IND PUU 7 2011 Batang Tubuh Combine1

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 01 TAHUN 2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2011
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Menimbang

: a. bahwa untuk memperkuat pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimum (SPM) bidang lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota dan mendukung penurunan
emisi Gas Rumah Kaca, Pemerintah telah menetapkan
kebijakan pengalokasian Dana Alokasi Khusus bidang
lingkungan hidup;
b. bahwa untuk melaksanakan kebijakan pengalokasian
Dana Alokasi Khusus bidang lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, diperlukan
Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2011;

c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2011;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

1

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005
tentang
Penetapan
Peraturan
Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi
Biomassa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 267, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4068);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana
Perimbangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);


2

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
15. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;

16. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota;
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06
Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan;
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian
Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014;
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 216/PMK.07/2010
tentang Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum Dana
Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2011;

3


MEMUTUSKAN :
Menetapkan

:

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN 2011.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Dana Alokasi Khusus Bidang Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disebut DAK Bidang LH adalah dana yang bersumber dari pendapatan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
pemantauan kualitas lingkungan hidup, pengendalian pencemaran
lingkungan hidup, perlindungan fungsi lingkungan hidup dan
penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut
APBN adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintahan Negara yang
disetujui Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disebut
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
4. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
6. Instansi
Lingkungan
Hidup
Daerah
adalah
instansi
yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup daerah.
7. Menteri adalah menteri yang menyelanggarakan urusan pemerintahan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
DAK Bidang LH bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan, tanggung
jawab dan peran pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan SPM
bidang lingkungan hidup daerah kabupaten/kota dan penurunan emisi
GRK.
Pasal 3
DAK bidang LH mempunyai sasaran untuk melengkapi sarana dan
prasarana fisik perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
kabupaten/kota.

4

Pasal 4
Pelaksanaan DAK bidang LH didasarkan pada prinsip:
a. meningkatkan kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan;

b. mendorong kemandirian pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
c. mendukung bupati/walikota dalam:
1. menetapkan kelas air pada sungai prioritas di wilayahnya;
2. menurunkan beban pencemaran pada air,udara dan tanah;
3. menetapkan kebijakan pengurangan volume sampah;
4. menambah luas ruang terbuka hijau (RTH) yang berfungsi sebagai
paru-paru kota;
5. pemulihan fungsi sungai dan danau; dan
6. menyusun Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD).
Pasal 5
(1) Lingkup kegiatan DAK bidang LH meliputi:
a. pemantauan kualitas lingkungan hidup;
b. pengendalian pencemaran lingkungan hidup;
c. penurunan emisi GRK; dan
d. perlindungan fungsi lingkungan hidup.
(2) Kegiatan pemantauan kualitas lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pengembangan sistem informasi pemantauan kualitas lingkungan
hidup;

b. pengadaan sarana dan prasarana pemantauan kualitas air, meliputi:
1. peralatan operasional laboratorium lingkungan hidup;
2. gedung laboratorium lingkungan hidup;
3. sarana pengolahan limbah laboratorium lingkungan hidup; dan
4. sarana laboratorium lingkungan hidup bergerak.
c. pengadaan sarana dan prasarana pemantauan kualitas udara
ambien; dan
d. pengadaan sarana dan prasarana pemantauan kualitas tanah untuk
produksi biomassa.
(3) Kegiatan pengendalian pencemaran lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. pengembangan
sistem
informasi
pengendalian
pencemaran
lingkungan hidup;
b. pengadaan sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) laboratorium, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta fasilitas
kesehatan; dan
c. pengadaan sarana dan prasarana transportasi dan pengolah sampah
di Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) pada fasilitas
umum dan fasilitas sosial.

5

(4) Kegiatan penurunan emisi GRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi :
a. pengembangan sistem informasi penurunan emisi GRK;
b. penyediaan RTH yang berfungsi sebagai paru-paru kota;
c. pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi taman hijau,
taman kota dan taman kehati; dan
d. pengadaan sarana dan prasarana pengolahan limbah organik
menjadi biogas.
(5) Kegiatan perlindungan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. pengembangan sistem informasi perlindungan fungsi lingkungan
hidup;
b. pengadaan sarana dan prasarana pembuatan sumur resapan dan
biopori;
c. pengadaan sarana dan prasarana pengolah gulma (tanaman
pengganggu); dan
d. pengadaan sarana dan prasarana pencegah longsor.
(6) Rincian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan
ayat (5) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
(1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) sampai dengan
ayat (5) dilaksanakan berdasarkan data dasar yang dibangun dalam
sistem informasi pemantauan kualitas lingkungan.
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan
masukan dalam penyusunan kebijakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
Pasal 7
(1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) sampai dengan
ayat (5), dipilih berdasarkan pertimbangan:
a. prioritas penanganan masalah lingkungan hidup yang dihadapi;
b. kondisi lingkungan hidup setempat;
c. keberlanjutan dan kesinambungan kegiatan;
d. kesesuaian dengan perencanaan daerah;
e. jumlah alokasi anggaran; dan
f. ketersediaan sumberdaya manusia.
(2) Kegiatan yang dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
mendukung pencapaian indikator kinerja instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota.
(3) Uraian kegiatan yang dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. volume kegiatan;

