T1 802012096 Full text

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN STRES
AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG

OLEH
YOSEPHIN DARISTA HASFRENTIA
802012096

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS


Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Yosephin Darista Hasfrentia
Nim
: 802012096
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STES
AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia
atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

atau pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di

: Salatiga

Pada Tanggal : 11 Desember 2015
Yang menyatakan,

Yosephin Darista Hasfrentia
Mengetahui,
Pembimbing

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi.

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama


: Yosephin Darista Hasfrentia

Nim

: 802012096

Program Studi

: Psikologi

Fakultas

: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRES
AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG
Yang dibimbing oleh:
Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi
Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 11 Desember 2015
Yang memberi pernyataan,

Yosephin Darista Hasfrentia

LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRES
AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG
Oleh
Yosephin Darista Hasfrentia
802012096

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015
Oleh:
Pembimbing

Enjang Wahyuningrum. M.Si., Psi.

Diketahui Oleh,

Disahkan Oleh,

Kaprogdi

Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRES
AKADEMIK PADA PELAJAR SMAN 1 TUNTANG

Yosephin Darista Hasfrentia
Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self

efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan melibatkan 100 pelajar SMAN 1
Tuntang dari kelas X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, dan XII IPS. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara self efficacy dengan
stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang. Tingkat self efficacy pada pelajar SMAN
1 Tuntang berada pada kategori tinggi dengan mean sebesar 54,76, sedangkan tingkat
stres akademik pelajar SMAN 1 Tuntang berada pada kategori sangat rendah dengan
mean sebesar 44,63. Self efficacy memberikan sumbangan pengaruh terhadap stres
akademik sebesar 60,68%.
Kata kunci: self efficacy, stres akademik

i

Abstract
The aim of this study is to determine the significance of the relationship between self
efficacy with academic stress in students of SMAN 1 Tuntang. This research is a
quantitative correlation with the involvement of 100 students SMAN 1 Tuntang of class
X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, and XII IPS. The result shows that there is a negative and
significant relationship self efficacy between with academic stresses. SMAN 1 Tuntang
student’s self efficacy levels are on the high category with mean amounted to 54,76

while the level of academic stress SMAN 1 Tuntang student’s at the low category with
mean amounted to 44,63. Self efficacy give 60,68% influence on academic stress.
Keyword : self efficacy, academic stress

ii

1

PENDAHULUAN

Masalah dari stres terus berkembang setiap tahunnya, di Indonesia terdapat
banyak sekali kasus yang terjadi diakibatkan dari ketidakmampuan peserta didik dalam
mengelola stres tuntutan pendidikan yang mereka rasakan hingga berbuntut pada hal-hal
tragis seperti putus sekolah dan tindakan bunuh diri misalnya, seorang siswa shock lalu
bunuh diri karena tidak lulus UN (Sahnaz, 2013). Dari hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti kepada beberapa guru dan siswa di SMAN 1 Tuntang bahwa tuntutan
akademik seperti mengerjakan banyaknya tugas, mendapat nilai bagus, dan memahami
setiap materi pelajaran terkadang membuat siswa menjadikan tuntutan akademik ini
sebagai beban. Tuntutan akademik ini yang dijadikan beban membuat siswa menjadi
takut dan cemas saat memikirkan masa depan, malas makan ketika banyak tugas yang

harus dikerjakan, sulit berkonsentrasi, mudah lelah dan malas untuk belajar. Dari
paparan tersebut, ada kemungkinan bahwa di SMAN 1 Tuntang ini ada pelajarnya akan
mengalami stres akademik.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dengan tujuan untuk
menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan
bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi

sepenuhnya,

sesuai

dengan

kebutuhan

pribadinya

dan


kebutuhan

masyarakat (Maryati, 2008).
Menurut Rahmawati (2012) peningkatan mutu pendidikan akan meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan akan sangat dibutuhkan agar
mampu bersaing di dunia. Salah satu cara yang ditempuh untuk memajukan kualitas
SDM adalah melalui jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan wahana yang dilalui
peserta didik, dikenal ada jalur formal (sekolah) dan jalur informal (luar sekolah).

