TAP.COM - PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

PEMBELAJARAN
DI
LABORATORIUM

Pusat Pengembangan Pendidikan
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta

C

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan
cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit.

EDITOR
Harsono
PENATA LETAK & DESAIN COVER
Sutarto
ILUSTRATOR GAMBAR
Lingga Tri Utama

FOTOGRAPHER
Bimo (Gedung Pusat UGM)
Bambang Prastowo (Gerbang UGM)
Dicetak Oleh:
...................................................................
..................................................................
Yogyakarta, 2005
Cetakan Pertama, Desember 2005
ISBN No. ................................................

ii

Pengantar
Di dalam institusi pendidikan, laboratorium merupakan kelengkapan
fasilitas pembelajaran yang tidak boleh diabaikan. Dari kegiatan di
laboratorium, yang lebih dikenal sebagai praktikum, para pembelajar
memperoleh tambahan wawasan dan keyakinan akan teori-teori ilmiah
yang telah diperolehnya, baik melalui perkuliahan, diskusi, maupun
aktivitas mandiri. Dengan bekerja di laboratorium maka para pembelajar
akan membangun pengetahuannya secara nyata, yang dapat dihayati

dengan penggunaan berbagai alat canggih dan panca-indera. Hal ini
sangat relevan dengan kegiatan penelitian, yang dalam konteks
pendidikan dikenal sebagai research-based learning atau project-based
learning. Dengan demikian tujuan “pembelajaran di laboratorium” harus
dipahami secara jelas oleh para pembelajar. Di samping itu, “pembelajaran
di laboratorium” harus dikemas, disiapkan, dan ditawarkan sebagai suatu
aktivitas yang menyenangkan, menarik, menantang, dan memang perlu
untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi.

Yogyakarta, Desember 2005

Penyusun.

iii

PENYUSUN
Edia Rahayuningsih
Djoko Dwiyanto

KONTRIBUTOR

Harsono
H.C.Yohannes
Kusminarto
Achmadi Priyatmojo
Amitya Kumara
Ika Dewi Ana

iv

Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................
Daftar Isi
..............................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan .............................................................................................................

iii
v
1


Bab 2
Perkembangan pembelajaran di laboratorium .................................................

4

Bab 3
Tujuan dan kegunaan pembelajaran laboratorium ..........................................

6

Bab 4
Kendala umum pembelajatran di laboratorium ...............................................

14

Bab 5
Metode pembelajaran di laboratorium ...............................................................
Beberapa cara konvensional pembelajaran di laboratorium .................
1. Peragaan (demonstration) ........................................................................
2. Latihan (exercise) ......................................................................................

3. Penyelidikan terstruktur (structured enguiries) ...................................
4. Penyelidikan secara terbuka (open ended enguiries) ..........................
5. Proyek (project) .........................................................................................

17
20
20
21
21
22
22

Bab 6
Peningkatan pembelajaran di laboratorium ......................................................
1. Tujuan atau sasaran .................................................................................
2. Petunjuk pelaksanaan ..............................................................................
3. Asisten laboratorium terlatih ................................................................
4. Cara memfasilitasi ....................................................................................
5. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi ..........................


24
24
24
24
24
26

Bab 7
Pelaksanaan praktikum ...........................................................................................
Rencana pembelajaran praktikum ...............................................................
Metodologi praktikum .....................................................................................
Penyusunan tugas problema .........................................................................

27
27
27
27
v

Organisasi praktikum ..............................................................................

Bimbingan pada praktikum ....................................................................
Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut: .....
Peilaian praktikum ...................................................................................
Penyusunan laporan ................................................................................
Penilaian laporan ......................................................................................

28
28
29
31
32
33

Bab 8
Keselamatan kerja di laboratorium .....................................................................
A. Bahan kimia ...............................................................................................
B. Peralatan dan cara kerja .........................................................................
C. Langkah-langkah praktis .........................................................................
D. Aturan kerja di laboratorium ................................................................
E. Teknik kerja di laboratorium .................................................................

F. Keamanan kerja di laboratorium ..........................................................
G. Penaggulangan keadaan darurat ..........................................................
H. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) ...................................
I. Penang.anan limbah - Pembuangan limbah .......................................
J. Pertanyaan yang sering muncul dalam kerja laboratorium ...........
K. Database bahan kimia berbau, berbahaya, dan beracun (B3) ......

34
35
36
37
37
38
40
40
41
42
42
44


Bab 9
Insentif kerja laboratorium ...................................................................................

45

Daftar Pustaka ..........................................................................................................

46

vi

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PENDAHULUAN
Seperti layaknya pemahaman umum, yang dimaksud dengan laboratorium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang khusus untuk
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian untuk keperluan
penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Tetapi, akhir-akhir ini analog
dengan batasan itu berbagai disiplin ilmu pengetahuan sering menganggap
(claim) bahwa lapangan tempat mereka bekerja dan melakukan penelitian
juga dianggap sebagai laboratorium, sehingga disebut dengan

laboratorium lapangan. Sebagai contoh misal, ‘Gumuk Pasir’ di pantai
Parangtritis dianggap sebagai laboratorium sekaligus museum Geografi.
Sambung macan adalah laboratorium lapangan Geologi. Sangiran dan
Pacitan adalah laboratorium Geologi dan Arkeologi. Pegunungan Karst
Gunungkidul adalah laboratorium lapangan Geografi, Geologi, dan
Arkeologi. Kebun Percobaan Kalitirto, Berbah adalah laboratorium
lapangan ilmu-ilmu Pertanian. Hutan Wanagama adalah laboratorium
lapangan Kehutanan.
Secara konvensional laboratorium sekurang-kurangnya dapat dibagi
menjadi tiga kategori yaitu (Hachette, 1989).:
1. Tempat yang diatur dan dilengkapi dengan peralatan untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ilmiah (scientific) atau teknik,
misalnya laboratorium Fisika, laboratorium Kimia, atau
laboratorium Fotografi.
2. Laboratorium Bahasa, yaitu tempat yang khusus diatur untuk
pembelajaran khusus bahasa asing dengan bantuan audiovisual.
1

Pembelajaran di Laboratorium


3.

Laboratorium Ruang Angkasa yang dipergunakan untuk
merealisasikan percobaan-percobaan ilmu pengetahuan tentang
ruang angkasa.

