PELAYANAN SUPERVISI PENGAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR: Studi Deskriptif Analitis di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

PELAYANAN SUPERVISI PENGAJARAN BAGI GURU SEKOLAH DASAR
(Studi Deskriptif Analitls

di Kabupaten Bone Propinsl Sulawesi Selatan)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhl sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Amiruddin Matturungeng

No. Pokok : 8832005/XX-12

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BAN DU N G

1991

DAFTAR

ISI
Halaman

HALAMAN^JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN P2NGE3AHAN

ii

KATA PENGANTAR
DAFTAR




ISI

v

DAFTAR GAMBAR
BAB-

1±i

vii

I. PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Masalah


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Prerais Penelitian

°

9
12

BAB II. TIHJAUAN PUSTAKA

l6

A. Hakekat, Fungsi, dan Tujuan Supervisi Pengajaran
1. Hakekat Supervisi Pengajaran
2. Fungsi Supervisi Pengajaran
3. Tujuan Supervisi Pengajaran
B. Efektivitas Supervisi Pengajaran


16

16
20
26
30

C. peranan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dalam

Pelaksanaan Supervisi Pengajaran
D. Teknik-Teknik Supervisi Pengajaran
BAB. III. METOD0L0GI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian

4-9
50

B. Subyek Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data


D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Pene

litian
F. Cara Analisis Data

37
42

..

BAR IV. HASIL PENELITIAN

52

53
58
60
63


65

A. Pelayanan Supervisi Pengajaran oleh Penilik Se
kolah

65

1. Pemahaman Penilik Sekolah Terhadap Peranannya

dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran ...

65

2. Pemahaman Kepala Sekolah dan Guru Terhadap
Peranan Penilik Sekolah dalam pelaksanaan Su

pervisi Pengajaran

68
v


vx

Halaman

3. Hubungan antara Penilik Sekolah dengan Guru
dalam Kegiatan Pembinaan dan Bimbingan Perbaikan Pengajaran
4. Kegiatan Kunjungan Sekolah dan Qbservasi
Kelas oleh Penilik Sekolah

72
75

5. Kegiatan Pertemuan dan Bimbingan
Sekolah kepada Guru

Penilik
94

6. Kegiatan Pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG)


100

B. Pelayanan Supervisi Pengajaran oleh Kepala Se
kolah
1. Pemahaman Kepala Sekolah Terhadap

no

Peranan-

nya dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran

111

2. Pemahaman Guru Terhadap Peranan Kepala Se
kolah dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran
3. Hubungan antara Kepala Sekolah dengan Guru

114


bantunya dalam Kegiatan Pembinaan dan Bim

bingan Perbaikan Pengajaran
4. Kegiatan Kunjungan dan Observasi Kelas oleh

Kepala Sekolah

120

5. Kegiatan Pertemuan dan Bimbingan Kepala Se
kolah kepada Guru

6. Kegiatan Pertemuan dan Diskusi Rutin . . .
BAR

V. KESIMPULAN DAN, KOMENTAR

135
141

147

A. Kesimpulan
B. Komentar

117

147


153

DAFTAR PUSTAKA

157

LAMPIRAN.

161


DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Sumber, Arah dan Tujuan Supervisi Pengajaran

28

2. Tahap-tahap Pertumbuhan Sistem Sekolah Dasar

32

3. Keterkaitan Komponen-komponen dalam Pelaksanaan Supervisi

Pengajaran

25

4. Sistem Sosial Model Getzels
5. Sistem Sosial Model Getzel dan Thelen

vii

36
36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara(GBHN) Tahun 1988 dan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dikemukakan bah
wa pada hakekatnya tujuan Pendidikan Nasional adalah

mencerdas

kan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuh-

nya. Hal ini secara jelas dikemukakan dalam Undang-Undang aepublik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pasal 4: "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manu

sia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Dalam meuujudkan tujuan pendidikan nasional,

sebagaimana

diamanahkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Un

dang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) di atas, pendidik
an yang diselenggarakan di sekolah memegang peranan yang

sangat

strategis dan penting. Karenanya diperlukan pengelolaan yang man-

tap dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada

dasamya mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan/pembinaan (Engkoswara, 1987; Dachnel Kamars, 1985). -

Ketiga kegiatan ini merupakan fungsi pokok Administrasi Pendidik
an, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah.
Administrasi Pendidikan mencakup penataan sumberdaya yang

mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu: ma

nusia (personil), sumber belajar (kurikulum), dan fasilitas. Ad
ministrasi Pendidikan pada dasamya merupakan suatu media

atau

alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan

efi-

Pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi Ad
ministrasi Pendidikan, bertujuan untuk menjaga dan mendorong agar

pelaksanaan proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah dapat berjalan lancar, berhasU guna, dan tepat guna sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Depdikbud, 1987). Fungsi

peng

awasan dan pembinaan mengandung unsur bimbingan yang dapat dimaknai sebagai supervisi. Karena itu. bertolak dari tujuan pengawas

an ini, maka dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan,
khususnya kegiatan proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah, pihak-pihak yang diberi wewenang melakukan pengawasan dan pembinaan
aaras lebih menitikberatkankepada personil sekolah, terutama ke

pada guru, sebagai pelaksana langsung proses

belajar-mengajar

tersebut.

Rendahnya kualitas hasil belajar siswa pada semua jenjang

persekolahan yang banyak disoroti sejak beberapa tahun terakhir
ini, merupakan tantangan dan masalah yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan di sekolah, terutama guru sebagai pelaksa
na proses belajar-mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan gu
ru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar sangat strategis dan
penting.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Achmad Sanusi

(1990) mengemukakan «... secara jujur dapat diketengahkan bahwa
persepsi umum dari para guru/dosen pada pekerjaan atau 'profesinya' dan tugas-tugasnya menunjukkan suatu gambaran yang sedang
mengalami perobahan mendalam". Lebih lanjut dikemukakannya: "Meskipun saya sendiri merasa sangat prihatin dan menyesal,
namun
tergambarkan bahwa persepsinya itu tidak mapan, tidak ^elas, kurang ajeg dan utuh" (Achmad Sanusi, 1990).
Kalau persepsi guru terhadap tugasnya tidak mapan dan tidak

jelas sebagaimana yang disinyalir ungkapan di atas, maka dengan
sendirinya kemampuan profesionalnya diragukan dan tidak
akan
mungkin dapat melaksanakan tugas mengajar secara maksimal sasuai
dengan petunjuk yang tercantum dalam kurikulum dan pedoman pelak
sanaan administrasi sekolah. Kenyataan ini merupakan

tantangan

yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terha
dap pembinaan guru sebagai pelaksana langsung proses belajar-meng
ajar di sekolah.