6

b. besaran nilai kegiatan; dan
c. dana pendamping.
Pasal 8
(1) Anggaran DAK bidang LH merupakan bagian dari APBD yang
pengelolaannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Anggaran DAK bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk membiayai keluaran (output) kegiatan yang bersifat
fisik.
(3) Bupati/walikota wajib mengalokasikan dana pendamping dari APBD
paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari jumlah DAK bidang LH yang
diterimanya untuk mendukung pembiayaan keluaran (output) kegiatan
yang bersifat fisik.
(4) Anggaran DAK bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dilarang dipergunakan untuk:
a. biaya administrasi proyek;
b. biaya penyiapan proyek fisik;
c. biaya penelitian;
d. biaya pelatihan;
e. honor-honor;
f. biaya perjalanan pegawai daerah; dan
g. lain-lain biaya umum sejenis yang meliputi:
1. biaya pengambilan sampel untuk pemantauan kualitas air,
udara dan tanah;
2. biaya pengambilan data sampah; dan
3. biaya untuk penyusunan laporan.
(5) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dialokasikan dari APBD.
Pasal 9
(1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) sampai dengan
ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
(2) Pemerintah kabupaten/kota wajib mengoptimalkan pemanfaatan hasil
keluaran kegiatan fisik.
(3) Pemanfaatan hasil keluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menjadi salah satu pertimbangan dalam penetapan alokasi DAK bidang
LH tahun berikutnya.
Pasal 10
(1) Menteri melakukan pembinaan kepada pemerintah kabupaten/kota
dalam pelaksanaan DAK bidang LH.

7

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
bentuk arahan, asistensi dan bimbingan teknis.
Pasal 11
(1) Menteri melakukan pemantauan dan pengawasan kepada pemerintah
kabupaten/kota dalam pelaksanaan DAK bidang LH.
(2) Menteri melimpahkan pelaksanaan pemantauan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada gubernur sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri yang mengatur petunjuk teknis
pemanfaatan dana dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tahun
anggaran 2011.
Pasal 12
Menteri melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan DAK bidang LH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
Pasal 13
(1) Bupati/walikota wajib menyusun dan menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan DAK bidang LH kepada Menteri c.q. Sekretaris
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kepala Pusat Pengelolaan
Ekoregion dengan tembusan kepada Gubernur c.q. Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. laporan triwulan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
b. laporan tahunan realisasi pelaksanaan kegiatan; dan
c. laporan hasil:
1. pemantauan kualitas lingkungan;
2. pengendalian pencemaran lingkungan;
3. perlindungan fungsi lingkungan hidup; dan
4. penurunan emisi GRK sebagai bagian dari Laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD).
(3) Laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan.
(4) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
memuat hasil keseluruhan pelaksanaan kegiatan dan merupakan
kumulatif dari laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a.
(5) Laporan hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disusun
sesuai dengan petunjuk penyusunan laporan DAK bidang LH yang
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

8

Pasal 14
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan
DAK Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2010 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan sampai
dengan tanggal 31 Desember 2011.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal : 11 Pebruari 2011
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,

ttd

GUSTI MUHAMMAD HATTA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Inar Ichsana Ishak

9

Lampiran II
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 01 Tahun 2011
Tanggal : 11 Pebruari 2011
PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN
DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
A. JENIS LAPORAN
Laporan yang harus disusun dan disampaikan kepada Menteri c.q
Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup dan Kepala Pusat
Pengelolaan Ekoregion dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang dibiayai
DAK Bidang LH, meliputi:
1. Laporan triwulan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
Muatan dan tata laksana laporan triwulan sesuai dengan ketentuan
Pasal
12
ayat
(2)
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
216/PMK.07/2010 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana
Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2011.
2. Laporan tahunan realisasi pelaksanaan kegiatan.
Memuat realisasi pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan dalam
satu tahun serta memasukkan rangkuman dari keseluruhan Laporan
Triwulan yang disusun.
3. Laporan hasil kegiatan, terdiri atas:
a. laporan hasil DAK untuk pemantauan kualitas lingkungan;
b. laporan hasil DAK untuk pengendalian pencemaran lingkungan;
c. laporan hasil DAK untuk perlindungan fungsi lingkungan hidup;
d. laporan hasil DAK untuk penurunan emisi GRK; dan
e. laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD).
B. LAPORAN HASIL DAK UNTUK PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN
Laporan hasil DAK untuk pemantauan kualitas lingkungan disampaikan
kepada Menteri c.q. Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup dengan
tembusan kepada Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion dan Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Lingkungan Hidup Provinsi
dalam bentuk hard copy/cetak dan file soft copy paling lama minggu
ketiga bulan November.
Laporan hasil DAK untuk pemantauan kualitas lingkungan terdiri atas:
1. Laporan Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai, memuat:
a. Bab I Pendahuluan, memuat:
1) kondisi dan tekanan yang terjadi di sungai prioritas selama 5
(lima) tahun terakhir, serta isu-isu yang muncul selama 1
(satu) tahun terakhir;
2) ringkasan hasil pemantauan kualitas air sungai prioritas; dan
3) target pelestarian sungai prioritas.
1