Demikian luasnya pengertian tentang laboratorium, maka dalam buku
ini terutama akan diuraikan tentang seluk beluk laboratorium yang
dirancang dan diatur secara khusus untuk melaksanakan pekerjaanpekerjaan ilmiah dan pembelajaran, baik bidang eksata maupun non
eksata terutama yang terdapat di lingkungan Universitas Gadjah Mada.
Berdasarkan struktur organisasi dan rincian tugas yang berlaku saat
ini di Universitas Gadjah Mada terdapat Unit Kerja yang disebut dengan
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT). Secara struktural
unit kerja ini berada di bawah kendali Wakil Rektor Bidang Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat yang terdiri atas:
1. Bidang Layanan Penelitian dan Pengembangan.
2. Bidang Layanan Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi.
3. Bidang Layanan Penelitian Pra-Klinik dan Pengembangan Hewan
Percobaan.
Masing-masing bidang di atas memiliki rincian tugas sebagaimana diatur
dalam Surat Keputusan Rektor UGM nomor: 259/P/SK/HT/2004.
Selain laboratorium-laboratorium yang dapat diorganisasikan oleh
LPPT- UGM, masih terdapat berbagai laboratorium yang dikelola oleh
Jurusan dan atau Program Studi yang sifatnya khas, baik bidang eksata
maupun noneksata. Sebagai contoh laboratorium studi Sosiologi dan
Sosiatri (FISIPOL) di salah satu desa di Kabupaten Sleman, laboratorium
Arkeologi, laboratorium Etnofotografi, laboratorium Antropologi, dan
laboratorium Kearsipan di Fakultas Ilmu Budaya, serta Laboratorium
Bioantropolgi dan Paleoantropologi di Fakultas Kedokteran. Selain itu
dalam bidang Arkeologi masih dikenal adanya Laboratorium Konservasi
yang klasifikasinya disesuaikan dengan kemampuan peralatan dan Sumber
Daya Manusia (tenaga ahli) yang tersedia di laboratorium itu.
2

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Laboratorium-laboratorium tersebut dibangun berdasarkan suatu
kesadaran penuh bahwa pembelajaran di laboratorium mempunyai posisi
penting dalam pendidikan, karena dalam rangka mencapai tujuan yang
bersifat multi dimensi dalam proses pembelajaran, diperlukan strategi
pembelajaran yang memadai. Salah satu strategi pembelajaran yang
dianggap dapat mencakup tiga ranah sekaligus (kognitif, afektif, dan
psikomotor) adalah pembelajaran di laboratorium.
Pembelajaran di laboratorium merupakan proses pembelajaran
termahal di antara proses pembelajaran yang lain. Selain itu sebagian
besar pembelajaran di laboratorium berhubungan dengan peralatan yang
mahal, zat kimia yang berbahaya, listrik tegangan tinggi, peralatan
berputar, peralatan dengan suhu atau tekanan tinggi, dan risiko-risiko
lainnya. Oleh karena itu pembelajaran laboratoriun yang efektif, efisien,
dan aman perlu dirumuskan, diketahui, dan difahami oleh seluruh sivitas
akademika. Berdasarkan hal-hal tersebut, buku ini ditulis agar risiko dari
pembelajaran di laboratorium dapat dicegah. Buku ini ditulis dengan
kemasan singkat, sederhana, dan praktis, karena buku ini diharapkan
dapat menjadi inspirasi awal tentang pembelajaran di laboratorium dan
dapat memunculkan inspirasi melakukan peninjuan ulang atau usaha
penyempurnaan terhadap pembelajaran di laboratorium. Bila diperlukan
informasi lebih rinci saat proses perumusan atau penyempurnaan
pembelajaran di laboratorium dapat dicari dari berbagai sumber dan
internet yang tersedia, atau menghubungi Pusat Pengembangan Pendidikan
UGM.

3

Pembelajaran di Laboratorium

PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN
DI LABORATORIUM
Penggunaan laboratorium untuk sarana pembelajaran di universitas
mulai diperkenalkan pada pertengahan abad sembilan belas dalam
rangka untuk mendukung meningkatnya jumlah mahasiswa yang
mempelajari ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Pada awalnya
praktikum dimaksudkan untuk meningkatkan keahlian mahasiswa dalam
pengamatan, dan meningkatkan ketrampilan, serta sebagai sarana berlatih
dalam menggunakan peralatan. Beberapa penelitian membandingkan

pembelajaran di laboratorium dengan metode pembelajaran yang lain
menunjukkan bahwa praktikum di laboratorium lebih efektif untuk
memperoleh kemampuan pengamatan dan ketrampilan teknik, tetapi
4

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

kurang efektif untuk pembelajaran ilmu pengetahuan faktual, konsep,
penelitian ilmiah, atau ketrampilan pemecahan masalah.
Selama dua puluh lima tahun belakangan ini selalu dilakukan
peninjauan kembali mengenai fungsi, kegunaan, dan metode dalam
pembelajaran di laboratorium. Pada diskusi-diskusi yang telah dilakukan
muncul beberapa keprihatinan, temuan, atau kendala yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Tingginya biaya kerja di laboratorium membuat semakin sulit untuk
menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memenuhi standar
yang diperlukan;
2. Adanya keterbatasan waktu dan banyaknya program kerja
menyebabkan kesulitan dalam menyusun silabus, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas;
3. Laboratorium yang telah ada (konvensional) bekerja kurang
efektif, sehingga kurang mendukung proses pemahaman konsepkonsep perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk penyelesaian persoalan.
Berdasarkan temuan dalam rangka peninjauan ulang terhadap proses
pembelajaran di laboratorium konvensional, dapat disimpulkan bahwa
perlu ditambahkan beberapa hal antara lain: kegiatan untuk meningkatkan
pengalaman dan kemampuan kognitif, mengurangi pekerjaan yang
sifatnya pengulangan, serta menyusun aktivitas-aktivitas yang hemat waktu.
Pembelajaran di laboratorium saat ini cenderung berubah dari cara dan
peran pengajaran menjadi lebih berorientasi pada pembelajaran
mahasiswa secara madiri (independent learning by students). Saat ini,
pembelajaran di laboratorium dimaksudkan untuk:
1. Pembelajaran ketrampilan sesuai dengan subjek praktikum
2. Pemahaman prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan tahap-tahap
dalam penelitian ilmiah.
3. Mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah secara
sistematik.
4. Membina pengembangan sikap atau perilaku profesional, praktis,
dan komitmen.
5

Pembelajaran di Laboratorium

TUJUAN DAN KEGUNAAN PEMBELAJARAN
LABORATORIUM

Dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam
proses pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran di laboratorium
sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai
berikut:
Ketrampilan kognitif yang tinggi
l Berlatih agar dapat memahami teori
l Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintregasikan
l Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata
Ketrampilan afektif
l Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri
l Belajar bekerja sama
l Belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya
l Belajar menghargai bidangnya
Ketrampilan psikomotor
l Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan
l Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu

6

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Contoh tujuan instruksional pembelajaran di laboratorium dirumuskan
dalam tabulasi sebagai berikut:
TAHAP
A
PROBLEMA

KEGIATAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL

1.

l

Mengenali

l

l
l

2.

