CINTA KEPADA ALLAH DAN RASULNYA
CINTA KEPADA ALLAH DAN RASULNYA
Drs. Agung Danarta, M. Ag
Dalam kitab Durratun Nasihin, Majlis ke-empat belas tentang Keutamaan Cinta
Kepada Allah dan Rasul-Nya dikemukakan hadis-hadis tentang cinta kepada Allah
dan Rasulnya. Hadis-hadis tersebut beserta analisa derajat kesahihannya adalah
sebagai berikut:
Pertama:
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa membaca
sholawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore, maka Allah
akan menyelamatkannya dari terkejut hebat di hari kiamat, dan dia akan bersama
dengan orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah, yaitu para Nabi dan
Shiddiqin.
Hadis ini tidak jelas sumbernya. Para ulama hadis tidak ada yang mencatat hadis ini
sebagai sesuatu yang datangnya dari nabi. Hadis ini tidak dapat dipakai sebagai
hujjah.
Akan tetapi penulis menemukan hadis lain yang hampir mirip dengan matan hadis
tersebut, yaitu hadis dari Abu Darda’, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa
membaca sholawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi, dan sepuluh kali ketika sore, ia
akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat”. Hadis ini diriwayatkan oleh Thabraniy
dengan sanad yang baik dan para periwayat yang siqah, menurut penilaian Ali ibn Abi
Bakr al-Haitsami (Majma’ al-Zawaid X: 120) dan ‘Abd al-‘Adzim al-Mundziri (alTarghib wa al-Tarhib I: 261).
Kedua:
Dari Anas ra, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang
mencintai sunnahku maka dia telah mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku
maka dia akan bersamaku di surga”.
Hadis dengan lafal matan seperti di atas tidak penulis ketemukan. Adapun yang
penulis ketemukan adalah hadis tersebut di atas dengan matan berbeda, yang
merupakan bagian dari hadis yang panjang, sebagai berikut:
… Rasulullah saw bersabda, “Wahai anakku, sesungguhnya hal tersebut adalah
termasuk sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku berarti ia telah
mencintaiku. Dan barang siapa yang mencintaiku, ia akan bersamaku di surga”.
Hadis dengan lafal matan ini diriwayatkan oleh Tirmidzi (Sunan, al-‘Ilm ‘an
Rasulillah, 2602), dan ath-Thabraniy (Mu’jam al-Ausath VI: 125; Mu’jam al-Shagir
1
II: 102). Menurut al-Tirmidzi hadis ini berkualitas hasan gharib, sehingga karenanya
hadis ini bisa dipakai sebagai hujjah.
Ketiga:
“Barang siapa mencintai sesuatu tentu akan memperbanyak dalam menyebut
(mengingat)nya”.
Hadis ini diriwayatkan dari ‘Aisyah oleh ad-Dailamiy dalam kitab Musnad al-Firdaus.
Menurut Imam as-Suyuthi hadis ini kualitasnya dha’if (al-Jami’ al-Shagir, II: 160).
Keempat:
Dari Umar ibn Murrah al-Juhani ra, dia berkata, “Ada seorang laki-laki dari Qudha’ah
menghadap Nabi Muhammad saw, berkatalah dia, “Ya Rasulullah, terangkanlah
kepadaku, jika aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa engkau
adalah Rasul Allah, aku mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan dan
beribadah malam-malam Ramadhan dan menunaikan zakat. Maka termasuk golongan
manakah aku ini? Nabi Muhammad saw bersabda kepadanya, “Barang siapa yang
mati dengan cara ini maka dia akan bersama para Nabi, para shiddiqin dan para orang
mati syahid di hari kiamat begini”, beliau menegakkan jarinya, “Selama dia tidak
mendurhakai kedua orang tuanya, karena orang yang mendurhakai orang tuanya
adalah dijauhkan dari rahmat Allah”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam kitab Shahihnya (VIII: 223) dan oleh
al-Baiaqiy dalam kitab Syu’ab al-Iman (III: 308). Ibn Katsir juga menukilkan hadis
ini dalam kitab tafsirnya (I: 524). Begitu juga Abd al-‘Adzim al-Mundziriy
menukilkannya dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib (III: 225), dan Ali ibn Abi Bakar
al-Haitsamiy dalam kitab Majma’ al-Zawaid (I: 195).
Menurut penilaian Ibn Hibban, hadis ini berkualitas sahih. Begitu juga dalam
penilaian al-Mundziriy dan al-Haitsamiy. Dengan demikian hadis ini bisa digunakan
sebagai acuan dalam beramal.
