan fase yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Teknik yang paling tepat dalam proses pendidikan adalah dengan teknik imitasi (al-qudwah), yaitu proses pembinaan anak secara tidak langsung, yaitu ayah dan ibu membiasakan hidup rukun, istiqamah dalam melakukan ibadah baik di rumah, di masjid atau di tempat-tempat lainnya sambil mengajak anak-anak, sehingga sekaligus membina anak-anaknya untuk mengikuti dan meniru hal-hal yang dilakukan orang tuanya. Dengan mengajak anak pergi ke masjid, anak tersebut memperoleh ilmu pengetahuan melalui khotbah atau ceramah serta memperoleh pendidikan moral,

  20 sikap mental dan keterampilan-keterampilan tertentu dalam shalat berjamaah.

  Perkembangan usia anak dan mentalitas anak menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua diharapkan membentuk lingkungan keluarga yang islami karena anak mudah meniru seluruh perbuatan anggota keluarga yang dilihatnya. Anak akan merekam dan melakukan tindakan-tindakan sebagai hasil rekamannya. Semua aktivitas dalam keluarga harus dipantau dan diarahkan, seperti menonton acara di televisi, mendengarkan radio, menggunakan internet, telepon seluler, cara bergaul di lingkungan masyarakat, pergaulan dengan teman sekolahnya dan teman sebayanya, terutama ketika anak menginjak masa puber yang paling membutuhkan perhatian dan pembinaan.

  Keluarga terutama orang tua harus membantu kegiatan sekolah anak-anaknya 19 di rumah agar semua yang dihadapinya dapat diselesaikan dengan hati yang senang 20 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2006), 227.

  dan gembira. Oleh karena itu, semua anggota keluarga dituntut mengetahui sedikit banyak pelajaran yang dihadapi anak-anaknya supaya tidak semua pekerjaan sekolah diselesaikan di luar rumah, apalagi jika aktivitas di luar rumah kurang terawasi, hal

  21 itu akan menciptakan sikap anak di luar kendali keluarga dan orang tuanya.

  Sebagai orang tua perlu memberikan bimbingan kepada anaknya agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua. Pertama, membantu anak-anak memahami posisi dan peranannya masing- masing sesuai dengan jenis kelaminnya, agar mampu saling menghormati dan saling tolong menolong dalam melaksanakan perbuatan yang baik dan diridhai Allah.

  Kedua, membantu anak-anak mengenal dan memahami nilai-nilai yang mengatur

  kehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat dan mampu melaksanakannya untuk memperoleh ridha Allah.

  Ketiga, mendorong anak-anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar

  mampu merealisasikan dirinya sebagai individu dan sebagai masyarakat yang beriman. Keempat, membantu anak memasuki kehidupan bermasyarakat setahap demi tahap melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggungjawab sendiri atas sikap dan perilakunya. Kelima, membantu dan mencari kesempatan serta mendorong anak-anak mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, di dalam keluarga dan masyarakat, untuk memperoleh pengalaman sendiri secara langsung sebagai upaya

  22 peningkatan iman dan penyebarluasan syiar Islam.

  Dengan demikian, orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang memberikan pengetahuan pada anak-anaknya serta memberikan sikap dan 21 keterampilan yang memadai, memimpin keluarga dan mengatur kehidupannya,

  Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: PUSTAKA SETIA, 2010), 115-116. 22 memberikan contoh sebagai keluarga yang ideal dan bertanggungjawab dalam

  23 kehidupan keluarga, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

  Suasana religius merupakan bagian dari kehidupan religius yang tampak dan untuk mendekati pemahaman tentang hal tersebut, perlu dijelaskan tentang konsep religiusitas.

  Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang beribadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang. Karena itu keberagamaan seseorang meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Menurut Clock dan Stark dalam Rertson ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu: dimensi keyakinan, dimensi praktik agama, dimensi

  24 pengalaman, dimensi pengetahuan agama dan dimensi pengamalan.

  Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan orang tua merupakan suatu proses memberi bantuan kepada individu agar individu dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masalah-masalah hidupnya sendiri agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasi sesuai kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia.

b. Ciri-ciri Bimbingan Orang Tua

  Adapun ciri-ciri bimbingan orang tua adalah sebagai berikut:

  23 24 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, 229.