Analisis

l

l
l

3.

Formulasi

l

4.

Kriteria

l

Mengenali suatu masalah
(tugas)
memperkirakan formulasi
masalah
menyelesaikan masalah
membayangkan relevansi
problema di bidangnya
Menentukan hubungan
antara berbagai aspek
Menentukan aspek pokok
Menghubungkan problema
dengan teori dan prinsip
Menyusun problema dalam
bentuk soal dan pertanyaan
yang masing-masing ada
jawabannya, hal ini dapat
membantu memformulasikan
pemecahan
Menentukan kriteria untuk
suatu problema

7

Pembelajaran di Laboratorium

B
INFORMASI

1.

Mengumpulkan.

l

l
l
l

2.

Menganalisis

l

3.

Mengarahkan.

l

l

C
HIPOTESIS

1.

Menyusun

l

l

2.

Menyeleksi

l

3.

Kriteria

l

l

8

Mengetahui di mana dapat
dicari
Memperkirakan relevansinya·
Mencari bahan bacaan
Memperoleh input dari
percobaan yang kasar
Menilai keterandalan dan
relevansi untuk suatu
problema
Menilai apakah memberi
penjelasan tentang problema
Menurunkan model teoritik
dan menghubungkan dengan
problema.
Menilai apakah hipotesis atau
fakta
Menyusun hipotesis yang
dapat diuji
Memilih yang berguna dan
yang dapat diuji dalam waktu
tertentu dengan peralatan
yang ada
Menentukan apakah hasil
percobaan cukup utuk
membuktikan kebenaran
hipotesis
Menurunkan kriteria untuk
percobaan

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

D
PERCOBAAN

1.

Rencana

l

l

l

l

l

l

2.

Mengerjakan

l
l
l

l

3.

Statistik

l
l

l

l

Menyusun percobaan yang
dapat membuktikan
kebenaran hipotesis
Memperkirakan apakah
kriteria (C-3) dipenuhi
Memperkirakan keterbatasan
alat-alat, alat ukur, dan
ketrampilan
Membuat rencana kerja yang
lengkap
Memperbaiki ketrampilan bila
perlu
Merencanakan percobaan
untuk mengontrol hasil
percobaan
Mengerjakan rencana
Memakai peralatan
Mengukur dengan ketelitian
yang dikehendaki
Mencatat data/pikiran
secara sistematis
Menyusun data secara logis
Membagi data sesuai dengan
relevansi
Memperkirakan keterandalan/keseksamaan
Memakai metode statistik
untuk menghitung
keterandalan

9

Pembelajaran di Laboratorium

l

l

l

E
KESIMPULAN

4.

Optimalisasi

l

1.

Hipotesis

l

l

l

l

2.

Problema

l

l

l

10

Mengektrapolasi/intrapolasi
data, dan memperkirakan
apakah diperbolehkan
Membandingkan dengan
informasi yang lain
Menilai hasil sementara
secara kritis
Atas dasar evaluasi menyusun
rencana kerja yang lebih baik
untuk membuktikan
kebenaran hipotesis
Membedakan relevansi yang
kebetulan dan yang sebabakibat.
Menentukan apakah ada
cukup data
Melihat hubungan-hubungan
yang ada
Merumuskan kesimpulan
tentang hipotesis-hipotesis
Menilai kesimpulan terhadap
kriteria, teori-teori
Bila penilaian itu negatif
bersedia mengulang
prosedur
Mencari alasan bila ada
kesimpulan kurang menentu

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

F
LAPORAN

1.

Catatan

l

2.

Laporan

l

Mencatat semua pikiran yang
berhubungan dengan
aktivitas pada tahapan lain
Melaporkan metode dan
prosedur, data dan
interpretasi
q
Supaya kebenaran
dapat dibuktikan dan
dikontrol
q
Supaya dengan mudah
pokok permasalahan
dapat dimengerti
q
Supaya pembaca dapat
melihat guna atau
manfaat.

Tujuan instruksional ini belum lengkap dan masih perlu dirinci dan
disesuaikan untuk masing-masing kegiatan praktikum yang dilakukan.
Tidak diragukan lagi bahwa pembelajaran di laboratorium memiliki
beberapa kegunaan, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan materi teori yang tidak bisa diajarkan di tempat
lain.
2. Menyajikan dan menjelaskan bahan ajar.
3. Menumbuhkembangkan kemampuan psikomotorik.
4. Meningkatkan kemampuan dalam mengikuti petunjuk.
5. Membiasakan mahasiswa dengan peralatan/instrumen dan
perlengkapan praktikum.
6. Membiasakan mahasiswa merancang dan mengkonstruksi
peralatan percobaan.
11

Pembelajaran di Laboratorium

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Meningkatkan keahlian/ketrampilan pengamatan.
Meningkatkan keahlian/ketrampilan dalam mengumpulkan dan
interpretasi data.
Meningkatkan kemampuan menjelaskan hasil percobaan.
Meningkatkan kemampuan menulis secara koheren dan
argumentasi yang bagus dan terarah.
Meningkatkan kemampuan belajar mandiri.
Mendorong kemandirian berfikir.
Merangsang pemikiran yang mendalam mengenai interpretasi
percobaan.
Meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pemecahan masalah
dengan variabel berjumlah besar dan banyak kemungkinan cara
pemecahannya.
Mendorong inisiatif, semangat berusaha, dan pemberdayaan akal.
Meningkatkan tanggung jawab dan keandalan personal untuk
melakukan percobaan.
Mananamkan kemampuan mengukur secara tepat dan seksama
Menumbuhkembangkan kepercayaan/keyakinan pada
kemampuan diri.
Menumbuhkembangkan kecerdikan/keahlian.
Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teoari.
Menanamkan kemampuan merancang percobaan dan
menafsirkan data yang diperoleh.
Melatih penulisan laporan teknik.
Memuaskan keingintahuan peserta didik.
Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan pemahaman tentang
metologi ilmiah/ rekayasa melalui penyelidikan eksperimental.

