T1 802009111 Full Text

PENYESUAIAN SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH ASRAMA DI
SMP KRISTEN MAKEDONIA NGABANG KALIMANTAN BARAT

OLEH:
AYU DWI PERMATASARI
(802009111)

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyesuaian sekolah pada siswa

sekolah asrama SMP Kristen Makedonia Ngabang, Kalimantan Barat. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan berdasarkan aspek-aspek Student
Adaptation to College Questionnaire (SACQ) oleh Baker dan Siryk (1989).
Partisipan penelitian ini adalah tiga siswa SMP Kristen Makedonia Ngabang,
Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persaingan dalam proses
belajar yang ketat membuat ketiga partisipan harus giat dan berusaha agar mereka
bisa mengikuti proses belajar dengan baik. Partisipan 1 dan 2 membutuhkan waktu
yang tidak lama untuk bisa bersosialisasi dengan baik, namun partisipan 3
membutuhkan waktu yang lama dalam bersosialisasi karena partisipan 3 merasa
dirinya dijauhi dan tidak diterima. Ketiga partisipan menghadapi masalah yang sama
di asrama, yaitu barang pribadi mereka sering digunakan tanpa izin dan bahkan
sampai hilang. Ketiga partisipan merasa fasilitas yang diberikan oleh sekolah sudah
cukup lengkap untuk membantu mengembangkan bakat dan minat mereka, sekolah
mendukung apa yang mereka inginkan, mereka menikmati setiap kegiatan yang
mereka lakukan. Hasil lain menunjukan bahwa orangtua partisipan memberikan
dukungan positif dengan berbagai cara.
Kata kunci: Penyesuaian sekolah, sekolah asrama, siswa

i


Abstract

This research is intended to apprehend a representation of school adjustment for
boarding school students Makedonia Christian Junior High School in Ngabang,
West Borneo. The data is collected using qualitative method that contains
observation and interview. The interview is done based on Student Adaptation to
College

Questionnaire (SACQ) aspects which is proposed by Baker and Siryk

(1989). The respondents are three Makedonia Christian Junior High School students
in Ngabang, West Borneo. It turned out that the tough competition between the
students and their classmates helped to promote hard work and perseverance so that
they can perform better academically. Moreover, even though it took much time,
Participant 1 and 2 were able to adjust but participant 3 had a problem with the
adjustment because she felt as if her friends rejected, alienated, and were keeping
distance from her. Another point that struck me as interesting is the idea that the
problems they were facing are actually the same, their personal things are often
borrowed by their friends without their permission and lost. Since the participants

couldn’t recall who borrowed what, they had to let their things go. On the other
hand, all of the participants agreed that the school helped them to develop their
aptitudes and interests with the adequate facilities that are provided. Consequently,
all of the participants enjoy doing the activities held at the school. In addition, their
parents showed great support in different ways that inspire them to take charge of
their own academic journey.
Keyword: School adjustment, boarding school, student

ii

1

PENDAHULUAN
Masa transisi pada remaja bersifat kompleks dan multidimensional, yang
melibatkan perubahan di berbagai aspek kehidupan (Santrock, 2007). Transisi
sekolah adalah perpindahan siswa dari sekolah yang lama ke sekolah yang baru
yang lebih tinggi tingkatannya. Transisi siswa dari sekolah dasar ke sekolah
menengah pertama menarik untuk diperhatikan. Pada dasarnya transisi tersebut
adalah pengalaman normatif bagi semua siswa, tetapi hal tersebut dapat
menimbulkan stres. Stres tersebut timbul karena transisi berlangsung pada suatu

masa ketika banyak perubahan pada individu yaitu fisik, sosial dan psikologis
(Blyth dkk, 1983; Eccles dan Midgely, 1990 dalam Santrock, 2002).
Perubahan pada masa remaja meliputi hal-hal yang berkaitan dengan citra
tubuh, meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian, perubahan dari struktur
kelas yang kecil dan akrab menjadi struktur kelas yang lebih besar dan
impersonal, peningkatan jumlah guru dan teman, serta meningkatnya fokus pada
prestasi (Santrock, 2002). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan stres
pada masa awal sekolah (Widiastono, 2001). Penyesuaian diri di sekolah terhadap
tuntutan dan perubahan tersebut diperlukan remaja sebagai mekanisme yang
efektif untuk mengatasi stres dan menghindarkan terjadinya krisis psikologis
(Calhoun dan Acocella 1990 dalam Wijaya, 2007). Keberhasilan penyesuaian
sekolah oleh siswa pada tahun pertama menentukan penyesuaian sekolah di tahuntahun berikutnya (Wijaya, 2007).
Arkoff (dalam Abdullah, Elias, Mahyuddin, & Uli, 2009) mendefinisikan
penyesuaian sekolah sebagai interaksi seseorang dengan lingkungannya dan

2

mencakup prestasi akademik, pertumbuhan pribadi, dan prestasi di luar kelas
seperti dalam seni, musik, kreativitas dan kepemimpinan. Penyesuaian sekolah
melibatkan semua perilaku yang anak-anak gunakan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekolah (Gulay, 2011; dalam Adhiambo, Odwar, & Mildred,
2011). Sekolah memainkan peran penting dalam pengembangan remaja karena
remaja menghabiskan sebagian besar hari di sekolah, terlibat dalam kegiatan
ekstra kurikuler dan bahkan di rumah mereka terlibat dalam mengerjakan
pekerjaan rumah dari sekolah. Sekolah adalah lembaga yang memberikan
kontribusi untuk total proses pendidikan dan sosialisasi diarahkan pada
perkembangan kepribadian seorang remaja (Greenbaum, 1974; dalam Shah &
Sharma, 2012).
Sekolah memiliki dua tanggung jawab, yaitu untuk menghilangkan situasi
yang menghasilkan ketidakmampuan siswa untuk menyesuaikan diri dan untuk
mendeteksi perilaku yang tidak diinginkan dari seorang siswa dan cara
memperbaikinya. Siswa baru di sekolah, seringkali bermasalah karena bergeser
dari posisi atas atau senior di sekolah dasar ke posisi bawah atau junior di sekolah
yang baru atau disebut sebagai top-dog phenomenon (Blyth dkk, 1983 dalam
Wijaya, 2007).
Di Kalimantan Barat, ada sekolah asrama yang bernama Sekolah Kristen
Makedonia terletak di kota Ngabang. Sekolah ini didirikan oleh yayasan MIKA
(Misi Kita bersamA). Masyarakat di Kalimantan Barat mengenal Makedonia
dengan sebutan SKM yaitu Sekolah Kristen Makedonia, di dalam kompleks SKM
berdiri PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA. Di SKM juga tersedia tempat tinggal


3

untuk siswa SMP dan SMA. SKM juga menyediakan asrama untuk guru-guru dan
karyawan yang mengajar dan bekerja, mereka tinggal dalam satu kompleks
dengan asrama siswa dan sekolah, hal ini akan mempermudah siswa-siswi dalam
belajar dan guru juga bertugas sebagai pengawas dan teman untuk anak-anak
sewaktu berada di asrama. Siswa-siswi di SMPK Makedonia belajar sama seperti
sekolah pada umumnya tetapi di sekolah asrama ini siswa-siswi juga diajak untuk
melakukan pengembangan dalam sisi agama dan sosial.
Kegiatan untuk siswa dan siswi cukup banyak dan padat, mulai dari
akademik, pengembangan diri, ekstrakurikuler, dan kegiatan sosial untuk
masyarakat sekitar kompleks sekolah. Kegiatan di SKM setiap harinya akan
berlangsung dari jam 5 pagi sampai jam 10 malam, siswa-siswi berada di sekolah
dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore, dan jam 7 malam sampai jam 10 malam
mereka akan belajar mandiri atau belajar kelompok. Siswa-siswi akan melakukan
kegiatan di sekolah selama 5 hari dari hari Senin sampai hari Jumat, untuk hari
Sabtu kegiatan yang dilakukan adalah olahraga bersama, bercocok tanam di
kebun, melakukan kegiatan sosial, melakukan kegiatan agama dan mendapatkan
kunjungan dari orang tua.