2

Jenjang pendidikan formal terbagi atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Sekolah
Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di
Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut Bangun (2011)
keunggulan SMA khususnya adalah dalam penguasaan konsep, cara berpikir,
performance sebagai bekal ke pendidikan berikutnya. Sekolah Menengah Atas memang
disiapkan untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu bangku perkuliahan.
Di lingkungan sekolah siswa rentan mengalami perubahan yang sangat
signifikan, salah satu perubahan signifikan tersebut adalah mengalami masa transisi
dari jenjang Sekolah Menengah Pertama ke Sekolah Menengah Atas. Perubahan

tersebut meliputi masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh,
meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian, peningkatan jumlah guru dan teman,
serta meningkatnya fokus pada prestasi dan menghadapi ekspektasi-ekspektasi
akademik yang lebih tinggi (Santrock, 2007). Hal tersebut merupakan salah satu
bentuk masalah emosional dan perilaku di lingkungan sekolah yang dapat
memicu terjadinya stres pada siswa. Menurut Nasution (2007) dalam menghadapi
pelajaran yang berat di sekolah akan menimbulkan stres pada siswa, terutama
bagi siswa high school, karena pada saat ini siswa pada umumnya mengalami tekanan
untuk mendapat nilai yang baik dan bisa masuk ke universitas favorit. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Elias (dalam Elwan, 2014) pada 376 siswa di Malaysia
membuktikan bahwa sebagian besar sumber stres remaja berasal dari masalah
akademik.
Menurut Sarafino (dalam Rahmawati, 2012) stres adalah suatu kondisi yang
disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan
biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut. Maksudnya adalah bahwa

3

ketidaksesuaian yang dihadapi oleh siswa itu berada pada tuntutan lingkungan dengan
sumber daya aktual yang dimiliki siswa. Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau
pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik. Olejnik dan Holschuh (2007)
mengambarkan stres akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya
tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Respon terhadap stresor akademik
terdiri dari cognitive, behavior, physical, affective. Cognitive response yaitu respon
yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri, takut gagal, sulit
berkonsentrasi, cemas akan masa depan, melupakan sesuatu, dan berfikir terus-menerus
mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan. Behavior response adalah respon yang
muncul dari perilaku, seperti menarik diri, menggunakan obat-obatan dan alkohol,
tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan terlalu banyak atau terlalu sedikit,
dan menangis tanpa alasan. Physical response adalah respon yang muncul dari reaksi
tubuh, seperti: telapak tangan berkeringat, kecepatan

jantung

meningkat,

mulut

kering, merasa lelah, sakit kepala, rentan sakit, mual, dan sakit perut. Affective
response adalah respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah,
murung, dan merasa takut.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdini (2009) mengenai tingkat stres
akademik pada siswa SMK N 8 Bandung menunjukan bahwa sebanyak 25,48% siswa
mengalami stres akademik pada area fisik: 19,78% siswa mengalami stres akademik
pada area perilaku, 37,09% siswa mengalami stres akademik pada area fikiran, dan
17,65% siswa mengalami stres akademik pada area emosi. Sebagian besar sumber stres
siswa berasal dari masalah akademik (Elias, 2011)
Stres akademik menimbukan dampak negatif bagi seseorang. Penelitian Bell
(1995) menemukan bahwa stres akademik memiliki kontribusi yang signifikan dalam

4

kinerja sekolah yang buruk pada siswa. Stres akademik yang meliputi kehidupan
siswa cenderung berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka, dan
kemampuan mereka untuk melakukan tugas sekolah yang efektif.
Alvin (2007) mengemukakan bahwa stres akademik ini diakibatkan oleh
dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang mengakibatkan stres
akademik yaitu pola pikir, kepribadian, dan keyakinan diri. Sedangkan faktor eksternal
yang mengakibatkan stres akademik pelajaran lebih padat, tekanan untuk berprestasi
tinggi, dorongan status sosial, dan orang tua saling berlomba. Menurut Bandura (1997)
untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang
sangat berguna. Odgen (2000) mengatakan bahwa keyakinan seseorang mengenai
kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon
individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres.
Self-efficacy merupakan kepercayaan pada satu kemampuan untuk mengatur
dan melaksanakan bagian dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan
yang diinginkan (Bandura, 1997). Hasil

penelitian Schunk

&

Meece

(2005)

menemukan bahwa siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung akan
berhasil dalam bidang akademiknya. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi pula
akan memiliki komitmen dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Sedangkan siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran
yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang. Hargenhahn
(dalam Rizky, 2014) menyatakan
kemampuannya cukup

tinggi

akan

bahwa

orang

berusaha

yang menganggap

lebih keras,

dan

lebih

tingkat
gigih

menjalankan tugas dibandingkan dengan orang yang menganggap kemampuan
dirinya rendah.

