S MRL 1205871 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan sektor pariwisata mampu menjadikan pariwisata sebagai
salah satu industri terbesar di dunia. United Nations World Tourism
Organization (UN-WTO) mencatat sebanyak 1,184 miliar orang melakukan
perjalanan ke luar negeri selama 2015. Angka tersebut naik 4,4%, atau 50 juta
orang dibandingkan pencapaian pada 2014. Pertumbuhan yang terjadi di Asia
Pasifik mencapai 13 juta lebih banyak dari tahun 2014 setelah jumlah
kunjungan wisatawan asing mencapai angka 277 juta meski pertumbuhannya
tidak merata. (www.unwto.org).
Kondisi di atas tentunya berdampak terhadap negara -negara yang
memiliki potensi dalam bidang pariwisata, Indonesia negara yang memiliki
banyak potensi dalam bidang pariwisata. Hampir setiap daerah di Indonesia
memiliki ciri khas dan daya tarik sebagai penunjang pariwisata baik itu budaya,
keindahan alam, maupun kearifan lokal. Indonesia kaya akan potensi
sumberdaya yang menyebar disetiap provinsinya.
Pada dasarnya, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki sumber

daya alam yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata, salah satunya
adalah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Indramayu terletak di Provinsi Jawa
Barat di bagian utara. Wilayahnya berada di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Walaupun Indramayu berada di Jawa Barat yang notabene adalah tanah
Pasundan yang berbudaya dan berbahasa Sunda, namun sebagian besar
penduduk lokal mempergunakan Bahasa Cirebon dialek Indramayu untuk
berkomunikasi. Indramayu memiliki tradisi budaya, kesenian dan potensi alam
yang dapat dijadikan daya tarik wisata. Potensi sumberdaya alamnya terdiri
dari sektor pertanian, perikanan, dan pengolahan minyak bumi. Di daerah ini
PT Pertamina UP VI Balongan memiliki kilang minyak untuk pengelolaan dan
kilang minyak lepas pantai (offshore). Indramayu memiliki kondisi pantai yang
kurang baik akibat bocornya pipa SBM 150.000 DWT milik Pertamina UP VI
Balongan pada tahun 2008. Pipa yang memuat crude oil atau minyak mentah
Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2


tersebut mengalami kebocoran di salah satu bagian yang terpotong. Akibat
kebocoran tersebut, crude oil yang ada dalam pipa tersebut, berceceran di
perairan Tegalagung, Desa Benda, Kecamatan Karangampel. Akibat kejadian
ini, ribuan ikan di perairan tersebut mati mendadak. Hal ini berdampak kepada
lokasi pembudidayaan ikan di Desa Karangsong.
Menurut hasil wawancara dengan Kepala Desa setempat yakni Bapak
Dulloh menyatakan bahwa dampak pencemaran ini juga tentunya merugikan
penduduk sekitar pantai yang memiliki tambak ikan atau udang di Pantai
Karangsong. Pantai ini memang terkenal dengan pantai nelayan mulai dari
pembuatan kapal, mencari ikan, tempat pelelangan ikan hingga tempat
berlabuhnya para kapal nelayan untuk menurunkan hasil tangkapan lautnya.
Sebagain penduduk yang memiliki tambak mengalami kerugian dengan
kejadian tersebut. Demi mencegah dampak pencemaran limbah ke daerah yang
belum terkena dampak, maka penduduk pesisir pantai berinisiatif membeli
lahan untuk menanam pohon mangrove.
Penanaman pohon mangrove di Pantai Karangsong dilakukan oleh
kelompok masyarakat yang juga dibantu juga oleh pertamina dan pemerintah.
Pertamina berpartisipasi dalam upaya pemulihan kondisi Pantai Karangsong
karena tragedi kebocoran pipa. Desa Karangsong terkena dampak akibat
pencemaran minyak tersebut. Sebagai bentuk tanggung jawab, Pertamina

gencar melakukan penanaman dan konservasi terhadap mangrove di kawasan
tersebut.
Hingga pada saat ini Pantai Karangsong memiliki daerah konservasi
mangrove yang cukup luas ditanami oleh pohon mangrove di area seluas 58
hektar dan diresmikan dengan peletakan tiang pertama pada tanggal 15 Juni
2014 oleh Bapak. Prof. Dr. Balthasar Kambuaya., MBA (Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia), Yulian Dekri (General Manager Pertamina RU VI
Balongan),

Hj.