SKM mempunyai motto yang ditanamkan pada setiap siswa-siswi mereka
yaitu berilmu tinggi, beriman teguh, dan berkarakter terpuji. Siswa-siswi juga
diajarkan untuk selalu jujur dalam segala hal dan diajarkan untuk tidak mencontek
tetapi harus bisa mengandalkan kemampuan diri sendiri. Bila ada siswa yang tidak
bisa mencapai nilai standar maka siswa akan di eliminasi dari sekolah. Setiap 1
bulan sekali biasanya pada minggu ke-4 akan diadakan pertemuan orangtua

4

dengan guru, hal ini dilakukan agar orangtua dapat mengetahui perkembangan
akademik anak, perkembangan di asrama, dan kendala yang sedang dihadapi anak
mereka, untuk mempererat hubungan antara orangtua siswa-siswi, siswa-siswi,
guru, pegawai sekolah, dan pegawai asrama (berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah, guru dan salah satu siswa).
Bisa dilihat bahwa masuknya remaja ke sekolah asrama penting untuk
diteliti karena sekolah asrama merupakan model sekolah yang memiliki tuntutan
yang lebih tinggi jika dibanding sekolah pada umumnya. Penelitian yang
dilakukan pada siswi sekolah asrama di India menjelaskan adanya hubungan yang
signifikan antara kematangan sosial dengan penyesuaian sekolah pada siswi
sekolah asrama, dan juga adanya perbedaan penyesuaian diri dari setiap kelompok

prestasi akademik tinggi, sedang, dan rendah (Shah & Sharma, 2012) disini
terlihat bahwa siswa-siswi yang bersekolah di sekolah asrama membutuhkan
penyesuaian sekolah. Ada penelitian yang dilakukan untuk melihat masalah
perilaku, dukungan sosial, dan penyesuaian sekolah dari siswa sekolah asrama dan
siswa sekolah biasa, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sekolah
asrama membutuhkan penyesuaian di sekolah, dukungan sosial dan hal yang
berhubungan dengan perilaku dari pada siswa sekolah biasa (Leyla & Melike,
2006).
Raju & Rahamtulla pada tahun 2007 melakukan penelitian untuk melihat
penyesuaian sekolah pada 461 siswa-siswi dari berbagai sekolah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyesuaian sekolah pada siswa-siswi dipengaruhi oleh
manajemen sekolah, di kelas seperti apa tempat mereka belajar, media

5

pembelajaran di sekolah. Pekerjaan dan pendidikan orang tua dari siswa-siswi
juga mempengaruhi penyesuaian sekolah dari siswa-siswi. Penelitian lain yang
melibatkan 4.500 siswa-siswi dari 52 sekolah ini dilakukan untuk melihat
hubungan antara penyesuaian sekolah, gender, dan prestasi akademik. Hasil yang
di dapat dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan signifikan antara

penyesuaian sekolah dengan gender dan adanya hubungan yang signifikan antara
penyesuaian sekolah dengan prestasi akademik sehingga semua siswa-siswi
membutuhkan penyesuaian sekolah untuk bisa mencapai prestasi akademik yang
baik (Adhiambo, Odwar, & Mildred, 2011).
Penyesuaian sekolah terdiri dari berbagai aspek seperti academic
adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment, dan attachment
(Kurtz, Puher, & Cross, 2012). Siswa yang bisa melakukan penyesuaian mereka
akan menghargai apa yang mereka pelajari, terlibat secara positif dalam kegiatan
kelas dan menerima nilai tinggi (Kiuru, Nurmi, Aunola, Salmela – Aro, 2009).
Penyesuaian sekolah yang buruk menyebabkan prestasi akademik yang rendah,
masalah perilaku, keinginan untuk belajar kurang dan bahkan putus sekolah (Raju
& Rahamtula 2007). Padatnya kegiatan di sekolah asrama dan banyak peraturan
yang diterapkan membuat siswa-siswa menjadi jenuh dan bosan, kemudian ada
siswa yang tidak terbiasa tinggal jauh dari orangtua akan merindukan orangtua
mereka. Di sekolah asrama siswa-siswi dituntut untuk bisa mandiri, bertanggung
jawab, dan berhasil dalam akademik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana gambaran penyesuaian sekolah pada siswa sekolah asrama di SMP
Kristen Makedonia Ngabang Kalimantan Barat.

6


METODE
Desain Penelitian
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih
sebagai metode penelitian dalam penelitian ini karena penelitian kualitatif
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (tanpa ada manipulasi
peneliti).
Partisipan
Penelitian dilakukan di SMP Kristen Makedonia. Partisipan dalam
penelitian ini adalah 3 siswa SMP Kristen Makedonia, yaitu 1 remaja laki-laki dan
2 remaja perempuan, berusia 12 – 14 tahun.
Tabel 1. Gambaran Umum partisipan Penelitian
Keterangan

Partisipan 1

Partisipan 2

Partisipan 3


Inisial nama

GA

AC

RNT

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Tempat,

tanggal Sebangki,

21 Menjalin, 21 Juli Jayapura,

11

lahir

Oktober 2001

2002

Desember 2001

Usia

13 tahun

12 tahun

13 tahun

Anak ke- dari

Anak ke 3 dari 4 Anak ke 1 dari 2 Anak ke-5 dari 6

Agama

bersaudara

bersaudara

bersaudara

Kristen Protestan

Kristen Protestan

Kristen Protestan

Ketiga partisipan dipilih oleh wakil kepala sekolah bagian kesiswaan
setelah peneliti menjelaskan karakteristik yang telah ditentukan dan dijelaskan.
Menurut wakil kepala sekolah ketiga partisipan terpilih karena mereka semua
pada awal masuk ke sekolah mempunyai masalah yang sama yaitu ingin pindah

7

sekolah, sering mengeluh bahwa barang pribadi mereka sering digunakan tanpa
izin bahkan sampai hilang. Partisipan 1 terlihah lebih nyaman saat berada di
sekolah dari pada di asrama padahal partisipan 1 menjadi ketua asrama. Partisipan
2 sering marah-marah karena barangnya sering hilang. Asma yang idapnya juga
sering kambuh karena itu partisipan 2 sempat bersikeras untuk pindah sekolah.
Partisipan 3 lebih suka menyendiri dan kurang bisa berbaur dengan temannya.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan

wawancara

dan

observasi.