5

Menurut Bandura (1997), ada beberapa tiga dimensi dari self-efficacy. Pertama,
dimensi level yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Pada dimensi
level, individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat
dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di
luar batas kemampuannya. Kedua, dimensi strength yang berkaitan dengan kekuatan
pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pada dimensi strength, pengharapan
yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya
mencapai tujuan. Ketiga, dimensi generality yang berkaitan cakupan luas bidang
tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Pada dimensi
generality, individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung
pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi
tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.
Pada siswa sekolah menengah, yang berada dalam masa remaja sering kali
terjadi banyak perubahan sehingga dibutuhkan adanya self-efficacy yang kuat dalam
diri untuk memperoleh kesuksesan dalam mencapai prestasi akademis siswa. Selfefficacy mempengaruhi pemilihan perilaku, usaha, dan ketekunan seseorang. Selfefficacy

dapat

menentukan

bagaimana perasaan seseorang, cara berpikir, dan

berperilaku (Bandura, 1997). Akan tetapi dalam lingkungan sekolah, tidak semua siswa
memiliki self efficacy yang tinggi. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Dini
Kartika, Hairida, & Erlina (2012) pada 36 siswa kelas XI IPA SMA Kemala
Bhayangkari 1 Kubu Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self
efficacy tinggi sebanyak 16 siswa (44,4%) dan siswa dengan self efficacy rendah
sebanyak 20 siswa (55,6%).

6

Menurut Bandura (dalam Schunk dan Meece, 2005) untuk mengatur perilaku
apakah akan dibentuk atau tidak, dalam hal ini adalah perilaku yang disebabkan oleh
stres akademik yang dialami individu, individu tidak hanya mempertimbangkan
informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugiannya, tetapi

juga

mempertimbangkan sampai sejauh mana individu tersebut mampu mengatur perilaku
tersebut, dan kemampuan ini disebut dengan self efficacy. Dalam hal ini individu
membutuhkan self efficacy akademik yang kuat sehingga mereka dapat melalui masa
transisi tersebut dengan sangat baik, salah satunya masa transisi dalam kategori
akademik sehingga mereka dapat terhindar dari stres akademik. Seorang individu yang
tidak memiliki self efficacy dalam menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang
mereka alami maka akan rentan mengalami stres. Ada beberapa penelitian yang
mengkorelasikan antara self efficacy dengan stres akademik. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati & Sri (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh self efficacy
terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN 1 Medan. Selain itu
penelitian yang dilakukan Fahmi (2011) pada mahasiswa Unika menunjukkan bahwa
adanya hubungan negatif anatara self efficacy dan stres akademik pada mahasiswa
Unika. Namun, Dwyer & Cummings (2001) menyimpulkan bahwa stres tidak
berhubungan dengan self efficacy. Dari paparan tersebut, peneliti bertujuan untuk
meneliti adanya hubungan negatif antara stres akademik dengan self efficacy pada
pelajar SMAN 1 Tuntang.

7

METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
metode korelasional dan ingin mengukur korelasi antara self efficacy dengan stres
akademik pelajar SMAN 1 Tuntang.
Populasi dan Sampel
Azwar (1999) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak
dikenal generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian berjumlah 729 pelajar
SMAN 1 Tuntang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini
100 pelajar SMAN 1 Tuntang kelas X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dengan purposive sampling.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
skala psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur atribut psikologis
Azwar (1999). Skala bertingkat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu skala
likert. Skala likert adalah skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataanpernyataan untuk mengukur sikap. Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Self efficacy Scale
Dalam penelitian ini, pengukuran self efficacy menggunakan skala milik
Ralf Schwarzer, dkk (1995) dari Universitas Freie, Berlin. Skala self efficacy
Ralf Schwarzer, dkk pertama kali dikembangkan pada tahun 1981 oleh
Jerussalem dimana versi aslinya dibuat dalam bahasa Jerman. Awalnya skala
seff efficacy ini terdiri dari 21 item, kemudian setelah berkembang menjadi 10
item. Skala Ralf Schwarzer, dkk dalam penelitiannya berlandaskan teori milik