Kelima:
Dari ‘Aisyah ra, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Apabila Allah swt
menghendaki untuk memasukkan orang-orang mukmin ke dalam surga, maka Allah
mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat itu membawa hadiah dan pakaianpakaian dari surga. Ketika mereka sudah mau masuk, berkatalah malaikat-malaikat
kepada mereka, “Berhentilah, aku membawa hadiah dari Tuhan sekalian alam”.
Mereka bertanya, “Apakah hadiah itu?”. Malaikat menjawab, “Hadiah itu berupa
sepuluh buah cincin, dan tertulis pada cincin ke:
1. “Keselamatan pada kamu, beruntunglah kamu. Maka masuklah kamu ke
dalam surga untuk selama-lamanya”. (az-Zumar 73).
2. Masuklah kamu ke dalam surga dengan selamat dan aman (al-Hijr 46).
3. Aku telah menghilangkan kesedihan dan kesusahan dari kamu.
2
4. Kami berikan kepadamu pakaian-pakaian indah.
5. Kami kawinkan mereka dengan bidadari yang bermata jeli. (ad-Dukhan 54,
ath-Thur 20).
6. Sesungguhnya Aku akan memberi balasan kepada mereeka hari ini sebab
kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang beruntung
(al-Mu’minun 111).
7. Kamu sekarang menjadi muda remaja dan tidak akan pernah tua untuk selamalamanya.
8. Kamu sekarang telah menjadi aman dan tidak akan pernah merasa takut untuk
selamanya.
9. Kawanmu adalah para Nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang
shalih.
10. Kamu berdekatan dengan Tuhan Yang Maha Pengasih Pemilik ‘Arasy Yang
Maha Pemurah lagi Maha Agung.
Maka mereka masuk ke dalam surga dengan berkata, “Segala puji bagi Allah yang
telah menghilangkan kesusahan dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha
Pengampun lagi Maha Pemberi Pahala berlipat ganda”.
Hadis ini tidak diketahui sumbernya. Kitab-kitab hadis, baik primer maupun sekunder,
tidak mencantumkan ini sebagai hadis dari nabi. Hadis ini tidak bisa dipakai sebagai
acuan dalam beragama.
Keenam:
Dari Ibn ‘Abbas, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang
berpegang pada sunnahku ketika rusaknya ummatku, maka baginya pahala seratus
orang mati syahid”.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqiy dalam kitab al-Zuhd al-Kabir (II: 118) dan
dinukilkan antara lain dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib (I: 41) dan Faidh al-Qadir
(VI: 261). Di dalam sanadnya terdapat al-Hasan ibn Qutaibah al-Khura’iy alMadainiy. Abu hatim menilainya sebagai rawi yang dha’if. Al-Azadiy mengatakan
bahwa hadisnya banyak yang meragukan. Dan ad-Daruquthniy menyatakannya
sebagai matruk al-hadis. Tidak ada ulama hadis yang memuji al-Hasan ibn Qutaibah
ini. Ia juga tidak punya mutabi’ (pendukung) dalam periwayatan hadis ini. Sehingga
karenanya hadis ini bernilai dha’if dan tidak dapat dipakai sebagai acuan dalam
beragama.
Ketujuh:
Dari Zaid ibn Thalhah, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Muhammad saw,
beliau bersabda, “Agama Islam ini telah muncul dalam keadaan asing, dan akan
kembali dalam keadaan asing pula. Maka beruntung sekali bagi orang-orang asing
yang memperbaiki sunnahku yang dirusak oleh manusia sepeninggalku”.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dalam kitab Sunannya (5: 18, hadis no. 2554).
Hadis seperti ini dengan rawi di tingkat sahabat yang berbeda juga diriwayatkan oleh
mukharrij lain, yaitu, Imam Muslim (Shahih Muslim, no. 208) dan Ibn Majah (Sunan
Ibn Majah, no. 3972) dari Abu Hurairah; Muslim (Shahih, no, 209) dan Tirmidzi
3
(Sunan, no, 2553) dari Abdullah ibn Umar; Ibn Majah (Sunan, no. 3978), Ahmad ibn
Hanbal (Musnad, no. 3596), dan ad-Darimiy (Sunan, no, 2637) dari Abdullah ibn
Mas’ud; Ibn majah (Sunan, no. 3977) dari Anas ibn Malik; dan Ahmad ibn Hanbal
(Musnad, no. 16094) dari Abdurrahman ibn Sannah.
