Penerapan Klausul Lingkungan Hidup Dalam Perjanjian Kredit Investasi Oleh Lembaga Perbankan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktik perbankan sebenarnya sudah ada sejak zaman Babylonia, Yunani,
dan Romawi. 2 Praktek- praktek perbankan saat itu sangat membantu dalam lalu
lintas perdagangan. Pada zaman Babylonia (kurang lebih tahun 2000 sebelum
Masehi) praktek perbankan didominasi dengan transaksi peminjaman emas dan
perak pada kalangan pedagang yang membutuhkan dengan biaya tertentu. Pada
zaman Romawi, praktik perbankan meliputi praktik tukar-menukar uang,
menerima deposito, memberi kredit dan melakukan transfer dana. Khusus dalam
tugas peminjaman uang yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, kemudian
diikuti oleh orang-orang Italia yang berasal dari Lombardia. Itulah sebabnya
dalam dunia perbankan banyak dikenal istilah-istilah dalam bahasa Italia. 3
Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan
ekonomi karena lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan
yang mempunyai peranan yang sangat vital dan sangat strategis. Peran yang
sangat strategis dari bank adalah sebagai pengatur urat nadi perekonomian
nasional karena sebagai badan usaha, ia mempunyai fungsi sebagai perantara
keuangan masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan
dana. 4


2

Kasmir, Pemasaran Bank (Jakarta: PT. Kencana, 2004), hlm. 15-17.
C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 2002), hlm. 245.
4
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2002), hlm. 121.
3

1
Universitas Sumatera Utara

2

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarkat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial
intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat, serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. 5
Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan jasa
bank misalnya fasilitas kredit, juga jasa-jasa keuangan lainnya. Bank merupakan
suatu lembaga yang hidupnya sangat tergantung dari dana masyarakat yang
disimpan pada bank yang bersangkutan, nasabah harus memiliki kepercayaan
bahwa bank tersebut mau dan mampu membayar kembali dana yang dihimpunnya
pada bank tersebut pada waktu dana itu ditagih oleh nasabah penyimpan dana. 6
Istilah kredit di lingkungan masyarakat umum sudah tidak asing lagi dan bahkan
dapat dikatakan populer dan merakyat, sehingga dalam bahasa sehari-hari sudah
dicampurbaurkan dengan istilah utang. 7
Kredit perbankan merupakan salah satu usaha bank konvensional yang
telah banyak dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana.
Kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan yang memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi pendapatan bank itu sendiri. Sedangkan bagi masyarakat
atau nasabahnya kredit dapat membantu dalam permodalan usaha guna

5

Rachamadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia (Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 59.

6
Hikmahanto Junawa, Analisia Ekonomi Atas Hukum Perbankan (Jakarta: Jurnal Hukum
dan Pembangunan, 1998), hlm. 86.
7
Rahcmadi Usman, Op. Cit., hlm. 236.

Universitas Sumatera Utara

3

peningkatan pendapatannya. 8 Setiap kredit yang disetujui dan disepakati antara
pihak kreditur dan debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit (akad
kredit) secara tertulis. 9
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh
Bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian
kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, dan
penatalaksanaan kredit tersebut. Menurut CH. Gatot Wardoyo, dalam tulisannya
mengenai sekitar klausul-klausul perjanjian kredit bank, perjanjian kredit
mempunyai fungsi-fungsi diantaranya perjanjian kredit bergungsi sebagai
perjanjian pokok dan perjanjian kredit sebagai alat bukti. Perjanjian kredit sebagai

perjanjian pokok merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya
perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan.
Perjanjian kredit sebagai perjanjian sebagai alat bukti berfungsi sebagai alat bukti
mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit. 10
Pembangunan nasional melalui pengembangan sumber daya buatan
haruslah selalu mempertimbangkan dinamika lingkungan, wawasan nusantara,
dimensi keanekaragaman sumber daya alam, manusia dan budayanya dalam satu
kesatuan lingkungan hidup. Perubahan iklim juga menjadi isu utama di dunia saat
ini. Dampak perubahan iklim ini menyadarkan semua pihak untuk bertindak
sesuatu guna menyelamatkan kehidupan manusia di bumi.
8