b. Bab II Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pemantauan Kualitas
Air, memuat:
1) Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas air yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 yang meliputi:
a) kondisi sarana dan prasarana pemantauan kualitas air
yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2010 (apabila
sudah ada); dan
b) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran
2011 terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas air secara keseluruhan.
2) Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana pemantauan kualitas air tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
a) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana
yang diadakan melalui DAK;
b) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana
tersebut;
c) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan
(termasuk realisasi anggaran dan kegiatan);
d) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
e) kendala yang dihadapi; dan
f) masukan untuk perbaikan ke depan.
3) Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan pemantauan kualitas air tahun anggaran 2011
yang meliputi:
a) proporsi pelaksanaan pemantauan dengan menggunakan
peralatan dan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki
terhadap keseluruhan jumlah pemantauan yang dilakukan
selama tahun anggaran 2011 (sebagai kebalikan dari
proporsi pelaksanaan pemantauan yang dilakukan pihak
lain/pihak ketiga);
b) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
c) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
d) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Bab III Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Prioritas, memuat:
1) Metoda Sampling, yang meliputi:
a) penyampaian informasi tentang cara pengambilan sampling
dan lokasi (titik) pengambilannya; dan
b) penyampaian data tentang pelaksana dan laboratorium
yang melaksanakan pengambilan sampel dan analisis.
2) Penyampaian data/tabel pemantauan kualitas air sungai.

2

2. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pemantauan Kualitas
Udara, memuat:
a. Gambaran
optimasi
keseluruhan
sarana
dan
prasarana
pemantauan kualitas udara yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 yang meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana pemantauan kualitas udara yang
tersedia sampai dengan tahun anggaran 2010 (apabila sudah
ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran
2011 terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas udara secara keseluruhan.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana pemantauan kualitas udara tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan
(termasuk realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
pemantauan kualitas udara tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) proporsi pelaksanaan pemantauan dengan menggunakan
peralatan dan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki
terhadap keseluruhan jumlah pemantauan yang dilakukan
selama tahun anggaran 2011 (sebagai kebalikan dari proporsi
pelaksanaan pemantauan yang dilakukan pihak lain/pihak
ketiga);
2) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
3) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
4) masukan untuk perbaikan ke depan.
3. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pemantauan Kualitas
Tanah untuk Produksi Biomassa, memuat:
1. Bab I Hasil Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pemantauan
Kualitas Tanah untuk Produksi Biomassa, meliputi:
1) Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas tanah yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 yang meliputi:
a) kondisi sarana dan prasarana pemantauan kualitas tanah
yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2010 (apabila
sudah ada); dan
b) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran
2011 terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas tanah secara keseluruhan.

3

2) Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana pemantauan kualitas tanah tahun anggaran 2011
yang meliputi:
a) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana
yang diadakan melalui DAK;
b) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
c) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan
(termasuk realisasi anggaran dan kegiatan);
d) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
e) kendala-kendala yang dihadapi; dan
f) masukan untuk perbaikan ke depan.
3) Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan pemantauan kualitas tanah tahun anggaran 2011
yang meliputi:
a) proporsi pelaksanaan pemantauan dengan menggunakan
peralatan dan SDM yang dimiliki terhadap keseluruhan
jumlah pemantauan yang dilakukan selama tahun anggaran
2011 (sebagai kebalikan dari proporsi pelaksanaan
pemantauan yang dilakukan pihak lain/pihak ketiga);
b) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
c) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
d) masukan untuk perbaikan ke depan.
2. Bab II Hasil Pemantauan Kualitas Tanah, memuat:
1) Metoda sampling, meliputi:
a) penyampaian informasi tentang cara pengambilan sampling
dan lokasi (titik) pengambilannya; dan
b) penyampaian data tentang pelaksana dan laboratorium yang
melaksanakan pengambilan sampel dan analisis.
2) Penyampaian
data/tabel
pemantauan
sebagaimana contoh berikut:

kualitas

tanah

CONTOH:
LAPORAN PEMANTAUAN
KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
A. Umum
1. No. Form :
2. Tanggal Pemantauan :
3. Nama Observer :
4. GPS-UTM : Zone..........S/N; X :............; Y :..............
Elevasi : .............. m dpl
5. Lokasi
: Provinsi : ............. Kab : .............. Kec : ..................
Desa : ................... Dusun/KP :........................
6. Penggunaan lahan :
7. Vegetasi/tanaman (eksisting) :
8. Lereng
:
(%)
9. Erosi aktual
: 1) Tidak erosi; 2) Erosi; 3) Longsor; 4) Lainnya
4