Mengacu

pada

penelitian-penelitian

sebelumnya untuk memperoleh gambaran penyesuaian sekolah yang terjadi pada
partisipan, peneliti menggunakan aspek-aspek Student Adaptation to College
Questionnaire (SACQ) oleh Baker dan Siryk (1989) yang terdiri dari aspek-aspek
yaitu academic adjustment mengukur keberhasilan siswa dalam menghadapi
berbagai tuntutan pendidikan, untuk melihat sejauh mana siswa dapat memotivasi
dirinya dalam belajar, mengerjakan tugas akademik, aplikasi (melihat seberapa
besar usaha yang ditunjukan pelajar dalam proses akademik), prestasi, kepuasan
pelajar terhadap proses akademik di sekolah; social adjustment mengukur
keberhasilan siswa dalam menghadapi tuntutan antar pribadi-sosial yang melekat
dalam kehidupan sekolah, keterlibatan siswa dalam aktivitas sosial, hubungan
dengan orang lain, hubungan dengan keluarga (walaupun berjauhan), dan
kepuasan terhadap lingkungan; personal-emotional adjustment mengukur
kesejahteraan psikologis pada siswa (kestabilan emosi, tekanan, mengatur
perasaan dan pikiran, dan kebimbangan) dan fisik yang menunjukan bahwa siswa

8

sehat (sehat tidaknya fisik siswa, selera makan, berat badan, serta bisa tidaknya
siswa menjaga kesehatan fisik); dan attachment mengukur tingkat kepuasan siswa
terhadap sekolah secara umum dan perasaan tentang mengikuti proses belajar di
sekolah. (Kurtz, Puher, & Cross, 2012).
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif. Beberapa tahap dalam analisis data yakni menelaah seluruh data yang
tersedia, melakukan reduksi data, melakukan kategorisasi dan penafsiran data
(Moleong, 2010). Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini,
menggunakan teknik triangulasi sumber dengan narasumber guru selaku wali
kelas siswa.
HASIL PENELITIAN
Pengambilan data dilaksanakan di sekolah dengan 3 partisipan yang
merupakan siswa-siswi SMPK Makedonia, penelitian ini dilakukan untuk melihat
gambaran peyesuaian sekolah pada setiap siswa. Adapun aspek-aspek dari
penyesuaian

sekolah

yaitu

penyesuaian

akademik,

penyesuaian

sosial,

penyesuaian personal-emotional, dan attachment.
A. Penyesuaian Akademik
Penyesuaian akademik mengukur keberhasilan siswa dalam menghadapi
berbagai tuntutan pendidikan, untuk melihat sejauh mana siswa dapat memotivasi
dirinya dalam belajar, mengerjakan tugas akademik, aplikasi (melihat seberapa
besar usaha yang ditunjukan pelajar dalam proses akademik), prestasi, kepuasan
pelajar terhadap proses akademik di sekolah.

9

Tabel 2. Penyesuaian Akademik Partisipan
Partisipan 1
“Ada sih kak, tapi biasa
ada teman yang bantu,
bantu ngerjakan, bantu
cara ngerjakannya biar
paham, lalu kesulitan
matematika,
tugas
kelompok. Caranya biasa
kalau
ada
waktu
senggang main dulu,
biasanya habis mandi
kerjakan dulu sedikitsedikit
kalau
tugas
banyak ya nyicillah biar
selesai biasa bangun pagi
kerjakannya.
Kalau
banyak pr pasti belajar
teruskan jadi kalau lagi
ndak banyak pr bisa
nyantai-nyantai
atau
main-main tapi mainnya
ndak berlebihan misalnya
ngobrol-ngobrol, ceritacerita, ejek-ejekan itu
biasanya. Nampaknya sih
belum, soalnya hasil yang
didapatkan
belum
memuaskan, maunyakan
dapat nilai besar tapi
belum jadi hasilnya masih
agak dibawah target”

Partisipan 2
“Nyaman sih, bisa, bisa
sih soalnya juga kalau
kita ndak ngerti kan
guru-guru tinggal disini
jadi kalau ada kesulitan
kita bisa tanya kalau
ndak ngerti. Biasanya
main hehe.. main dulu,
abis main baru belajar
biar
ndak
tegang
belajarnya kan jadi biar
enak belajarnya. Suka
pelajaran
matematika
kak, yang ndak disukai tu
pelajaran
IPS
kak.
Biasanya 1 jam untuk
belajar, 1 jam untuk main
hehe. ndak, palingkan
main
tu
ngumpulngumpul lalu ceritacerita biasanya diluar di
wc perpus sih biasanya.
Belum, soalnya masih
ada teman yang lebih di
atas, nilainya lebih tinggi
jadi belum. Kalau target
saya sih harus bisa lebih
tinggi dari orang itu”

Partisipan 3
“Ada kesulitan, minta
bantuan sama kawan
kelas, minta ajarin sama
teman-teman. Mau, iya
kak,
ada
kesulitan,
hhhmmm.
Kurang
mengerti, kurang paham.
Saya sukanya belajar
agama
kak.
Harus
pinjam buku ke perpus
terus cari eh liat
pelajaran yang akan di
pelajari besok jadi harus
belajar. Kalau tidur
udah ngantuk tidur,
eeehhh. Kalau udah
belajar ngantuk tidur.
Sudah, ada yang masih
kurang,
kalau
nilai
agama sih tinggi”

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak semua siswa bisa melakukan
penyesuaian akademik yang baik, di awal sekolah tidak semua partisipan bisa
mengikuti proses belajar dengan cepat namun mereka berusaha agar bisa
memahami pelajaran yang diberikan dan bertanya pada teman atau guru
bersangkutan saat mengalami kesulitan. Kesulitan yang sering dihadapi oleh
partisipan 1 dan 3 adalah kurang paham dengan materi yang diberikan, menurut

10

partisipan 1 dan 2 saat sakit dan tidak bisa masuk sekolah kadang teman tidak
memberitahu bahwa ada catatan atau tugas yang harus dikerjakan sehingga
mereka harus berusaha untuk bertanya dan meminjam catatan.
Hasil akademik yang didapat oleh setiap partisipan berbeda-beda,
partisipan 2 mempunyai nilai akademik yang sangat baik namun dirinya belum
puas karena masih ada teman yang lebih baik daripada dirinya. Menurut wali
kelas, partisipan ada mempunyai prestasi yang baik terlihat bahwa partisipan 2
mendapat juara kelas. Partisipan 1 mempunyai nilai akademik yang cukup baik,
dan partisipan 1 merasa kurang paham dengan pelajaran matematika. Partisipan 1
mempunyai prestasi yang cukup baik menurut wali kelasnya, ia masuk sepuluh
besar dalam kelas. Partisipan 3 mempunyai nilai akademik yang kurang karena
ada beberapa mata pelajaran yang nilainya tidak memenuhi nilai ketuntasan dan
menurut wali kelasnya saat pertama berada di SKM partisipan 3 dan beberapa
teman dari Papua mengikuti martikulasi agar mereka bisa mengikuti dan
memahami proses belajar di SKM.
Di asrama para partisipan mempunyai jam belajar, namun semua
partisipan mengatakan belum bisa memanfaatkannya waktu belajar mereka
dengan baik, mereka lebih banyak bermain dan berbincang daripada belajar.
Karena menyadari bahwa mereka lebih banyak bermain, tidak memanfaatkan
waktu belajar di asrama dengan baik dan nilai pada semester pertama kurang
memuaskan, menurut ketiga partisipan cara yang harus dilakukan agar bisa lebih
baik dalam proses belajar adalah lebih rajin belajar agar paham dengan materi
pelajaran, jangan malu bertanya bila tidak tahu, rajin mencatat, lebih aktif di