Karena kegunaan pembelajaran di laboratorium sangat banyak, maka
sangat sulit dibuat suatu laboratorium yang dapat memenuhi semua
kegunaan tersebut. Oleh karena itu tiap-tiap modul/ topik/ program
12

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

pembelajaran laboratorium harus memiliki butir-butir maksud/ tujuan/
kemanfaatan yang diutamakan.
Pertanyaan-pertanyaan relevan untuk membantu dalam penetapan
sasaran dalam pembelajaran laboratorium antara lain:
l
Manakah yang lebih penting, operasi dan peralatan atau azas
yang dijelaskan olehnya?
l
Manakah yang akan ditekankan, percobaan atau hasil
percobaannya
l
Apa fokusnya, mendapatkan data/ informasi yang tepat dan
seksama atau menafsirkan dan menyampaikan hasilnya?

13

Pembelajaran di Laboratorium

KENDALA UMUM PEMBELAJARAN
DI LABORATORIUM

Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada kecenderungan
pembelajaran di laboratorium untuk tujuan peningkatan ketrampilan tingkat
rendah, hanya mempelajari pengetahuan bagian permukaan atau
pengetahuan dengan tingkat pemahaman rendah terhadap hubungan
antara teori dan praktik. Selain itu sering dijumpai kebiasaan negatif yang
dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran di laboratorium, biaya
pelaksanaan yang tinggi, kurang efektifnya pemanfaatan biaya karena
rendahnya perhatian dosen dalam pelaksanaan kegiatan, dan tidak
sebandingnya fungsi praktikum terhadap jumlah waktu yang dicurahkan
untuk kegiatan tersebut. Beberapa kendala umum dan penyebab
rendahnya mutu pembelajaran praktikum di laboratorium, adalah sebagai
berikut:
l

l

14

Sering kali praktikum di laboratorium menjadi sebuah kebiasaan
karena mahasiswa mengikuti petunjuk rutin dan tidak
menggunakan kemampuan berpikirnya.
Sering kali ada anggapan bahwa proses pembelajaran terjadi
dengan sendirinya jika mahasiswa diberi informasi. Hal ini tidak
benar, karena pemahaman secara tuntas dalam proses
pembelajaran diperlukan beberapa faktor antara lain; waktu
untuk belajar, pemikiran, keseriusan, komitmen, dan ekplorasi aktif
mahasiswa untuk memperoleh pengalaman tersebut. Oleh sebab
itu praktikum di laboratorium yang didominasi dengan instruksi

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

l

l

oleh dosen/instruktur akan menyebabkan sedikitnya jumlah
mahasiswa yang mau mengembangkan komitmen, pemikiran, dan
eksplorasi aktifnya (Ramsden,1992).
Potensi pembelajaran di laboratorium sangat tergantung pada
program yang disusun (konsep kunci), tetapi tingkat pemahaman
dalam pembelajaran praktikum sering kali terbatas pada
pembelajaran di bagian luar di mana ilmu pengetahuan
ditempatkan di dalam unit isolasi dan tidak terhubung dengan
pembelajaran ilmu yang lainnya.
Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) sebelum
melakukan praktikum adalah penting oleh karena itu bekal ilmu
pengetahuan sebelumnya yang tidak cukup menyebabkan
mahasiswa sulit mengikuti proses pembelajaran praktikum di
laboratorium. Bila mahasiswa baru saat masuk universitas memiliki
pengertian yang keliru tentang fenomena ilmiah dan tidak mau
menanggalkan pola pikir lama mereka, serta secara kaku
mengikuti tata cara pembelajaran yang terstruktur, maka hal ini
cenderung menambah kelangsungan ketidakesfisiensian
pembelajaran di laboratorium. Oleh karena itu kebebasan untuk
merancang percobaan dan “menemukan” ilmu pengetahuan baru
di laboratorium menjadi menurun.

Hal lain sebagai penyebab rendahnya kualitas pembelajaran di
laboratorium adalah rendahnya dukungan fasilitas di laboratotium. Kualitas
pembelajaran di laboratorium merupakan penggabungan antara dukungan
dan tantangan, secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut
(Horabin and Williams, 1992): Gambar 1.

15

Pembelajaran di Laboratorium

Tinggi

Tantangan yang berlebihan
tanpa dukungan. Banyak
mahasiswa “hilang” dan
“pindah”

Paduan yang tepat antara
tantangan dan dukungan sesuai
dengan rencana, kemajuan,
dan kesempatan

Derajat
Tantangan

Informasi berlebihan
menyebabkan belajar
menghapal, menjemukan dan
memerlukan banyak waktu.

Terlalu banyak aturan tetapi
“spoon-feeding” seperti
memberikan jawaban yang
benar dan mahasiswa tidak
perlu berfikir

Rendah

Derajat Dukungan

Tinggi

Gambar 1. Tingkat dukungan dan tantangan dalam pembelajaran di
laboratorium

16

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses
pembelajaran melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/
instruktur perlu memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan
praktikum agar mahasiswa dapat mengungkapkan percobaan mereka
secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu.
Gambar 2 menyatakan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran:

Pengalaman
Nyata

aktif melakukan
percobaan

Pengungkapan
Pengamatan

Pengintisarian
Pemahaman

Gambar 2. Siklus pengalaman dalam proses pembelajaran
Peran dosen/instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh
pengalaman dalam proses pembelajaran dituliskan sebagai berikut:
17

Pembelajaran di Laboratorium

Mahasiswa
v Secara aktif mencari
pengalaman
v Menggambarkan/menguji
ide dan asumsi-asumsi
v Membagi pengalaman,
menjelaskan, memilih
cara kerja
v Membangun rasa percaya
diri

Dosen/instruktur
v Merencanakan dan
membagi tugas-tugas
v Mengamati, memberi umpan
balik, membimbing, dan
membantu
v Memberi bantuan jika
diperlukan dan membantu
menghubungkan dengan
kenyataan
v Mendorong, mendukung, dan
memastikan

Para dosen/instruktur di laboratorium perlu memperhatikan
perbedaan antara belajar untuk menghafal dan belajar untuk memahami
serta perbedaan posisi pada rangkaian kesatuan pembelajaran di
laboratrorium. Contohnya, simbol dan rumus kimia bisa dipelajari dengan
cara dihafal atau difahami, bisa juga diajarkan dengan cara lain yaitu
melalui resep, percobaan, atau tugas problema (Yorke, 1981).

