Lampiran KEP 334 PJ 2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORATJENDERALPAJAK

LAMPI RAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP- 334 jPJ/2012
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK TAHUN 2012-2014

-1-

Daftar lsi
セャゥu。@

ICIEII.,ItlatiJt •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• セ@

Ci1llllillll1lll 1111111111 ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• セ@

A. Peran Penerimaan Pajak dalam Perekonomian Indonesia ....................... 7
B. Perkembangan Reformasi Perpajakan 1983-20 12 ................................... 8

C. Peluang: Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan ........................... 11
D. Tantangan Strategis DJP ..................................................................... 13
E. Looking Forward: Implikasi terhadap Rencana Strategis DJP ............... 14
Visi, Misi, clan NDai-NUai ........................................................................ 15
Analisa Strategis .................................................................................... 16
A.

SWOT Analysis .................................................................................... 16

B. TOWS Mat'rix ........................................................................................ 19
Sasaran Strategis 1: Penataan Struktur Organisasi yang Efektif ............. 20
A. INISIATIF STRATEGIS 1 : Pembentukan Direktorat Sumber Daya
Manusia (SDM), Kepatuhan Internal (KI), dan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) .......................................................................... 21
B. INISIATIF STRATEGIS 2: Penyesuaian fungsi Direktorat
Peraturan Perpajakan I (PP I) dan Peraturan Perpajakan II (PP II)
seiring dengan peralihan peran penyusunan regulasi ke Badan
Kebijakan Fiskal (BKF) ......................................................................... 22
C. INISIATIF STRATEGIS 3 : Perubahan fungsi Direktorat
Transformasi Proses Bisnis (TPB) menjadi Direktorat

Pengembangan Proses Bisnis dan Organisasi ....................................... 22
D. INISIATIF STRATEGIS 4: Penyesuaian struktur organisasi unit
vertikal sebagai akibat dari pemekaran wilayah pajak .......................... 23
E. INISIATIF STRATEGIS 5: Perluasan tugas Direktorat Potensi,
Kepatuhan dan Penerimaan (PKP) ........................................................ 23
F. INISIATIF STRATEGIS 6: Penyesuaian fungsi Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan (P2) ......................................................... 23
G. INISIATIF STRATEGIS 7 : Penyesuaian fungsi Sekretariat
Direktorat Jenderal .............................................................................. 24
Sasaran Strategis 2: Sistem Manajemen yang Handal ............................. 25
A. INISIATIF STRATEGIS 8: Pembangunan Sistem Manajemen Data
dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi dengan dukungan
sistem teknologi informasi yang terintegrasi.. ....................................... 26
B. INISIATIF STRATEGIS 9: Pengembangan Sistem Perencanaan
dan Manajemen Sumber Daya Man usia (SDM) ..................................... 27
C. INISIATIF STRATEGIS 10: Pembentukan Sistem Pengendalian
atas perilaku Pemeriksa Pajak ............................................................. 28
D. INISIATIF STRATEGIS 11 : Pembangunan Sistem Monitoring
Pekerjaan Terintegrasi untuk Penelaah Keberatan, Petugas
Sidang dan Evaluator yang akan menghasilkan Database bidang

Keberatan dan Banding ....................................................................... 29

-2-

Sasaran Strategis 3: Peningkatan Kapasitas Lembaga .••.•..••.•..••.••••••••••.•.• 30
A. INISIATIF STRATEGIS 12: Pembangunan Infrastruktur Logistik
untuk menyimpan Dokumen Wajib Pajak secara Efektif.. ............................ 31
B. INISIATIF STRATEGIS 13: Peningkatan kuantitas dan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) ................................................................................. 32
lmplementasi Strategi ............................................................................ 34
Lampiran : Peta Strategi ........................................................................ 40

-3-

Ringkasan Eksekutif
Sebagai bagian dari kebijakan fiskal, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan penerimaan pajak merupakan dua hal penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif anggaran, penerimaan pajak
merupakan faktor penentu besamya APBN. Pada tahun 2011, APBN mencapai
Rp 1.1 OS triliun, dengan komposisi 77% berasal dari penerimaan ーセ。ォN@

Mengingat penerimaan ーセ。ォ@
merupakan penyumbang terbesar APBN, maka
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) perlu mempertahankan tugasnya dalam
menghimpun pajak agar negara mampu membiayai APBN secara mandiri.
Apabila DJP tidak optimal dalam memberikan kontribusi penerimaan pajak
maka negara perlu mencari pembiayaan sumber lain yang memiliki biaya lebih
mahal.
Sejak tahun 1983, DJP telah melakukan perubahan sistem administrasi
perpajakan dari official assessment system menjadi self assessment system.
Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak di mana Wajib Pajak
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar. Pada tahun 2002, DJP melanjutkan kegiatan reformasi yang
dinamakan Reformasi Perpajakan Jilid I yang memiliki fokus reformasi
administrasi atau yang disebut dengan modemisasi administrasi perpajakan,
reformasi kebijakan, dan intensifikasi dan ekstensifikasi. Kemudian pada
tahun 2009, Reformasi Perpajakan Jilid II diluncurkan dengan agenda utama
adalah rencana perubahan sistem yang bertujuan untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dengan menurunkan compliance costs dan
meningkatkan good governance dalam administrasi perpajakan.
Pada tahun 2000-2012, rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia mencapai 5,37%. Lembaga-lembaga keuangan kelas dunia
bereputasi tinggi memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus
tumbuh dalam lima tahun ke depan melalui peningkatan konsumsi domestik
dan investasi. Beberapa industri seperti pertambangan, energi, perkebunan,
dan industri kreatif diharapkan dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
yang tinggi dalam beberapa tahun mendatang dan memberikan peluang bagi
DJP untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Untuk mendapatkan peluang tersebut, terdapat beberapa tantangan strategis
yang dihadapi DJP yaitu transfer pricing, tax avoidance dan tax evasion.
Dalam periode 2006-2011, kondisi ekspor dan impor mengalami pertumbuhan
volume dan nilai masing-masing 15% dan 24%. Dengan pertumbuhan volume
perdagangan intemasional tersebut, DJP sangat rentan terhadap ancaman
transfer pricing. Salah satu bentuk transfer pricing yang sering terjadi adalah
ketika dua perusahaan secara sengaja melakukan distC!rsi harga di mana
perdagangan di antara keduanya dicatat dengan tujuan meminimalkan hutang
pajak.