Dalam hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah kualitasnya dha’if karena terdapat
Katsir ibn ‘Abdillah yang dicela oleh banyak ulama hadis, diantaranya adalah asSyafi’I, Abu Dawud as-Sijistaniy Ahmad ibn Hanbal. Dan tidak ada ulama hadis yang
memujinya. Akan tetapi jalur sanad yang lain, yaitu jalur sanad imam Muslim, baik
yang dari Abu Hurairah maupun dari Ibn Umar, diriwayatkan oleh orang-orang yang
siqqah yang menjadikan hadisnya berkualitas sahih.
Hadis di atas yang melewati jalur imam Muslim berkualitas shahih lidzatihi dan dapat
digunakan sebagai hujjah.
Kedelapan:
Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda, “Allah telah berfirman, “Aku
telah menyediakan untuk hamba-hambaku yang shalih apa yang tidak pernah dilihat
oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati
manusia”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhariy (Shahih al-Bukhoriy, no. 4402, 4407, 6944),
Muslim (Shahih Muslim, no. 5050, 5051, 5052), Tirmidzi (Sunan, no. 3131, 3214),
Ibn Majah (Sunan, no. 4319), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 7796, 9274, 9236,
10020), dan ad-Darimiy (Sunan, no. 2707).
Hadis kedelapan ini berkualitas sahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dasar dalam
beragama.
Kesembilan:
Dari Ibn Mas’ud ra, dia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada nabi
Muhammad saw, berkatalah dia, “Ya Rasulullah, bagaimana jawabmu mengenai
seseorang yang mencintai satu golongan? Apakah dia dapat bertemu dengan mereka?.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang
dicintainya”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhariy (Shahih al-Bukhariy, no. 5702, 5703, 5704),
Muslim (Shahih Muslim, no. 4779), Tirmidzi (Sunan, no. 2307, 2308, 2309, 3459),
Abu Dawud (Sunan, no. 4462), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 3524, 11575,
11632, 12164, 12595, 12747, 12838, 12909, 13326, 17405, 18676, 18705, 18712).
Hadis kesembilan ini berkualitas sahih lidzatihi dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam beragama.
Wallahu a’lam bish-showab.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 08 2002
4
5
Drs. Agung Danarta, M. Ag
Dalam kitab Durratun Nasihin, Majlis ke-empat belas tentang Keutamaan Cinta
Kepada Allah dan Rasul-Nya dikemukakan hadis-hadis tentang cinta kepada Allah
dan Rasulnya. Hadis-hadis tersebut beserta analisa derajat kesahihannya adalah
sebagai berikut:
Pertama:
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa membaca
sholawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore, maka Allah
akan menyelamatkannya dari terkejut hebat di hari kiamat, dan dia akan bersama
dengan orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah, yaitu para Nabi dan
Shiddiqin.
Hadis ini tidak jelas sumbernya. Para ulama hadis tidak ada yang mencatat hadis ini
sebagai sesuatu yang datangnya dari nabi. Hadis ini tidak dapat dipakai sebagai
hujjah.
Akan tetapi penulis menemukan hadis lain yang hampir mirip dengan matan hadis
tersebut, yaitu hadis dari Abu Darda’, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa
membaca sholawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi, dan sepuluh kali ketika sore, ia
akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat”. Hadis ini diriwayatkan oleh Thabraniy
dengan sanad yang baik dan para periwayat yang siqah, menurut penilaian Ali ibn Abi
Bakr al-Haitsami (Majma’ al-Zawaid X: 120) dan ‘Abd al-‘Adzim al-Mundziri (alTarghib wa al-Tarhib I: 261).
Kedua:
Dari Anas ra, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang
mencintai sunnahku maka dia telah mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku
maka dia akan bersamaku di surga”.
Hadis dengan lafal matan seperti di atas tidak penulis ketemukan. Adapun yang
penulis ketemukan adalah hadis tersebut di atas dengan matan berbeda, yang
merupakan bagian dari hadis yang panjang, sebagai berikut:
… Rasulullah saw bersabda, “Wahai anakku, sesungguhnya hal tersebut adalah
termasuk sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku berarti ia telah
mencintaiku. Dan barang siapa yang mencintaiku, ia akan bersamaku di surga”.