18

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Pembelajaran
pemahaman

Pembelajaran
Hapalan

Pengoperasian
peralatan
dengan
pemahaman

Percobaan rutin
untuk
membuktikan
teori

Bahan
terprogram
ada format
operasionalnya

Pengoperasian
peralatan
tanpa
pemahaman

Percobaan rutin
yang tidak
berhubungan
dengan teori

Berlatih
praktik

Pembelajaran
Resep

Tersedia
Petunjuk

Dipilih oleh
mahasiswa

Kegiatan

Dipilih oleh
dosen

Pembelajaran
Mandiri

Gambar 3. Kegiatan praktik dihuhubungkan dengan pembelajaran
teori
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar
sendiri dan saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Meskipun
secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium mahasiswa belajar
dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen menyediakan percobaan, tugas,
instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Agar bisa melakukan tugas tersebut,
dosen perlu memiliki ketrampilan seperti yang dinyatakan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ketrampilan dosen dan kegunaannya dalam pembelajaran di
laboratorium

19

Pembelajaran di Laboratorium

Ketrampilan Dosen
1. Memperagakan dan
menjelaskan
2. Bertanya, mendengar, dan
merespon
3. Mengarahkan dan memberi
umpan balik
4. Menyiapkan sebuah
rangkaian pembelajaran di
laboratorium dan segala
aktivitasnya

Kegunaan
1. Menumbuhkan dan
mempertahankan ketertarikan
mahasiswa
2. Melatih teknisi dan asisten
3. Membantu mahasiswa dalam
belajar
4. Memfasilitasi

Beberapa Cara Konvensional Pembelajaran di Laboratorium
Secara umum cara pembelajaran di laboratorium dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenjang yaitu: 1. peragaan, 2. latihan, 3.
penyelidikan terstruktur, 4. penyelidikan secara terbuka, dan 5. proyek.
Penjenjangan ini didasarkan atas derajat ketersediaan informasi dan waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

1. Peragaan (demonstration)
Peragaan umumnya dirancang untuk mengilustrasikan garis besar
prinsip-prinsip teoritik dalam perkuliahan. Peragaan sebaiknya dilakukan
secara singkat di akhir kuliah. Dengan peragaan ini prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan materi perkuliahan dapat tidak mudah dilupakan. Oleh
karena itu peragaan/demonstrasi sebaiknya tidak dilakukan di awal
kuliah, karena prinsip-prinsip dari materi tersebut belum diketahui oleh
mahasiswa.

20

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

2. Latihan (Exercises)
Latihan adalah percobaan terstruktur agar mahasiswa dapat mengikuti
suatu instruksi dengan tepat, memperoleh kemampuan observasi, dan
menjadi trampil. Latihan dimaksudkan juga untuk menegaskan teori dan
dengan sarana yang relatif terbatas dapat menanamkan informasi ilmu
pengetahuan baru. Latihan yang diulang-ulang secara terus menerus
dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengerti tujuan pembelajaran
tersebut.

3. Penyelidikan terstruktur (Structured enquiries)
Penyelidikan terstruktur merupakan bagian dari percobaan terstruktur
di mana mahasiswa diminta mengembangkan prosedur sendiri dan
menginterpretasikan hasilnya. Mereka harus trampil dalam pemecahan
masalah juga terampil dalam interpretasi, observasi, dan pekerjaan tangan
(manual).

21

Pembelajaran di Laboratorium

4. Pernyelidikan secara terbuka (Open ended enquiries)
Penyelidikan secara terbuka dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi sebuah problema, memformulasikan penyelesaian,
mengembangkan/menyusun pelaksanaan percobaan, menginterpretasikan hasil, dan mengetahui penerapannya. Beberapa batasan dapat
diberikan pada pelaksanaan penyelidikan ini misalnya waktu, peralatan,
dan bahan. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
ketrampilan pemecahan masalah dengan derajad lebih tinggi dan untuk
peningkatkan keahlian meneliti dengan derajad yang lebih rendah.

5. Proyek (Project)
Proyek didasarkan pada percobaan dengan skala waktu panjang,
belajar di lapangan, atau rangkaian percobaan yang biasanya sebagai
tugas akhir untuk syarat lulus. Dengan kegiatan ini mahasiswa menjadi
mampu:
v Menggali lebih dalam bidang yang diamati
v Mengembangkan insiatif dan pemberdayaan akal
v Meningkatkan keingintahuan intelektual
v Mengembangkan inovasi dengan sepenuhnya
Proyek memberikan pengalaman pembelajaran yang sempurna tetapi
memerlukan waktu relatif banyak bagi mahasiswa dan pembimbing. Proyek
bisa ditangani secara individu atau sebuah tim. Kerja tim ada kemungkinan
muncul permasalahan sehubungan dengan penaksiran tugas atau maksud
proses pengalaman belajar tetapi kerja tim memiliki banyak keuntungan
yaitu meningkatkan kemampuan kerja sama dengan orang lain.
Hierarki ketrampilan yang dapat dimiliki dalam berbagai metode
pembelajaran di laboratorium tersebut perlu diketahui, sehingga dapat
dimengerti sasaran pembelajaran untuk masing-masing metode. Tabel 2
menyatakan skema analisis hierarki pembelajaran di laboratorium. Tabel
ini sangat berguna untuk menentukan level penelitian ilmiah berdasarkan
tingkat kemandirian murid dalam hal kemampuan menyelesaiakan masalah
(Hegarty,1978).
22

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Tabel 2. Aras Pemahaman Ilmiah Dalam Kerja Laboratorium

Given= informasi diberikat oleh dosen, Open = mahasiswa mencari informasi sendiri

Istilah pembelajaran di laboratorium yang lazim dikenal di masyarakat
kita sampai saat ini yaitu; Kegiatan 1 dikenal sebagai peragaan, kegiatan
2, 3, dan 4 dikenal dengan praktikum, sedangkan kegiatan 5 dikenal
dengan proyek atau penelitian.