Pembinaan personil (guru) termasuk kegiatan

administrasi

personil yang merupakan salah satu fungsi Administrasi Pendidikan
(Castetter, 1981). Pihak yang seharusnya berperanan dalam pembi
naan guru dalam mengajar atau melaksanakan fungsi supervisi peng
ajaran adalah penilik sekolah dan kepala sekolah. Sekarang yang

menjadi persoalan ialah apakah supervisi pengajaran atau pembina
an profesional guru tersebut telah dilaksanakan secara efektif
oleh penilik sekolah dan kepala sekolah? Jawaban pertanyaan ter
sebut tidak dapat dipisahkan dari pemahaman atau persepsi penilik
sekolah dan kepala sekolah tentang hakekat dan fungsi supervisi
pengajaran itu sendiri. Sebab tanpa pemahaman dan persepsi yang

jelas tentang hakekat dan fungsi supervisi pengajaran oleh mereka, mustahil dapat melaksanakan supervisi pengajaran secara efektif

Supervisi pengajaran yang merupakan salah satu

fungsi

pengawasan yang sangat khusus (Oteng Sutisna, 1937) merupakan
layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru agar dapat melak
sanakan tugas mengajar secara l^bih baik (Wiles, 1956). Ungkapan
tersebut mengandung makna bahwa peranan atau fungsi
supervisi

pengajaran ialah "mendukung, membantu, dan bukan menyuruh" (Oteng
Sutisna, 1987). Selanjutnya beliau aenguiip ungkapan Uiles yang
mengatakan bahwa «... supervisi yang baik hendaknya mengembangkan
kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program latihan dalam
jabatan untuk meningkatkan keterampilan guru, atau membantu guru

meningkatkan kemampuannya menilai hasil pekerjaannya" (Oteng Su
tisna, 1987).

Berdasarkan pengalaman penulis yang diperoleh selama mem-

bimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa IKIP Ujung Pandang
beberapa periode di beberapa kecamatan dan desa di Sulawesi Selatan dari tahun 1980 sampai dengan 1988, dapat diidentifikasi be

berapa masalah umum yang dihadapi guru sekolah daaar dalam

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, antara

lain:

1. Pada musim turun sawah dan musim panen, tingkat ketidak hadiran

(absen siswa di sekolah sangat tinggi, karena sebagian besar da
ri mereka membantu orangtuanya menggarap sawah atau memanen hasilnya.

2. Pendapatan (gaji) guru yang belum mencukupi kebutuhan keluarganya, sehingga banyak di antara mereka mencari pekerjaan samping-

an, seperti: bertani, berdagang, dan sebagainya. Hal ini

juga

menyebabkan mereka tidak dapat mengkonsentrasikan pikiran

dan

perhatiannya secara penuh kepada pekerjaan pokoknya

sebagai

pengajar di sekolah.

3. Pendidikan persiapan guru yang kurang baik dan pelatihan

dalam

jabatan yang tidak memadai.

4. Kurangnya sarana belajar yang dapat digunakan oleh guru

untuk

menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan profesionalnya,

seperti: perpustakaan, latihan, pertemuan-pertemuan profesional,
dan sebagainya.

Masalah-masalah umum yang dihadapi guru tersebut cukup ber-

pengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar

yang dilakukannya di sekolah. Tidak dapat disangkal bahwa lemahnya
kualitas guru dalam mengajar sebagaimana tercerndnJdalam

ungkapan

Achmad Sanusi di muka, berlarut-larut belum memperoleh

penanganan

dan penyelesaian secara efektif dan menyeluruh,terutama

guru-guru

sekolah dasar yang bertugas dan mengabdi di pelosok dan

pedalaman

terpencil. Keadaan ini tentunya mempengaruhi kualitas atau

arutu

sekolah tempat guru-guru yang dimaksud itu mengajar. Sebab kualitas
sekolah sangat ditentukan oleh kualitas personil pengelolanya, ter-

utama personil gurunya. Beeby (1966) menekankan bahwa kualitas se
kolah yang ideal dan* diharapkan adalah kualitas yang berada

pada

tahap ««g" ya^S sangat menekankan pada aspek kebermaknaan ke

giatan belajar-mengajar di sekolah. Untuk mencapai tahap ini diperlukan guru-guru yang berkualitas dan berkemampuan profesional yang

tinggi. Hal ini hanya dapat dicapai melalui pendidikan,latihan, dan
pembinaan yang baik dan efektif.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka dalam

penelitian ini yang dijadikan fokus masalah adalah pelayanan super

visi pengajaran yang diberikan penilik sekolah dan kepala

sekolah

kepada guru sekolah dasar dalam usaha meningkatkan kemampuan profesionalnya. Bantuan dan layanan profesional ini akan member!

warna

pada kualitas mengajar guru dan hasil belajar siswa di sekolah.
B. Masalah

Pada latar belakang masalah di atas telah dikemukakan bahwa

yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah

pelayanan

supervisi pengajaran yang diberikan oleh penilik sekolah dan kepala
sekolah kepada guru-guru sekolah dasar dalam usaha meningkatkan ke

mampuan profesionalnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka masa

lah dalam penelitian ini diruauskan sebagai berikut: "Bagaimana
efektivitas pelayanan supervisi pengajaran oleh penilik

sekolah

dan kepala sekolah kepada guru-guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone
Propinsi Sulawesi Selatan?

Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, perlu dikemu
kakan definisi operasional istilah efektivitas dan supervisi pengajaran

yang tercantum. pada rumusan masalah tersebut. Efektivitas dapat dilihat .
dari aspek produk atau hasil, yaitu pencapaian hasil secara optimum dari
suatu kegiatan, dan dapatpula dari aspek proses, yaitu ketepatan atau
kesesuaian prosedur dan langkah-langkah atau kegiatan. untuk mencapai tu

juan tertentu. Sedangkan supervisi pengajaran, adalah pembinaan dan bim
bingan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan. mengajarnya dalam upaya memperbaiki pengajaran.

Dalam penelitian ini efektivitas supervisi pengajaran, akan dikaji dari aspek proses. Dengan dendkian, efektivitas supervisi pengajaran

yang dimaksudkan di sini, adalah kesesuaian atau ketepatan langkah-lang
kah atau kegiatan-kegiatan pembinaan dan bimbingan Penilik Sekolah

dan

Kepala Sekolah dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan. mengajar
guru sebagai upaya memperbaiki pengajaran.

Sehubungan dengan nasalah yang dikemukakan di atas, maka dalan
penelitian ini, aspek-aspek yang akan diteliti, adalah:
1. Pandangan dan pemahaman Penilik Sekolah dart Kepala Sekolah tentang
peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar
di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

2. Pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang peranan Penilik Seko
lah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar di Ka
bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
3. Pandangan. dan. pemahaman guru tentang peranan Penilik Sekolah dan. Kam

pala Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada

Sekolah

8

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

4. Hubungan antara Penilik Sekolah dengan guru dalam kaitannya de
ngan. kegiatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan pelaksanaan proses belajar-mengajar pada Sekolah Da
sar di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi Selatan.

5. Hubungan Kepala Sekolah dengan guru dalam kaitan dengan pembina
an dan bimbingan dalam rangka perbaikan dan peningkatan pelak
sanaan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten
Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

6. Kegiatan kunjungan dan. observasi kelas yang dilakukan
Sekolah dalam kaitannya dengan pelayanan supervisi

Penilik
pengajaran

pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
7. Kegiatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan
Kepala
Sekolah dalam kaitannya dengan pelayanan supervisi

pengajaran

pada Sekolah Dasar.di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.
8. Kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilakukan Penilik Sekolah
kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mengajamya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

9. Kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilakukan Kepala Sekolah
kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mengajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

10. Kegiatan kelompok kerja guru (KKG) sebagai wadah pertemuan dan

diskusi dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran yang di-

hadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar

pada

Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

11. Kegiatan pertemuan dan diskusi rutin yang diadakan di sekolaii

setiap hari sabtu dalam usaha mengantisipasi masalah-masalah
pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-meng

ajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi

Sulawesi

Selatan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mendapat-

kan gambaran tentang efektivitas pelayanan supervisi pengajar

an yang diberikan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah kepada
guru-guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi
Selatan. Tujuan secara umum ini dija^kan ke dalam tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan gambaran de
pemahaman Penilik Sekolah d
ranannya dalam pelaksanaa
lah Dasar di Kabupaten

b. Untuk mendapatkan g&v

pemahaman Kepala Sf
dalam pelaksanaar

di KabuJ?aten Bc
c. Untuk

mendap'

pemahaman. gv

*angan dan

10

Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah
Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

d. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang hubungan anta
ra Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dengan guru

dalam

kaitan dengan pemberian pembinaan dan bimbingan dalam rangka

perbaikan pelaksanaan proses belajar-mengajar pada

Sekolah

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

e. Untuk mendapatkan gambaran dan menganalisis efektivitas ke

giatan kunjungan dan observasi kelas yang dilakukan Penilik
Sekolah dan Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan kemampu

an dan keterampilan mengajar guru pada Sekolah Dasar di Ka
bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan.

f. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang proses kegiat

an pertemuan dan bimbingan Penilik Sekolah dan Kepala Seko
lah kepada guru dalam upaya memecahkan masalah-masalah peng
ajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar
pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Sela
tan.

g. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif dan menganalisis pro
ses kegiatan KKG sebagai wadah pertemuan dan diskusi

guru

dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan

meng-

ajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sula
wesi Selatan.

h. Untuk mendapatkan gambaran deskriptif tentang proses

ke

giatan pertemuan dan diskusi rutin yang diadakan di sekolah

11

setiap hari sabtu dalam mengantisipasi masalah-masalah peng
ajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar-meng

ajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi
Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi,
yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
a. Kegunaan Teoritis

- Dalam penelitian ini dikaji dan dikembangkan makna dan hakekat supervisi pengajaran yang diharapkan ada
manfaatnya terhadap pengembangan teori supervisi

peng

ajaran sebagai bagian dari ilmu Administrasi Pendidikan.
Manfaat lain penelitian ini, adalah dilihat dari

segi

metodologis yang digunakan, yaitu pendekatan naturalistik kuslitatif yang telah memberikan pengetahuan

dan

pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal bagaimana
proses penelitian dilakukan. Dan dapatpula

melahirkan

internalisasi pemahaman, daripada hanya sekedar membaca

dan mempelajari teori dari bermacam-macam

literatur

yang ditulis oleh orang lain.
b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan ter

hadap perbaikan sistem pelayanan supervisi
dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar-mengajar di Sekolah Dasar.

pengajaran.
pelaksanaan

12

Selain daripada itu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pene

litian yang ** VarmiTraVfln dalam penelitian ini dapat dijadikan landasan.

yang kokoh bagi para administrator pendidikan dalam menentukan. kebijaksanaan yang menyangkut bidang supervisi pengajaran.
D. Premis Penelitian

Sebagai landasan, maka dalam penelitian ini dikemukakan-bebe
rapa premis, yaitu sebagai berikut:

Premis 1: Pengawasan merupakan fungsi Administrasi Pendidikan. untuk
menjaga agar pelaksanaan proses belajar-mengajar di seko

lah dapat berjalan lancar sesuai dengan pedoman dan petun-

juk yang telah ditetapkan.dalam kurikulum dan administrasi
sekolah. Dalam pengawasan ini termasuk bidang garapannya

adalah pembinaan profesional guru

(supervisi pengajaran)

untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan

proses belajar-

mengajar di sekolah.