11

kelas, bila ada waktu luang harus dimanfaatkan dengan mengerjakan tugas. Saat
merasa malas untuk belajar ketiga partisipan akan bermain dan santai terlebih
dahulu, setelah merasa lebih nyaman mereka akan mulai belajar. Cara yang
dilakukan agar siap dan bisa mengerjakan tugas tepat waktu para partisipan akan
membaca atau meminjam buku di perpustakaan, menyiapkan materi pelajaran
untuk hari berikutnya, kemudian mereka akan mengerjakan tugas yang diberikan
agar semua tugas bisa selesai tepat waktu.
B. Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial mengukur keberhasilan siswa dalam menghadapi
tuntutan antar pribadi-sosial yang melekat dalam kehidupan sekolah, keterlibatan
siswa dalam aktivitas sosial, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan
keluarga (walaupun berjauhan), dan kepuasan terhadap lingkungan.
Tabel 3. Penyesuaian Sosial Partisipan
Partisipan 1
“Kalau perlakuan guru
dan staff sih baik,
misalnyakan biasanyakan
di lingkungan sinikan
banyak tumbuhan buahbuahan kalau berbuah
kita biasa boleh ambil.
Kegiatan OSIS biasanya
jogging sekitar SKM atau
olahraga itu jak. Balik
keasrama buat piket atau
bersih-bersih
asrama
sama-sama,
biasanya
kalau
pramuka
ada
kegiatan kemah atau
kunjungan ke Saham liat
rumah
Betang,
lalu
biasanya natal bersama

Partisipan 2
“Suka soalnya banyak
teman,
jadi
kalau
dirumahkan paling main
sama adekkan, sama
tetanggapun jauh-jauh
kalau disinikan satu
rumah jadi enak. Ndak
sih, suka sama gurugurunya dan staffnya
juga
ramah-ramah.
Kalau saya ndak ikut
pramuka.
Sebenarnya
wajib tapi sayakan sakit.
Sakit asma
udah, kemarin waktu
bulan 11 sama Sekolah
Santo
Benediktus
Pahauman. Pengen. Ikut

Partisipan 3
“Mereka baik. Mau
ada kak. Tidak. Iya kak.
Harus berteman lebih
dekat, dan kalau bicara
sama guru harus sopan.
Pramuka kak, kadangkadang ikut kak karena
saya ada sakit maag
kadang tidak ikut. Volly
kak. Bola kaki kak. Tidak
kak. Ikut. Volly dan lari
kak. Iya kak, dipilih untuk
main volly . Merasa
senang dan puas kak.
Ada, dikasi kartu, kartu
merah. Langsung kp
sama wali asrama. Ndak
ada dapat kartu kuning.

12

di gereja-gereja sekitar
sini, sekolah lain ke sini
dari STB Pahauman, itu
SMP Santo Benediktus
Pahauman buat tanding
olahraga. Pernah sih,
ribut biasa lalu main
kalau di kelas, biasa main
lompat-lompat kalau di
asrama, suka kan kalau
di asrama ada jadwal
jadwal
nyuci
dan
sebagainyalah
biasa
melanggar jadwal nyuci”

jadi seksi kesehatan.
Untuk
ulang
tahun
sekolah yang tahun ini
saya jadi seksi konsumsi.
A’aa.
Puas.
Sering,
biasanya kalau udah hari
sabtu tu olahraga bebas.
A’aa antar kelas. Ikut.
Ikut, ikut tarik tambang.
Pernah hehe. Makan mie
hehe. Bukan hari minggu
tapi pas jam sekolah.
A’aa, kena poin.”

Pernah,
di
asrama.
Membuang
pakaian
sembarangan, melalaikan
kerapian dan kebersihan
asrama. 60. Udah habis
kak, sudah kp”

Setiap partisipan memerlukan waktu yang berbeda-beda dan cara yang
berbeda agar mereka bisa melakukan penyesuaian sosial dengan baik di sekolah
maupun asrama. Setiap partisipan mempunyai cara masing-masing agar mereka
bisa berteman dan bergaul dengan baik di asrama maupun sekolah, para partisipan
merasa sudah nyaman di SKM dan bisa menikmati setiap waktu mereka di
sekolah dan asrama. Partisipan 1, 2, dan 3 mengikuti kegiatan wajib yaitu
pramuka dan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah, namun partisipan 2 dan 3
tidak selalu ikut kegiatan wajib dan ekstrakurikuler yang ada karena mereka
mempunyai sakit asma dan maag.
Setiap partisipan aktif dalam mengikuti kegiatan yang ada di sekolah dan
asrama, partisipan 1 dipercaya untuk menjadi ketua asrama di asrama putra SMP
tidak hanya itu partisipan 1 juga ikut serta dalam pertandingan sepak bola dan
volley yang dilaksanakan antar kelas, antar angkatan, maupun pertandingan
persahabatan. Hal ini bisa terjadi karena keahlian partisipan 1 dalam bermain
sepak bola sangat bagus. Partisipan 1 tidak dilibatkan dalam kepengurusan kelas

13

menurut wali kelas partisipan 1 karena partisipan 1 sudah menjadi ketua asrama
dan sebagai ketua asrama banyak yang harus dikerjakan dan tanggung jawab yang
diberikan sudah besar.
Partisipan 2 diberi kepercayaan untuk menjadi seksi kesehatan dalam
kepengurusan kelas. Partisipan 2 juga menjadi seksi konsumsi dalam acara ulang
tahun sekolah. Saat ada pertandingan volley antar kelas partisipan 2 ikut serta.
Partisipan 3 biasanya ikut serta dalam pertandingan sepak bola perempuan, lari
dan volley yang diadakan sekolah dan saat pertandingan persahabatan, partisipan
3 menyukai olahraga sehingga partisipan 3 banyak ikut serta dalam pertandingan
olahraga yang ada di sekolah maupun asrama.
Semua partisipan merasa nyaman dengan perlakuan guru dan karyawan di
sekolah maupun asrama, setiap guru dan karyawan dianggap baik dan mau
membantu mereka. Saat awal-awal berada di sekolah asrama, partisipan merasa
sedih karena jauh dari orangtua, merasa tidak ada teman, terlalu banyak kegiatan
sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, kurang ada waktu bermain, dan jadwal
setiap harinya sudah tersusun sehingga partisipan harus mengikuti jadwal yang
ada. Setiap partisipan mulai terbiasa dengan kegiatan yang ada, mereka belajar
mengatur waktu agar bisa membagi waktu dengan baik, mereka mulai terbiasa
jauh dari orangtua dan mereka merasa bahwa jauh dari orangtua tidak masalah
karena ada guru dan teman yang selalu memperhatikan dan dekat dengan mereka,
setiap partisipan sudah merasa nyaman dan bisa mengikuti setiap kegiatan yang
ada di sekolah maupun asrama, sudah mengenal lebih banyak orang dan berteman