-4-

Tantangan lain yang dihadapi DJP dalam konteks administrasi perpajakan

adalah tax avoidance. Dalam teori ekonomi, setiap orang secara rasional akan
berusaha untuk memaksimalkan keuntungan pribadi masing-masing, dengan
kondisi yang lain dianggap sama {ceteris paribus). Implikasi terhadap
perpajakan, Wajib Pajak secara rasional akan berusaha mengurangi hutang
pajak dengan memanfaatkan keterbatasan hukum perpajakan yang berlaku.
Meminimalkan pembayaran pajak dalam koridor hukum merupakan perilaku
yang rasional untuk setiap Wajib Pajak.
Tax evasion merupakan tantangan lain yang lebih berat. Keterbatasan individu

dan organisasi dalam mengumpulkan dan memproses semua informasi yang
tersedia merupakan kenyataan yang dikenal sebagai bounded-rationality.
Kondisi tersebut pada gilirannya menciptakan asimetri informasi antar pihak,
sehingga mendorong terjadinya perilaku oportunistis yang bisa mengakibatkan
kerugian pada pihak tertentu, sementara pihak lain menikmati keuntungan
ekstra. Implikasi terhadap perpajakan, perilaku oportunistis tersebut dapat
menimbulkan potensi kolusi antara Wajib Pajak, Petugas Pajak, dan
Konsultan Pajak. Perilaku oportunistis menjadi tidak terkendali apabila tidak
ada disiplin institusi yang ketat dalam mengamati perilaku tersebut secara
transparan.
Dengan adanya tantangan-tantangan strategis di atas, maka efektivitas

administrasi perpajakan dengan mekanisme self assessment membutuhkan
lima kondisi sebagai berikut:
1. Asimetri informasi antara Wajib Pajak dan Kantor Pajak harus
diminimalisasi
2. Wajib Pajak dan Petugas Pajak sama-sama memiliki awareness bahwa
perilaku oportunistis mereka dapat diamati dan dapat dikenakan sanksi
3. Standarisasi pelayanan bagi semua unit di lingkungan DJP
4. Konsistensi penegakan hukum di seluruh unit DJP dan dalam
keijasama dengan lembaga penegak hukum di luar DJP
5. Meminimalkan peraturan yang multitafsir untuk memberikan kepastian
hukum
Untuk mencapai lima kondisi di atas, DJP telah menetapkan peta strategi yang
terdiri dari sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai dalam periode 20122014 sebagai berikut:

-5-

OUTCOME

1


--· · - · - · - - - - · - - · - - - -· --···-··--·-·--··-··- - ··-·--·-··OUTPUT

____:_ti セZ [Zpᄋ
(

p・ョセィZ、エ。ウ

pelayanan yang
berkualitas

}@

Peningkatan
efektivitas
pengawasan

3

r


4

sゥZエ・セ@

l

Penataan struktur
organisasi yang efektif

7

• Pombontuknn ompat Direktorat·
1 Olroktorot SDM
エ k i@
2. oセイッォエ。
3 Dorektorat TIK
4 Dorektorat Pengem bangan Proses Bisnis
don Organises!
• pッョケウオ。ゥ
ヲ オョァsセ、。@

I OtrokiOrDI PP I & PP II
2 Unuvorllhl
3 Otrektoral PKP
4 s・ ォイ ・ャXセ。エPQ
イ ・ ォ QPイ。
エ j・ョ、イ。ャ@
5 Otrektorat P2

Sasaran-sasaran strategis
strategis sebagai berikut:

J[

manojemen
yang handal

-

Z セL@


-'l-PROccsS

Jセ@

Penlngk&tan
efektlvitas karjasama
antar lembege

5

6

J

INPUT

8
Manajomen Data d an lntegrasl
sistem rr
Manajemen SDM
Sistem pengendallan atas

penlaku Pemonksa Pajak
S•stem MOfiJtomg Pekorjaan
Terintegrasi untuk Penetaah
Keberatan. Petugas S1dang dan
Evaluator

kemudian

セ@

PeningJslp dasarperpajakan

2. Menyedert\alakan janis
pajak
3. Mendomng pedlemboogan
perekonomtan di daetllll
cerpencll termasuk dl
Indonesia baglan Tlmur
4. Meningkatkan penanaman
modal asing

5. Memper1uas aspek
perpajakan
6. Mendukung pembloyoan
negara dan pemblayaM
pembangunan yang
sumber utamanyll berasal
darl penerimaan pajak

f.

1.

Relorrnasl bldoog
administrasi
(modemisasi
admlnistrasi
perpajaken)
2. Relorrnasl bldoog
peraluran
(Amandemen UU
Perpajakan)
3. lnlensifikasi dan
ekslenslllkasl

eョNエセ」・ュッャ@

tCT

2. lnttlmlll Control
System lmprovemoot

3. lntllfTBied Md
advance HRMS
Oeveklpment

_!,

!


I

Ii
!

!