Premis 2: Kualitas proses belajar-mengajar (sekolah) sangat ditentukan oleh kemampuan pengetahuan dan keterampilan

personil

pengelolanya terutama personil gurunya sebagai pelaksana

langsung proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah.
Premis 3: Peningkatan kemampuan pengetahuan dan keterampilan perso
nil guru dapat dilakukan penilik sekolah dan kepala seko

lah melalui pembinaan profesional (supervisi pengajaran)
secara efektif dengan mempergunakan pendekatan dan teknik-

teknik supervisi pengajaran tertentu sesuai dengan
lah, kebutuhan, dan kondisi guru.

masa

13

Premis 4: Supervisi pengajaran yang efektif, mendorong pertumbuhan
profesional guru. Hal ini dapat melalui

kepemimpinan

partisipatif yang memberikan kesempatan kepada guru berinisiatif dan berkreasi sebagai upaya mengembangkan ba-

kat, minat, dan potensi-potensi lain yang dimiliki guru.
Premis 5: Supervisi pengajaran yang efektif dapat membantu

guru

memperoleh arah diri, memahami masalahnaasalah yang dihadapi dan dialami sehari-hari, belajar memecahkan masa
lah dengan kemampuan imajinasi dan kreativitas sendiri.
Dalam suasana seperti itu, pemikiran, alternatif

peme-

cahan masalah dan gagasan inovatif akan muncul dari guru
tanpa menunggu intruksi dari atasan.

Premis 6: Efektivitas pelayanan supervisi pengajaran dapat dilihat
dan didekati dari aspek proses dan produk dari pelaksa

naan supervisi pengajaran. Kedua aspek ini harus dikaitkan secara langsung dalam upaya. mewujudkan tujuan super

visi pengajaran, yaitu memperbaiki dan-meningkatkan pro
ses belajar-mengajar di sekolah.

Premis-premis yang dikemukakan di atas, merupakan pedoman dalam
mengajukan pertanyaan dalam proses pengumpulan data.
Sehubungan
.hal tersebut, dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang ber
kaitan dengan pelayanan supervisi pengajaran yang dilakukan Peni
lik Sekolah dan Kepala Sekolah.

1. Fertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan supervisi
pengajaran oleh Penilik Sekolah, adalah sebagai berikut:

14

a. Bagaimana pandangan dan pemahaman Penilik Sekolah

tentang

peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Se
kolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

b. Bagaimana pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah dan

guru

tentang peranan Penilik Sekolah dalam pelaksanaan supervisi

pengajaran pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone

Propinsi

Sulawesi Selatan?

c. Bagaimana sifat hubungan antara Penilik Sekolah dengan guru
dalam kaitan dengan pemberian pembinaan dan bimbingan dalam

rangka perbaikan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar
di Kabupaten Bone propinsi Sulawesi Selatan?

d. Bagaimana efektivitas kegiatan kunjungan sekolah dan obser
vasi kelas yang dilakukan Penilik Sekolah dalam upaya

ningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajar guru

me

pada

Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

e. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan,Mmbingan yang di
lakukan Penilik Sekolah kepada guru dalamjnemecahkan masa

lah-masalah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Pro
pinsi Sulawesi Selatan?

f. Bagaimana proses kegiatan KKG sebagai wadah pertemuan dan
diskusi guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan.

mengajarnya pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone
Sulawesi Selatan? %

Propinsi

15

2. Pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan

supervisi

pengajaran oleh Kepala Sekolah, adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan dan pemahaman Kepala Sekolah tentang peranannya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada Sekolah Dasar
di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

b. Bagaimana pandangan dan pemahaman guru tentang peranan

Kepala

Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran pada

Sekolah

Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

c. Bagaimana sifat hubungan antara Kepala Sekolah dengan guru', da
lam kaitan dengan pemberian bimbingan dan pembinaan dalam rang

ka perbaikan proses belajar-mengajar pada Sekolah Dasar di Ka
bupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

d. Bagaimana efektivitas kegiatan kunjungan dan observasi

kelas

yang dilakukan Kepala Sekolah dalam upaya meningkatkan kemampu
an dan keterampilan mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kabupa
ten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

e. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan bimbingan yang dilaku
kan Kepala Sekolah kepada guru dalam memecahkan

masalah-masa

lah pengajaran yang muncul dalam pelaksanaan proses

belajar-

mengajar pada Sekolah Dasar di Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi
Selatan?

f. Bagaimana proses kegiatan pertemuan dan diskusi rutin yang di
adakan setiap hari sabtu di sekolah pada Sekolah Dasar di Kabu
paten Bone Propinsi Sulawesi Selatan?

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab I (Pendahuluan) telah dikemukakan bahwa dalam pene

litian ini digunakan pendekatan naturalistik kualitatif yang

R.C. Bogdan dan S.K. Biklen (1982) disebut sebagai

oleh

"Qualitative

Research". Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasa-

nya berbentuk uraian yang kaya akan deskripsi sehubungan dengan ke

giatan subyek yang diteliti, seperti tentang pendapatnya, sikapnya,

dan aspek-aspek lainnya yang diperoleh melalui pengamatan (observa
si), wawancara, dan studi dokumenter. S. Nasution (1988: 5) menge
mukakan bahwa: "Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah

meng

amati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitar-

nya". Ungkapan ini menunjukkan bahwa dalam penelitian kualitatif,
peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian yang harus turun ke

lapangan dalam kurun waktu tertentu untuk mengumpulkan data

dan

informasi yang relevan dengan masalah penelitian yang telah

dipi-

lih.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan mengkonstrasikan

perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi,

sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti

dan

tersebut.

Oleh karena itu peneliti kualitatif mengumpulkan data dan informa

si dengan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti.
49

50

Dalam beberapa literatur dapat diidentifikasi beberapa karak-

teristik penelitian kualitatif, di-ahtaranya yang dikemukakan

oleh

Bogdan dan Biklen (1982: 27-29) sebagai berikut:
l.Qualitatiye research has;the natural setting as the

direct

source of data and the researcher is the key instrument.
2.Qualitative research is descrptive.