Suharno, Analisa Kredit (Jakarta : Djambatan, 2003), hlm. 2.
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2006), hlm. 501.
10
CH. Gatot Wardoyo, Sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank dan
Manajemen (Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 64-69.
9


Universitas Sumatera Utara

4

Perkembangan hukum lingkungan telah memperoleh dorongan yang kuat
karena adanya Stockholm Declaration ini, baik pada taraf nasional, regional
maupun internasional. Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai tumbuhnya
kesatuan pengertian dan bahasa di antara para ahli hukum dengan menggunakan
Stockholm Declaration sebagai referensi bersama. 11 Inti hakekat masalah
lingkungan hidup adalah memelihara hubungan serasi antara manusia dengan
lingkungan. Pembangunan menimbulkan perubahan, baik dalam lingkungan alam
maupun dalam lingkungan sosial, maka penting diusahakan agar perubahanperubahan lingkungan ini tidak sampai mengganggu keseimbangan hubungan
antara manusia dengan lingkungan. 12
Perbankan perlu beradaptasi secara interdepedensial dengan lingkungan
sehingga dalam perjanjian kredit yang dilakukan oleh lembaga perbankan sudah
seharusnya memperhatikan aspek lingkungan hidup. Kredit hijau dapat diartikan
sebagai fasilitas pinjaman dari lembaga keuangan kepada debitur yang bergerak di
sektor bisnis yang tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan maupun
kondisi


sosial

masyarakat.

Konteks

perbankan,

bisnis

hijau

terutama

dipersepsikan dengan penyaluran kredit yang ramah lingkungan atau dikenal
dengan istilah kredit hijau (green lending atau green banking).
Perubahan iklim timbul dari hubungan sebab akibat antara efek rumah
kaca dan pemanasan global, maka keberlanjutan bisnis perbankan juga merupakan
hubungan sebab akibat antara perilaku bisnis dan lingkungan. Kesadaran ini


11

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1999), hlm. 11.
12
Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Jakarta: PT. Media Surya
Grafindo, 1999), hlm. 109.

Universitas Sumatera Utara

5

dimiliki oleh kalangan perbankan demi menyelamatkan lingkungan, sebagai
motor penggerak roda perekonomian negara maka perbankan dalam era
perubahan iklim layak memberikan kontribusi optimal.
Mengenai hal pemberian kredit, bank dituntut agar dapat memperoleh
keyakinan tentang kemampuan nasabah sebelum menyalurkan kreditnya, maka
faktor melakukan penilaian secara cermat dan seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha, debitur wajib meyakinkan bank.

Suatu badan usaha mendapatkan fasilitas kredit di bank pelaksana, untuk ini bank
telah melakukan evaluasi yang mendalam tentang karakternya, kemampuannya,
modalnya, agunannya dan kondisi serta prospek usaha dan/atau kegiatan badan
usaha yang bersangkutan. 13
Lembaga perbankan mempunyai peranan penting dan strategis tidak saja
dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar
mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Ini berarti bahwa
lembaga perbankan haruslah mampu berperan sebagai agent of development
dalam upaya mencapai tujuan nasional tadi, 14 termasuk melalui upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui penerapan klausul
lingkungan hidup dalam perjanjian kredit
Hubungan antara perbankan dan lingkungan inilah maka Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(selanjutnya disebut UUPPLH) dan peraturan lingkungan hidup lainnya dapat

13

Hassanuddin Rahman, Kebijakan Kredit Perbankan Yang Berwawasan Lingkungan
(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 40.
14

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), hlm. 40.

Universitas Sumatera Utara

6

diberlakukan, yaitu suatu usaha dan/atau kegiatan dalam opersionalnya harus
selalu mengindahkan UUPPLH serta peraturan lingkungan hidup lainnya.
Pemerintah melalui kebijakannya dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan) pada bagian Penjelasan
Umum alinea ke 4, telah mencantumkan perlunya ketentuan penyempurnaan bagi
kegiatan usaha bank dalam penyaluran dananya, termasuk di dalamnya
peningkatan peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (selanjutnya disebut
AMDAL) bagi perusahaan berskala besar dan/atau beresiko tinggi.
Kondisi tersebut mengisyaratkan diperlukan penerapan lingkungan hidup
oleh lembaga perbankan di Indonesia melalui penegakan hukum. Tujuannya, yaitu
demi terciptanya kepastian hukum bagi para pihak. Kepastian merupakan ciri
yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis.

Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi
digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Ubi jus incentrum, ibi jus
nullum, dimana tiada kepastian hukum, di situ tidak ada hukum. 15
Pembiayaan proyek pada bank yang berwawasan lingkungan (green
banking) telah terbukti dapat meningkatkan daya saing dan memberi keunggulan
tersendiri dalam strategi bisnis. Terhadap konsekuensi lingkungan dari kredit yang
diberikan, bank perlu lebih sensitif. Di Indonesia lembaga keuangan yang
berwawasan lingkungan mulai muncul, misalnya dalam menerapkan bahwa

15

Sidarta, Moralitas Profesi Hukum (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 82.

Universitas Sumatera Utara

7

analisis mengenai dampak lingkungan menjadi bagian penting dalam analisis
pemberian kredit dan menyangkut dokumentasi perkreditan (loan documentation).
Berdasarkan uaian di atas, maka menjadi hal menarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Klausul Lingkungan Hidup Dalam
Perjanjian Kredit Investasi Oleh Lembaga Perbankan.”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahanpermasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan perjanjian kredit perbankan di Indonesia?
2. Bagaimanakah hubungan hukum klausul lingkungan hidup dengan lembaga
perbankan?
3. Bagaimanakah penerapan klausul lingkungan hidup dalam perjanjian kredit
investasi oleh lembaga perbankan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaturan perjanjian kredit perbankan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui hubungan hukum klausul lingkungan hidup dengan
lembaga perbankan.
3. Untuk mengetahui penerapan klausul lingkungan hidup dalam perjanjian
kredit investasi oleh lembaga perbankan.
Penulisan skripsi ini memiliki manfaat adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

8

1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan Hukum
Ekonomi dan khususnya untuk menambah pengetahuan tentang perjanjian
kredit pada perbankan, hubungan hukum klausul lingkungan hidup dengan
perjanjian kredit investasi, dan penerapan klausul lingkungan hidup dalam
perjanjian kredit investasi oleh lembaga perbankan.
2. Secara praktis
Untuk memberikan sumbangan pemikira dalam mengembangkan ilmu
pengetahauan akan lembaga perbankan khususnya penerapan lingkungan
hidup dalam perjanjian kredit.

D. Keaslian Penelitian
Skripsi yang berjudul “Penerapan Klausul Lingkungan Hidup Dalam
Perjanjian Kredit Investasi Oleh Lembagaa Perbankan” ini ditulis dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara maka tidak ditemukan adanya kesamaan judul. Judul skripsi ini belum
pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama.
Sehingga jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai
oleh penulisan skripsi ini maka dapat diketahui apa yang ada di dalam skripsi ini
merupakan karya sendiri dan bukan hasil jiplakan dari skripsi orang lain, dan
dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-

Universitas Sumatera Utara

9

buku, makalah-makalah, serta media, media elektronik seperti internet serta
bantuan dari berbagai pihak, berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur,
rasional dan terbuka, sehingga hasil penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 16 Secara etimologis istilah
kredit berasal dari bahasa Latin, credere, yang berarti kepercayaan. Misalkan,
seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang
yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi
dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur adalah kepercayaan. 17
Pasal 1 angka (11) UU Perbankan dirumuskan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. 18

16

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3790.
17
Hermansyah, Op. Cit., hlm 57.
18
Ibid., hlm. 58.

Universitas Sumatera Utara

10

Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib
dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak sematamata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan
perjanjian yang telah disepkati sebelumnya. Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank denga pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. 19
Kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang
diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau
penanaman modal yaitu untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang
diperlukan untuk rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi proyek yang
sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesinmesin yang semuanya itu ditujukan untuk meningkatkan produktivitas. 20 Adapun
jangka waktu kredit investasi adalah 5 tahun atau lebih. Di Indonesia jenis kredit
investasi ini mulai diperkenalkan pada pertengahan tahun 1969, bersamaan
dengan dimulainya Repelita I, sebagai penunjang program industrialisasi yang
mulai dilancarkan pemerintah. 21
2. Ruang lingkup lingkungan hidup
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup manusia sebagai terjemahan dari
bahasa inggris environment and human environment, seringkali digunakan secara