Hadis dengan lafal matan ini diriwayatkan oleh Tirmidzi (Sunan, al-‘Ilm ‘an
Rasulillah, 2602), dan ath-Thabraniy (Mu’jam al-Ausath VI: 125; Mu’jam al-Shagir
1
II: 102). Menurut al-Tirmidzi hadis ini berkualitas hasan gharib, sehingga karenanya
hadis ini bisa dipakai sebagai hujjah.
Ketiga:
“Barang siapa mencintai sesuatu tentu akan memperbanyak dalam menyebut
(mengingat)nya”.
Hadis ini diriwayatkan dari ‘Aisyah oleh ad-Dailamiy dalam kitab Musnad al-Firdaus.
Menurut Imam as-Suyuthi hadis ini kualitasnya dha’if (al-Jami’ al-Shagir, II: 160).
Keempat:
Dari Umar ibn Murrah al-Juhani ra, dia berkata, “Ada seorang laki-laki dari Qudha’ah
menghadap Nabi Muhammad saw, berkatalah dia, “Ya Rasulullah, terangkanlah
kepadaku, jika aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa engkau
adalah Rasul Allah, aku mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan dan
beribadah malam-malam Ramadhan dan menunaikan zakat. Maka termasuk golongan
manakah aku ini? Nabi Muhammad saw bersabda kepadanya, “Barang siapa yang
mati dengan cara ini maka dia akan bersama para Nabi, para shiddiqin dan para orang
mati syahid di hari kiamat begini”, beliau menegakkan jarinya, “Selama dia tidak
mendurhakai kedua orang tuanya, karena orang yang mendurhakai orang tuanya
adalah dijauhkan dari rahmat Allah”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam kitab Shahihnya (VIII: 223) dan oleh
al-Baiaqiy dalam kitab Syu’ab al-Iman (III: 308). Ibn Katsir juga menukilkan hadis
ini dalam kitab tafsirnya (I: 524). Begitu juga Abd al-‘Adzim al-Mundziriy
menukilkannya dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib (III: 225), dan Ali ibn Abi Bakar
al-Haitsamiy dalam kitab Majma’ al-Zawaid (I: 195).
Menurut penilaian Ibn Hibban, hadis ini berkualitas sahih. Begitu juga dalam
penilaian al-Mundziriy dan al-Haitsamiy. Dengan demikian hadis ini bisa digunakan
sebagai acuan dalam beramal.
Kelima:
Dari ‘Aisyah ra, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Apabila Allah swt
menghendaki untuk memasukkan orang-orang mukmin ke dalam surga, maka Allah
mengutus malaikat kepada mereka. Malaikat itu membawa hadiah dan pakaianpakaian dari surga. Ketika mereka sudah mau masuk, berkatalah malaikat-malaikat
kepada mereka, “Berhentilah, aku membawa hadiah dari Tuhan sekalian alam”.
Mereka bertanya, “Apakah hadiah itu?”. Malaikat menjawab, “Hadiah itu berupa
sepuluh buah cincin, dan tertulis pada cincin ke:
1. “Keselamatan pada kamu, beruntunglah kamu. Maka masuklah kamu ke
dalam surga untuk selama-lamanya”. (az-Zumar 73).
2. Masuklah kamu ke dalam surga dengan selamat dan aman (al-Hijr 46).
3. Aku telah menghilangkan kesedihan dan kesusahan dari kamu.
2
4. Kami berikan kepadamu pakaian-pakaian indah.
5. Kami kawinkan mereka dengan bidadari yang bermata jeli. (ad-Dukhan 54,
ath-Thur 20).
6. Sesungguhnya Aku akan memberi balasan kepada mereeka hari ini sebab
kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang beruntung
(al-Mu’minun 111).
7. Kamu sekarang menjadi muda remaja dan tidak akan pernah tua untuk selamalamanya.
8. Kamu sekarang telah menjadi aman dan tidak akan pernah merasa takut untuk
selamanya.
9. Kawanmu adalah para Nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang
shalih.
10. Kamu berdekatan dengan Tuhan Yang Maha Pengasih Pemilik ‘Arasy Yang
Maha Pemurah lagi Maha Agung.
Maka mereka masuk ke dalam surga dengan berkata, “Segala puji bagi Allah yang
telah menghilangkan kesusahan dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha
Pengampun lagi Maha Pemberi Pahala berlipat ganda”.
Hadis ini tidak diketahui sumbernya. Kitab-kitab hadis, baik primer maupun sekunder,
tidak mencantumkan ini sebagai hadis dari nabi. Hadis ini tidak bisa dipakai sebagai
acuan dalam beragama.