23

Pembelajaran di Laboratorium

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI
LABORATORIUM
Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu
diperhatikan dalam peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu:
1. Tujuan atau sasaran
Tujuan dan sasaran dari setiap sesi praktikum perlu dirumuskan dengan
jelas. Hal ini untuk meminimasikan kemungkinan terjadinya suatu keadaan
yaitu sasaran yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting
tidak tercapai.
2. Petunjuk pelaksanaan
Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak
membingungkan. Hal ini harus dirancang agar mahasiswa dapat menangkap
dengan jelas gambaran penting tentang peralatan atau bahan-bahan
yang diperlukan. Diagram alir (flow chart), pohon keputusan, dan
pernyataan tertulis yang dilengkapi dengan diagram yang jelas sangat
diperlukan untuk perintah-perintah yang kompleks.
3. Asisten laboratorium terlatih
Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan
tugas dengan baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu
mahasiswa dalam melakukan kegiatan sebagai berikut:
l
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk.
l
Menyelesaikan permasalahan yang muncul.
l
Mengatur peralatan.
l
Memeriksa fungsi peralatan.
24

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan.
Mencatat metode atau hasil.
Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau
dengan hasil percobaan lainnya.
Jadi, asisten laboratorium haruslah memahami percobaan dan terbiasa
dengan peralatan serta prosedurnya, sehingga bisa membantu mahasiswa.
Dosen yang bertanggung jawab dalam praktikum harus dapat membantu
para asisten dengan menyediakan buku pedoman kerja laboratorium.
Buku pedoman/panduan kerja laboratorium tersebut harus menguraikan
percobaan secara ringkas dan sebagai petunjuk bagi asisten/pelaksana
tentang apa yang harus dilaksanakan selama melaksanakan kegiatan di
laboratorium. Dosen sebaiknya juga meluangkan waktu melatih asisten
laboratorium untuk meningkatkan keahliannya/kemampuannya. Hal-hal
yang perlu diperkenalkan kepada para asisten agar asisten laboratorium
memperoleh keahlian yang berguna dalam kegiatan:
l
Mengamati mahasiswa dalam bekerja.
l
Mengantisipasi kesulitan umum dari proses pemahaman.
l
Mengenali kesulitan umum dari proses pemahaman.
l
Memberikan pandangan umum, menguraikan dengan jelas proses
dan prosedur praktikum.
l
Memberikan petunjuk/perintah.
l
Memberi pertanyaan untuk klarifikasi kesulitan dari proses
pemahaman.
l
Memberi pertanyaan untuk mengarahkan mahasiswa ke seluruh
aktivitas.
l
Menjawab pertanyaan mahasiswa secara sederhana, langsung,
dan dengan tidak mengkritik.
l
Memberikan dukungan dan dorongan
l
Bertindak dengan tepat saat memberi bantuan ke mahasiswa.
l
l
l

4. Cara memfasilitasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di
laboratorium sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mandiri dan
saling belajar dengan temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi agar
25

Pembelajaran di Laboratorium

hal tersebut dapat tercapai. Fasilitas yang disediakan ini sebaiknya secara
eksplisit berisi tujuan percobaan, perintah yang jelas, dan diagram carakerja
yang jelas. Fasilitas tersebut dapat disajikan dalam bentuk:
l
Serangkaian slide untuk memperlihatkan proses, prosedur yang
kompleks, atau peralatan yang rumit.
l
Tape recorder berisi instruksi, penjelasan, dan cara penghitungan
l
Gambar di dinding untuk memajang instruksi, demonstrasi, dan
deskripsi peralatan.
l
Video untuk menyediakan instruksi, cara kerja peralatan, dan
peragaan teknis atau prosedur.
l
Program-program komputer untuk menjelaskan percobaan,
menyediakan petunjuk, untuk menggambarkan hasil hitungan,
dan menulis pertanyaan-pertanyaan.
l
Video interaktif untuk simulasi di laboratorium (video dan
komputer).
5. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi diri
Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang semua
aspek aktivitas di laboratorium. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi
pertanyaan kepada mahasiswa sebelum melakukan penelitian/percobaan
atau tugas dan diulang lagi setelah selesai melakukan penelitian/
percobaan tersebut. Dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berisi
petunjuk point-point yang dipandang penting. Pertanyaan-pertanyaan ini
juga dapat memotivasi mahasiswa untuk memeriksa apakah mereka sudah
melaksanakan prosedur secara benar.
Daftar pengecekan untuk evaluasi diri dapat digunakan sebagai alat
bantu yang sangat berguna dalam hal peningkatan pembelajaran di
laboratorium. Hal ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menguji
apakah tugas-tugas telah dilakukan dengan benar, apakah impilikasinya,
dan bagaimana mereka akan memperbaiki? Jika mereka bekerja secara
beregu (tim) mereka dapat saling mengevaluasi, satu dengan yang lain,
dengan bantuan daftar pengecekan ini.
26

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Rencana pembelajaran praktikum
Dalam pembelajaran praktikum diperlukan prosedur yang disusun
secara logis dan sesuai untuk melatih ketrampilan, agar tujuan benarbenar dapat tercapai.
Metodologi praktikum
Metode praktikum mencakup semua kegiatan yang harus dipelajari
dalam praktikum, seperti: menganalisis problema, mengumpulkan informasi,
menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, dan menarik kesimpulan.
Pada akhir studi mahasiswa harus memiliki semua ketrampilan itu. Ini berarti
bahwa ketrampilan-ketrampilan itu selama proses pembelajaran harus
mendapat perhatian secara bertahap dan teratur. Mahasiswa harus
melakukan tugas-tugas praktikum secara berangsur meningkat dalam
kesukaran dan kerumitan. Dengan tugas-tugas tersebut mahasiswa melatih
diri. Dalam berlatih mahasiswa akan memerlukan petunjuk-petunjuk yang
heuristik (Dikti, 1982)
Penyusunan tugas problema
Suatu tugas praktikum harus mencakup suatu problema pada tingkat
kemampuan mahasiswa, yang memungkinkan melatih semua ketrampilan
yang penting dalam praktikum tersebut. Kemampuan mahasiswa berbeda
maka suatu tugas tidak dapat sesuai untuk semua mahasiswa. Karena itu,
para asisten harus menyesuaikannya, misalnya suatu tugas dapat dibuat
lebih mudah atau lebih sukar.
27