19

Pasal 1 angka (2) UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Thomas Suyatno dkk, Dasar-dasar Perkreditan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2003), hlm. 29.
21
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia (Yogyakarta : Andi, 2005), hlm. 6.
20

Universitas Sumatera Utara

11

silih berganti dalam pengertian yang sama. Sekalipun arti lingkungan dan
lingkungan hidup manusia dapat diberi batasan yang berbeda-beda berdasarkan
persepsi dan disiplin ilmu tiap-tiap penulis, dalam tulisan ini istilah atau
lingkungan hidup diartikan sama dalam arti luas. 22 Pasal 1 angka (1) UUPPLH
menggunakan pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan mahkluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta lingkungan hidup lain.
Menurut Otto Sumarwoto, lingkungan atau lingkungan hidup adalah
jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita. 23 Hukum lingkungan merupakan bidang ilmu yang
masih muda yang perkembangannya baru terjadi pada dasarwarsa akhir ini.
Apabila dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai
aspek lingkungan, maka panjang atau pendeknya sejarah tentang peraturan
tersebut tergantung dari apa yang dipandang sebagai environment concern. 24
Konsep perlindungan lingkungan, manusia dipandang sebagai bagian yang
tidak terpisahkan keberadaannya dalam lingkungan kehidupannya dengan unsurunsur lingkungan lainnya, sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Lingkungan merupakan suatu kesatuan yang sedemikian komplek isi muatannya.
Kompleksitas

tersebut

tidak

hanya

menggambarkan

tentang

isi

dari

lingkungannya, tetapi juga menggambarkan pula tentang adanya hubungan yang

22

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia (Bandung: Alumni.1996), hlm. 7.
23
Ibid., hlm.8.
24
Koesnadi Hardjasoemantri, Op. Cit., hlm. 12-13.

Universitas Sumatera Utara

12

berkaitan antara unsur-unsur dari lingkungan, sebagai gambaran akan adanya
hubungan timbal balik.
Pertumbuhan dan perkembangan hukum lingkungan dewasa ini semakin
pesat, sejak dicetuskannya kebijaksanaan lingkungan global yang bermula dari
kesadaran lingkungan manusia sebagaimana ditetapkan dalam Deklarasi
Stockholm 1972 (United Nations Conference on the Human Environment) di
Swedia yang telah melahirkan beberapa prinsip dan merupakan landasan
kebijaksanaan lingkungan. 25 Prinsip tersebut menjelaskan bahwa Deklarasi
menghendaki agar setiap negara menciptakan suatu kelembagaan nasional untuk
pengelolaan lingkungan (hidup) hingga bertegak menjadi landasan bagi
pengembangan hokum lingkungan nasional dari masing-masing negara.
Sesuai dengan makna yang terkandung dalam prinsip tersebut, maka
tumbullah hukum lingkungan yang merupakan suatu jenis hukum yang memiliki
cirri khusus dengan wujud sebagai hukum berorientasikan lingkungan. Perlahanlahan tumbuh berkembanglah kini pengertian dan kesadaran lingkungan tersebut
dalam masyarakat modern, sehingga menumbuhkan ilmu lingkungan hidup. Dasar
hukum (landasan konstitusional) mengenai lingkungan hidup di Republik
Indonesia terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut
UUD 1945), yaitu:
a. pembukaan Undang-Undang Dasar, pokok kalimat ke-4;
b. Pasal 33 ayat (3)

25

Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Indonesia (Medan: PT. Sofmedia), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

13

Untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap
setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem, maka disahkanlah
UUPPLH tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berlaku
pada saat disahkan dan diundangkan pada tanggal 3 Oktober 2009. 26

F. Metode Penulisan
Pembahasan masalah dalam penulisan skripsi ini membutuhkan adanya
data dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analistis. Untuk mendapatkan
data yang valid dan akurat. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan bidang ilmu
hukum sebagai landasan ilmu pengetahuan induknya, oleh karena itu maka
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum. 27 Metode yang dilakukan
dalam penulisan skrispsi ini adalah sebagai berikut:
1. Spesikasi penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan bahan
sekunder. 28 Pada penelitian jenis hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)
atau hokum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang dianggap pantas. 29 Dalam penelitian ini, adapun