14

dengan mereka, partisipan merasa senang karena bisa melakukan banyak kegiatan
secara bersama-sama dengan teman serta guru.
Partisipan 1 merasa dengan dirinya bersekolah di SKM, dia bisa lebih
memanfaatkan waktu dengan baik karena saat partisipan 1 berada diluar SKM
dirinya lebih banyak bermain dari pada belajar. Menurut partisipan 1 di SKM
siswa dituntut untuk bisa membagi waktu mereka dengan baik karena banyak
kegiatan yang harus mereka laksanakan, mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang
lebih baik dari pada dirinya bersekolah di luar SKM, mempunyai guru-guru yang
ahli di bidangnya masing-masing, bisa lebih mengerti dan paham dengan
pelajaran yang diberikan karena saat mereka merasa tidak bisa dan membutuhkan
penjelasan selalu ada guru yang siap menjelaskan karena guru-guru di SKM
tinggal di lingkungan yang sama dengan siswa-siswi. Kegiatan yang dilakukan
selalu melibatkan siswa-siswi dan guru sehingga terasa seperti keluarga,
mempunyai teman yang selalu ada saat dibutuhkan tidak hanya menjadi teman
bermain tapi juga menjadi saudara karena itu partisipan 1 sangat bersyukur bisa
menimba ilmu dan menjadi bagian dari SKM.
Dengan bersekolah di SKM partisipan 2 merasakan bahwa dirinya lebih
bisa mengembangkan bakat dan minatnya. Di SKM partisipan 2 mempunyai
banyak teman untuk bermain maupun belajar bersama. Saat berada di rumah
partisipan 2 merasa tidak punya banyak teman bermain karena di daerahnya jarak
setiap rumah berjauhan sehingga partisipan 2 lebih sering bermain dengan
adiknya saja. Partisipan 2 merasa nyaman dan diterima di SKM karena guru dan
karyawan baik, ramah, dan perhatian. Partisipan 2 senang karena kegiatan yang

15

dilakukan di SKM dilakukan secara bersama-sama dengan teman-teman dan guru.
Selama di SKM partisipan 2 belajar menjadi lebih mandiri dan mengatur waktu
dengan baik, bisa belajar dengan baik karena mempunyai guru-guru yang baik dan
mau membantu, tidak ada waktu yang terbuang dengan sia-sia selama berada di
SKM.
Partisipan 3 merasa senang bisa berada di SKM walupun awalnya sangat
sedih karena harus meninggalkan orangtua serta keluarga untuk tinggal di pulau
yang berbeda dan daerah yang sebelumnya tidak diketahui. Partisipan merasa
bahwa guru-guru di SKM mau membantu dia agar bisa menyesuaikan diri.
Partisipan 3 menyukai fasilitas yang diberikan oleh sekolah dan asrama kepada
siswa. Ia merasa bisa belajar dengan baik karena saat di Papua dulu dirinya jarang
belajar. Ia senang berada di SKM karena jarak sekolah dengan tempat tinggal
berdekatan tidak seperti di Papua yang harus menempuh perjalanan yang cukup
melelahkan untuk bisa sampai ke sekolah.
Di SKM ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap siswa,
saat siswa melanggar peraturan yang ada mereka akan mendapatkan sanksi berupa
poin. Ketiga partisipan semuanya pernah melanggar peraturan yang ada dan
mendapatkan poin tetapi pelanggaran yang mereka lakukan bukanlah pelanggaran
yang berat. Pelanggaran yang mereka lakukan lebih banyak karena teledor dan
kurang disiplin seperti tidak membawa buku pelajaran pada saat pelajaran itu
berlangsung, tempat tidur yang berantakan dan pakaian yang tidak disusun rapi,
makan mie instan padahal tidak boleh karena tidak baik untuk kesehatan.

16

C. Penyesuaian Personal-Emosi
Penyesuaian personal-emosi mengukur kesejahteraan psikologis pada
siswa (kestabilan emosi, tekanan, mengatur perasaan dan pikiran, dan
kebimbangan) dan fisik yang menunjukan bahwa siswa sehat (sehat tidaknya fisik
siswa, selera makan, berat badan, serta bisa tidaknya siswa menjaga kesehatan
fisik).
Tabel 4. Penyesuaian Personal-Emotional Partisipan
Partisipan 1
“Ada, kadang-kadang tu
rasanya emosi. Kita biasa
udah nampung air lalu
air kita dipakai tanpa izin
waktu kita mau pakainya
udah ndak ada, kadang
ada rasa ingin balas ke
orang yang pakainya tapi
kita ndak tau siapa yang
pakai, biasa barang tu
ditelantarkan jadi abis
dipakai tanpa izin lalu
ditelantarkan,
kadang
ada gayung di ember
sering dipakai tanpa izin
ya diterima tapi kadang
ada yang marah-marah.
Mau marah tapi gimana
kita tinggal di asrama,
sering sih diingatkan oleh
wali
asrama
tapi
biasanya ndak jera-jera
masih jak dilakukan.
Sering (dijawab dengan
cepat dan lantang), biasa
kalau kita tau orang yang
pinjam atau pakai barang
kita bilang sama dia buat
kembalikan
lagi
ke
tempatnya tapi biasa

Partisipan 2
“Baju sama sepatu,
kadang misalnya dia
pakai ndak pinjam sama
kitakan
nanti
dia
pinjamin sama orang.
Udah dia pakai lalu dia
pinjamin lagi ke orang.
A’aa gitu, mereka suka
gitu.
E’eem,
nanti
dibilang ilang padahal
ada, rupanya diambil
gitu. Biasanya sih yang
itu-itu aja, yang biasanya
jarang
dikunjungin
orangtua jadi kayak
kurang barang gitulah
makanya ambil punya
orang
lain
soalnya
jauhkan. Biasanya sih
yang itu juga, ada juga
kakak kelas yang lain
tapi biasanya emang
kelas 9 sih, yang
kebanyakan kelas
9
sering
pakainya.
Soalnyakan kalau kita
mau
marah
sama
merekakan pasti dibilang
ndak sopan jadi mereka
tu
seenaknya
pakai

Partisipan 3
“Biasanya ember kak. Iya
kak. Ambil kak, minta
sama
orangnya.
Eehhmm.. baju. Ada yang
izin, ada yang tidak kak.
Kakak kelas, kelas 9 dan
kelas 8. Tidak tau kak,
kadang
kalau
baju
mereka kotor mereka
pinjam baju. Iya, kalau
tidak mereka paksa kak.
Iya. Tidak ada sabun
untuk mandi. Tapi kata
(diam). Kata yang biasa
pegang uang tidak boleh
ambil uang lebih dari 10
ribu, harus ambil 5 ribu
kebawah makanya tidak
bisa beli sabun. Pinjam
sabun teman. Mau kak.
Kurang
sabun
dan
perlengkapan
mandi,
saya kurang pakaian.
Tidak, kurang karena
saya
bawa
memang
sedikit saja. Baju bawa 5
helai, celana 3 saja.
Sedikit juga, biasanya
setiap teman atau kakak
kelas pulang mereka

17

ndak
dikembalikan,
rasanya
tu
mau
marahlah. Ndak bisa
marah soalnya orang lain
banyak yang kayak gitu,
biasanya dipindahkan ke
ember orang lain yang
kosong (senyum). Iya
cerita, kalau senang ni
sama-samakan
kumpul
sama teman lalu cerita
sama teman. Kalau sedih
biasanya datang ke teman
buat cerita.”

barang kita. Biasanya
kayak
kemaren
tu,
emberlah punya saya
sampai pecah dipakai.
Hangerlah dicuri tapi
kalau kakak kelas yang
pakai biarkan sama dia
jak, nanti kalau dia ndak
ada
lepaskan
dari
bajunya baru diambil
lagi.
A’aa.
temantemannya
juga
sekarangkan udah mulai
tau satu sama lain jadi
udah mulai akrab.”

bawakan saya baju dan
celana. biasanya nangis,
di asrama dan ndak ada
kedengaran kak karena
ditutup pakai bantal kak.