Pembelajaran di Laboratorium

Organisasi praktikum
Praktikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari,
yang bertujuan untuk mendalaminya. Untuk mengikuti sesuatu praktikum
sebaiknya ada persyaratan seperti sudah lulus kuliah-kuliah yang
berhubungan dengan praktikum tersebut. Karena itu dimungkinkan tidak
perlu mengadakan ujian masuk praktikum. Tugas praktikum harus
sedemikian sehingga dapat diselesaikan dalam beberapa perioda
praktikum. Per perioda praktikum (4 jam), diharapkan mahasiswa bekerja
sendiri sekitar 1,5 jam untuk persiapan, perhitungan atau laporan. Karena
itu bagian persiapan, bagian diskusi kesalahan dan ketelitian dan bagian
pembuatan laporan harus dilakukan selama praktikum. Hal ini penting
terutama pada tingkat studi yang rendah.
Bimbingan pada praktikum
Pelaksanaan praktikum memerlukan sesuatu organisasi yang baik dan
cara bimbingan yang tepat, sehingga mahasiswa dapat belajar dari
kesalahannya. Terutama bimbingan harus diarahkan agar mahasiswa sibuk
secara sadar. Bimbingan hanya akan berjalan baik, bila kelompok
mahasiswa tidak terlalu besar. Untuk kebanyakan praktikum bimbingan ini
tidak dapat diserahkan kepada asisten-mahasiswa. Dari segi efisiensi proses
pendidikan, seorang dosen akan lebih baik membimbing praktikum dan
menulis teorinya dalam diktat daripada memberi kuliah dan menyerahkan
praktikum pada asisten-mahasiswa.
Bila dipakai asisten-mahasiswa haruslah mereka dilatih sebaik-baiknya.
Baik dosen maupun asisten haruslah mengadakan persiapan yang cukup
untuk mengemban tugas sebagai pembimbing. Sebagai seorang
pembimbing ia harus pernah melakukan sendiri tugas-tugas praktikum
sebelumnya dan memikirkan cara-cara pemecahan alternatif. Di samping
itu ia harus pula mengusahakan dan menyediakan informasi mengenai
teori dan alat dalam bentuk tulisan, sehingga ia dapat mencurahkan
perhatian sepenuhnya pada tugas yang sebenarnya yaitu membimbing
dan mengarahkan proses belajar para mahasiswa.
28

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut:
1. Persiapkan dengan baik; kerjakan tugas/percobaan dan pikirkan
alternarif pemecahannya.
2. Persiapkan bahan tertulis yang dapat mengarahkan mahasiswa
yang mengalami kesulitan dengan suatu tugas. Bahan tertulis
tersebut diberikan bila perlu.
3. Aturlah agar mahasiswa mempersiapkan diri; berikan bahan
orientasi yang terarah dan soal-soal yang dapat diselesaikan
sebelumnya.
4. Bimbinglah mahasiswa secara perorangan; jangan memberikan
kuliah lisan kepada kelompok mahasiswa.
5. Bimbinglah kelompok mahasiswa yang sama selama beberapa
minggu berturut-turut, supaya dapat memperhatikan dan dapat
menghilangkan kelemahan-kelemahan mahasiswa langkah demi
langkah.
6. Ingat bahwa waktu sangat terbatas: kalau ada 10 mahasiswa,
berarti hanya tersedia 6 menit per orang per jam.
7. Gunakanlah waktu itu supaya ada kontak singkat berulang kali;
tidak satu kali 6 menit tetapi 3 kali 2 menit.
8. Ingatlah bahwa mahasiswa takut memperlihatkan kelemahan;
karenanya sebutkan juga titik yang positif.
9. Perhatikan cara kerja mahasiswa, pertama apakah sesuai dengan
metode, baru kemudian apakah benar sesuai bidang ilmu.
Lebih khusus pada cara kerja harus diperhatikan:
10. Analisis tugas: sering mahasiswa terlalu cepat menyusun rencana
pengukuran tanpa menelusuri terlebih dahulu kriteria apa yang
harus dipenuhi.
11. Rencana tugas: belajar merencanakan kegiatan harus sedemikian
sehingga dalam waktu yang telah ditetapkan dapat diperoleh
hasil-hasil yang berarti. Hal ini harus diajarkan dari permulaan.

29

Pembelajaran di Laboratorium

12. Percobaan : kegiatan melakukan suatu pengukuran cepat/
kualitatif yang mungkin untuk memperoleh gambaran merupakan
suatu cara penting.
13. Penelitian literatur harus dimasukkan dalam percobaan dari awal
secara tahap demi tahap. Bimbingan bagaimana mencari data
dari literatur, dan bagaimana caranya menggunakan buku-buku
petunjuk, majalah dan brosur, harus diberikan.
14. Pengukuran. Pengukuran dengan ketelitian yang dikehendaki
lebih penting daripada pengukuran seteliti mungkin. Misalnya
kalau pengukuran dikehendaki dengan ketelitian dua bilangan
di belakang koma (10,25) tidak perlu kita megukur sampai empat
bilangan di belakang koma (10,2514), atau memilih alat dengan
ketelitian yang baik.
15. Kebenaran dan ketelitian data dan kesimpulan harus selalu
dilaporkan secara eksplisit.
16. Penulisan buku catatan kegiatan harian, berisi pemikiran,
percobaan, dan sebagainya merupakan suatu keharusan. Buku
catatan kegiatan harian ini harus memenuhi kriteria sedemikian
sehingga penulis atau pembaca dapat membaca kembali, apa
yang ia melakukan dan mengapa ia lakukan percobaan dengan
cara itu.

30

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

Kegiatan praktikum dapat dinyatakan dalam skema pada Gambar 4

Persiapan

Ujian

Ya

PRAKTIKUM

Ujian

Tidak

Ujian teori +
ketrampilan
dasar

Ya

Lulus

Tidak

Penilaian secara
kontinu untuk
memperbaiki
proses belajar

Ujian teori +
ketrampilan
dasar

Formatif
Waktu

Sumatif

Gambar 4 . Skema kegiatan praktikum
Penilaian praktikum
Di dalam praktikum, penilaian dapat digunakan untuk memenuhi
berbagai fungsi. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan bentuk
penilaian yang sangat informal oleh asisten. Bentuk penilaian yang lain
ialah penilaian sikap awal. Telah dikemukakan bahwa tugas-tugas biasanya
harus mempunyai hubungan dengan teori yang telah dibahas sebelumnya.
Untuk mendorong agar mahasiswa mempelajari kembali bahan pelajaran,
mempersiapkan diri dengan baik dan untuk memeriksa apakah mahasiswa
cukup mengetahui bahannya untuk dapat turut ambil bagian secara
bermakna dalam praktikum, dapat diadakan suatu ujian awal. Ujian ini
harus segera dinilai dan bila tidak memenuhi persyaratan, mahasiswa harus
segera diberi tugas. Tugas yang seharusnya dilakukan dapat berupa
31