8

Albert Bandura. Selain itu, menurut Ralf Schwarzer, dkk koefisien reliabilitas
skala self efficacy ini antara 0,75 sampai 0,90 sehingga dapat dikatakan reliabel.
Skala ini memiliki nilai alpha cronbach sebesar 0,785. Pengujian reliabilitas
akan dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat
dari sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Hasil uji
seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan
ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala
pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada 2
item yang gugur yaitu item 13 dan 16, dengan reliabilitas sebesar 0,900. Itemitem dalam skala ini menggunakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
Tabel 1. Sebaran Item Nomor Item Valid dan Gugur Skala Self Efficacy
Dimensi

Indikator

Item
F

Level

Keyakinan

individu

kemampuannya

Total Item
UF

Valid

14, 16*

7

-

5

-

2

-

5

1

19

atas 1, 3, 6,

terhadap

tingkat 12, 17,

kesulitan tugas.

21

Pemilihan tingkah laku berdasarkan 2, 4, 5, 7,
hambatan

atau

tingkat

kesulitan 8, 13*

suatu tugas atau aktivitas
Strength

Tingkat kekuatan keyakinan atau
pengharapan

individu

terhadap 11, 9

kemampuannya.
Generality

Keyakinan

individu

akan 10, 15,

kemampuan

melaksanakan

tugas 18, 19,

diberbagai aktivitas.
Total Valid

20
18

9

2. Student Academic Stress Scale (SASS)
Busari (2012), Student Academic Stress Scale (SASS) adalah ukuran dari
respon stres yang dikembangkan khusus untuk mengukur stres pada siswa dalam
domain respon stres, fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif. Skala ini terdiri
dari 50 item daan dimodifikasi serta diadaptasi sendiri oleh penulis berdasarkan
teori Olejnik & Golschuh (2007) sehingga menjadi 35 item. Model skala ini
menggunakan skala Likert yang terdiri dari 35 item dan menyediakan 4
pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS
(Sangat Tidak Setuju). SASS diproduksi keandalan yang sangat baik
menggunakan alpha cronbach untuk skala SASS keseluruhan dan sub-skala.
Semua Alpha berada di atas 0,80, hal ini menunjukkan bahwa SASS adalah
ukuran yang reliabel dari respon stres akademik. Pengujian reliabilitas akan
dilakukan lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat dari
sampel ketika pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Hasil uji seleksi
item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan
dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat
dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada 5 item yang gugur
yaitu item 1, 11, 12, 20, 35, dengan reliabilitas sebesar 0,898.

10

Tabel 2. Sebaran Item Nomor Item Valid dan Gugur Skala Stres Akademik
Aspek

Cognitive

Item

Total Item

F

UF

Valid

1*, 5, 9, 13, 17,

-

9

-

9

-

6

-

6

0

30

21, 24, 27, 30, 33
Behavior

2, 6, 10, 14, 18,
25, 28, 31, 34

Physic

3, 7, 11*, 15, 19,
22, 26

Affective

4, 8, 12*, 16, 20*,
23, 29, 32, 35*

Total Valid

30

HASIL
Uji Asumsi
Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi antara self efficacy dan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang.
Namun sebelum dilakukan uji korelasi , peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih
dahulu untuk menentukan jenis ststistik parametik atau non-parametik yang akan
digunakan untuk uji korelasi.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan
skala Self efficacy (K-S-Z = 1,231, p = 0,097, p > 0,05) dan skala Stres
Akademik (K-S-Z = 0,839, p = 0,483, p > 0,05). Hasil ini menunjukkan data self
efficacy dan stres akademik berdistribusi normal.