Tinggal di sekolah asrama membuat para partisipan harus siap tinggal
bersama dengan orang yang belum dikenal dan tinggal dalam satu lingkungan
yang sama dengan waktu yang lama. Ada yang bisa cepat melakukan penyesuaian
namun ada juga membutuhkan waktu yang lama. Setiap partisipan dituntut untuk
bisa mengontrol emosi dengan baik, bergaul dengan baik, mempunyai prestasi
yang bagus, dan disiplin. Partisipan 1 bisa bersosialisasi dengan baik pada
lingkungan barunya, ia tidak membutuhkan waktu lama untuk mempunyai teman
yang banyak baik itu teman satu angkatan, adik kelas, kakak kelas, bahkan dengan
kakak-kakak SMA. Partisipan 2 merasa nyaman dan bisa bersosialisasi dengan
baik, bisa cepat mempunyai teman dan bisa diterima oleh teman-temannya.
Sedikit berbeda dengan partisipan 1 dan 2, partisipan 3 sering merasa
dirinya kurang bisa diterima di lingkungan SKM sehingga dia membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk beradaptasi. Partisipan 3 mengatakan bahwa ia
merasa teman-temannya sering membicarakan dirinya sehingga ia lebih sering
berteman dengan teman dari Papua baik yang SMP maupun SMA. Namun

18

sekarang ini partisipan 3 sudah bisa berbaur dengan teman-temannya. Partisipan 3
sering bercerita pada wali kelas bahwa teman-temannya menjauhi dirinya padahal
dia merasa tidak mempunyai salah apa-apa terhadap teman-temannya, karena
mendengar cerita dari partisipan 3 akhirnya wali kelas coba untuk berbicara pada
teman-teman kelas partisipan 3 khususnya teman putri yang tinggal satu asrama
dengan dia. Dari hasil triangulasi dengan wali kelas diketahui bahwa teman-teman
partisipan 3 tidak menjauhi dirinya, tetapi ia sering menyendiri dan kurang mau
berbaur dengan teman-temannya, karena hal ini wali kelas meminta kepada
teman-teman kelas partisipan 3 untuk mendekati partisipan 3 dan mengajak
partisipan 3 untuk bermain. Wali kelas juga berbicara pada partisipan 3 untuk
tidak pilih-pilih teman dan mendekatkan diri pada teman-temannya.
Setiap partisipan menghadapi masalah yang sama di asrama yaitu ada
orang-orang yang sering menggunakan barang milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya dan kadang sampai barang tersebut hilang sehingga tidak bisa lagi
digunakan oleh pemiliknya dan barang ketiga partisipan sering sekali digunakan
tanpa izin mereka. Barang mereka yang sering digunakan adalah peralatan mandi
seperti sabun, sampo, pasta gigi, gayung, ember. Ada juga barang lain seperti
gantungan baju, pakaian sehari-hari maupun pakaian untuk ibadah hari minggu
yang sering digunakan. Menurut para partisipan, ada beberapa orang yang mereka
ketahui memakai barang mereka namun ada juga yang tidak. Saat kakak kelas
yang menggunakan barang mereka, mereka tidak berani marah atau menegur
karena takut dianggap tidak sopan atau kurang ajar sehingga mereka
membiarkannya, bila teman angkatan yang menggunakannya mereka akan

19

langsung menegur orang tersebut. Kadang ada juga barang yang harus mereka
relakan untuk hilang karena tidak tahu siapa yang memakainya.
Ada hal yang biasa membuat marah para partisipan seperti saat barang
mereka digunakan tanpa ijin dan barang mereka hilang. Perasaan lain yang
dialami semua partisipan awalnya sering merasa sedih karena merindukan rumah
dan orangtua, tidak dikunjungi orangtua saat waktu kunjungan sedangkan
orangtua teman datang berkunjung karena ketiga orangtua partisipan tinggal jauh
dari SKM. Saat ada jatah pulang atau liburan, partisipan 1 dan 2 akan merasa
senang karena bisa pulang untuk bertemu dengan orangtua dan saudara mereka.
Berbeda dengan partisipan 3 yang tetap merasa sedih karena tidak bisa pulang
untuk bertemu keluarganya karena jauh di Papua. Namun ada kebijakan dari
sekolah dan asrama yang memberikan izin kepada siswa-siswi yang berasal dari
Papua untuk bisa ikut ke rumah temannya dengan ketentuan bahwa orangtua
teman mereka mengizinkan untuk mereka ikut. Hal ini membuat partisipan 3
cukup senang dan tidak terlalu bersedih hati. Saat ulangan atau kuis dan ketiga
partisipan mendapatkan nilai bagus mereka akan merasa senang, dan
mendapatkan kunjungan orangtua juga membuat para partisipan merasa bahagia.
Setiap partisipan berusaha untuk tetap menjaga kesehatan mereka karena
itu sangat penting bagi meraka agar bisa mengikuti semua kegiatan yang ada dan
dapat belajar dengan baik. Cara yang dilakukan oleh ketiga partisipan agar tetap
sehat adalah dengan memanfaatkan waktu kosong untuk istirahat, sering
berolahraga, meminum vitamin agar tetap fit, makan tepat waktu dan menyiapkan

20

jajan, sebelum tidur harus sikat gigi dan mencuci tangan-kaki, mencuci barang
atau pakaian yang kotor.
D. Attachment
Attachment mengukur tingkat kepuasan siswa terhadap sekolah secara umum dan
perasaan tentang mengikuti proses belajar di sekolah.
Tabel 5. Attachment Partisipan
Partisipan 1
“Pernah kak. Ceritanya
itu, waktu kelas 7kan
banyak kegiatanlah, lalu
pas di asrama tu abang
kelas suka main senior
dan junior jadi dijalanin
jak dulu, kalau sama
teman di kasi taulah lalu
dinasehati biar ndak
pindah sekolah. Dulu sih
ndak
kepikiran
buat
sekolah disini kak. Itu
soalnya dulu tu banyak
masalahlah.
Banyak
barang yang suka ilang
itu di asramakan, biasa
yang ilang tu uang, biasa
sabun, biasa kaos kaki.
Pernah sih, ribut biasa
lalu main kalau di kelas,
biasa main lompat-lompat
kalau di asrama, suka kan
kalau di asrama ada
jadwal jadwal nyuci dan
sebagainyalah
biasa
melanggar jadwal nyuci
kan.
kalau
fasilitas
sekolah sih lebih udah
lengakaplah soalnyakan
kalau kita perlu ini ada,
kita mau gunakannya ada.
Kalau asrama juga ada,

Partisipan 2
“pernah sih dulu, kan
anok soalnyakan sering
ingat
orangtua
soalnyakan ndak pernah
jauh dari orangtua.
Pernah sih dulu sekarang
endak, iya soalnya udah
banyak teman, pernah sih
dulu pas mau masuk jak,
soalnyakan
jauh.
Jauhkan
jadinya
orangtua
jarang
ngunjungin kalau setiap
minggu jadi pengen
pindah, soalnya dah,
dahlah kalau misalnya
orangtua
ndak
bisa
datang mungkin ndak
sempat
lagi
banyak
kerjaan jadi enjoy-enjoy
jak dengan teman main
sana, main sini lalu ndak
terasa lagi. Udah. ndak
sih, e’emm. Soalnya
kalau
ndak
ada
peraturan
pasti
seenaknya jak kalau ada
peraturan pasti kita
aamm kelakuan kita
dibatasin kalau ndak
boleh kayak gini kayak
gini tapi peraturan bisa

Partisipan 3
“tidak kak, keluar?, ada,
iya kak, biasanya nangis,
di asrama, ndak ada
kedengaran kak, karena
ditutup pakai bantal kak.
senang kak, ndak, iya
kak, nyaman , iya, mau
kak. pernah kak, karena
suka dicuekin, diolokolok. olok.. kan marga
saya Toto kak, di oloknya
jadi otot, iya kak, mereka
kasi nama panggilan
saya jadi otot kak, diam
saja kak. biasanya kakak
kelas suka pilih-pilih
teman, suka dicuekin,
sama mereka suka bisikbisik kalau ada saya
didekat mereka, iya.
harus bisa dekat dengan
orangtua, tidak ada,
hanya mau dekat sama
orangtua.”