3.Qualitative researchers are concerned-with_process rather than
simply with outcomes or products.

4.Qulaitative researchers tend to analyze their data inductively.
5.'Meaning' is of essential concern to the qualitative approach.

Kutipan tersebut di atas menunjukkan adanya lima ciri

penelitian

kualitatif yaitu: sumber datanya adalah situasi yang wajar, peneliti

sebagai instrumen, sifatnya deskriptip, mengutamakan proses daripada

produk, mengutamakan data langsung, dan mencari makna dari perilaku
dan tindakan subyek penelitian. Ciri-ciri yang dikemukakan tersebut,

menjiwai penelitian ini dan dijadikan pedoman-dalaa pelaksanaannya.
Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat:llokasi penelitian,
subyek penelitian, tekinik pengumpulan data, pengumpulan data, cara

memperoleh tingkat kopercayaan hasil penelitian, dan cara anaiisis -.:=
data.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Bone Propinsi Su

lawesi Selatan. Secara singkat lokasi penelitian ini

dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan
Kantor Depdikbud Kecamatan merupakan tempat kerja para

penilik sekolah sebagai salah satu pihak yang berkompeten me

laksanakan supervisi^pengajaran. Di sinilah dipikirkan dan disusun program pelaksanaan supervisi pengajaran

yang akan

51

dilaksanakan oleh penilik sekolah.

Pada kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Keca

matan ini akan diperoleh data dan informasi, terutama data do-

kumentasi, seperti: program kerja penilik sekolah, keadaan se

kolah, keadaan guru, fasilitas penunjang pengajaran, dan seba
gainya .
2. Sekolah Dasar

Sekolah Dasar sebagai tempat berlangsungnya proses

lajar-mengajar (pengajaran) yang dilaksanakan oleh guru,

be

mem

punyai fungsi yang sangat strategis dan penting, karena di si-

nilah ditanamkan dasar-dasar pendidikan s'ebagai lanjutan. pen
didikan dalam keluarga, teruatama pengembangan intelektual,mo

ral, dan aspek sosial. Pendidikan di sekolah dasar

merupakan

fundasi yang sangat mempengaruhi keberhasilan peserta

didik

pada tingkat pendidikan formal seianjutnya. Oleh karena

itu

pengelolaannya menuntut personil-personil yang mempunyai

ke

mampuan profesional kependidikan yang memadai sesuai

.dengan

tuntutan sekolah dasar yang Pbaik".

Kemampuan profesional guru-guru sekolah dasar

terkait

dengan pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilaksanakan oleh

penilik sekolah dan kepala sekolah, sebagai supervisor
ajaran yang mempunyai peranan memperbaiki pengajaran

peng
dengan

memberikan pembinaan dan peningkatan kemampuan profesional gu
ru.

52

Penelitian ini dilaksanakan pada tiga kecamatan di kabupa

ten Bone propinsi Sulawesi Selatan, yaitu: (1) Kecamatan Tanete
Riattang, terletak di ibukota kabupaten, mewakili daerah perkota-

an, (2) Kecamatan Kahu, terletak jauh dari ibukota kabupaten, me
wakili daerah pedesaan, dan (3) Kecamatan Cina, terletak

jauh dari ibukota kabupaten, mewakili daerah antara

tidak

(perkotaan

dan pedesaan).
B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek atau

responden

ialah penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru-guru Sekolah Da

sar (SD). Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bah

wa konteks lebih penting daripada jumlah. Subino Hadisubroto

(1988: 12) mengemukakan bahwa "... peneliti kualitatif tidak akan
memulai dengan menghitung atau memperkirakan banyaknya
dan kemudian menghitung proporsi sampelnya sehingga

populasi
dipandang

sebagai yang telah representatif». Sedangkan S. Nasution-(1988:
32-33) menjelaskan bahwa: "Untuk memperoleh informasi

tertentu,

sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf 'redudancy', ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden

selanjutnya boleh dikatakan tidak l§gi diperoleh tambahan infor
masi baru yang berarti.

Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa besar sampel ter-

gantung informasi yang diberikan responden apabila sudah dianggap
cukup memadai, responsennya tidak lagi perlu diperbesar.

53

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam pene

litian ini para penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru yang di-

pilih sebagai subyek penelitian, yaitu mereka yang dianggap dapat
memberikan informasi sesuai dengan yang diperlukan dalam peneliti
an ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif pada umumnya teknik yang digu

nakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan (observasi),wawancara, dan studi dokumenter. Ketiga teknik tersebut digunakan dalam

penelitian ini deagan harapan dapat saling melengkapi dalam

mem

peroleh data yang diperlukan.

1. Observasi (pengamatan)
Guba dan Lincoln (1981: 191-193) menjelaskan pentingnya

penggunaan pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu:
(1) Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara

lang

sung. pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran, (2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku dan

kejadian

sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya, (3) Pengamtan
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun

yang

pengetahuan

yang langsung diperoleh dari data, (4) Sering terjadi keraguan

terhadap hasil wawancara karena adanya jarak antara

pihak

54

pewawancara dengan pihak yang diwawancarai, maka untuk mengecek
kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan peng
amatan, (5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu mema

hami situasi-situasi yang rumit dan kompleks, dan (6) Dalam kasus-kasus tertentu, dimana teknik komunikasi lainnya tidak di-

mungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
faat.

berman-

Penggunaan teknik pengamatan (observasi) dalam

peneli

tian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi (data) tentang:
a. Pendekatan yang digunakan penilik sekolah dalam

memberikan

pembinaan dan bimbingan kepada kepala sekolah dan guru-guru,
begitupula hubungan di antara mereka.

b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penilik sekolah dan kepala
sekolah sebagai supervisor pengajaran.

c. Hal-hal yang diamati penilik sekolah dan kepala sekolah pada
waktu mengadakan kunjungan atau observasi kelas.

d. Reaksi dan sikap yang diperlihatkan guru pada waktu penilik
sekolah dan kepala sekolah mengadakan kunjungan atau obser
vasi kelas.

e. Pendekatan yang digunakan kepala sekolah pada waktu memberi

kan pembinaan dan bimbingan kepada guru-guru bantunya.

f. Masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada pertemuan KKG.

g. Peranan penilik sekolah dan kepala sekolah pada

pertemuan

KKG.

h. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan KKG.
i. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada per
temuan rutin tiap hari sabtu.

