Perbandingan Algoritma Bidirectional Associative Memory dan Learning Vector Quantization Dalam Menentukan Obat Penyakit Saluran Cerna Lambung-Usus

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1.

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan (artifical neural network) adalah cabang dari Kecerdasan
Buatan (Artificial Intelligence). Jaringan Syaraf Tiruan merupakan sistem komputasi
yang arsitektur dan operasinya diilhami dari pengetahuan tentang sel saraf biologis di
dalam otak. Model jaringan syaraf ditunjukkan dengan kemampuannya dalam
emulasi, analisis, prediksi dan asosiasi. Kemampuan yang dimiliki jaringan syaraf
tiruan dapat digunakan untuk belajar dan menghasilkan aturan atau operasi dari
beberapa contoh atau input yang dimasukkan dan membuat prediksi tentang
kemungkinan output yang akan muncul atau menyimpan karakteristik input yang
diberikan kepada jaringan syaraf tiruan. (Astuti, 2009)
Proses informasi terjadi pada banyak elemen (neuron) , kemudian sinyal
dikirim ke neuron-neuron melalui penghubung. Setiap penghubung antar neuron
memiliki bobot yang akan memperkuat atau memperlemah sinyal. Untuk menentukan
output, biasanya setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi yang dikenakan pada


jumlah input yang akan diterima. Selanjutnya output akan dibandingkan dengan suatu
batas ambang yang telah ditentukan. (Siang, 2005)

Jaringan Syaraf Tiruan ditentukan oleh 3 hal :
a.

Pola hubungan antar neuron (yang menjadi arsitekturnya).

b.

Metode penentuan bobot dalam koneksi (disebut sebagai proses latihan,
pembelajaran, atau Algoritma ).

c.

Fungsi aktivasi. (Siang, 2005)

Gambar dari struktur neuron jaringan syaraf tiruan yang terdiri dari input,
bobot, fungsi aktivasi, dan output dapat dilihat pada gambar 2.1.


Universitas Sumatera Utara

7

x1
w1
x2

w2
w3

x3

f

y

wi

xi


Gambar 2.1 Struktur Neuron Jaringan Syaraf Tiruan

Keterangan :
x : masukan (input)
w : bobot untuk masukan
f : fungsi aktivasi
y : output yang dihasilkan

2.2.

Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan

Arsitektur jaringan syaraf tiruan terdiri dari tiga lapisan penyusun (layer ) , yaitu:
a.

Lapisan masukan (input layer )
Merupakan lapisan yang terdiri dari beberapa neuron yang akan menerima sinyal
dari luar dan kemudian meneruskan ke neuron-neuron lain dalam jaringan.


b.

Lapisan tersembunyi (hidden layer )
Berfungsi meningkatkan kemampuan jaringan dalam memecahkan masalah.
Konsekuensi dari adanya lapisan ini adalah pelatihan menjadi makin sulit atau
lama.

c. Lapisan keluaran (output layer )
Merupakan lapisan yang menyalurkan sinyal-sinyal keluaran hasil pemrosesan
jaringan. Lapisan ini terdiri dari sejumlah neuron. (Siahaan, 2011)

2.3.

Fungsi Aktivasi

Karakteristik yang harus dimiliki fungsi aktivasi adalah kontinu, diferensiabel, dan
tidak menurun secara monoton. Fungsi aktivasi diharapkan dapat mendekati nilai-nilai

Universitas Sumatera Utara


8

maksimum dan minimum secara baik. Berikut ini adalah fungsi aktivasi yang sering
digunakan dalam jaringan syaraf tiruan yaitu: (Puspitaningrum, 2006)

a. Fungsi Sigmoid Biner
Fungsi sigmoid biner memiliki nilai pada range 0 sampai 1. Oleh karena itu,
fungsi ini sering digunakan untuk jaringan syaraf yang membutuhkan nilai output
yang terletak pada interval 0 sampai 1. Namun fungsi ini juga digunakan oleh
jaringan syaraf yang nilai output-nya 0 atau 1. (Hermawan, 2006)
Fungsi sigmoid biner dirumuskan sebagai:

dengan :

Berikut adalah ilustrasi dari fungsi sigmoid biner dengan range antara 0 sampai
1.