10.Tindakan konservasi : 1) Tidak diteras; 2) Diteras; 3) Lainnya
11.Konservasi vegetatif :
12.Catatan :
B. Parameter Kerusakan Tanah Lahan Kering
1. Ketebalan solum :
(cm)
2. Kebatuan permukaan :
(%)
3. Komposisi fraksi pasir :
(%) koloid;
4. Berat isi :
(g/cm3)
5. Porositas total : (mV)
6. Derajat pelulusan air :
(%)
7. pH (H2O) 1 : 2,5 :
8. Daya hantar listrik :
(mS/cm)
9. Redoks :
(mV)
10.Jumlah mikroba :
(cfu/g tanah)
11.Lapisan tanah tererosi :
(cm/thn)

(%) pasir kuarsatik

C. Parameter Kerusakan Lahan Gambut
1. Subsidensi gambut diatas pasir kuarsa :
(cm/thn)
2. Kedalaman lapisan berpirit dari permukaan tanah :
3. Kedalaman air tanah dangkal :
(cm)
4. Redoksi untuk tanah berpirit :
(mV)
5. Redoksi untuk gambut : (mV)
6. pH (H2O) 1 : 2,5 :
7. Daya hantar listrik :
(mS/cm)
8. Jumlah mikroba :
(cfu/g tanah)

(cm)

4. Laporan Pemanfaatan Sistem Informasi Pemantauan Lingkungan,
memuat:
a. Gambaran optimasi sistem informasi pemantauan lingkungan yang
tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) efektifitas sistem informasi yang tersedia sampai dengan tahun
2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengembangan sistem informasi tahun anggaran 2011
terhadap peningkatan efektivitas sistem informasi yang sudah
ada.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengembangan sistem
informasi pemantauan lingkungan tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sistem informasi yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan dan pengembangan sistem tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.

5

c. Ringkasan pemanfaatan sistem informasi dalam pelaksanaan
pemantauan kualitas lingkungan tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.

C. LAPORAN
HASIL
LINGKUNGAN

DAK

UNTUK

PENGENDALIAN

PENCEMARAN

Laporan hasil DAK untuk pengendalian pencemaran lingkungan
disampaikan kepada Menteri c.q. Sekretaris Kementerian Lingkungan
Hidup dengan tembusan kepada Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion dan
Kepala SKPD Lingkungan Hidup Provinsi dalam bentuk hard copy/cetak
dan file soft copy paling lama minggu ketiga bulan November.
Laporan hasil DAK untuk pengendalian pencemaran lingkungan terdiri
atas:
1.

Laporan Pemanfaatan Sistem Informasi Pengendalian Pencemaran
Lingkungan, memuat:
a. Gambaran optimasi sistem informasi pengendalian pencemaran
lingkungan yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) efektifitas sistem informasi yang tersedia sampai dengan tahun
2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengembangan sistem informasi tahun anggaran 2011
terhadap peningkatan efektivitas sistem informasi yang sudah
ada.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengembangan sistem
informasi pengendalian pencemaran lingkungan tahun anggaran
2011 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sistem informasi yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan dan pengembangan sistem tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sistem informasi dalam pelaksanaan
pengendalian pencemaran lingkungan tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.

6

2. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana IPAL Laboratorium, UKM,
dan/atau Fasilitas Kesehatan (bila lebih dari satu, diuraikan
tersendiri), memuat:
a. Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana IPAL
Laboratorium, UKM dan/atau Fasilitas Kesehatan yang tersedia
sampai dengan tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana IPAL yang tersedia sampai dengan
tahun anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2011
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana IPAL
secara keseluruhan.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana IPAL tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi;dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
pengolahan air limbah tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.
3. Laporan Hasil Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penunjang
Pengelolaan Sampah di TPS Fasum dan Fasos, memuat:
a. Bab I Pendahuluan.
1) menceritakan kondisi pengelolaan persampahan secara umum
dan pada fasilitas umum dan fasilitas sosial secara khusus; dan
2) menyampaikan target pengelolaan sampah fasilitas umum dan
fasilitas sosial dengan penekanan khusus pada TPS.
b. Bab II Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Transportasi dan
Pengolah Sampah pada TPS Fasum dan Fasos, memuat:
1) Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana
prasarana transportasi dan pengolah sampah pada TPS Fasum
dan Fasos yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011
yang meliputi:
a) kondisi sarana dan prasarana yang tersedia sampai dengan
tahun anggaran 2010; dan
b) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran
2011 terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana
transportasi dan pengolah sampah pada TPS fasum dan
fasos secara keseluruhan.