26

Ibid., hlm. 6.
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif :Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 43.
28
Ibid., hlm. 45.
29
Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengaturan Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.118.
27

Universitas Sumatera Utara

14

undang-undang yang dipergunakan antara lain: UUPPLH, UU Perbankan,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (selanjutnya disebut AMDAL) dan peraturan lainnya yang
berhubungan.
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang keadaan yang
menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dapat
membantu memperkuat teori lama dan membuat teori baru. Pendekatan yang
dilakukan dalam karya ilmiah ini adalah menggunakan pendekatan yuridis, yaitu
pendekatan dengan melakukan pengkajian terhadap kaidah-kaidah dan normanorma dalam hukum positif.
2. Data penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain. 30 Data sekunder berfungsi untuk mencari data awal atau informasi,
mendapatkan batasan/defenisi/arti/ suatu istilah. Data sekunder yang dipakai
antara lain:
a. Bahan hukum primer, yaitu peratura hukum yang mengikat dan mengatur,
yang ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang,yakni berupa peraturan
perundang-undangan.

30

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara

15

b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi, artikel-artikel ilmiah, hasil penelitian, laporan-laporan, makalah,
skripsi, tesis, disertasi, dan literatur lain melalui media cetak maupun
elektronik yang berkaitan dengan permsalahn dalam skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang meberikan
petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primr dan hukum
sekunder, seperti kamus hukum,jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahanbahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data
yan diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data penelitian pada umumnya dikenal 3 (tiga)
bentuk pengumpulan data yaitu studi dokumen atau studi pustaka, pengamatan
atau observasi, dan wawancara atau interview. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penulisa skripsi ini adalah studi dokumen atau studi pustaka.
Studi dokumen merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan melalui
data tertulis. Studi pustaka juga dikenal dengan cara library research (penelitian
kepustakaan), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literature
untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang dapat digunakan sebagai dasar
analisa terhadap substansi pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Tujuan dari
analisa ini adalah untuk memperoleh data-data sekunder yang meliputi peraturan
perundang-undangan, buku-buku, artikel, berita-berita di internet dan bahan
lainnya.

Universitas Sumatera Utara

16

4. Analisis data
Penelitian hukum normatif menelaah data sekunder yang penyajian data
dilakukan sekaligus dengan analisanya. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam
melakukan analisa data ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
dengan:
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, tersier yang relevan
dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
b. Melakukan pemilihan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas
agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.
c. Mengolah dan menginterprestasikan data guna mendapatkan kesimpulan
dari permasalahan.
d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,
yaitu yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masingmasing memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
Bab I merupakan Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan secara umum
keadaan-keadaan berhubungan dengan objek penelitian seperti Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Keaslian Penulisan, Tinjauan
Kepustakaan, Metode dan Sistematika Penulisan.

Universitas Sumatera Utara

17

Bab II berjudul Pengaturan Perjanjian Kredit Perbankan Di Indonesia.
Pada bab ini, akan diuraikan pemberian kredit perbankan di Indonesia, pengaturan
perjanjian kredit perbankan di Indonesia dan sengketa perjanjian kredit oleh
lembaga perbankan.
Bab III berjudul Hubungan Hukum Klausul Lingkungan Hidup Dengan
Lembaga Perbankan. Pada bab ini, akan diuraikan keberadaan lingkungan hidup
di Indonesia, hubungan hukum klausul lingkungan hidup dengan lembaga
perbankan , dan akibat hukum klausul lingkungan hidup pada lembaga perbankan.
Bab IV berjudul Penerapan Klausul Lingkungan Hidup Dalam Perjanjian
Kredit Investasi Oleh Lembaga Perbankan. Pada bab ini, akan diuraikan peran
dan tanggung jawab lembaga perbankan dalam penegakan lingkungan hidup
dalam perjanjian kredit, penerapan klausul lingkungan hidup dalam perjanjian
kredit investasi oleh lembaga perbankan, dan kendala-kendala dalam pelaksanaan
penerapan klasul lingkungan hidup dalam perjanjian kredit investasi oleh lembaga
perbankan.
Bab V berisi kesimpulan terhadap bab-bab sebelumnya yang telah
diuraikan dan yang ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang
dianggap perlu dari kesimpulan yang diuraikan tersebut.

Universitas Sumatera Utara