21

udah
terpenuhilah,
misalkan kita mau minta
moltolah
atau
ada
kelebihanlah
biasanya
dibagikan
ke
setiap
asrama ada pel, sapu
juga.”

mendidik
juga
sih
sebenarnya. Paling kalau
cerita anok air suka
berebut air, biasanya air
udah ditampung tapi
suka dipakai orang. Kata
mama tahankan jak dulu
3 tahun kesini.”

Semua partisipan pernah ingin pindah sekolah, karena alasan yang
bermacam-macam seperti tidak betah tinggal jauh dari orangtua, ingin selalu
berada dekat dengan orangtua, terlalu banyak kegiatan di SKM dan membuat
waktu istirahat mereka kurang, banyak barang pribadi yang sering dipakai atau
hilang, merasa tidak ada teman, dan masih adanya senioritas. Partisipan 1 tetap
bertahan dengan keadaan yang ada karena menurut dirinya dia sendiri yang ingin
bersekolah di SKM, dia juga tidak ingin menyusahkan orangtuanya, berusaha
cuek dengan perlakukan yang tidak baik dan pada akhirnya dia bisa merasa
nyaman dan tetap berada di SKM.
Partisipaan 2 sudah ingin pindah tapi orangtua dan guru mencoba menahan
partisipan 2 agar tidak pindah karena menurut orangtuanya SKM adalah sekolah
yang tepat untuk partisipan 2. Partisipan 2 mencoba untuk bertahan, orangtua
partisipan juga meluangkan waktu untuk mengunjungi partisipan 2 agar partisipan
2 tetap betah, sekarang partisipan 2 sudah mempunyai banyak teman sehingga dia
merasa nyaman di SKM, sekarang tidak merasa harus selalu berada di dekat
orangtuanya karena ada guru dan teman yang selalu ada.
Partisipan 3 merasa sampai sekarang dirinya kurang bisa di terima oleh
teman-temannya, partisipan juga tidak bisa jauh dari orangtuanya. wali kelas

22

partisipan 3 berusaha membantu dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
partisipan sehingga sekarang partisipan mulai bisa terbuka dengan temantemannya walaupun masih belum terlalu dekat. Partisipan 3 tidak bisa pulang ke
Papua saat liburan sehingga orangtua partisipan mengusahakan untuk bisa
mengunjungi partisipan saat liburan sekolah. Saat ini partisipan sudah mulai
merasa nyaman dan bisa di terima di SKM, sudah mulai berteman dengan teman
dari luar Papua.
Mereka juga merasa fasilitas yang diberikan oleh sekolah sudah cukup
lengkap untuk membantu mengembangkan bakat dan minat mereka, sekolah
mendukung apa yang mereka inginkan, mereka menikmati setiap kegiatan yang
dilakukan karena dilakukan secara bersama-sama dengan teman dan guru. Sikap
dan perlakuan guru sekolah maupun asrama membuat mereka merasa nyaman,
guru-guru dan karyawan baik serta memperhatikan mereka sehingga mereka tetap
merasa nyaman walaupun jauh dari orangtua mereka.
Di sekolah dan asrama mempunyai peraturan yang harus ditaati oleh setiap
siswa namun tidak semua peraturan yang ada bisa ditaati dengan baik sehingga
tidak jarang partisipan melanggar peraturan yang ada. Saat melanggar peraturan
mereka akan diberikan sanksi. Partisipan tidak merasa keberatan dengan peraturan
yang ada karena menurut mereka dengan adanya peraturan bisa membuat mereka
lebih taat, belajar untuk lebih bertanggung jawab, dan membuat mereka lebih
nyaman saat berada di sekolah maupun asrama.

23

Tabel 6. Penyesuaian Sekolah Partisipan
Aspek
Partisipan 1
Penyes - Partisipan terkendala
dalam proses belajar
uaian
Akade karena kurang bisa
memanfaatkan waktu
mik
yang ada dengan baik.
- Prestasi
yang
diperoleh partisipan
yaitu masuk sepuluh
besar di kelas.
- Tugas
sekolah
biasanya dikerjakan
oleh partisipan saat
memiliki
waktu
luang.
- Partisipan
merasa
belum puas dengan
yang diperolehnya.
- Saat merasa kesulitan
partisipan tidak segan
meminta
bantuan
pada teman atau guru
yang bersangkutan.

Penyes - Partisipan
bisa
uaian
menikmati waktunya
Sosial di SKM dan merasa
nyaman.
- Partisipan
terpilih
menjadi ketua asrama
di asrama putra SMP.
- Partisipan
bisa
mengikuti
semua
kegiatan yang ada
dengan baik.
- Partisipan
pernah
melanggar peraturan
yang
ada
dan
mendapatkan sanksi.

Partisipan 2
- Partisipan
bisa
mengikuti
proses
belajar dengan baik.
- Nilai yang didapatkan
partisipan
juga
memuaskan,
dan
partisipan
mendapatkan
juara
kelas.
- Partisipan kesulitan
saat tidak masuk
sekolah karena jarang
ada teman yang mau
membantu
atau
memberitahu
tugas
atau catatan.
- Bila ada waktu luang
partisipan
akan
belajar
walaupun
kadang
bermain
terlebih dahulu.
- Partisipan
kurang
puas dengan yang
diperolehnya saat ini
karena masih ada
teman yang nilainya
lebih bagus daripada
dirinya.
- Partisipan tidak bisa
mengikuti
semua
kegiatan yang ada
karena
partisipan
mempunyai
sakit
asma sehingga tidak
boleh terlalu letih.
- Partisipan
senang
berada
di
SKM
karena
mempunyai
banyak teman.
- Partisipan
pernah
mendapatkan sanksi
karena
melanggar
peraturan.