Gambar 2.2 Ilustrasi fungsi sigmoid biner dengan range (0,1)

b. Fungsi Sigmoid Bipolar

Fungsi bipolar hampir sama dengan fungsi sigmoid biner, hanya saja output dari
fungsi ini memiliki range antara 1 sampai -1. (Hermawan, 2006)
Fungsi sigmoid bipolar dirumuskan sebagai:

dengan

Universitas Sumatera Utara

9

Berikut adalah ilustrasi dari fungsi sigmoid bipolar dengan range antara 1 sampai
-1.

Gambar 2.3 Ilustrasi fungsi sigmoid bipolar dengan range (-1,1)

2.4.

Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan belajar dari pengalaman. Pengalaman didapat dari adanya

pelatihan, dimana pelatihan merupakan proses belajar JST yang dilakukan dengan
menyesuaikan bobot terkoneksi jaringan. Proses yang biasanya dilakukan pada
pembelajaran meliputi:
a. Perhitungan output.
b. Membandingkan output dengan target yang diinginkan.
c. Menyesuaikan bobot dan mengulang prosesnya.

Proses belajar JST dibagi menjadi dua:
1.

Belajar dengan pengawasan (Supervised learning)
Metode pembelajaran ini terjadi jika output yang diharapkan telah diketahui
atau ditetapkan sebelumnya. Saat proses pembelajaran berlangsung, satu pola
input akan diberikan ke satu neuron pada lapisan output. Lapisan output ini akan

membangkitkan pola output yang nantinya akan dicocokkan dengan pola output
targetnya. Apabila terjadi perbedaan antara pola output hasil pembelajaran
dengan pola target, maka disini akan muncul error . Jika nilai error masih cukup
besar, hal ini berarti masih perlu dilakukan lebih banyak pembelajaran lagi.


2.

Belajar tanpa pengawasan (Unsupervised learning ).
Pada metode pembelajaran ini tidak memerlukan target output, sehingga tidak
dapat ditentukan bagaimana hasil selama proses pembelajaran. Pada proses
pembelajaran, nilai bobot disusun dalam suatu range tertentu tergantung pada
nilai input yang diberikan. Tujuan pembelajaran ini untuk mengelompokkan unit-

Universitas Sumatera Utara

10

unit yang hampir sama dengan suatu area tertentu. Pembelajaran ini biasanya
sangat cocok untuk pengelompokan (klasifikasi) pola. (Hermawan, 2006)

2.5.

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan

Penggunaan Jaringan Saraf Tiruan dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan

dipengaruhi oleh permasalahan yang akan diselesaikan. Beberapa permasalahan yang
dapat diselesaikan dengan Jaringan Syaraf Tiruan, antara lain: pengenalan pola dan
optimisasi. Dalam hal ini diperlukan keputusan dalam memilih algoritma terbaik
untuk menyelesaikan masalah.
Beberapa algoritma Jaringan Syaraf Tiruan tersebut antara lain :
a. Algoritma Kohonen
b. Algoritma Fractal
c. Algoritma Learning Vector Quantization
d. Algoritma Cyclic
e. Algoritma Alternating Projection
f. Algoritma Hammimg
g. Algoritma Feedforwad Banyak Lapis
h. Algoritma Bidirectional Associative Memory.

2.6.