55

j. Peranan kepala sekolah pada pertemuan rutin tiap hari sabtu.
k. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan rutin
tiap hari sabtu di sekolah.
2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pi

hak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang

diwawancarai

(interviewee) dengan maksud untuk memperoleh informasi tertentu. Wawancara dalam penelitian naturalistik kualitatif merupa

kan teknik pengumpulan data yang sangat penting, karena selain
sebagai alat pengumpul data yang berdiri sendiri, juga

ber

fungsi sebagai teknik penyerta atau pelengkap pada waktu meng
adakan observasi dan analisis dokumen (Bogdan dan Biklen,1982:

135).

Dalam beberapa literatur dikenal macam-macam wawancara,

namun S. Nasution (1988: 72) mengemukakan bahwa pada

dasarnya

wawancara ada dua macam yaitu "wawancara berctruktur dan
wancara tak berstruktur". Kedua macam wawancara ini

wa

biasanya

digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu pada taraf permu-

laan biasanya digunakan wawancara tak berstruktur yang

sifat-

nya memberikan kebebasan kepada responden mengemukakan

buah

pikiran, pandangan, dan perasaannya. Setelah diperoleh sejumlah keterangan yang diperlukan, maka diadakan wawancara

yang

berstruktur dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terarah
kepada fokus masalah.

Dalam penelitian ini digunakan kedua macam

wawancara

56

tersebut di atas dalam mengumpulkan iformasi atau data

yang

relevan dengan masalah yang diteliti. Penggunaan teknik wawan

cara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh infor
masi dan data tentang:

a. peesepsi dan penuhaman penilik sekolah terhadap peranannya
dalam pelaksanaan fungsi supervisi pengajaran.

b. Peesepsi dan pemahaman kepala sekolah dan guru

terhadap

peranan penilik sekolah dalam pelaksanaan fungsi supervisi
pengajaran.

c. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah terhadap peranannya
dalam pelaksanaan fungsi supervisi pengajaran.

d. Persepsi dan pemahaman guru terhadap peraaan kepala sekolah
dalam pelaksanaan supervisi pengajaran.

e. Sifat dan pendekatan yang digunakan penilik sekolah dan ke

pala sekolah dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada
guru.

f. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penilik sekolah dan kepala
sekolah dalam usaha memberikan pembinaan dan bimbingan ke
pada guru.

gi Pemahaman penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru terha
dap maksud dan tujuan kunjungan atau observasi kelas.
h. Intensitas dan frekuensi kunjungan atau observasi

kelas

yang dilakukan penilik sekolah dan kepala sekolah.
i. pertimbangan pemilihan kelas yang akan diobservasi penilik
dan kepala sekolah.

57

j. Hal-hal yang diamati penilik sekolah dan kepala sekolah pa
da waktu mengadakan kunjungan atau observasi kelas.

k. Reaksi dan sikap yang diperlihatkan guru pada waktu penilik

sekolah atau kepala sekolah mengadakan kunjungan/observasi
kelas.

1. Masalah-masalah yang dibicarakan penilik sekolah dan kepala
sekolah mengadakan pertemuan dengan guru-guru.

m. Pemahaman penilik sekolah, kepala sekolah, pengurus KKG,dan
guru tentang maksud dan tujuan KKG.

n. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada per
temuan KKG*

o* Waktu dan frekuensi pertemuan KKG.

p. Peranan penilik sekolah dan kepala sekolah pada pertemuan
KKG.

q. Sikap dan kesungguhan guru-guru mengikuti pertemuan KKG.
r. Manfaat yang diperoleh guru mengikuti pertemuan KKG.
s. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan efektivitas
kegiatan KKG.

t. Masalah-masalah yang dibicarakan dan didiskusikan pada

per

temuan rutin tiap harisabtu.

u. Peranan kepala sekolah pada pertemuan rutin tiap hari sabtu.
3. Studi dokumenter

Diakui bahwa dalam penelitian

naturalistik kualitatif

data kebanyakan diperoleh dari sumber manusia(human resources)

58

melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi adapula

sumber

lain bukan manusia (non human resources), di antaranya dokumen,

foto, dan bahan statistik (S.Nasution, 1988: 85).
Penggunaan teknik ini (studi dokumenter) tidak memerlukan biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajari dan menganalisisnya. Hanya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

"(1) Apakah dokumen itu otentik atau palsu, (2) Apakah

isinya

dapat diterima sebagai kenyataan, dan (3) Apakah data itu cocok
untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti"(Sartono
Kartodirdjo, 1986: 63).

Penggunaan studi dokumenter dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang:

a. Tugas dan fungsi penilik dan kepala sekolah.
b. Program kerja penilik dan kepala sekolah.

c. Frekuensi kunjungan/observasi kelas yang dilakukan penilik
dan kepala sekolah.

d. Hasil-hasil pembinaan kepada guru yang telah diberikan oleh
Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah.

e. Keadaan guru setiap sekolah.
f. Program kerja KKG.

*

g. Fasilitas penunjang pengajaran.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengumpulan data, pene<ii yang

ber

fungsi sebagai instrumen,penelitian berpedoinan pada prosedur atau

tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh 5. Nasution(1988: 33-34)

59

yaitu: tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap 'member check".
Tahap pertama: Orientasi lapangan

Sebelum mengadakan orientasi lapangan terlebih dahulu pe
neliti mengurus izin- penelitian sebagai berikut:
a. Akhir bulan Juni 1990 mengurus izin penelitian di

Direktorat

Sosial Politik Propinsi Jawa Barat sebagai rekomendasi

untuk

mengurus izin penelitian di Direktorat Sosial Politik Propinsi
Sulawesi Selatan.

b. Awal bulan Juli 1990 mengurus izin penelitian di Direktorat

Sosial Politik Propinsi Sulawesi Selatan dan Direktorat Sosial
Politik Kabupaten Bone.

c. Perteagahan bulan Juli 1990 mengadakan orientasi lapangan - di
lokasi penelitian. Pada waktu mengadakan orientasi lapangan

ini peneliti berusaha mengidentifikasi dan memilih

masalah

yang akan dijadikan fokus penelitian.