Anna

Sophanah

(Bupati

Kabupaten

Indramayu).


(www.disparbud.jabarprov.go.id).
Namun, pada kenyataannya kondisi mangrove Indonesia sekitar 30%
dari 3,7 juta hektar kawasan mangrove saat ini dalam kondisi rusak. Kawasan
Mangrove Karangsong yang mulanya hanya ditaman guna mencegah dampak
Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

limbah kini telah dicanangkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI Siti Nurbaya sebagai Mangrove Center untuk wilayah Barat Indonesia
sementara

untuk

wilayah


Timur

berada

di

Provinsi

Bali.

(www.jabarprov.go.id).
Mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan khas, serta
memiliki daya dukung cukup besar terhadap lingkungan di sekitanya.
Ekosistem mangrove dikatakan produktif dan memberikan manfaat tinggi
terutama dari fungsi yang dikandungnya. Pada dasarnya manfaat tersebut,
dikelompokkan menjadi manfaat dan fungsi ekologi. Walaupun demikian
kedua manfaat tersebut secara potensial mempunya nilai ekonomi yang cukup
tinggi, dan tergantung pada karakteristik serta kompleksitas hubungan
ekosistem yang ditimbulkannya (Harahab, 2010: 51).
Peranan mangrove sangat besar bagi kehidupan darat maupun laut

karena mampu mencegah abrasi dan intrusi air laut ke arah daratan, serta
mempertahankan keberadaan spesies hewan laut penghuni kawasan mangrove.
Oleh karena itu kawasan tersebut perlu dilestarikan. Upaya pelestarian
Kawasan Mangrove Karangsong terus dilakukan dengan terus memperlebar
lahan dan memperbaharui tanaman yang sudah rusak. Dalam hal ini, Pertamina
juga membantu membuat jalan (track) untuk menyusuri lokasi tersebut tanpa
harus masuk ke dalam air. Tentunya pembuatan track ini sangat mempermudah
untuk melakukan pemantauan area hutan.
Pertumbuhan pohon mangrove menjadi pohon dewasa memberikan
pemandangan hijau yang indah. Sehingga setelah peresmian Kawasan
Mangrove Karangsong, banyak sekali wisatawan yang datang untuk menikmati
keindahan tempat ini. Wisata mangrove baru beroperasi beberapa bulan,
dimulai dari bulan Juli tahun 2015. Berikut data jumlah kunjungan wisatawan
di Kawasan Mangrove Karangsong. (Lihat tabel 1.1.).

Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

Tabel 1.1.
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kawasan Mangrove Karangsong
Bulan (2015-2016)

Jumlah Wisatawan

Juli

15.502

Agustus

13.307

September

12.208


Oktober

6.276

November

9.239

Desember

15.843

Januari

12.885

Februari

5.878


Maret

7.436

April

5.857

Mei

8.020

Juni

2.729

Total Jumlah

115.180


Sumber: Pengelola Kawasan Mangrove Karangsong Kabupaten
Indramayu, 2016
Dari data pada tabel 1.1. dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan di
Kawasan Mangrove Karangsong cukup fluktuatif disetiap bulannya. Menurut
hasil wawancara dengan pihak pengelola yaitu Bapak Makrus, penurunan
jumlah kunjungan wisatawan dikarenakan musim hujan. Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan adalah tracking di dalam area hutan dan berfoto sehingga jika
sedang hujan wisatawan tidak dapat melakukan kegiatan ini.
Menurut hasil wawancara pra penelitian kepada beberapa responden
menyatakan bahwa Kawasan Mangrove Karangsong sangat menarik namun
cenderung membosankan. Kemenarikan dari kawasan ini adalah ketika
wisatawan memasuki wilayah Desa Karangsong mereka akan melihat
pemandangan seperti pembuatan kapan mulai dari ukuran besar hingga kecil,
kapal-kapal nelayan yang sedang bersandar, nelayan yang sedang membuat
jaring untuk menangkap ikan dan juga hamparan tambak ikan dan udang.
Disisi lain, ada hal yang dinilai cenderung membosankan oleh wisatawan
karena mereka tidak memiliki pilihan kegiatan lain selain tracking.

Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI

KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Kawasan Mangrove Karangsong merupakan daya tarik wisata baru di
Kabupaten Indramayu yang masih memiliki fasilitas dan aktivitas wisata
seadanya. Menurut responden, atraksi wisata di dalam kawasan masih belum
memiliki penilaian baik. Meskipun telah terdapat beberapa fasilitas wisata
namun secara keseluruhan atraksi wisata masih perlu dikembangkan atau
dibenahi. Wisatawan adalah penikmat atraksi wisata sehingga wisatawan yang
dapat menentukan kualitas daya tarik atau destinasi wisata tersebut seperti apa.
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui
pertunjukkan yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan (Damanik
dan Weber, 2006:12). Adapun komentar wisatawan mengenai daya tarik wisata
Kawasan Mangrove Karangsong dalam video youtube sebagai berikut. (Lihat
gambar 1.1.).

Sumber: Youtube, 2016
Gambar 1.1. Komentar Wisatawan Kawasan Mangrove Karangsong
Berdasarkan komentar pada gambar 1.1. diketahui bahwa wisatawan
menginginkan pengelola Kawasan Mangrove Karangsong dapat melakukan
pengembangan, salah satunya dengan memanfaatkan potensi wisata yang ada
agar meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Diketahui bahwa dasar
hukum pengembangan pariwisata alam yang sesuai dengan prinsip kelestarian
adalah UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistemnya serta UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, dimana
kegiatan pemanfaatan kawasan hutan tersebut diarahkan bukan pada kegiatan
Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

eksploitasi melainkan lebih kepada pengembangan pemenuhan jasa pariwisata
alam.
Pengelola Kawasan Mangrove Karangsong memiliki gagasan untuk
mengembangakan kawasan ini agar memiliki beberapa kegiatan wisata
mangrove dengan cara mengajak wisatawan untuk melihat atau menanam
pohon mangrove (edukasi), memancing bersama nelayan, dan memperlebar
track untuk mengelilingi kawasan menggunakan perahu dengan menikmati
pemandangan dan mengamati flora dan fauna. Pengembangan atraksi harus
dikemas semenarik mungkin, namun belum dilakukan oleh pengelola.
Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian kepada beberapa responden
dan pengelola, diketahui bahwa wisatawan menilai atraksi wisata di Kawasan
Mangrove Karangsong masih kurang dalam hal pengembangan dan
pemeliharaan. Maka perlu menganalisis mengenai penilaian wisatawan
terhadap atraksi wisata yang sudah ada sehingga pengelola dapat
mengembangkan atau membenahi atraksi wisata berdasarkan penilaian
wisatawan. Sedangankan, terkait rencana pengembangan kegiatan wisata
mangrove yang akan dilakukan pengelola, peneliti juga ingin menganalisis
untuk mengetahui lebih dalam apakah gagasan pengelola sudah sesuai dengan
keinginan wisatawan. Oleh karenanya, peneliti melakukan penelitian yang
berbasis pada penilaian dan preferensi wisatawan dalam hal atraksi wisata yang
akan dikembangkan. Manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui penilaian
dan minat wisatawan terhadap atraksi wisata di Kawasan Mangrove
Karangsong dan atraksi wisata yang dapat dikembangkan di kawasan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Atraksi Wisata Berdasarkan
Penilaian dan Preferensi Wisatawan di Kawasan Mangrove Karangsong,
Kabupaten Indramayu.”
B. Batasan Masalah Penelitian
Menurut Yoeti (1985:164), terdapat tiga syarat untuk memenuhi kriteria
suatu daya tarik atau atraksi wisata yaitu, Sesuatu yang dapat dilihat
(something to see), Sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do), Sesuatu
Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