7

2) Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana transportasi dan pengolah sampah TPS fasum dan
fasos tahun anggaran 2011 yang meliputi:
a) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana
yang diadakan melalui DAK;
b) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
c) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan
(termasuk realisasi anggaran dan kegiatan);
d) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
e) kendala yang dihadapi; dan
f) masukan untuk perbaikan ke depan.
3) Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut tahun
anggaran 2011 yang meliputi:
a) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
b) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
c) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Bab III Laporan Periodik Bulanan Terhadap Volume Sampah
Harian sesuai dengan contoh format di bawah ini:
CONTOH FORMAT
LAPORAN PERIODIK BULANAN TERHADAP VOLUME SAMPAH HARIAN
UNTUK TAHUN BERJALAN
A. Umum
1. Nama kabupaten/kota :
2. Provinsi
:
3. Jumlah penduduk kabupaten/kota
a. Administratif
:
(jiwa)
b. Di wilayah dengan kepadatan penduduk > 5000 jiwa/km2 :
(jiwa)
c. Tingkat pertumbuhan penduduk :
(% per tahun)
4. Luas wilayah kota
a. Luas administratif :
b. Luas wilayah yang mendapat pelayanan kebersihan :
B. Pengelolaan Persampahan
1. Timbulan sampah
:
2. Sampah terangkut
:
3. Sistem pengolahan sampah kota (contoh : landfill, incinerator
dan 3R) :
4. Kapasitas kegiatan 3R (re-use, reduce, recycle) yang telah
tersedia/ dilaksanakan :
a. Teknologi pengkomposan :
b. Teknologi pembuatan kertas daur ulang :
c. Teknologi pembuatan plastik :
d. Teknologi logam :
e. Teknologi pembuatan gelas :
8

f. Teknologi pembakaran :
g. Lain-lain (sebutkan) :
5. Uraian kegiatan 3R (re-use, reduce, recycle) yang dilaksanakan
dengan menggunakan dana DAK :
a. Sumber sampah dan pengelola unit 3R terkait :
b. Pengelola dan lokasi 3R yang menerapkan :
1) pemilahan
2) pencacahan
3) pengepakan
4) pengkomposan
5) daur ulang (sebutkan pula jenis sampah yang didaur
ulang)
c. Uraian siklus dan alur sistem 3R setiap pengelola dan lokasi :
d. Lokasi pembuangan dan metoda pengolahan residu/produk
sampah yang tidak terdaur ulang :
e. Biaya dan sumber pendanaan operasional dan pemeliharaan
setiap pengelola dan lokasi :
f. Rincian sarana dan prasarana setiap pengelola dan lokasi :
1) Hanggar utama
a) jenis konstruksi
b) luas (m2)
c) unit penerima sampah
d) pilah manual (Belt conveyor)
e) pemotong (Shredder)
f) area untuk stok
g) bengkel dan gudang
h) unit pemotong plastik
i) area dan unit penyaring kompos
j) fasum, antara lain tempat ibadah, toilet, dan
keamanan.
2) Hanggar pengkomposan dan unit lain
a) jenis konstruksi
b) luas (m2)
c) proses pengomposan : windows, dipercepat, stok
produk dan gudang kompos
3) Kantor administrasi
a) jenis konstruksi
b) luas (m2)
4) Utilitas
a) sumber air kebutuhan proses
b) sumber air untuk lain-lain
c) sumlah kW penggunaan listrik
d) sumber listrik (PLN/genset)
g. Target pencapaian program 3R dalam pengurangan sampah :
1) Tahun 2012
:
(%)
2) Tahun 2015
:
(%)
3) Tahun 2020
:
(%)

9

D. LAPORAN HASIL DAK UNTUK PENURUNAN EMISI GRK
Laporan hasil DAK untuk penurunan emisi GRK disampaikan kepada
Menteri c.q. Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan
kepada Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion dan Kepala SKPD Lingkungan
Hidup Provinsi dalam bentuk hard copy/cetak dan file soft copy paling lama
minggu ketiga bulan November.
Laporan hasil DAK untuk penurunan emisi GRK terdiri atas:
1.

Laporan Pemanfaatan Sistem Informasi Penurunan Emisi GRK,
memuat:
a. Gambaran optimasi sistem informasi penurunan emisi GRK yang
tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) efektifitas sistem informasi yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengembangan sistem informasi tahun anggaran 2011
terhadap peningkatan efektivitas sistem informasi yang sudah
ada.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengembangan sistem
informasi penurunan emisi GRK tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sistem informasi yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan dan pengembangan sistem tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sistem informasi dalam pelaksanaan
penurunan emisi GRK tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.