Tahap kedua: Eksplorasi (Tahap pengumpulan data)
Tahap kedua ini merupakan kegiatan pengumpulan data di la
pangan yaitu di tiga kecamatan: Kecamatan Tanete Riattang, keca
matan Kahu, dan kecamatan Cina. Kegiatan pengumpulan data ini di
lakukan mulai tanggal 1 Agustus 1990 sampai dengan Oktober 1990.

Dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi

doku

menter, penulis berusaha semaksimalmungkin menggali informasi
yang berhubungan dengan masalah atau fokus penelitian.
Tahap ketiga: "Member check"

Kegiatan "member check" dilakukan setiap selesai memperoleh

60

data baik melalui observasi, wawancara, maupun melalui studi

do

kumenter. Sedangkan kegiatan "member check" secarakumulatif dila

kukan setelah pengumpulan data selesai secara keseluruhan

arti penulis menganggap bahwa data yang diperlukan dalam

dalam

peneli

tian ini sudah cukup, yaitu minggu terakhir bulan Oktober

1990.

"Member check" kumulatif ini terutama terhadap data yang diperoleh

dari penilik sekolah, kepala sekolah, dan guru.

E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan

erat dengan pemenuhan kriteria "kredibilitas ("validitas

inter

nal"), transferabilitas ("validitas eksternal"), dependabilitas

("reliabilitas"), dan konfirmabilitas ("objectivitas")n(S.Nasution,
1988: 114).
1. Kriteria kredibilitas

Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kriteria ini dilaku
kan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengadakan pengamatan secara kontinu

Dengan pengamatan yang .'terus menerus atau kontinu,pe
neliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, ter-

inci dan mendalam (S.Nasution, 1988: 115). Dalam penelitian

ini penulis melakukan pengamatan secara kontinu dalam kurun
waktu tiga bulan, sehingga penulis dapat memberikan deskrip
si

secara terinci^terhadap aspek-aspek yang diamati.

61

b. Mengadakan triangulasi
Tujuan triangulasi ialah mencocokkan kebenaran

data

dengan cara membandingkannya dengan data yang deperoleh dari

sumber lain (S.Nasution, 1988: 115). Dalam penelitian

ini,

penulis melakukan triangulasi dengan cara: (1) membandingkan

informasi (data) yang sama yang diperoleh melalui teknik ob
servasi dan teknik wawancara, (2) membandingkan

informasi

(data) yang sama yang diperoleh (bersumber) dari

penilik

sekolah dan guru, (3) membandingkan informasi (data) yang sa
ma. yang bersumber dari kepala sekolah dan guru, (4)

memban

dingkan informasi (data) yang sama yang bersumber dari peni
lik sekolah dan kepala sekolah, (5) membandingkan informasi

(data) yang sama yang bersumber dari penilik sekolah

dan

pengurus KKG, dan (6) membandingkan informasi (data)

yang

sama yang bersumber dari pengurus KKG dan guru.
c. Mengadakan "member check"

Tujuan "member check" ialah agar informasi yang diper
oleh dalam penelitian sesuai dengan apa yang

dimaksudkan

oleh informan (S.Nasution, 1988: 118). Jadi kegiatan "member
check" ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran data yang bersumber dari responden.

Dalam penelitian ini penulis mengadakan "member check"

terhadap informasi (data yang diperoleh dari: (1) hasil wa

wancara dengan penilik sekolah, (2) hasil wawancara
kepala sekolah, dan (3) hasil wawancara dengan guru.

dengan

62
2. Kriteria transferabilitas

Nilai transfer dalam penelitian berkenaan dengan

perta

nyaan: sejauhmanakah hasil penelitian tersebut dapat diaplikasi-

kan atau digunakan dalam situasi lain. Menurut S.Nasution (1988:
119): "Bagi peneliti naturalistik, transferability

tergantung

pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat
mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu".

Berdasarkan

kutipan ini, maka dapat dikatakan bahwa pengaplikasian hasil pe
nelitian ini tergantung kepada penilik sekolah dan kepala

seko

lah sebagai pelaksana supervisi pengajaran di sekolah.Dalam hal ini

penulis hanya melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan,

transfer aplikasinya tergantung kepada yang berkompeten

dalam

pelaksanaan supervisi pengajaran.
3. Dependabilitas dan konfirmabilitas

Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan dengan masa
lah kebenaran penelitian naturalistik yang ditunjukkan

dengan

dilakukannya proses "audit trail" (Lincoln dan Guba, 1985: 319).
Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak,

sedanglan

"audit" artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang melahirkan

keyakinan. Agar dapat dilakukan proses "audit trail" dalam pene
litian ini, maka penulis berusaha menyusun dan menyimpan:

(a) data mentah yang diperoleh sebagai hasil observasi, wawanca

ra, dan studi dokumenter, (b) hasil analisis data berupa

rang-

kuman, konsep-konsep, dan sebagainya, (c) hasil sintesis data,

seperti: tafsiran, konsep-konsep, dan sebagainya, dan (d) catatan mengenai proses yang digunakan, yaitu tentang

metodologi,

63
disain, strategi, prosedur, dan sebagainya.
F. Cara inalisis Data

Analisis data dalam penelitian naturalistik kualitatif,

nurut Moleong (1989: 112) yang mengutip pendapat Patton,

adalah

"proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
pola, kategori, dan situasi uraian dasar". Berdasarkan

me-

suatu

pengalaman

dari para peneliti kualitatif, masalah yang dihadapi oleh para pe
neliti kualitatif dalam menganalisis data ialah belum adanya prose

dur yang baku yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data.
Oleh karena itu peneliti diharuskan mencari sendiri metode atau ca

ra yang dianggap sesuai dengan sifat penelitiannya.
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan

proses

menyusun data agar dapat ditafsirkan dan dapat diketahui maknanya.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sebagai berikut:
1. Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik melalui observa
si, wawancara, maupun melalui studi dokumenter, langsung

diana

lisis.