Bidirectional Associative Memory (BAM)

Bidirectional Associative Memory (BAM) adalah model jaringan syaraf tiruan yang


memiliki 2 lapisan (layer ) dan terhubung penuh dari satu lapisan ke lapisan yang
lainnya.
Pada jaringan ini dimungkinkan adanya hubungan timbal balik antara lapisan
input dan lapisan output. Namun demikian, bobot yang menghubungkan antara satu
neuron (n) di satu lapisan dengan neuron (m) di lapisan lainnya akan sama dengan

bobot yang menghubungkan neuron (m) ke neuron (n). Bisa dikatakan bahwa, matriks
bobot yang menghubungkan neuron-neuron pada lapisan output ke lapisan input sama
dengan transpose matriks bobot neuron-neuron yang menghubungkan lapisan input
ke lapisan output. (Kusumadewi, 2005)

Universitas Sumatera Utara

11

Arsitektur Algoritma Bidirectional Associative Memory (BAM) :
Untuk 3 neuron pada lapisan input dan 2 neuron pada lapisan output. Dimana X1, X2 ¸
X3 adalah input, dan Y1, Y2 adalah output dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Arsitektur jaringan BAM


Algoritma :
1. Set pola input dan pola output (pola input = x, pola output = y)
Wij   xi * y j

2. Hitung matriks bobot dari lapisan X ke lapisan Y
T

3. Recall pola input
y _ in i  xi *Wij

4. Tentukan nilai yi dengan membandingkan nilai y_ini dengan threshold
Jika y_ini >=  maka yi = 1
Jika y_ini <  maka yi = -1

5. Balik arah, cari nilai x_in i
x _ in j  y j * Wij

T

6. Tentukan nilai xi dengan membandingkan nilai x_inj dengan threshold
Jika x_inj >=  maka xj = 1
Jika x_inj <  maka xj = -1

7. Jika niai xi dan yj masih belum stabil, maka ulangi langkah 2-6.
Keterangan :
Wij

: Matriks bobot hubungan i ke-j

xi

: sinyal masukan ke-i

yj

: sinyal keluaran ke-j

Universitas Sumatera Utara

12

x_ini

: masukan hasil olahan ke-i

y_inj



: keluaran hasil olahan ke-j

2.7.

Learning Vector Quantization (LVQ)

: nilai ambang

Learning Vector Quantization (LVQ) adalah salah satu metode pembelajaran pada

lapisan kompetitif dengan pengawasan (terawasi). Suatu lapisan kompetitif akan
secara otomatis belajar untuk mengklasifikasikan input. Kelas-kelas yang didapatkan
sebagai hasil dari lapisan kompetitif ini hanya tergantung pada jarak antara input. Jika
beberapa input mendekati sama, maka lapisan kompetitif akan meletakkan input
tersebut ke dalam kelas yang sama.
Arsitektur Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ) :
Dimana X1, Xi,...¸ Xn adalah input, W11, Wij,..., Wrm adalah bobot dan Y1, Yj,..., Ym
adalah output.

Gambar 2.5 Arsitektur jaringan LVQ
Algoritma Pelatihan LVQ:
1. Tetapkan :
a. Bobot awal variabel input ke–j menuju ke kelas (cluster ) ke-i : Wij , dengan i =
1, 2, .., n; dan j = 1, 2, .., m
b. Maksimum epoch : MaxEpoh
c. Parameter learning rate, 
d. Pengukuran learning rate
e. Minimal learning rate yang diperbolehkan : Min
2. Masukkan :
a. Data input : Xij , dengan i = 1, 2, .., n; dan j = 1, 2, .., m

Universitas Sumatera Utara

13

b. Target berupa kelas Tk , dengan k = 1, 2, .., n
3. Tetapkan kondisi awal : epoch = 0;err = 1.

4. Kerjakan jika : (epoch  MaxEpoch) dan ( Min)
a. Epoch = epoch + 1;
b. Kerjakan untuk i = 1 sampai n
i.

Tentukan J sedemikian hingga |Xi – Wj| minimum; dengan j = 1, 2, .. , n

ii. Perbaiki Wj dengan ketentuan :


Jika T = Cj maka :



Jika T  Cj maka :

Wj(baru) = Wj(lama) + (Xi – Wj(lama))
Wj(baru) = Wj(lama)-(Xi – Wj(lama))

c. Kurangi nilai  .