2. Laporan penyediaan RTH sebagai paru-paru kota dan pelestarian
kehati dalam bentuk taman hijau, taman kota, dan/atau taman kehati
(bila lebih dari satu, diuraikan tersendiri), memuat:
a. Gambaran keberadaan RTH yang berfungsi sebagai paru-paru kota
sampai dengan tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) kondisi RTH yang memang murni ditujukan sebagai paru-paru
kota tersedia sampai dengan tahun anggaran 2010; dan
2) peran dan posisi taman hijau, taman kota, dan/atau taman
kehati tambahan yang diadakan tahun anggaran 2011 terhadap
perencanaan penurunan emisi GRK secara umum.

10

b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan taman hijau, taman
kota dan/atau taman kehati tahun anggaran 2011 yang meliputi:
a) alasan pemilihan lokasi, luasan, dan spesifikasi taman hijau,
taman kota dan/atau taman kehati yang diadakan melalui DAK;
b) ringkasan proses pengadaan;
c) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
d) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
e) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
f) masukan untuk perbaikan ke depan.
3. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pengolah Limbah Organik
menjadi Biogas, memuat:
a. Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana pengolah
limbah organik menjadi biogas yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 yang meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana pemantauan yang tersedia sampai
dengan tahun anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2011
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana pengolah
limbah organik menjadi biogas secara keseluruhan.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana pengolah limbah organik menjadi biogas tahun 2011 yang
meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana pengolah limbah
organik menjadi biogas tahun 2011 yang meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.

E. LAPORAN HASIL DAK UNTUK PERLINDUNGAN FUNGSI LINGKUNGAN
HIDUP
Laporan hasil DAK untuk perlindungan fungsi lingkungan hidup
disampaikan kepada Menteri c.q. Sekretaris Kementerian Lingkungan
Hidup dengan tembusan kepada Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion dan
Kepala SKPD Lingkungan Hidup Provinsi dalam bentuk hard copy/cetak
dan file soft copy paling lama minggu ketiga bulan November.

11

Laporan hasil DAK untuk perlindungan fungsi lingkungan hidup
atas:

terdiri

1. Laporan Pemanfaatan Sistem Informasi Perlindungan Fungsi
Lingkungan Hidup, memuat:
a. Gambaran optimasi sistem informasi perlindungan fungsi
lingkungan hidup yang tersedia sampai dengan tahun anggaran
2011 yang meliputi:
1) efektifitas sistem informasi yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengembangan sistem informasi tahun anggaran 2011
terhadap peningkatan efektivitas sistem informasi yang sudah
ada.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengembangan sistem
informasi perlindungan fungsi lingkungan hidup tahun anggaran
2011 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sistem informasi yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan dan pengembangan sistem tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sistem informasi dalam pelaksanaan
perlindungan fungsi lingkungan hidup tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil positif yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.
2. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Sumur Resapan dan/atau
Biopori (bila lebih dari satu, diuraikan tersendiri), memuat:
a. Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana sumur
resapan dan/atau biopori yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 yang meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana yang tersedia sampai dengan
tahun anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2011
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana sumur
resapan dan/atau biopori secara keseluruhan.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana sumur resapan dan/atau biopori tahun anggaran 2011
yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
12

3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana sumur resapan
dan/atau biopori tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.
3. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pengolah Gulma,
memuat:
a. Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana pengolah
gulma yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana yang tersedia sampai dengan
tahun anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2011
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana pengolah
gulma secara keseluruhan.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana pengolah gulma tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana pengolah gulma
tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.
4. Laporan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pencegah Longsor,
memuat:
a. Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana pencegah
longsor yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011 yang
meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana yang tersedia sampai dengan
tahun anggaran 2010 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2011
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana pencegah
longsor secara keseluruhan.
13

b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana pencegah longsor tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
c. Ringkasan pemanfaatan sarana dan prasarana pencegah longsor
tahun anggaran 2011 yang meliputi:
1) upaya pemanfaatan dan hasil yang diperoleh;
2) kendala dan hambatan yang dihadapi; dan
3) masukan untuk perbaikan ke depan.

F. LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) disampaikan kepada
Menteri c.q. Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan
kepada Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion dan Kepala SKPD Lingkungan
Hidup Provinsi dalam bentuk hard copy/cetak dan file soft copy paling lama
minggu ketiga bulan November.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) disusun dalam format
sebagai berikut :
1. Buku I : Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
Outline Buku I, memuat:
a. kata pengantar (ditandatangani bupati atau walikota);
b. daftar Isi;
c. daftar tabel;
d. daftar gambar;
e. Bab I : Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1) lahan dan hutan;
2) keanekaragaman hayati;
3) air;
4) udara;
5) laut, pesisir dan pantai;
6) iklim; dan
7) bencana alam.
f. Bab II : Tekanan Terhadap Lingkungan
1) kependudukan;
2) permukiman;
3) kesehatan;
4) pertanian;
5) industri;
6) pertambangan;
14

7) energy;
8) transportasi;
9) pariwisata; dan
10) limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3).
g. Bab III : Upaya Pengelolaan Lingkungan
1) rehabilitasi lingkungan;
2) AMDAL;
3) penegakan hukum;
4) peran serta masyarakat; dan
5) kelembagaan.
2. Buku II : Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
a. memuat kompilasi tabel dan grafik pendukung keterangan pada
Buku I; dan
b. sistematika pembagian Bab-babnya
disesuaikan dengan outline
Buku I.

MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
GUSTI MUHAMMAD HATTA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Inar Ichsana Ishak

15

Lampiran I
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 01 Tahun 2011
Tanggal : 11 Pebruari 2011

RINCIAN KEGIATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN ANGGARAN 2011

I.

PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
A. Peralatan Laboratorium Lingkungan
Pengadaan peralatan laboratorium lingkungan untuk pengujian sampel
air, sampel udara ambien dan sampel tanah. Dalam pengadaan
peralatan tersebut baik bentuk, jenis dan jumlah alat disesuaikan
dengan kondisi dan keperluan daerah. Namun demikian, kualitas
peralatan agar tetap diutamakan supaya dapat memenuhi standar
laboratorium lingkungan.
Peralatan laboratorium lingkungan terdiri atas:
1. Peralatan sampling air.
Peralatan sampling air diperlukan untuk melengkapi peralatan
pengujian sampel kualitas air. Peralatan sampling air dapat menguji
paling sedikit parameter DO, BOD, COD, TSS, Amonia, pH dan fecal
coliform. Peralatan dengan fungsi yang sama dan sudah diadakan
pada tahun sebelumnya, tidak diperbolehkan pengadaannya pada
tahun berikutnya.
2. Peralatan sampling udara ambien.
Peralatan sampling udara ambien paling sedikit dapat menguji emisi
SOx, NOx, CO, dan particulate matter (PM10). Pengadaan peralatan
sampling udara ambien diutamakan bagi daerah-daerah yang padat
industri, dan di daerah perkotaan.
3. Peralatan sampling tanah.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pemantauan
kerusakan tanah akibat produksi biomassa diperlukan seperangkat
peralatan yang digunakan untuk mengukur parameter fisik, kimia
dan biologi tanah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah
Untuk Produksi Biomassa. Pengadaan alat terdiri dari alat
pengambilan sampel tanah dan alat pengujian sampel tanah.
1

4. Laboratorium bergerak.
Untuk memudahkan pengambilan sampel air di lokasi tertentu
dengan tingkat kesulitan tertentu, diperbolehkan untuk melakukan
pengadaan laboratorium bergerak berupa mobil dan speedboat
seperti pada Gambar 3.
Khusus untuk mobile lab berupa kendaraan roda 4 (empat) atau
lebih rancangannya sesuai dengan Gambar 1 dan Gambar 2,
dengan syarat:
a. Bagian depan sesuai dengan kondisi keadaan pada umumnya,
selain untuk pengemudi tempat duduk dapat memuat 2 (dua)
orang lainnya (petugas pengambil sampel atau petugas
laboratorium);
b. Bagian belakang, terdiri atas:
1) alas kendaraan dilapisi material PVC yang cukup kuat;
2) bagian belakang samping kanan sejajar pengemudi dibuatkan
meja kerja dengan ukuran: lebar 30 – 40 Cm, tinggi 50 – 60
Cm, panjang sesuai panjang mobil, menggunakan bahan anti
korosi;
3) bagian bawah meja dibuatkan lemari/rak-rak bertutup untuk
penyimpanan alat-alat pengujian portable, glassware dan
bahan kimia, menggunakan bahan anti korosi dan di disain
agar tahan getaran dan goncangan;
4) Penempatan kursi lipat, ice-box dan peralatan lainnya agar
didisain pada posisi yang tidak mungkin terlepas pada saat
mobil berjalan.
Gambar 1
Contoh Rancangan Mobile lab (laboratorium bergerak)