;i

Sum ber: Direktorat Jcnderal Pajak (20 12)

C. Peluang: Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Pada tahun 2000-2012, rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia m encapai
5,37%. Lembaga-lembaga keuangan kelas dunia berepu tasi tinggi memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus tumbuh dalam lima tahun ke
depan m elalui peningkatan konsums i domestik dan investasi. Beberapa
industri seperti pertambangan, energi, perkebunan, dan industri kreatif
diharapkan dapat m emberikan kontribusi pertumbuhan yang tinggi dalam
beberapa tahun m endatang.
Dengan jumlah penduduk produktif dan kelas m en engah di Indonesia yang
sangat besar, konsumsi domestik pada tahun 2011 mencapai di atas USD 470
miliar. Berdasarkan data Komite Ekonomi Nasional (KEN) , jumlah penduduk
Indonesia yang memiliki usi a produktif (20 sampai 55 tahun) , akan tumbuh
dari 104 juta (tahun 2000) menjadi 136 juta (tahun 2020). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Nomura Institute of Capital Markets Research 1 , penduduk
kelas menengah (memiliki penghasilan tahunan USD 3.000-20.000), akan
mencapai 150 juta pada tahun 20 14, atau naik dari 50 juta pada tahun 2009.
Den gan komposisi konsumsi domestik yang mencapai hamp ir setengah dari
PDB Indonesia, kedua tren tersebut memegang peranan p enting dalam
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

1

Nomura Institute of Capital Markets Research merupakan lembaga riset yang berkedudukan di Jepang dan
khusus mempelajari financial institution systems, struktur, dan tren financial dan capital marke t negara
berkembang.

-12-

Tabel 2 : Jumlah Pe nduduk Kelas Menengah
Jumlah Penduduk (dalam jutaan)

2004

India - Kota

2009

2014
(forecast)

26

147,7

- Wilayah agrikultural

82,1

China - Kota

43,9

- Wilayah agrikultural

307,9

504,9

0,4

108,8

Indonesia

1,6

50,4

149,7

Thailand

21

32,9

39,9

Malaysia

14,7

21,3

27

3

20,3

47,7

3,7

3,9

4,3

1,8

2 8,4

Filipina
Singapura
Vietnam

Sumber: Nomura Ins titu te of Capital Ma rkets Research

Keyakinan terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung
oleh Masterplan Percepatan d an Perluasan Pembangun an Ekonomi Indonesia
(MP3EI) 201 1-2025 yang merupakan inisiatif dari Kement erian Koordinator
Bidang Pe rekonom ian pada tahun 2011. Dalam MP3EI 2011 -2025 terdapat
prioritas pemerintah untuk m embangun infrastruktur transportasi dan
telekomunikasi yang ku at serta memperkuat industri tertentu di berbagai
dae rah di Indonesia. Melalui inisiatif te rsebut, pemerintah diharapkan dapat
m enin gka tkan investasi baik dom estik m a upun investasi langsung luar n egeri
(Foreign Direct Investment).

Gambar 3: Rencana PDB Indonesia

PDB: USD 700 miliar
Pendapatan/Kapita
USD 3.000

2025

2045

PDB: USD 4·4.5 trlllun
Pendapatan/Kaplta
USD 14.250·15.500
(estimasl)

PDB:USO 15-17.5trillun
Pendapatan/Kapita
USD 44.500·49.000
(estimasl)

Sumber: MP3EI (2012)

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang didorong oleh peningkatan konsumsi
domestik dan investasi swasta, memberikan peluang b agi DJP untuk
meningkatkan penerimaan pajak.

-13-

D. Tantangan Strategis DJP
Beberapa tantangan strategis yang berkaitan dengan administrasi perpajakan
adalah transfer pricing, tax avoidance dan tax evasion.
Dalam periode 2006-2011, kondisi ekspor dan impor mengalami pertumbuhan
volume dan nilai masing-masing 15% dan 24%. Dengan pertumbuhan volume
perdagangan internasional tersebut, DJP sangat rentan terhadap ancaman
transfer p ricing. Salah satu bentuk transfer pricing yang serin g terjadi a dalah
ketika dua perusahaan secara sengaja melakukan distorsi harga dimana
perdagangan di antara keduanya dicatat dengan tujuan meminimalkan hutang
pajak.
Gambar 4: Nilai Ekspor da n Impor Indonesia dalam miliar USD (2006-2011)
セ eォウーッイ@

204

2006

2007

2008

2009

, Impor

2010

_
177

Laju pertumbuhan = 24%

2006

2007

2008

2011

2009

2010

2011

Sumber: BPS (2012)

Tantangan lain yang dihadapi DJP dalam konteks administrasi perpajakan
adalah tax avoidance. Dalam teori ekonomi, setiap orang secara rasional akan
berusaha untuk memaksimalkan keuntungan pribadi masing-masing, dengan
kondisi yang lain dianggap sama (ceteris paribus). Implikasi terh a d ap
perpajakan, Wajib Pajak secara rasional akan berusaha mengurangi hutang
pajak dengan memanfaatkan keterbatasan hukum perpajakan yang berlaku.
Meminimalkan pembayaran pajak dalam koridor hukum merupakan perilaku
yang rasional untuk setiap Wajib Pajak.

-14-

Tax evasion merupakan tantangan lain yang lebih berat. Keterbatasan individu
dan organisasi dalam mengumpulkan dan memproses semua informasi yang
tersedia merupakan kenyataan yang dikenal sebagai bounded-rationality.
Kondisi tersebut pada gilirannya menciptakan asimetri informasi antar pihak,
sehingga mendorong terjadinya perilaku oportunistis yang bisa mengakibatkan
kerugian pada pihak tertentu, sementara pihak lain menikmati keuntungan
ekstra. Implikasi terhadap perpajakan, perilaku oportunistis tersebut dapat
menimbulkan potensi kolusi antara Wajib Pajak, Petugas Pajak, dan
Konsultan Pajak. Perilaku oportunistis menjadi tidak terkendali apabila tidak
ada disiplin institusi yang ketat dalam mengamati perilaku tersebut secara
transparan.
Dengan adanya tantangan-tantangan strategis di atas, maka efektivitas
administrasi perpajakan dengan mekanisme self assessment membutuhkan
kondisi sebagai berikut:
1. Asimetri informasi antara Wajib

2.
3.
4.
5.

Pajak dan Kantor Pajak harus

diminimalisasi
Wajib Pajak dan Petugas Pajak sama-sama memiliki awareness bahwa
perilaku oportunistis mereka dapat diamati dan dapat dikenakan sanksi
Standarisasi pelayanan bagi semua unit di lingkungan DJP
Konsistensi penegakan hukum di seluruh unit DJP dan dalam
kerjasama dengan lembaga penegak hukum di luar DJP .
Meminimalkan peraturan yang multitafsir untuk memberikan kepastian
hukum

E. Looking Forward: Implikasi terhadap Rencana Strategis DJP
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi DJP dalam merigelola transformasi
organisasi, transfer pricing, tax avoidance dan tax evasion, juga terdapat
peluang besar untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja DJP dalam
menghimpun pajak.
Di antara tantangan dan peluang tersebut, DJP perlu merumuskan Rencana
Strategis yang dapat menjadi pedoman untuk menghadapi ancaman eksternal
dan memanfaatkan peluang yang dihasilkan oleh besarnya pertumbuhan
ekonomi. Berbagai pertimbangan juga terdapat dalam Rencana Strategis
untuk mengurangi kompleksitas yang dihasilkan proses transformasi dan
pertumbuhan organisasi sejak tahun 2002, dan untuk mengintegrasikan
inisiatif masa lalu dengan inisiatif yang baru dalam Rencana Strategis. Hal ini
dengan harapan bahwa perencanaan dan implementasi selanjutnya dapat
mendorong DJP menuju keunggulan organisasi dan perbaikan kinerja yang
berkelanjutan dalam menghimpun pajak.

-15-

VIS I
Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara
yang terbaik di wilayah Asia Tenggara

MIS I
Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan
menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil
dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi
kemakmuran rakyat

NILAI-NILAI






Integritas
Profesionalisme
Sinergi
Pelayanan
Kesempurnaan

-16-

Analisa Strategis
A. SWOT Analysis
STRENGTHS

Strength 1: Organisasi DJP yang modern
Keberhasilan reformasi birokrasi DJP telah memberikan dampak yang
signifikan terhadap pertumbuhan penerimaan pajak dan meletakkan
dasar-dasar untuk reformasi selanjutnya.

Strength 2: DJP memUiki Database terbesar
DJP merupakan institusi yang memiliki Database informasi terbesar di
Indonesia karena memiliki otoritas untuk mengakses data selunih Wajib
Pajak di negara ini.

Strength 3: DJP memUiki otoritas untuk melakukan enforcement
DJP memiliki kewenangan untuk mengawasi Wajib Pajak dalam
melakukan pembayaran kewajibannya sesuai dengan Undang-Undang

WEAKNESSES
Weakness 1: Struktur organisasi dan jumlah Sumber Daya Manusia
(SDM) yang tidak memadai
Struktur organisasi dan jumlah SDM yang ada saat ini sudah tidak
mampu lagi mendukung secara optimal pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab DJP yang semakin banyak dan semakin kompleks. Rasio antara
jumlah Wajib Pajak terhadap pegawai yang melakukan fungsi pengawasan
terlalu tinggi dan jauh melampaui norma intemasional.

Weakness .2: Sistem yang belum memadai
Sistem yang dimiliki DJP belum cukup memadai untuk menyelesaikan
jumlah dan variasi pekerjaan yang cenderung semakin kompleks, terutama
di bidang integrasi sistem teknologi informasi dan keamanan data,
manajemen SDM, manajemen dokumen logistik, dan kepatuhan internal.

Weakness 3: Keterbatasan pada akses informasi dan pengetahuan
tentang industri tertentu sehingga kehnangan potensi penerimaan
pajak
Pengetahuan dan akses informasi mengenai sektor industri tertentu
(seperti: pertambangan, energi, perkebunan, dan lain-lain) merupakan

-17-

faktor yang sangat penting dalam mengoptimalkan potensi penerimaan
pajak.
Weakness 4: Span of control yang terlalu Iebar dan tingkat

sentralisasi yang terlalu tinggi
Span of control yang terlalu Iebar dan tingkat sentralisasi yang terlalu tinggi

mengakibatkan kelambatan
penyelesaian pekeijaan.

dalam

pengambilan

keputusan

dan

OPPORTUNITIES
Opportunity l: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Berkelanjutan

Lembaga-lembaga keuangan kelas dunia bereputasi tinggi memprediksi
Indonesia dapat mempertahankan laju pertumbuhan ekonominya dalam
lima tahun ke depan, terutama karena didukung oleh industri yang
memiliki laju pertumbuhan tinggi, seperti: industri pertambangan, energi,
perkebunan, dan industri kreatif. Kepercayaan diri ekonomi Indonesia di
masa depan juga didukung oleh dokumen MP3EI yang berisi prioritas
Pemerintah dalam membangun kapasitas infrastruktur transportasi dan
telekomunikasi yang kuat, serta memperkuat industri tertentu di berbagai
daerah di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia
dipastikan akan meningkatkan potensi penerimaan pajak pada tahuntahun yang akan datang.
Opportunity .2: Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Ketersediaan jasa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan biaya
perolehan yang semakin efisien dan produktif akibat tersedianya Global
and Borderless Production Network merupakan suatu kesempatan bagi DJP
untuk mendapatkan dukungan bagi pengelolaan data dan sistem teknologi
informasi.
Opportunity 3: Peningkatan Kepatuhan Formal

Peningkatan kepatuhan formal Wajib Pajak selanjutnya akan berevolusi
menjadi kepatuhan material. Hal ini didorong oleh kes.adaran Warga
Negara Indonesia yang terus meningkat tentang manfaat membayar pajak
bagi masing-masing individu. Semen tara itu, Wajib Pajak juga makin sadar
terhadap tindakan hukum yang akan dijatuhkan pada mereka apabila
mereka memiliki perilaku tidak patuh.
Opportunity 4: Pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah yang

tinggi
Pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah yang tinggi berakibat
pada peningkatan jumlah Wajib Pajak yang berpotensi meningkatkan
penerimaan pajak.