11

2. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara self
efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang dengan deviation
from linearity sebesar F = 1, 253 p = 0,215 (p = > 0,05).
Analisa Deskriptif
Tabel 3. Statistik Deskriptif Skala Self Efficacy dan Stres Akademik Pada
Pelajar SMAN 1 Tuntang
Std.
N

Mean

Deviation

Minimum

Maximum

Self efficacy

100

54.7600

9.51460

29.00

73.00

Stres Akademik

100

44.6300

8.22617

23.00

68.00

Tabel 3 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.
Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari “sangat
rendah” hingga “sangat tinggi”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan
menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000). Tabel 4 dan 5 menunjukkan jumlah
partisipan untuk setiap kategori pada masing-masing variabel.
Tabel 4. Kriteria Skor Self Efficacy
No

Interval

Kategori

1

61,75≤ x ≤76

Sangat tinggi

2

47,5≤ x < 61,75

Tinggi

3

33,25≤ x < 47,5

4

19≤ x < 33,35

Total

Mean

F

Presentase

26

26%

54

54%

Rendah

17

17%

Sangat rendah

3

3%

100

100%

54,76

SD = 9,51 Min = 29 Max = 73

12

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa skor self efficacy berada pada
kategori tinggi dengan mean sebesar 54,76. Sebanyak 54 partisipan memiliki skor self
efficacy yang berada pada kategori tinggi sebesar 54%. 26 partisipan memiliki skor self
efficacy yang berada pada kategori sangat tinggi sebesar 26%. 17 partisipan
menunjukkan kategori self efficacy yang berada pada kategori rendah sebesar 17% dan
sisanya sebanyak 3 partisipan berada pada kategori skor sangat rendah 3%. Skor yang
diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 29 sampai dengan skor
maksimum sebesar 73 dengan standar deviasi 9,51.
Tabel 5. Kriteria skor Stres Akademik
No

Interval

Kategori

1

97,5 ≤ x ≤ 120

2

F

Presentase

Sangat tinggi

0

0%

75 ≤ x < 97,5

Tinggi

0

0%

3

52,5≤ x < 75

Rendah

19

19%

4

30≤ x < 52,5

Sangat rendah

81

81%

100

100%

Total

Mean

44,63

SD = 8,22 Min = 23 Max = 68

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa skor stres akademik berada pada
kategori sangat rendah dengan mean sebesar 44,63. Sebanyak 81 partisipan memiliki
skor stres akademik yang berada pada kategori sangat rendah sebesar 81%. 19 partisipan
memiliki skor stress akademik yang berada pada kategori rendah sebesar 35%. Skor
yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 23 sampai dengan skor
maksimum sebesar 68 dengan standar deviasi 8,22.

13

Tabel 6. Kriteria Skor Self Efficacy Setiap Kelas
No Interval

Kategori

Mean

Kelas X

Kelas XI

Kelas XII

6

9

5

22

20

17

1

61,75≤ x ≤ 76

Sangat tinggi

2

47,5≤ x < 61,75

Tinggi

3

33,25≤ x < 47,5

Rendah

4

2

12

4

19≤ x < 33,25

Sangat rendah

1

2

0

33

33

34

Kelas XI

Kelas

54,76

Total

Tabel 7. Kriteria Skor Stres Akademik Setiap Kelas
No

Interval

Kategori

Mean

Kelas X

XII
1

97,5≤ x ≤ 120

Sangat tinggi

0

0

0

2

75 ≤ x < 97,5

Tinggi

0

0

0

3

52,5≤ x < 75

Rendah

5

2

9

4

30≤ x < 52,5

Sangat rendah

28

31

25

33

33

34

Total

44,63

Hasil dari tabel 6 dan 7 menunjukkan tingkat self efficacy dan stres akademik
pelajar pada masing-masing kelas.
Uji Korelasi
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang
diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear maka uji korelasi
yang dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Tabel 8 menunjukkan hasil dari
uji korelasi.

14

Tabel 8. Korelasi Self Efficacy & Stres
Akademik
SE
SE

Pearson Correlation

SA
1

Sig. (1-tailed)
N
SA

Pearson Correlation

-.779

**

.000
100

100

**

1

-.779

Sig. (1-tailed)

.000

N

100

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan
antara self efficacy dan stres akademik pada pelajar SMAN Tuntang, dengan r = -0,779
dengan p < 0.05. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi
negatif antara self efficacy dengan stres akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang
diterima. Dengan demikian semakin tinggi self efficacy maka semakin rendah tingkat
stres akademik.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self efficacy dengan stres
akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang didapatkan hasil uji korelasi yang
menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara self efficacy dengan stres
akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang (r = -0.779), ini menunjukkan semakin tinggi
self efficacy pada pelajar SMAN 1 Tuntang, maka semakin rendah stres akademiknya.
Sebaliknya semakin rendah self efficacy pada pelajar SMAN 1 Tuntang, maka semakin
tinggi stres akademiknya.
Korelasi negatif yang signifikan antara self efficacy dengan stres akademik pada
pelajar SMAN 1 Tuntang serupa dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya

15

mengenai hubungan self efficacy dengan stres akademik. Fahmi (2011) melakukan
penelitian mengenai self efficacy dengan stres akademik, menunjukkan hasil bahwa self
efficacy berhubungan negatif dengan stres akademik. Menurut Bandura (1997) untuk
melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang sangat
berguna. Odgen (2000)

mengatakan

bahwa

keyakinan

seseorang

mengenai

kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat berpengaruh pada respon
individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan stres.
Menurut Bandura (dalam Schunk dan Meece, 2005) untuk mengatur perilaku
apakah akan dibentuk atau tidak, dalam hal ini adalah perilaku yang disebabkan oleh
stres akademik yang dialami individu, individu tidak hanya mempertimbangkan
informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan kerugiannya, tetapi

juga

mempertimbangkan sampai sejauh mana individu tersebut mampu mengatur perilaku
tersebut, dan kemampuan ini disebut dengan self efficacy. Dalam hal ini individu
membutuhkan self efficacy akademik yang kuat sehingga mereka dapat melalui masa
transisi tersebut dengan sangat baik, salah satunya masa transisi dalam kategori
akademik sehingga mereka dapat terhindar dari stres akademik. Seorang individu yang
tidak memiliki self efficacy dalam menyesuaikan dirinya dengan perubahan yang
mereka alami maka akan rentan mengalami stres.
Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa
self efficacy berada pada kategori tinggi, sedangkan stres akademik berada pada kategori
sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pelajar SMAN 1 Tuntang memiliki tingkat
self efficacy yang tinggi dan memiliki tingkat stres akademik yang sangat rendah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy merupakan salah

16

satu faktor yang mempengaruhi munculnya stres akademik pada pelajar SMAN 1
Tuntang.
Berdasarkan hasil uji korelasi, adapun sumbangan efektif yang diberikan oleh
self efficacy terhadap stres akademik pada pelajar adalah sebesar 60,68%. Ini berarti self
efficacy memiliki kontribusi sebesar 60,68% terhadap stres akademik pelajar, sedangkan
39,32% dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti pola pikir, kepribadian, pelajaran
yang padat, tekanan untuk berprestasi, dorongan status sosial dan orangtua (Alvin,
2007).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara self efficacy dengan stres
akademik pada pelajar SMAN 1 Tuntang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan negatif yang signifikansi antara self efficacy dengan stres akademik
pada pelajar SMAN 1 Tuntang.
2. Pelajar SMAN 1 Tuntang memiliki skor self efficacy yang berada pada kategori
tinggi dan pelajar SMAN 1 Tuntang memiliki skor stres akademik yang berada
pada kategori sangat rendah.
3. Sumbangan efektif yang diberikan oleh self efficacy terhadap stres akademik pada
pelajar adalah sebesar 60,68%. Ini berarti self efficacy memiliki kontribusi sebesar
60,68% terhadap stres akademik pelajar, sedangkan 39,32% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar self efficacy yang dapat berpengaruh terhadap stres
akademik.

17

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi pelajar
Bagi pelajar yang memiliki tingkat self efficacy yang rendah disarankan agar
meningkatkan dimensi dari self efficacy seperti level, strength, dan generality
karena dengan memiliki self efficacy yang baik sehingga diharapkan para pelajar
dapat menghindari stres akademik. Pelajar juga dapat mengikuti pengembangan
diri yang ada di sekolah untuk meningkatkan self efficacy. Sedangkan bagi para
pelajar yang memiliki tingkat self efficacy yang tinggi diharapkan untuk
mempertahankan self efficacy tersebut.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenai stres akademik
hendaknya melibatkan faktor-faktor lain seperti

pola pikir, kepribadian,

pelajaran yang padat, tekanan untuk berprestasi, dorongan status sosial dan
orangtua. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan metode penelitian
kualitatif agar mendapatkan hasil yang akurat dan menghindari adanya
kemungkinan faking good.