Pengurangan  bisa dilakukan dengan  =  - (lama) ; atau
dengan cara :  =  * (lama)

Setelah dilakukan pelatihan, akan diperoleh bobot-bobot akhir (W). Bobot-bobot ini
nantinya akan digunakan untuk untuk pengujian terhadap data-data.

Algoritma Pengujian LVQ :
1. Masukkan data yang akan diuji, misal X ij ; dengan i = 1, 2,.., np ; dan j = 1, 2, ..,
m.
2. Kerjakan untuk i = 1 sampai dengan np
Tentukan J sedemikian hingga |Xi – Wj| minimum (Cj), dengan J = 1,2,.., n.
(Astuti, 2009)

2.8.

Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan adalah sekumpulan alat-alat tubuh yang berfungsi menerima
makanan, mencernanya menjadi nutrisi , menyerap serta mengeluarkan sisa-sisa
proses tersebut. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai dubur yang
panjangnya mencapai kurang lebih 10 meter. Saluran pencernaan dimulai dari mulut,
gigi, lidah, lambung, usus sampai ke dubur.

Universitas Sumatera Utara

14

Sistem saluran cerna, lambung, dan usus adalah pintu gerbang masuk zat-zat
gizi dari makanan, vitamin, mineral, dan cairan yang memasuki tubuh. Produk-produk
hasil dari pencernaan yang bermanfaat bagi tubuh melintasi selaput lendir (mukosa )
usus untuk masuk ke aliran darah dan getah-bening (limfe).

2.9.

Struktur Lambung-Usus

2.9.1. Lambung

Lambung merupakan suatu tabung elastis, yang lebar dan lunak dengan isi kosong ca
1,5l. Sesudah makan, lambung dapat diperbesar sampai 30 cm panjangnya dengan
volume 3-4 liter. (Tjay, 2005)
Lambung dibagi dalam tiga bagian, yakni bagian atas (fundus), bagian tengah
(corpus), dan bagian bawah (antrum) yang meliputi pelepasan lambung (pylorus).
Dinding lambung terdiri dari 3 lapis, yang luar bersifat membujur, yang tengah
sirkuler, dan yang paling dalam otot polos lurik. Fungsi lambung adalah sebagai
penampung makanan dan di tempat inilah makanan dicampur secara intensif dengan
getah lambung.

Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan
bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Hasil pencernaan makanan di
lambung secara mekanik dan kimiawi akan menjadikan makanan menjadi bubur yang
disebut bubur kim.

2.9.2. Usus halus

Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan membentang
dari pylorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus pada orang hidup sekitar 12
kaki (3.6 m) dan hampir 22 kaki (6,6 m) pada cadaver (akibat relaksasi). (Price, 2006)
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas
serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam terdiri atas serabutserabut sirkular . Usus halus mempunyai dua fungsi utama :
1.

Pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat
tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal.

2.

Absorpsi (penyerapan) bahan-bahan nutrisi dan air.

Universitas Sumatera Utara

15

2.9.3. Usus besar
Colon atau usus besar 1,5 m panjangnya dan memiliki daya absorpsi kuat untuk

cairan. Di sini banyak air yang tertinggal, bersama air, natrium dan mineral diserap
kembali. Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan
elektrolit. Sisa makanan yang mengandung zat-zat yang tidak dapat dicerna
dikeluarkan melalui dubur (anus) sebagai tinja. Selain itu tinja juga mengandung selsel jonjot yang sudah mati, kuman, dan sedikit air.

2.10. Penyakit Saluran Lambung-Usus
Di saluran lambung-usus dapat timbul berbagai gangguan yang ada kaitannya dengan
proses pencernaan, resorpsi bahan gizi, perjalanan isi usus yang terlampau cepat
(diare) atau terlampau lambat (konstipasi), serta infeksi usus oleh mikroorganisme.
Penyakit saluran cerna yang paling sering terjadi adalah radang kerongkongan
(reflux oesophagitis), radang mukosa lambung (gastritis), tukak lambung-usus (ulcus
pepticum), dankanker lambung-usus. Sebelum membahas obat-obat yang digunakan

untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut, maka akan dijelaskan secara singkat
gejala-gejala yang sering dialami penyakit tersebut. (Tjay, 2005)
1.