yang dapat dibeli (something to buy). Peneliti mengambil semua indikator
tersebut karena Kawasan Mangrove Karangsong belum mengembangkan
atraksi wisata dengan maksimal yang dikhawatirkan akan mengurangi jumlah
kunjungan wisatawan. Kemudian, pengembangan atraksi wisata di Kawasan
Mangrove Karangsong berdasarkan pada penilaian dan preferensi wisatawan.
Wisatawan akan menilai mengenai atraksi wisata yang sudah ada di kawasan
tersebut sementara itu untuk preferensi, wisatawan akan ditawarkan beberapa
kegiatan wisata mangrove. Terdapat lima potensi wisata yang ditawarkan pada
kegiatan wisata di kawasan mangrove menurut Jurnal Wahyuni, Ardhana dan
Sunarta (2008:49-56) dalam Jurnal Ecotrophic yaitu, Mangrove educational
tour and tracking, Bird Watching, Fishing, Mangrove Tree Plantation or
Adoption, dan Canoeing dan Boating. Dari kegiatan tersebut, maka peneliti
tidak mengambil kegiatan tracking, karena kegiatan ini sudah dikembangkan di
Kawasan Mangrove Karangsong.

C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, serta untuk
lebih memfokuskan permasalahan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Atraksi wisata apa saja yang berencana akan dikembangkan dan berpotensi
untuk dikembangkan di Kawasan Mangrove Karangsong?
2. Bagaimana penilaian wisatawan terhadap atraksi wisata di Kawasan
Mangrove Karangsong?
3. Bagaimana preferensi wisatawan terhadap atraksi wisata yang dapat
dikembangkan di Kawasan Mangrove Karangsong?
4. Bagaimana jenis atraksi wisata yang dapat dikembangkan berdasarkan
penilaian dan preferensi wisatawan di Kawasan Mangrove Karangsong?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, adapula tujuan dari
penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

1. Mengidentifikasi atraksi wisata yang dapat dikembangkan dan berpotensi
untuk dikembangkan di Kawasan Mangrove Karangsong.
2. Mengidentifikasi penilaian wisatawan terhadap atraksi wisata di Kawasan
Mangrove Karangsong.
3. Mengidentifikasi preferensi wisatawan terhadap atraksi wisata yang dapat
dikembangkan di Kawasana Mangrove Karangsong.
4. Menganalisis jenis atraksi wisata yang dapat dikembangkan berdasarkan
penilaian dan preferensi wisatawan di Kawasan Mangrove Karangsong.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan baik
secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil

penelitian

ini

sangat

diharapkan

dapat

menambah

perbendaharaan kajian akan kepariwisataan pada khususnya dan kajian
keilmuan pada umumnya, baik berupa teori, generalisasi, konsep,
khususnya yang terkait dengan pengembangan atraksi wisata di Kawasan
Mangrove Karangsong.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi media
pembelajaran dan pengalaman yang bermanfaat untuk menambah
pengetahuan mengenai ilmu kepariwisataan.
b. Bagi akademi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi para peneliti untuk kedepannya yang akan melakukan
penelitian di Kawasan Mangrove Karangsong.
c. Sebagai bahan masukan kepada pengelola dan masyarakat setempat
dalam mengembangkan atraksi wisata di Kawasan Mangrove
Karangsong.
d. Sebagai bahan masukan untuk pihak pemerintah Kabupaten Indramayu
sebagai pemangku kepentingan (stakeholders) khususnya Dinas
Pariwisata Indramayu yang sedang gencar mengembangkan pariwisata
di Kabupaten Indramayu.
Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

F. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini terdapat struktur organisasi yang terdiri dari
lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi skripsi.
2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori-teori dan pengertian para ahli yang relevan
sebagai landasan dalam penelitian, dan kerangka pemikiran.
3. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian
seperti : lokasi penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel,
operasional variabel, teknik pengumpula data, uji validitas dan reliabilitas,
dan teknik analisis data.
4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian
berdasarkan data yang sudah terkumpul.
5. BAB V : SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini menguraikan kesimpulan penelitian dan rekomendasi mengenai
pengembangan atraksi wisata di Kawasan Hutan Mangrove Karangsong.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Dwi Retno Utari, 2016
PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA BERDASARKAN PENILAIAN DAN PREFERENSI WISATAWAN DI
KAWASAN MANGROVE KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu