pengawasan lalulintas hewan dan pengawasan pemotongan hewan qurban

PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT

DINAS PETERNAKAN

Jl. Rasuna Said No. 68 Telepon 28060 – 28077 Padang

INSTRUKSI GUBERNUR SUMATERA BARAT
Nomor : 520 – 419 - 2007
TENTANG
PENGAWASAN LALULINTAS HEWAN DAN
PENGAWASAN PEMOTONGAN HEWAN QURBAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT
Menimbang

Mengingat

: 1. bahwa dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha maka umat
muslim membutuhkan hewan qurban dalam jumlah yang banyak
sehingga lalulintas hewan otomatis meningkat baik yang masuk
ataupun yang keluar dari Sumatera Barat;
2. bahwa hewan qurban tersebut tidak memiliki dokumen kesehatan

hewan sehingga dapat membawa bibit penyakit hewan menular
(Anthrak, Brucella dan IBR) ke Sumatera Barat;3
3. .bahwa sebagian umat muslim menggunakan hewan betina sebagai
hewan qurban sehingga dapat menurunkan populasi hewan/ternak di
Sumatera Barat;
4. 4.bahwa daging hewan qurban yang dibagikan kepada masyarakat
harus Aman, sehat, Utuh dan Halal (ASUH);
5. bahwa untuk mengantispasi hal tersebut pada huruf a, b, c dan d
perlu menetapkan Instruksi Gubernur Sumatera Barat;
: 1. Ordonansie Nomor 614 Tahun 1936 tentang Larangan Pemotongan
Ternak Besar Bertanduk Betina Produktif;
2. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undangundang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau
menjadi Undang-undang jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun
1979;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok-Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara
Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3656);
5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 yang ditetapkan
dengan Udang-undang Nomor 8 Tahun 2005. (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
7. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 15 Tahun 1977 tentang
Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit
Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3101);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara 3952);
10. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian
Nomor : 18 tahun 1979; 05/Ins/Um/3/1979 dan Larangan
PemotonganTernak Sapi/Kerbau Bunting atau Sapi/Kerbau Betina
Bibit;
11. Instruksi Gubernur Sumatera Barat Nomor : 524-243-2006 tentang
Larangan Pemotongan dan Lalulintas Ternak Betina Yang Masih
Produktif Ke Luar Propinsi Sumatera Barat;
Memperhatikan:1. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian
Nomor: 18 tahun 1979; 05/Ins/Um/3/1979 dan Larangan
PemotonganTernak Sapi/Kerbau Bunting atau Sapi/Kerbau Betina
Bibit;
2. Instruksi Gubernur Sumatera Barat Nomor : 524-243-2006 tentang
Larangan Pemotongan dan Lalulintas Ternak Betina Yang Masih
Produktif Ke Luar Propinsi Sumatera Barat;Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang SyaratSyarat Rumah Pemotongan Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan;
MENGINSTRUKSIKAN
Kepada
Untuk


: Bupati/Walikota se Sumatera Barat
:

PERTAMA

KEDUA

KETIGA

: Memperketat tindakan pengawasan lalulintas Hewan terhadap keluar
masuk Hewan di Pos Penjagaan (Check Point) dengan melakukan
pelarangan pembawaan hewan qurban (betina) keluar Propinsi
Sumatera Barat.
: Memperketat pengecekan dokumen Kesehatan Hewan Qurban (bebas
Anthrak, Brucella dan IBR) bagi Hewan Qurban yang berasal dari
luar Propinsi Sumatera Barat yang masuk melalui daerah perbatasan
(Check Point).
: Melakukan pemeriksaan Kesehatan Hewan Qurban di tempat-tempat
penjualan dan penampungan hewan qurban serta pemeriksaan
antemortem dan postmortem ditempat pemotongan hewan.


KEEMPAT

: Menginventarisasi tempat-tempat yang akan digunakan untuk
pemotongan hewan dan mensosialisasikan persyaratan teknis/tata cara
pemotongan hewan dan penanganan daging yang hygienis sehingga
daging qurban yang dibagikan ke masyarakat memenuhi persyaratan
aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).
KELIMA
: Melakukan pelarangan pemotongan hewan betina yang masih
produktif untuk digunakan sebagai hewan qurban.
KEENAM
: Bupati/Walikota melakukan pengawasan dan pengamanan terhadap
pelaksanaan Instruksi ini.
KETUJUH
: Pengaturan secara teknis, pengawasan dan pelaksanaan Instruksi ini
diserahkan kepada Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota.
KEDELAPAN : Instruksi ini agar dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan
melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Gubernur melalui Kepala
Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

KESEMBILAN : Instruksi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Padang
pada tanggal 20 November 2007
GUBERNUR SUMATERA BARAT

GAMAWAN FAUZI
Tembusan disampaikan Kepada Yth.
1. Direktur Jenderal Peternakan di Jakarta
2. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat di Padang
3. Kepala Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab/Kota
se Sumatera Barat