Radang Kerongkongan (reflux oesophagitis)
Kerongkongan tahan terhadap ludah, tetapi peka terhadap getah lambung dan
getah duodenum. Bila otot pada mulut lambung tidak tertutup dengan sempurna
maka dapat terjadi aliran balik dari isi lambung. Jika hal ini terus terjadi dalam
jangka waktu yang panjang maka mukosanya dapat dirusak oleh asam lambung
dan dapat menimbulkan luka (erosi) yang akan menyebabkan peradangan
(oesophagitis) dan akhirnya dapat berkembang menjadi tukak.

Universitas Sumatera Utara

16

Gejala-gejalanya:
a. Perasaan terbakar
b. Perih di belakang tulang dada disebabkan luka-luka mukosa yang bersentuhan
dengan makanan atau minuman yang merangsang (sari buah, minuman
bersoda)
c. Perasaan asam atau pahit di mulut.

2.

Radang Lambung (gastritis)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa

lambung. Bila mukosa lambung sering kali atau dalam waktu yang cukup lama
bersentuhan dengan aliran balik getah duodenum yang bersifat alkalis,
peradangan akan sangat mungkin terjadi dan akhirnya malah berubah menjadi
tukak lambung.
Gejala-gejalanya :
a. Adanya gangguan pada pencernaan.
b. Nyeri lambung.
c. Muntah-muntah akibat luka kecil di selaput lender.
d. Adakalanya terjadi pendarahan.

3.

Tukak lambung-usus (ulcus pepticum)
Selain gastritis masih terdapat banyak penyakit yang memegang peranan pada
terjadinya tukak lambung-usus. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya
dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar
tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
Gejala-gejalanya :
a. Perih di lambung 15-60 menit setelah makan.
b. Pendarahan lambung.
c. Anemia.
d. Kembung dan mual.

Universitas Sumatera Utara

17

4.

Kanker Lambung
Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insiden paling
tinggi. Kanker lambung atau dikenal sebagai gastric cancer merupakan kanker
yang berawal pada bagian lambung. Secara global, kanker lambung merupakan
penyebab kematian akibat kanker urutan ke-2 bagi pria maupun wanita.
Gejala-gejalanya :
a. Muntah-muntah.
b. Keluar BAB dengan warna hitam pekat.
c. Kehilangan berat badan mendadak.
d. Sakit kronis pada bagian perut.

2.11.

Obat Pencernaan

Obat-obat pencernaan digunakan untuk membantu proses pencernaan di seluruh
lambung-usus. Obat yang sering kali digunakan adalah asam hidroklorida, antasida
untuk menetralkan asam lambung, zat penghambat sekresi asam, antibiotika, obat
penenang, obat pembantu. Jadi tujuan pemberian obat adalah bukan untuk
menghilangkan penyakit melainkan untuk meringankan, atau mencegah penyakit
berdasarkan gejalanya. (Tjay, 2005)
1. Antasida

Zat pengikat asam atau antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa
lemah yang digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam
lambung. Penggunaannya bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus,
juga pada indigesti dan rasa “terbakar”, dan pada gastritis. Obat ini mampu
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya
bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila
diminum 1 jam sesudah makan.
2. Antibiotika

Antara lain amoksisilin, tetrasiklin, klaritromisin, dan tinidazol. Obat ini
digunakan dalam kombinasi sebagai triple atau quadruple therapy untuk
membasmi H.pylori dan untuk mencapai penyembuhan lengkap tukak lambungusus.

Universitas Sumatera Utara

18

3. Obat Penenang

Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat tukak lambung bertambah
parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan
kecemasan.

Universitas Sumatera Utara