Keenam:
Dari Ibn ‘Abbas, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang
berpegang pada sunnahku ketika rusaknya ummatku, maka baginya pahala seratus
orang mati syahid”.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqiy dalam kitab al-Zuhd al-Kabir (II: 118) dan
dinukilkan antara lain dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib (I: 41) dan Faidh al-Qadir
(VI: 261). Di dalam sanadnya terdapat al-Hasan ibn Qutaibah al-Khura’iy alMadainiy. Abu hatim menilainya sebagai rawi yang dha’if. Al-Azadiy mengatakan
bahwa hadisnya banyak yang meragukan. Dan ad-Daruquthniy menyatakannya
sebagai matruk al-hadis. Tidak ada ulama hadis yang memuji al-Hasan ibn Qutaibah
ini. Ia juga tidak punya mutabi’ (pendukung) dalam periwayatan hadis ini. Sehingga
karenanya hadis ini bernilai dha’if dan tidak dapat dipakai sebagai acuan dalam
beragama.
Ketujuh:
Dari Zaid ibn Thalhah, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Muhammad saw,
beliau bersabda, “Agama Islam ini telah muncul dalam keadaan asing, dan akan
kembali dalam keadaan asing pula. Maka beruntung sekali bagi orang-orang asing
yang memperbaiki sunnahku yang dirusak oleh manusia sepeninggalku”.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dalam kitab Sunannya (5: 18, hadis no. 2554).
Hadis seperti ini dengan rawi di tingkat sahabat yang berbeda juga diriwayatkan oleh
mukharrij lain, yaitu, Imam Muslim (Shahih Muslim, no. 208) dan Ibn Majah (Sunan
Ibn Majah, no. 3972) dari Abu Hurairah; Muslim (Shahih, no, 209) dan Tirmidzi
3
(Sunan, no, 2553) dari Abdullah ibn Umar; Ibn Majah (Sunan, no. 3978), Ahmad ibn
Hanbal (Musnad, no. 3596), dan ad-Darimiy (Sunan, no, 2637) dari Abdullah ibn
Mas’ud; Ibn majah (Sunan, no. 3977) dari Anas ibn Malik; dan Ahmad ibn Hanbal
(Musnad, no. 16094) dari Abdurrahman ibn Sannah.
Dalam hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah kualitasnya dha’if karena terdapat
Katsir ibn ‘Abdillah yang dicela oleh banyak ulama hadis, diantaranya adalah asSyafi’I, Abu Dawud as-Sijistaniy Ahmad ibn Hanbal. Dan tidak ada ulama hadis yang
memujinya. Akan tetapi jalur sanad yang lain, yaitu jalur sanad imam Muslim, baik
yang dari Abu Hurairah maupun dari Ibn Umar, diriwayatkan oleh orang-orang yang
siqqah yang menjadikan hadisnya berkualitas sahih.
Hadis di atas yang melewati jalur imam Muslim berkualitas shahih lidzatihi dan dapat
digunakan sebagai hujjah.
Kedelapan:
Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda, “Allah telah berfirman, “Aku
telah menyediakan untuk hamba-hambaku yang shalih apa yang tidak pernah dilihat
oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati
manusia”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhariy (Shahih al-Bukhoriy, no. 4402, 4407, 6944),
Muslim (Shahih Muslim, no. 5050, 5051, 5052), Tirmidzi (Sunan, no. 3131, 3214),
Ibn Majah (Sunan, no. 4319), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 7796, 9274, 9236,
10020), dan ad-Darimiy (Sunan, no. 2707).
Hadis kedelapan ini berkualitas sahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai dasar dalam
beragama.
Kesembilan:
Dari Ibn Mas’ud ra, dia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada nabi
Muhammad saw, berkatalah dia, “Ya Rasulullah, bagaimana jawabmu mengenai
seseorang yang mencintai satu golongan? Apakah dia dapat bertemu dengan mereka?.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang
dicintainya”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhariy (Shahih al-Bukhariy, no. 5702, 5703, 5704),
Muslim (Shahih Muslim, no. 4779), Tirmidzi (Sunan, no. 2307, 2308, 2309, 3459),
Abu Dawud (Sunan, no. 4462), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 3524, 11575,
11632, 12164, 12595, 12747, 12838, 12909, 13326, 17405, 18676, 18705, 18712).
Hadis kesembilan ini berkualitas sahih lidzatihi dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam beragama.
Wallahu a’lam bish-showab.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 08 2002
4
5