18

DAFTAR PUSTAKA
Alvin, N. O. 2007. Handling Study Stress: Panduan agar Anda Bisa Belajar bersama
Anak-Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Azwar, S. (1999). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar
--------, S. (2010). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
--------, S (2012). Penyususnan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bandura, A. (2006). Guide for Constructing Self-Efficacy Scales. Dalam Self efficacy
Beliefs of Adolesences. Information Age Publishing.
----------, A. (1997). Self Efficacy: the Exercise of Control. New York : Freeman.
Bangun, G. E. S. (2011). Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah Menengah
Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Yayasan Dharma Bakti Medan.
Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.
Busari, A. O. (2011). Validation of Student Academic Stress Scale (SASS). Journal of
Social
Sciences.
Retrieved
September
18,
2015,
from
http://www.readbag.com/eurojournals-ejss-21-1-09
Elias. (2011). Stress and academic achievement students. Journal Of Social And
Behavioral Sciences. 29, 646- 655.
Elwan, T. K. (2014). Gambaran Stres Akademik Siswa SMAN 3 Padang. Skripsi.
Sumatra Barat: Fakultas Psikologi Universitas Andalas.
Fahmi, F. (2011). Hubungan Self Efficacy dengan Stres Akademik pada Mahasiswa.
Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Ishtifa, H. (2011). Pengaruh Self-Efficacy dan Kecemasan Akademis terhadap SelfRegulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UINJ.
Kartika, D., & Hairida., & Erlina. (2012). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan
Kemandirian Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Kimia Di Sma. Jurnal.
Diunduh
pada
19
September
2015,
dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/1106/pdf
Maryati, I. (2008). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Keyakinan Diri (SelfEfficacy) dengan Kreativitas pada Siswa Akselerasi. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Psikologi Uiversitas Muhammadiah Surakarta.
Meigawati, D. (2014). Profil Stres Akademik Ditinjau Dari Keyakinan Diri Akademik
Siswa. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan UPI.

19

Muharrani, T., dan Sri S. (2011). Hubungan antara Self-efficacy dengan Self-regulated
Learning pada Mahasiswa. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas
Sumatra Utara.
Nasution, I. K. (2007). Stres Pada Remaja. Thesis. Medan: Fakultas Psikologi
Universitas Sumatra Utara.
Nurdini, K. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku dalam Mereduksi Stress
Akademik Siswa SMK. Skripsi. Bandung: FIP UPI.
Odgen, Jane. (2000).
Press.

Health Psychology (2nd ed). Philadelphia: Open University

Olejnik, S. N. & Holschuh, J. P. (2007). College rules! How to Study, Survive, and
Succeed in College (2nd Edition). New York: Ten Speed Press. Tersedia
http://books.google.co.id/books?id=h_cfDji4V6YC&pg=PA101&dq=stress+academic
&hl=id&ei=5oezTK2CJse3cOiYtKwI&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&v
ed=0CD0Q6AEwBQ#v=onepage&q&f=false. (diakses 11 September 2015)

Pinugu, J. N. J. (2013). College Self-Efficacy and Academic Satisfaction Moderated by
Academic Stress. Journal of Research and Review, 10, 34-52. Retrieved
September
17,
2015,
from
http://www.academia.edu/7059868/College_SelfEfficacy_and_Academic_Satisf
action_moderated_by_Academic_Stress
Rahmawati, D. D., & Sri S. (2012). Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik
pada Siswa Kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMPN 1.
Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara.
Rizky, E. (2014). Hubungan Efikasi Diri Dengan Coping Stress pada Mahasiswa
Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Riau. JOM FK Vol 1, 1-8.
Diunduh pada 12 September 2015
Sahnaz, Y. (2013, 22 April). Tidak Lulus UN Bunuh Diri. Kompasmania.
http://www.kompasiana.com/ysahnaz/tidak-lulus-un-bunuhdiri_552e54bb6ea834d7488b456f
Santrock, J.W. (2007). Remaja( Edisike sebelas). Alih Bahasa: Benedictine
Widyasinta (2007). Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology (5nd ed). New York : John Wiley and
Sons.
Schwarzer, dkk. (1996) Indonesian adaptation of the general self efficacy scale.
http://www.ralfschwarzer.de/ diakses pada tanggal 7 Oktober 2015.
Schunk, D.H. dan Meece, J.L. (2005). Self-Efficacy Development in Adoloesences.
Dalam Self- Efficacy Beliefs of Adolesences By Information Age Publishing.