2. Penganalisisan yang dilakukan setiap selesai pengumpulan

data,

diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan makna
yang terkandung di dalamnya.

3. Membuat kategorisasi dan unitisasi data dengan

mengkodingkan

data, sehingga data mentah yang terkumpul dapat ditransformasikan dengan sistimatis menjadi unit-unit yang dapat

dicandrakan

menurut karakteristik-karakteristiknya. Di sini dibuat batas-ba-

tas setiap unit untuk keperluan analisis berikutnya.

Proses

64
unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data terkumpul semua,

tetapi dilakukanpula selama proses pengumpulan data.

4. Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informasi

(data)

yang sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan da

ta (observasi, wawancara, dan studi dokumenter), di samping mem
bandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari berba
gai sumber (responden).
5. Mengadakan "member check" dengan penilik sekolah, kepala sekolah

dan guru-guru sebagai sumber utama informasi (data) dalam pene
litian ini. Kegiatan "member check" ini penulis lakukan

setiap

selesai mengadakan observasi dan wawancara dengan responden.,Se-

dangkan "member check" terakhir dilakukan setelahselesai pengum
pulan data secara keseluruhan.

6. Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha menguji validitas data yang terkumpul.
7. Memberikan tafsiran sebagai usaha menemukan makna yang

terkan-

dung dan diperoleh dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara

terus-

menerus sejak saat kegiatan pengumpulan data di lapangan sampai se
lesai pengumpulan data secara keseluruhan.

BAB V

KESIMPULAN DAN KOMENTAR

Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan dan komentar da

ri pembahasan hasil penelitian sebagai penutup tulisan ini.
A. Kesimpulan
1. Pemahaman Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah terhadap peranan?-

nya dalam pelaksanaan supervisi pengajaran merupakan salah sa

tu faktor penting dalam upaya mewujudkan pelayanan

supervisi

pengajaran yang efektif. Begitupula pemahaman guru

terhadap

peranan Fenilik Sekolah dan Kepala Sekolah tersebut,
merekalah yang menjadi obyek atau sasaran pelayanan

karena
supervisi

pengajaran. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Penilik

Se

kolah dan Kepala Sekolah memahami dengan. jelas peranannya

ma

sing-masing dalam pelaksanaan supervisi pengajaran.

Demikian-

pula halnya guru, mereka memahasd. peranan Penilik Sekolah dan
Kepala Sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran

terse

but.

Adanya kesesuaian pemahaman ini melahirkan interaksi

positif yang saling mendukung antara Penilik Sekolah dan Kepa
la Sekolah sebagai pihak yang memberikan pembinaan dan

bim

bingan (supervisor pengajaran) dengan guru sebagai pihak yang
dibina dan dibimbing. Interaksi positif ini tercermin pada si

kap dan perilaku mereka pada setiap upaya pembinaan dan
bingan ke arah perbaikan pengajaran.
147

bim

148

2. Hasil penelitian mengungkapkan bahva pendekatan

kekeluargaan

(pendekatan informal) yang selama ini digunakan Penilik
lah dan Kepala Sekolah dalam kegiatan pembinaan dan

Seko

bimbingan

kepada guru, telah melahirkan hubungan kolegialitas yang akrab.
dan intim antara Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah dengan. gu
ru. Dampak positifnya terhadap pelayanan supervisi
guru secara terbuka tanpa rasa segan dan takut

pengajaran,

menyampaikan

setiap masalah pengajaran atau kesulitan-kesulitan yang

diha

dapinya dalam.pelaksanaan proses belajar-mengajar

kepada -Pe

nilik Sekolah gtau kepada Eepa-la Sekolah untuk

mendapatkan

pmebinaan dan bimbingan.

Hubungan kolegialitas yang akrab dan intim antara Peni

lik Sekolah dan. Kepala Sekolah sebagai supervisor

pengajaran

dengan guru sebagai obyek supervisi pengajaran, merupakan kon
disi yang kondusif bagiefektivitas pelayanan supervisi

peng

ajaran dalam upaya perbaikan proses belajar-mengajar pada khu-

susnya, dan perbaikan pengajaran pada umumnya.
3. Hasil penelitian tentang kegiatan kunjungan dan observasi
las dengan. beberapa aspek yang mempengaruhinya, dapat

ke

disim-

pulkan:

a. Terdapat kesesuaian pemahaman antara Penilik Sekolah
Kepala Sekolah dengan guru tentang maksud dan tujuan

dan
kun

jungan dan observasi kelas.

b. Ada tiga spek pokok yang diperhatikan dan diamati

Penilik

149

Sekolah dan Kepala Sekolah pada waktu mengadakan

kunjungan

dan observasi kelas, yaitu: suasana kelas, pelaksanaan pro
ses belajar-mengajar, dan pajangan-pajangan kelas.
c. Sikap positif guru terhadap kunjungan dan observasi

kelas

merupakan hal yang esensil dan sangat berarti bagi

upaya

pengidentifikasian masalah pengajaran yang muncul

dalam

pelaksanaan proses belajar-mengajar untuk kepentingan

pem

binaan dan bimbingan Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah ke
pada guru.

d. Dilihat dari aspek frekuensi dan intensitas kunjungan

dan

observasi kelas, Penilik Sekolah dan Kepala Sekolah

telah

berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan

waktu

yang dimiliki masing-masing dalam memonitoring dan

meng

identifikasi masalah-masalah pengajaran dalam

pelaksanaan

proses belajar-mengajar. Walaupun diakui bahwa belum dapat
merekam semua masalah pengajaran yang mungkin muncul
yang dihadapi guru, mengingat ketrebatasan kem mpuan,
tu, dan fasilitas yang tersedia. Namun kegiatan

dan
wak

kunjungan

dan observasi kelas yang dilakukan Penilik Sekolah dan Ke

pala Sekolah telah memberikan sumbangan yang sangat berarti
bagi pembinaan dan bimbingan kepada guru dalam rangka

per

baikan pengajaran.

4» Kegiatan pertemuan dan bimbingan kepada guru, baik yang dila
kukan Penilik Sekolah, maupun yan