2

Gambar 2
Contoh Mobil Lab Jenis Double Gardan

Gambar 3
Contoh Gambar Speedboat

3

B. Pembangunan Gedung Laboratorium
Pembangunan gedung laboratorium lingkungan dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan daerah dalam melakukan pemantauan
kualitas lingkungan. Pembangunan gedung laboratorium baru hanya
diperbolehkan untuk daerah yang belum memiliki gedung laboratorium
dan tidak termasuk pengadaan tanah, dengan luas bangunan paling
sedikit 200 m2 seperti pada Gambar 4.
Ruang bangunan laboratorium lingkungan, terdiri atas:
1. ruang staf;
2. ruang kepala laboratorium;
3. ruang adminsitrasi peneriman contoh uji /sampling;
4. ruang penyimpanan contoh uji /sampling;
5. gudang bahan kimia;
6. ruang UV dan ruang GC;
7. ruang AAS / voltametri;
8. ruang timbang;
9. ruang kerja/analisa sample dan lemari asam; dan
10. ruang gas.
Gambar 4
Contoh Rancangan Gedung Laboratorium Lingkungan

Laboratorium lingkungan memiliki ruangan
persyaratan sesuai peruntukkannya, antara lain:

yang

memenuhi

4

1. Ruang penyimpanan contoh uji termasuk contoh uji arsip
disesuaikan dengan kebutuhan denga suhu 40 C + 20C;
2. Ruang timbang yang bebas debu dilengkapi meja bebas getar
dengan suhu ruangan 200C + 30C dan kelembaban 45% - 65% serta
disarankan untuk menggunakan pintu ganda;
3. Ruang preparasi contoh uji dilengkapi meja dengan ukuran minimal
lebar 90 cm tinggi 80 cm dan panjang disesuaikan kebutuhan;
4. Ruang instrumen dengan suhu ruangan 200C + 30C dan
kelembaban 45% - 65%, misalnya untuk :
a. spektrofotometer UV-Vis disarankan berukuran paling sedikit 6
m2
b. AAS/ICP/Hg-analyzer disarankan berukuran paling sedikit 7,5
m2 yang dilengkapi dengan exhaust fan dan penyimpanan gas
harus berada di luar ruangan;
c. GC/GC-MS/HPLC/IC disarankan berukuran minimal 6 m2 yang
dilengkapi dengan exhaust fan dan penyimpanan gas harus
berada di luar ruangan.
5. Ruang mikrobiologi yang dilengkapi dengan ruang steril dan bebas
debu (Laminar Air Flow Cabinet) untuk pengujian mikroorganisme
yang meliputi:
a. ruang penyimpanan bahan kimia atau standar acuan atau bahan
acuan dengan suhu ruangan dan kelembaban disesuaikan
dengan persayaratan;
b. lemari asam harus digunakan bila preparasi menggunakan
bahan kimia pekat atau pelarut organik yang mudah menguap;
c. langit-langit, lantai, dinding dan jendela terbuat dari bahan yang
kuat, dicat dan debu tidak mudah menempel misalnya dengan
acrylic. Lantai terbuat dari beton dan dilapisi bahan kedap air
atau dilapisi vinyl tahan gores.
d. kebutuhan tenaga listrik sebesar kurang lebih 10-20 KVA dan
tergantung pada peralatan laboratorium
1) untuk
peralatan
UV/VIS
dan
TOC
masing-masing
dubutuhkan 2 GPO (general purpose outlet) ganda dengan
sirkuit yang terpisah;
2) untuk AAS : 1 buah GPO dan 1 buah switch berkekuatan
cukup besar untuk exhaust fan dengan menggunakan 1
sirkuit 10A. Juga harus disiapkan 2 GPO ganda lainnya
dengan sirkuit terpisah untuk peralatan penunjang/asesori
AAS;
3) untuk setiap meja diperlukan 1 buah GPO ganda dan sirkuit
tidak melebihi 8 GPO

5

C. Perlengkapan laboratorium
Perlengkapan laboratorium, terdiri atas:
1. lemari penyimpan peralatan;
2. lemari penyimpan sampel;
3. meja laboratorium untuk instrumen;
4. meja harus kokoh, permukaannya dilapisi lapisan yang kedap air,
seperti epoksi atau formika. Jika menggunakan keramik batasbatasnya sebaiknya menggunakan epoksi/pelapis kedap air seperti
pada Gambar 6 dan Gambar 7;
5. meubelair;
6. air conditioner (AC);
7. exhaust-fan; dan
8. peralatan kesehatan dan keselamatankerja (K3) di laboratorium
termasuk Safety Shower dan lemari asam seperti pada Gambar 5.
Gambar 5
Contoh Gambar Lemari Asam

6

Gambar 6
Contoh Meja Kerja Laboratorium

Catatan:
Jarak minimum antar meja kerja harus dipertimbangkan untuk
kenyamanan dalam melakukan kegiatan laboratorium. Posisi meja
kerja sedapat mungkin tidak mengganggu kegiatan personel lain
Gambar 7

Keterangan Gambar:
Jarak antar meja kerja disarankan sebagai berikut :
1. pekerja di salah satu sisi meja, tidak ada pekerja lain yang lewat
dibelakangnya, jarak minimum 1020