  1) Bimbingan merupakan suatu proses berkelanjutan. Artinya bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, incidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau asal saja, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus menerus dan terarah kepada tujuan. 2) Bimbingan merupakan proses membantu individu tanpa paksaan. Dengan perkatan membantu berarti bukan suatu paksaan, memang bimbingan tidak memaksakan individu untuk menuju ke satu tujuan yang ditetapkan oleh pembimbing secara pasti, melainkan membantu atau menolong mengarahkan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya secara optimal. 3) Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukan pemecahan masalah atau di dalam proses perkembangannya. Jadi jelas bahwa bimbingan adalah memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

  4) Bimbingan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan kemampuannya.

  5) Bimbingan diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri kepada lingkungan, keluarga dan masyarakat.

  6) Untuk melaksanakan bimbingan diperlukan petugas atau personil yang memiliki

  25 keahlian bimbingan.

  Fungsi bimbingan adalah sebagai berikut: 1) Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan dan norma 25 agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya denga lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

  2) Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. 3) Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa.

  Konselor dan personal sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. 4) Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir. 5) Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan cirri-ciri kepribadian lainnya.

  6) Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru ataupun dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu.

  7) Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan,

  26 peraturan sekolah atau norma agama.

  Keluarga memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar, bukan hanya membesarkan anak sebagai buah cinta mereka, tetapi memiliki peran dan tanggung

  27 jawab yang lebih.

c. Dasar-dasar Bimbingan Orang Tua

  Namun sebelum di bahas tentang peran dan tanggung jawab keluarga untuk kehidupan anaknya dalam bidang pendidikan, maka terlebih dahulu disini disebutkan dasar-dasar tanggung jawab keluarga, antara lain yaitu: 1) Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya.

  2) Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi nilai-nilai spiritual.

  Menurut para ahli bahwa penanaman masa anak-anak (usia 3 sampai 6 tahun) seorang anak memiliki pengalaman agama yang asli dan mendalam serta mudah

  28 berakar dalam diri dan kepribadiannya.

  3) Tanggung jawab sosial adalah sebagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Tanggung jawab sosial merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh 26 darah, keturunan dan kesatuan keyakinan.

  Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), 16-17. 27 Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: ALFABETA, 2013), 150 28

  4) Memelihara dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. 5) Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak tersebut, untuk kehidupan kelak sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.

  29 Peran dan tanggung jawab keluarga tidak hanya sampai disitu, dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa keluarga memiliki tanggung jawab yang sangat tinggi.

  Daradjat mengatakan, bahwa keluarga juga berperan dalam bidang pendidikan. Menurutnya bahwa pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, sekurang- kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: 1) Memelihara dan membesarkan anak. 2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya. 3) Memberi pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkinyang dapat dicapai. 4) Membahagiakan anak, baik dunia maupu akhirat sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

30 Peran orang tua dalam mengembangkan potensi anak. Beberapa hal yang dapat

  dicatat oleh orang tua untuk mengembangkan kompetensi anak: 1) Saat yang paling tepat untuk mengembangkan potensi anak adalah ketika anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun. 29 Ibid., 99-100. 30 Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: ALFABETA, 2013),

  2) Anak yang paling kompeten memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang disekitarnya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH ORIENTASI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2011/2012

1 11 137

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SD NEGERI DI DESA PETANJUNGAN

4 46 224

PENGARUH KINERJA KEPALA MADRASAH DAN PRESTASI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN WAKATOBI

0 1 12

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR OLEH KELOMPOK SOSIAL KHATULISTIWA BERBAGI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK MARJINAL

0 1 11

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK KRISTEN SALATIGA

0 1 14

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA SD NEGERI KRANDON LOR 02 KECAMATAN SURUH TAHUN 2009

0 0 85

PENGARUH DORONGAN ORANG TUA TERHADAP KETEKUNAN BELAJAR SANTRI MADRASAH DINIYAH AWALIYAH "AN-NURR" DUSUN TULAR DESA SELOBORO KEC.SALAM KAB.MAGELANG TAHUN 2010 - Test Repository

0 3 101

PENGARUH PERAN ORANG TUA DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR BACA TULIS AL QUR’AN SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-IMAN KOTA MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - Test Repository

0 0 131

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KEMUSU KECAMATAN KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 20172018 SKRIPSI

1 1 200

UPAYA GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH BANTAENG

1 2 96