-18-

THREATS
Threat 1: Perllaku Rasionallndividu
Perilaku rasional Wajib Pajak untuk meminimalkan pembayaran pajak
mereka merupakan sifat alamiah di manapun, sehingga akan berakibat
pada kurang optimalnya penerimaan pajak negara.

Threat .2: Tindakan kolusi antara Wajib Pajak dengan Petugas Pajak
dan Konsultan Pajak
Interaksi antara Wajib Pajak, Petugas Pajak, dan Konsultan Pajak rentan
terhadap perilaku kolusi (opportunistic behauiour1 yang di satu pihak dapat
memberikan keuntungan kepada mereka, sementara di lain pihak
mengorbankan penerimaan pajak negara.

Threat 3: Ketidakpastian Politik akibat Pemllu tahun 2014
Ketidakpastian politik yang mungkin muncul sebelum, selama dan setelah
Pemilu tahun 2014 memiliki dampak yang signiflkan terhadap penerimaan
pajak di masa depan, terutama jika suksesi kepemimpinan nasional tidak
beijalan lancar.

Threat 4: Aktivitas Bisnis Lintas-Batas Negara
Peningkatan aktivitas bisnis lintas-batas negara dapat mempersulit proses
pengawasan, sehingga mengakibatkan kehilangan potensi penerimaan
pajak.

Threat 5: Model Bisnis Baru
Model bisnis baru yang inovatif (misalnya e-commerce). dapat mempersulit
proses pengawasan, sehingga mengakibatkan kehilangan potensi
penerimaan pajak.

Threat 6: Adanya conflict of interest dalam menjalankan fungsi law
enforcement
Keberadaan oknum di dalam proses penegakan hukum mengakibatkan
berkurangnya efektivitas DJP dalam menjalankan fungsi law enforcement.

Threat 7: Frame Pemberitaan oleh Media Massa
Media massa membuatframe pemberitaan tentang DJP yang menimbulkan
tafsir ganda bagi publik dan berpotensi merugikan DJP.

-19-

B. TOWS Matrix

Strengths:
(1) Organisasi DJP yang
modern
(2) DJP memiliki
Database terbesar
(3) DJP memililci otoritas
untuk melakukan
enforcement

Opportunities:
Threats:
(1) Pertumbuha n
(1) Perilaku rasional individu
ekonomi yang
(2) Tindakan kolusi antara Wajib
berkela njutan
Pajak, Petugas Pajak, dan
(2) Perkemba ngan TIK
Konsultan Pajak
(3) Peningkatan
(3) Ketidakpastian politik akibat
kepatuhan form a l
Pemilu 20 14
(4) Pertumbuhan jumlah
(4) Aktivitas bisnis lintas-batas
penduduk kelas
negara
menengah yang tinggi
(5) Model bisnis baru
(6) Ada nya conflict of interest daJam
menjalankan fu ngsi law
enforcement
(7) Frame pemberitaan oleh media
massa
• Pembangu nan Siste m
• Peningkatan
efcktivitas kerjasama
Manajemen Data dengan
tingkat keamanan yang sangat
antar lcmbaga (S 1 S2
tinggi dengan dukungan siste m
0 1 0 2)
teknologi informasi (IT) yang
• Pem bangunan Sistem
terintegrasi (S2 S3 T 1 T 2)
Ma najemcn Data
• Pembentuka n Sistem
dengan tingkat
Pengendalian atas perilaku
keamanan yang
Pemeriksa Pajak (S2 T 1 T 2)
sangat tinggi dengan
dukungan sistem
• Pembangunan Siste m
teknologi informasi
Monitoring Pekerjaan
(IT) yang terintegrasi
Terintegrasi untuk Penelaah
(S2 S3 0 2 0 3 0 4)
Keberatan, Petugas Sidang dan
Evaluator yang akan
mc nghasilka n Database bidang
Kcbc ratan dan Banding (82 T1
T 2)



Peningkatan efektivitas
kerjasama antar lem baga (8182
SJ T 3 T 4 T s T 6 T 7)

Weaknesses:
(1) Struktur organisasi
danjumlah sumber
daya manusia (SDM)
yang tidak memadai
(2) Sistem yang belum
memadai
(3) Keterbatasan pada
akses informasi da n
pengetahuan tentang
industri tertentu
sehingga kehiJangan
potensi penerimaan
pajak
(4) Span of control yang
terlalu Iebar dan
tingkat sentraJisasi
yang terlalu tinggi







Melakukan
restruktu risasi
organisasi secara
parsial (seperti pada
bida ng SD M,
kcpatuhan internal,
dan reformasi
bimkrasi) (W1 W2 W J



W4 0102 0 3 0 4)



Pembangunan
infra struktur logisti k
un tuk menyimpan
dokumen Wajib Pajak
sccara efcktif (W2 0 2)
Pcmbangunan Sistem
Manajemen Data da n
IT yang terin tegrasi
dcngan tingkat
kcamanan yang
sangat tinggi (W2 0 2)




Pcngembangan Sistem
Percncanaan dan Manajemen
SDM (W1 W2 W 3 W4T 2)
Peningkatan kuantitas dan
kua lilas SDM (W1 W 4T 2)
Pembentukan Sistem
Pengendalian atas perilaku
Pcmeriksa Pajak (W2 T1 T 2 )
Pembangunan Sistem
Mo11itoring Pekeijaan
Terintegrasi untuk Penelaah
Keberatan, Petugas Sidang dan
Evaluator yang a kan
menghasilkan Database bida ng
Ke be ratan dan Banding (W2 T 1
T2 )





Pembangunan Sistem
Ma nAjc me n Data dan teknologi
informasi yang terintegrasi
dengan tingkat keamanan yang
sangat tinggi (W2 T 1 T 2)
Peningkatan efektivitas
kcrjasama antar lembaga (W1
W2 T 3 T 4 T s T 6)

-20-

Sasaran Strategis 1
Penataan Struktur Organisasi yang
Efektif
lnisiatif Strategis 1
Pembentukan Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM), Kepatuhan Internal
(KI), dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Inisiatif Strategis 2
Penyesuaian fungsi Direktorat Peraturan Perpajakan I (PP I) dan Direktorat
Peraturan Perpajakan II (PP II) seiring dengan peralihan peran penyusunan
regulasi ke Badan Kebijakan Fiskal (BKF)

lnisiatif Strategis 3
Perubahan fungsi Direktorat Transformasi Proses Bisnis (TPB) menjadi
Direktorat Pengembangan Proses Bisnis dan Organisasi

lnisiatif Strategis 4
Penyesuaian struktur organisasi unit vertikal sebagai akibat dari pemekaran
wilayah pajak

Inisiatif Strategis 5
Perluasan tugas Direktorat Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan (PKP)

Inisiatif Strategis 6
Penyesuaian fungsi Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan (P2)

Inisiatif Strategis 7
Penyesuaian fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal

-21-

A. INISIATIF STRATEGIS 1 : Pembentukan Direktorat Sumber
Daya Manusia (SDM), Kepatuhan Internal (KI), dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)
Pembentukan Direktorat SDM merupakan respon dari kebutuhan akan
sistem SDM secara komprehensif yang meliputi perencanaan SDM sampai
dengan manajemen SDM. Selama ini fungsi SDM masih terbagi antara
Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen) dalam hal adininistrasi dan
operasional dan Direktorat Kepatuhan Intemal dan Transformasi Sumber
Daya Aparatur (KITSDA) dalam hal pengembangan. Di samping itu, fungsi
administrasi dan pengembangan SDM berada pada level Eselon III untuk
menangani ukuran organisasi DJP yang besar. Pembentukan Direktorat
SDM meliputi perpindahan fungsi SDM dari Setditjen dan Direktorat
KITSDA ke dalam Direktorat SDM. Dengan demikian, Direktorat KITSDA
memiliki peran baru dalam melakukan kegiatan kepatuhan intemal
sebagai Direktorat Kepatuhan lntemal (KI). Dengan adanya pembentukan
Direktorat SDM ini diharapkan efektivitas organisasi dan produktivitas
SDM dapat meningkat.
Program strategis lainnya adalah penggabungan Direktorat Teknologi
Informasi Perpajakan (TIP) dan Direktorat Transformasi Teknologi
Komunikasi dan Informasi (TTKI) menjadi Direktorat TIK.
Pembentukan tiga Direktorat tersebut perlu memperhatikan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi terutama dalam jumlah Direktorat di
bawah Eselon I yang diperbolehkan.
Program-program strategis yang akan dilakukan agar persyaratan dalam
peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi terpenuhi dan mendukung inisiatif strategis terse but adalah:
1. Kajian akademis pembentukan Direkorat SDM - Tahun 2012
2. Penggabungan fungsi SDM dari Direktorat KITSDA dan Setditjen
ke dalam Direktorat SDM - Tahun 2013
3. Penggabungan Direktorat TTKI dan TIP menjadi Direktorat TIK Tahun 2013

-22-

B. INISIATIF STRATEGIS 2 : Penyesuaian fungsi Direktorat
Peraturan Perpajakan I (PP I) dan Peraturan Perpajakan II
(PP D) seiring dengan peralihan peran penyusunan regulasi
ke Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Berdasarkan KMK No: 9/KMK.01/2011 tentang Perumusan Rekomendasi
Kebijakan Perpajakan, kewenangan DJP telah berubah menjadi
memberikan rekomendasi perumusan kebijakan perpajakan, dan
kewenangan DJP sebelumnya dalam melakukan perumusan kebijakan
perpajakan (subjek, objek, dan tarif) sampai saat ini masih dalam masa
transisi ke Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Dalam masa transisi, tugas DJP
adalah melakukan inventarisasi perumusan kebijakan perpajakan yang
belum selesai sebelum kewenangan dipindahkan ke BKF. Setelah masa
transisi berakhir, tugas DJP akan lebih merumuskan kebijakan bersifat
administratif.
Selanjutnya, dampak dari peralihan peran penyusunan regulasi ke BKF
akan menciptakan kebutuhan untuk menyelaraskan · proses bisnis DJP
dengan peraturan yang disusun oleh BKF. Oleh karena itu programprogram strategis yang akan dilakukan untuk mendukung inisiatif
strategis tersebut adalah:
1. Membentuk project management office (PMO) untuk memastikan
transisi fungsi perumusan Peraturan Perpajakan dari Direktorat PP
I dan PP n (DJP) ke BKF berjalan dengan lancar - Tahun 2012 s/ d
2013
2. Pembentukan Direktorat baru dengan fungsi menyelaraskan
kerjasama pembuatan Peraturan Perpajakan dengan BKF- Tahun
2014