Partisipan 3
- Partisipan
kurang
bisa mengikuti proses
belajar di SKM,
sehingga
mendapatkan
martikulasi.
- Nilai yang didapat
kurang karena ada
beberapa
mata
pelajaran kurang dari
kriteria
ketuntasan
minimal (kkm) yang
sudah ditentukan.
- Partisipan meminta
bantuan guru atau
teman
saat
mendapatkan
kesulitan
dalam
belajar.
- Biasanya partisipan
akan ke perpustakaan
untuk membaca buku
dan belajar.
- Partisipan
kurang
puas dengan yang
diperolehnya saat ini.
- Partisipan
mempunyai
sakit
maag sehingga tidak
semua kegiatan bisa
diikuti.
- Partisipan
mengatakan bahwa
dirinya
tidak
mempunyai teman,
namun
seiring
berjalannya
waktu
sekarang partisipan
sudah
mempunyai
teman.
- Partisipan
pernah

24

Penyes
uaian
Person
alEmosi

Attach
ment

- Partisipan senang saat - Partisipan tidak bisa melanggar peraturan
jadwal pulang karena jauh dari orangtuanya, di asrama sehingga
bisa bertemu dengan saat jadwal pulang mendapatkan sanksi
orangtua.
dan
orangtua dan surat peringatan.
mengunjungi
- Partisipan tidak bisa
partisipan di sekolah bertemu orangtuanya,
partisipan
merasa yang
dilakukan
senang.
partisipan menelpon
orangtuanya
dan
menunggu
kedatangan
orangtuanya
saat
liburan.
- Partisipan
bisa - Partisipan
- Partisipan
senang
menjaga
memanfaatkan waktu sekali olahraga ini
kesehatannya dengan kosong
untuk membuat partisipan
olahraga agar tidak istirahat,
minum terlihat tetap fit dan
mudah sakit.
vitamin setiap hari, sehat.
- Partisipan sering di dan berolahraga agar - Partisipan
sering
bisa
tetap
fit.
buat marah dan kesal
merasa sedih karena
oleh teman-teman di - Barang
pribadi dirinya dijauhi oleh
asrama karena susah partisipan
sering teman-temannya dan
diatur, dan barang hilang atau digunakan tidak ada yang mau
partisipan
sering tanpa izin, hal ini berteman
dengan
digunakan tanpa izin. membuat partisipan dirinya,
barang
partisipan
sering kali kesal dan pribadi
juga sering digunakan
marah.
tanpa izin sehingga
membuat partisipan
marah dan kesal.
- Partisipan
sempat - Awal masuk ke SKM - Partisipan
tidak
berpikir untuk pindah partisipan
ingin pernah
berpikir
awal-awal berada di pindah sekolah.
bahwa dirinya akan
SKM.
- Menurut
partisipan sekolah diluar pulau
jauh
dari
- Partisipan
merasa fasilitas yang ada di dan
bahwa fasilitas yang SKM sudah cukup orangtuanya, hal itu
ada di SKM sudah lengkap
untuk membuat partisipan
cukup
lengkap membantu
mereka ingin pindah dari
sehingga
dapat dalam proses belajar SKM.
membantu
untuk dan
pengembangan - Fasilitas yang di
mengembangkan
sediakan oleh sekolah
bakat minat dirinya.
bakat
dan
minat
menurut
partisipan
dirinya.
sudah
cukup
membantu dia dalam
mengembangkan
bakat dan minatnya.

25

Dari hasil 4 aspek di atas dapat dilihat bahwa partisipan 1 terkendala
dalam proses belajar dan belum puas dengan nilai yang dia dapatkan, partisipan 1
belum bisa memanfaatkan waktu belajar di asrama dengan baik. Partisipan
menikmati waktunya di SKM, mengikuti kegiatan yang ada dengan baik bahkan
dirinya terpilih menjadi ketua asrama, tidak ada masalah yang berarti dengan
lingkungan sosialnya. Saat di asrama partisipan 1 sering kesal dan marah karena
teman-temannya susah untuk diberitahu, dan barang pribadi milik partisipan
sering digunakan tanpa seizin dirinya. Awalnya partisipan 1 ingin pindah sekolah
karena masih adanya senioritas di asrama,nama partisipan 1 sering diejek oleh
teman-temannya, dan barang partisipan sering hilang atau dipakai tanpa izin.
Partisipan mencoba untuk bertahan karena dirinya suka dengan proses belajar di
SKM dan partisipan juga yang ingin bersekolah di sini. Partisipan 1 merasa SKM
adalah sekolah yang tepat untuk dirinya, partisipan 1 pernah melanggar peraturan
yang ada dan diberi sanksi, menurut partisipan 1 paraturan baik adanya karena
membantu mereka untuk disiplin, patuh, dan bertanggung jawab.
Dalam proses belajar partisipan 2 tidak mendapatkan kendala yang berarti,
partisipan 2 juga mendapatkan nilai yang memuaskan namun dirinya belum
terlalu puas dengan hal tersebut karena ada temannya yang nilainya lebih tinggi
dari dirinya. Partisipan tidak bisa mengikuti beberapa kegiatan yang ada di SKM
karena partisipan 2 punya sakit asma, selebihnya partisipan 2 merasa nyaman dan
menikmati berada di SKM karena mempunyai banyak teman. Saat di asrama
partisipan sering sekali dibuat kesal dan rasanya ingin marah terus karena
peralatan mandi dan pakaiannya sering dipakai orang tanpa izin sampai rusak atau

26

hilang. Saat awal-awal berada di SKM partisipan 2 ingin pindah karena asma yang
dia derita sering sekali kambuh, saat itu dirinya belum bisa ngatur waktu dengan
baik. Partisipan belajar untuk membagi waktunya agar bisa memanfaatkan waktu
yang ada dengan baik, sehingga partisipan 2 mempunyai waktu istirahat dengan
begitu asma yang diderita jadi tidak sering kambuh.
Partisipan 2 juga diingatkan agar tidak sering marah dan sabar oleh ibu
partisipan karena menurut ibu partisipan barang yang dimiliki dirinya saat di
asrama akan menjadi milik bersama sehingga partisipan 2 harus lebih bersabar
dan menerima apa yang terjadi, semakin lama berada di SKM partisipan 2 makin
merasa nyaman dan bisa beradaptasi. Sekarangpun partisipan 2 sudah mempunyai
banyak teman, hal ini membuat partisipan 2 tidak terlalu memikirkan keluarga di
rumah. Partisipan 2 pernah melanggar peraturan yang ada dan dirinya
mendapatkan sanksi, walaupun begitu menurut partisipan 2 peraturan sangat
penting untuk mereka agar disiplin, mandiri, dan tentram.
Partisipan 3 kurang paham dan sering terkendala dalam proses belajar,
nilai partisipan 3 juga tidak memuaskan. Saat awal-awal sekolah partisipan 3 dan
teman-temannya dari Papua mendapatkan martikulasi agar bisa mengikuti proses
belajar dengan baik. Partisipan 3 merasa dirinya kurang diterima oleh temantemannya dan dirinya tidak tahu kenapa hal tersebut terjadi, awal berada di SKM
partisipan terkendala dengan bahasa dan kebiasaan yang ada di SKM, di Papua
partisipan terbiasa untuk santai dan tidak terlalu sering untuk belajar namun di
SKM semuanya berubah. Sekarang partisipan mulai terbiasa dengan situasi yang
ada di SKM walaupun berbeda dengan tempat tinggalnya dulu. Wali kelas

27

membantu partisipan untuk bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Sekarang
partisipan bisa bermain dan bercerita dengan teman-temannya, partisipan 3
merasa senang dan nyaman berada di SKM walaupun awalnya dirinya sering
sekali menangis dan ingin pindah. Partisipan 3 pernah melanggar peraturan
sampai mendapatkan surat peringatan dan sanksi karena sering tidur dan ribut saat
jam belajar di asrama. Sekarang partisipan 3 berusaha untuk bisa mematuhi
peraturan yang karena itu baik menurutnya, agar bisa disiplin, bertanggung jawab,
dan bisa patuh.
Hasil triangulasi yang dilakukan dengan guru yang merupakan wali kelas
partisipan. Menurut wali kelas,