Pembelajaran di Laboratorium

mempelajari kembali sebagian dari teori atau tidak diperkenankan
mengikuti praktikum. Dengan ujian ini dapat diatur supaya mahasiswamahasiswa yang kurang rajin tidak meminta waktu terlalu banyak dari
dosen/asisten. Ada juga bentuk penilaian yang didasarkan atas penilaian
sikap akhir. Pada penilaian ini perlu ditelusuri apakah tujuan telah tercapai.
Penilaian itu harus dilakukan pada akhir praktikum dan ada dua
konsekuensinya. Pertama untuk mahasiswa: suatu penilaian negatif berarti
bahwa ia harus melakukan kegiatan belajar tambahan, kadang-kadang
juga ia harus mengulangi praktikumnya. Konsekuensi kedua ialah terhadap
pendidikan, bila banyak mahasiswa tidak memenuhi syarat berarti, bahwa
pendidikan tidak menuntun mahasiswa tersebut ke arah tingkatan yang
dikehendaki. Mungkin prosedur pendidikan harus diperbaiki. Mungkin pula
seleksi sebelumnya tidak benar sehingga mahasiswa-mahasiswa yang tidak
mampu turut ambil bagian. Untuk penilaian yang sumatif ini, kita tidak
mengindahkan sikap mahasiswa selama praktikum. Bila dia dapat
membuktikan tercapainya tujuan-tujuan praktikum, misalnya terhadap suatu
tugas akhir yang representatif, dia akan lulus. Untuk menghindarkan suatu
tugas yang tidak cukup representatif, kita dapat menggunakan berbagi
tugas, unruk menguji ketrampilan yang berbeda atau dapat juga yang
sebagian sama. Dengan ini dapat pula dihindari pengaruh-pengaruh yang
tidak dikehendaki, seperti kondisi badan mahasiswa pada hari itu. Di
samping itu dapat pula diminta beberapa penilai untuk memberi penilaian.
Ini berarti bahwa kita menilai berdasarkan satu tugas yang ditempatkan
pada akhir suatu praktikum dan mahasiswa-mahasiswa dinilai oleh dosen
atau asisten yang tidak membimbingnya selama praktikum.
Penyusunan laporan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kebanyakan dari
mahasiswa lambat dalam kegiatan studinya pada tahun-tahun terakhir, di
mana harus ditulis skripsi, laporan-laporan praktikum, dan penelitian.
Keterlambatan ini disebabkan oleh keragu-raguan mahasiswa dalam
menulis laporannya. Keragu-raguan ini disebabkan oleh tidak jelasnya
32

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu laporan, dan tidak pernah
dipelajarinya cara membuat laporan. Oleh karena itu mahasiswa perlu
dilatih tentang pembuatan laporan. Untuk mempelajari pembuatan laporan
berikan dua petunjuk
Pertama-tama tatacara pembuatan laporan harus dipelajari setahapdemi setahap. Ini berarti bahwa dalam tahun pertama mahasiswa sudah
harus mulai diminta membuat suatu laporan ringkas, atau pelajaran
mahasiswa pada tahap pertama harus diarahkan kepada:
1. Penyusunan dan pembagian suatu laporan;
2. Kemudian mengisi berbagai paragraf, setelah itu menghubunghubungkan paragraf-paragraf tersebut, dan akhirnya;
3. Mengisi prakata, pendahuluan, abstrak, daftar isi, dan susunan.
Jadi pertama-tama harus terlebih dahulu direncanakan bagaimana
susunan dan pembagian yang akan dibuat, sebelum menyelesaikan
selengkapnya.
Selama proses pempelajaran mahasiswa harus mendapat umpan balik
Ini mencakup pada semua tahap tersebut di atas, harus ada
pengamatan dan bimbingan dosen. Jadi mahasiswa tidak diberikan
komentar pada isi laporan saja, tapi juga pada susunannya.
Penilaian laporan
Penilaian suatu laporan biasanya harus dilakukan dua kali, pertama
oleh pembimbing yang bertugas meneliti apakah laporan sudah lengkap
dan sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan. Laporan juga harus
dinilai segi-segi pembuatan laporannya, yaitu konsistensi, isi, pembagian,
bentuk , dan penggunaan bahasa. Karena penilaian melibatkan beberapa
orang, harus dapat diargumentasikan pada mahasiswa, harus diberikan
petunjuk untuk perbaikan. Juga karena penilaian harus menunjukkan ada
tidaknya kemajuan dalam prestasi bealjar, maka diperlukan suatu formulir
penilaian.

33

Pembelajaran di Laboratorium

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Percobaan yang dilakukan di laboratorium umumnya menggunakan
berbagai bahan kimia, peralatan gelas, dan instrumentasi khusus yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan bahaya terhadap
kesehatan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu
dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat
membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya.
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan
resiko kecelakaan. Oleh karena itu dalam setiap penuntun praktikum perlu
dituliskan petunjuk keselamatan kerja dan perlu dijelaskan berulang-ulang
agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di
laboratorium. Informasi perihal keselamat kerja dapat dengan mudah
diperoleh dari pustaka dan interner. Tetapi yang menjadi hambatan adalah
keengganan mencari informasi tersebut sebelum melakukan pekerjaan di
laboratorium. Oleh karena itu dalam buku ini dituliskan hal tersebut dengan
singkat dan sederhana. Tulisan keselamat kerja di laboratorium ini disadur
dari tulisan Djulia Onggo, PhD (2002) yang dimuat di http://www.chem.itb/
safety/, dengan penyesuaian secukupnya.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar
belakang pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber
bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan
bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dan yang lebih penting
34

Pusat Pengembangan Pendidikan UGM

lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan
harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi
pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai
petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan
yang mungkin terjadi ketika bekerja di Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat ini diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat
bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di
laboratorium dengan sebaik-baiknya.
Kecelakaan di laboratorim pasti pernah terjadi di setiap laboratorium
walau dengan skala berbeda-beda. Kecelakaan di laboratorium dapat
merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya
ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadangkadang terlalu pahit untuk dikenang, namun dapat meninggalkan kesan
pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada
peristiwa yang sama. Kecelakaan di laboratorium dapat menyebabkan
kerugian materi yang tidak sedikit, dan proses pembelajaran mahasiswa
menjadi terhambat karena diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat
memenuhi keperluan fasilitas yang rusak. Kecelakaan di laboratorium tidak
akan terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium
itu milik bersama yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin.
A. Bahan kimia
Setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa takut
bekerja dengan bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk
menanggulanginya. Yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau
luka, merusak, menyebabkan korosi, dan sebagainya. Jenis bahan kimia
berbahaya dapat diket