C. INISIATIF STRATEGIS 3 : Perubahan fungsi Direktorat
Transformasi Proses Bisnis (TPB) menjadi Direktorat
Pengembangan Proses Bisnis dan Organisasi
Setelah penyesuaian fungsi Direktorat PP I dan PP II selesai dilakukan
maka fungsi Direktorat TPB perlu diperbaharui sesuai dengan proses
bisnis baru yang dibuat oleh kebutuhan BKF dan DJP untuk melakukan
penyelarasan kebijakan perpajakan dan proses bisnis. Selain itu, ada
kebutuhan tambahan untuk mengelola perubahan organisasi yang
disebabkan oleh perubahan dalam proses bisnis. Program strategis yang
dilakukan untuk mendukung inisiatif strategis terse but adalah:
Perubahan fungsi Direktorat TPB menjadi Direktorat Pengembangan
Proses Bisnis dan Organisasi- Tahun 2014

-23-

D. INISIATIF STRATEGIS 4 : Penyesuaian struktur organisasi
unit vertikal sebagai akibat dari pemekaran wfiayah pajak
Seiring dengan target pertumbuhan pendapatan pajak yang terus
meningkat, maka pemekaran wilayah pajak di berbagai daerah yang
potensi pajaknya tinggi merupakan suatu konsekuensi logis, agar beban
keija unit organisasi dapat terdistribusi secara baik. Penyesuaian struktur
organisasi unit vertikal termasuk pemecahan fungsi pelayanan dan
pengawasan dari Account Representatives sehingga tidak teijadi cross
function. Program strategis yang dilakukan untuk mendukung inisiatif
strategis tersebut adalah:
Penyesuaian struktur organisasi unit vertikal sebagai akibat dari
pemekaran wUayah pajak dan sebagai bagian dari proses
restruk.turisasi organisasi DJP- Tahun 2014

E. INISIATIF STRATEGIS 5: Perluasan tugas Direktorat
Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan (PKP)
Untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan pendapatan pajak,
DJP perlu membuat suatu organisasi yang memiliki kemampuan proaktif
dalam melakukan ekstensifikasi. Salah satunya melalui peningkatan peran
dan tugas Direktorat PKP dalam melakukan penggalian dan pengembangan
terhadap wilayah yang memiliki potensi pajak. Program strategis yang
dilakukan untuk mendukung inisiatif strategis tersebut adalah:
Meningkatkan peran PKP dalam melakukan ekstensifikasi pajak Tahun 2014

F. INISIATIF· STRATEGIS 6 : Penyesuaian fungsi Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan (P2)
Penyesuaian fungsi Direktorat P2 yaitu fokus sebagai ー・ュセオ。エ@
kebijakan,
pedoman, dan protokol di bidang pemeriksaan. Dengan penyesuaian fungsi
tersebut, Direktorat P2 tidak akan melakukan kegiatan yang bersifat
operasional seperti pemeriksaan terhadap Wajib Pajak tetapi lebih kepada
pemeriksaan terhadap hasil audit yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak
(auditor). Program strategis yang dilakukan untuk mendukung inisiatif
strategis tersebut adalah:
Perubahan fungsi Pemeriksa Pajak yang berada di Direktorat P2 Kantor
Pusat yang sebelumnya melakukan audit terhadap Wajib Pajak menjadi
audit terhadap Pemeriksa Pajak- Tahun 2013

-24-

G. INISIATIF STRATEGIS 7: Penyesuaian fungsi Sekretariat
Direktorat Jenderal
Setelah perpindahan fungsi administrasi SDM dari Setditjen ke dalam
Direktorat SDM dan fungsi beberapa Direktorat lain ke dalam Setditjen,
maka fungsi Setditjen perlu disesuaikan. Program strategis yang dilakukan
untuk mendukung inisiatif strategis tersebut adalah:

1. Penambahan fungsi monitoring dan pembinaan ke instansi vertikal
dan UPT eli bidang pengadaan dan inventarisasi barang mUik negara
(BMN) - Tahun 2013
2. Pemindahan fungsi pengelolaan kinerja organisasi dari Subdit
Transformasi Organisasi, Direktorat KITSDA- Tahun 2013
3. Pemindahan fungsi bantuan hukum dari Direktorat Peraturan
Perpajakan II - Tahun 2013

-26-

A. INISIATIF STRATEGIS 8 : Pembangunan Sistem Manajemen
Data dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi dengan
dukungan sistem teknologi informasi (IT) yang terintegrasi
Sistem teknologi informasi dan komunikasi yang baik diperlukan untuk
menunjang kegiatan dan tugas dari DJP. Dengan adanya sistem teknologi
informasi dan komunikasi yang mutakhir akan memudahkan pelayanan
DJP kepada masyarakat, khususnya kepada para Wajib Pajak, sekaligus
memastikan kepatuhan Wajib Pajak secara adil dan transparan.
Pembangunan sistem teknologi informasi dan komunikasi senantiasa
dilakukan DJP secara bertahap agar menghasilkan sebuah sistem
teknologi informasi pengolahan data yang sistematis, terstruktur, dan
terintegrasi. DJP tengah dalam proses perbaikan sistem menuju sistem
informasi teknologi dan pengolahan data yang terintegrasi dan aman. Saat
ini, sistem teknologi informasi DJP belum sepenuhnya terintegrasi, dan
masih menggunakan dua sistem informasi pajak yaitu Sistem Informasi
Perpajakan Modifikasi (SIPMOD) dan Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP). Sistem informasi yang tidak terintegrasi mengakibatkan
sulitnya memanfaatkan data secara maksimal untuk melakukan
pengawasan berbasis evidence.
Untuk itu, diperlukan migrasi berbagai sistem yang saat ini tersebar
menjadi sistem tunggal yang terintegrasi. Sehingga pada gilirannya, pada
akhir periode Rencana Strategis 2012-2014 hanya terdapat satu sistem
yang mengintegrasikan seluruh teknologi pengolahan data dan informasi
dan dikenal dengan nama SIDJP. Pengembangan SIDJP terdiri dari desain
OLTP (OnLine Transaction Processing) dan desain OLAP (OnLine Analysis
Processing). Desain OLTP digunakan untuk merekam data mentah
(registrasi, pembayaran, pelaporan oleh Wajib Pajak, dan lainnya).
Sedangkan desain OLAP akan menyediakan kapabilitas analisis secara
sistemik untuk kepentingan pengawasan dan pengambilan keputusan para
pimpinan DJP.
Program-program strategis yang akan dilakukan untuk mendukung
inisiatif strategis tersebut dalam tahun 2012-2014:
1. Melakukan migrasi menuju single core tax administration system
(OLTP) - Tahun 2012
2. Melakukan persiapan pembenahan sistem administrasi PPN - Tahun
2012
3. Membuat pilot project pembenahan sistem administrasi PPN Tahun 2013
4. Melakukan migrasi aplikasi yang diperlukan untuk pengawasan dan
pengambUan keputusan manajemen DJP (OLAP) - Tahun 2013

-27-

5. Pelaksanaan pembenahan sistem adm.inistrasi PPN- Tahun 2014
6. Melakukan standardisasi hardware- Tahun 2014

B. INISIATIF STRATEGIS 9 : Pengembangan Sistem
Perencanaan dan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat memberi
kontribusi signifikan terhadap tren kenaikan penerimaan pajak. Sehingga
pada gilirannya, kapasitas dan kapabilitas organisasi harus disesuaikan
dengan tuntutan perkembangan kondisi tersebut. Salah satu inisiatif
strategis untuk mendukung upaya meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas organisasi adalah Pengembangan sistem perencanaan dan
manajemen SDM.
Sistem perencanaan SDM yang meliputi kegiatan rekrutmen dan
pengembangan pola karir dapat membantu menyediakan kebutuhan
jumlah dan keahlian SDM sesuai kebutuhan organisasi. Saat ini terdapat
banyak ketidaksesuaian antara jumlah pegawai dengan kebutuhan unit
kerja di beberapa unit kerja, sehingga berdampak kepada tingkat
produktivitas yang tidak optimal.
Sebagai organisasi dengan jumlah SDM terbesar di Kementerian Keuangan,
DJP membutuhkan suatu sistem manajemen SDM yang terintegrasi
dengan sistem perencanaan SDM yang mandiri, terutama dalam hal pola
mutasi dan kompensasi. Selama ini sistem pola mutasi dan kompensasi
yang ada belum mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang
diharapkan. Hal ini mengakibatkan penurunan motivasi pegawai DJP, dan
pada gilirannya tingkat produktivitas tidak mampu mencapai tingkat yang
diharapkan.
Program-program strategis yang akan dilakukan untuk mendukung
inisiatif strategis tersebut dalam tahun 2012-2014:
1. lntegrasi sistem manajemen kinerja dengan sistem kompensasi
yang 'disesuaikan'- Tahun 2012
2. ldentiftkasi HR Supply (Talent Management) - tahun 2013
3. Pembangunan HRIS (Human Resources Information System) tahun 2013
4. Pengembangan SDM - tahun 2014

-28-

C. INISIATIF STRATEGIS 10: Pembentukan Sistem
Pengendalian atas perllaku Pemeriksa Pajak
Pembentukan sistem pengendalian atas perilaku Pemeriksa Pajak
berdasarkan asumsi bahwa terdapat perilaku oportunistis antara Wajib
Pajak dan Pemeriksa Pajak. Perilaku oportunistis tersebut terjadi akibat
adanya asimetri informasi Wajib Pajak dengan Kantor Pajak yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kolusi. Perilaku tersebut dapat dikendalikan
melalui pengembangan standar operasional prosedur (SOP) yang dapat
memungkinkan DJP untuk memiliki disiplin yang ketat dalam mengamati
perilaku oportunistis secara transparan. Salah satu area pengembangan
SOP adalah tugas Pemeriksa Pajak, yang dibuat untuk memastikan
Pemeriksa Pajak tidak memiliki kesempatan untuk bernegosiasi dengan
Wajib Pajak.
Saat ini jumlah Pemeriksa Pajak yang dimiliki mencapai 4.000 Pemeriksa
Pajak atau sekitar 12,5% dari total jumlah karyawan DJP. Rata-rata
jumlah pemeriksaan yang dilakukan oleh para Pemeriksa Pajak· mencapai
42.000 pemeriksaanjtahun dan 61% merupakan pemeriksaan rutin (SPT
Lebih Bayar). Berdasarkan kondisi tersebut, basil pemeriksaan tidak
memberikan dampak terhadap kenaikan penerimaan pajak karena lebih
banyak melakukan pemeriksaan lebih bayar dan ketidakmampuan dalam
menerapkan audit berbasis risiko.
Agar hasil pemeriksaan dapat memberikan dampak terhadap kenaikan
penerimaan pajak dan secara bersamaan dapat meminimalisir perilaku
oportunistis antara Wajib Pajak dan Petugas Pajak maka program-program
strategis yang akan dilakukan untuk mendukung inisiatif strategis
tersebut dalam tahun 2012-2014 adalah:
1. Mengembangkan indikator ukuran kinerja untuk mengevaluasi
pencapaian tiap Pemeriksa Pajak secara individu - Tahun 2012
2. Mengembangkan SOP yang dapat memastikan akuntabUitas dari tim
audit - Tahun 2012
3. Membuat pemetaan wUayah potensi penerimaan pajak hasn audit Tahun 2012
4. Bekerjasama dengan pihak eksternal (auditor profesional