Iqbal M. 2004. Pemantauan Kawasan Sembil

FEBRUARI 2004

Daerah pemantauan reguler
Daerah pemantauan tambahan

Disusun oleh :
Muhammad Iqbal

GEF
Wetlands International - Indonesia Programme
Maret 2004

Laporan TeknIK

PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG NO. 9

Dokumen Proyek No. 82

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir
Berbak-Sembilang – GEF MSP (TF – 0240011)


Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

TIM PRODUKSI

Penyusun

:

Muhammad Iqbal

Pelaksana Kegiatan

:

Mauludin, Abdul Halim (BKSDA Sumsel ); Syafi’I,
(FPPPM); Muhammad Iqbal (KPB SOS); Silfia
(Mahasiswa S2 Unsri), Turyani (WBH).

Penyunting


:

Ferry Hasudungan

Desain & Tata letak

:

Joko Purnomo

Peta-peta

:

Joko Purnomo

Foto sampul

:


Julang Jambul Hitam Aceros corrugatus Tangkapan
Penduduk Lokal (M. Iqbal)

Foto lainnya

:

M. Iqbal, Tim ME TNS ke-9 dan Ferry Hasudungan

© Wetlands International Indonesia Programme, 2004

Dokumen ini dapat diperoleh di:
Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak-Sembilang
Jl. Sumpah Pemuda Blok K-3, Kel. Lorok Pakjo
Palembang - Sumatera Selatan 30137
Tel/Fax: +62 711 350786, E-mail: bsp-plg@indo.net.id
Wetlands International - Indonesia Programme
Jl. Ahmad Yani No. 53 Bogor 16161
PO. Box 254/Boo Bogor 16002

Telp: +62 251 312189, Tel/Fax: +62 251 325755
E-mail: wi-ip@indo.net.id

Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang 9, Februari 2004. Laporan Teknis No. 82 Proyek
Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang - Wetlands International Asia Pacific Indonesia Programme.

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

PROYEK KONSERVASI TERPADU LAHAN BASAH PESISIR BERBAK – SEMBILANG
GEF MSP (TF 0240011)

PEMANTAUAN KAWASAN SEMBILANG KE-9
Februari 2004

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

I.

LATAR BELAKANG ....................................................................................................1

II.

DAERAH SURVEY .....................................................................................................1

III.

METODE.....................................................................................................................3

IV.

HASIL PEMANTAUAN................................................................................................4
4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort ................................................................................4
4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan...........................................5

V.


DISKUSI DAN EVALUASI ........................................................................................16

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................20

PUSTAKA ..........................................................................................................................21

LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Mangrove yang dikoleksi dari TN Sembilang.............................22
Lampiran 2. Data Koordinat Lokasi Pemantauan .....................................................23
Lampiran 3. Catatan Temuan Burung (24-28 Februari 2004)...................................24
Lampiran 4. Detail Aktifitas Terhadap Pengamatan Manusia...................................27

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

ii

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang


I.

LATAR BELAKANG

Sebagai bagian dari perangkat Monitoring dan Evaluasi, Wetlands International - Berbak
Sembilang Project (WIIP-BSP) mencoba mengembangkan beberapa konsep yang
terstruktur yang diharapkan dapat dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi kawasan
Taman Nasional Sembilang (M&E plan). Salah satu konsep tersebut adalah Unit
Pemantauan Terpadu (Integrated Monitoring Unit – IMU).
Unit ini terdiri dari staf jagawana/wirawana Taman Nasional/BKSDA, anggota Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) lokal dan jika memungkinkan juga masyarakat setempat.
Selama proyek berlangsung kegiatan ini dibantu oleh staf Berbak Sembilang Project –
WIIP, dan sesuai dengan rencana program, wilayah Taman Nasional Sembilang secara
teratur akan dikunjungi sebanyak tiga kali dalam setahun.
Unit ini akan bekerjasama, berlatih untuk mengembangkan kemampuan serta tehniktehnik pengumpulan data lapangan (antara lain; kemampuan pengenalan jenis,
pemakaian catatan lapangan, dokumentasi, penggunaan GPS, penggunaan transek
darat/sungai, serta evaluasi kegiatan harian) dan menyusun laporan hasil pemantauan
berupa gambaran terkini dari kawasan yang dikunjungi.
Pada pemantauan yang ke-9 ini, kegiatan pemantauan kembali dikoordinasi oleh

perwakilan LSM yaitu Kelompok Pengamat Burung South of Sumatera (KPB SOS).
Dengan proses kaderisasi ini, diharapkan pemantauan kawasan dapat berlangsung
sesuai dengan strategi yang telah disusun sebelumnya.

II.

DAERAH SURVEY

Daerah-daerah pemantauan reguler yang dapat dipantau pada kegiatan kali ini adalah;
Sungai Bungin (sampai 9,2 km dari muara), daerah berlumpur pesisir Semenanjung
Banyuasin (mulai dari Muara S. Apung hingga Muara S. Sembilang), S. Benawang (dari
Simpang Batu ke Bagan di Terusan Dalam), S. Bakurendo (19,5 km dari muara) dan S.
Terusan Dalam (16,3 km dari Simpang Sungai Terusan Luar).
Selain itu, beberapa daerah pemantauan tambahan yaitu; Sungai Simpang Tawar (12,3
km dari muara), Sungai Peldes (hingga 11,3 km dari muara, ke arah kanan simpang tiga),
Bagan di muara Sungai Simpang Batu, Sungai Terusan Luar, Sungai Simpang Ngirawan
(hingga 20,4 km dari muara, basecamp WKL yang baru), Pulau Betet (pantai bagian luar)
dan S. Benu (hingga 21,5 km dari muara).

Untuk lebih jelas mengenai daerah-daerah survey lihat Peta 1.


Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

1

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Peta 1. Daerah Pemantauan
SBe

Daerah pemantauan regular
Daerah pemantauan tambahan
TL
PB

STD
SP

0


10

20

SN
TBn
SBk

SSt
BA
SBu
SBu

Keterangan lokasi :
SBu

Sungai Bungin

SN


Sungai Simpang Ngirawan

BA

Semenanjung Banyuasin

PB

Pulau Betet

SSt

Sungai Simpang Tawar

SB

Sungai Benu

SP

Sungai Peldes

STD

Sungai Terusan Dalam

TBn

Teluk Benawang

TL

Sungai Terusan Luar

SBk

Sungai Bakorendo

Batas Kawasan Taman Nasional Sembilang

Sumber Peta Dasar :
1.

Citra Landsat Satelit Image 5TM, Bands 542 – LAPAN Mei ‘2001

2.

Peta Rupa Bumi Indonesia. Skala 1 : 250.000 Lembar Palembang. Bakorsurtanal.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

2

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

III.

METODE

Sebagian besar kegiatan pemantauan dilakukan dengan menggunakan transportasi air,
yaitu speed-boat kayu dengan mesin Yamaha 40 PK. Pemantauan dilakukan dengan
menyusuri sungai-sungai yang telah ditentukan sebagai menjadi target pemantauan.
Selain itu, sungai-sungai yang menurut informasi di lapangan rentan terhadap gangguan
aktifitas manusia juga merupakan target dalam kegiatan pemantauan kali ini. Penyusuran
dilakukan dengan kecepatan sedang dan berhenti pada titik-titik tertentu untuk mengamati
kondisi habitat, satwa aktivitas manusia atau gangguan lain terhadap kawasan.
Data yang dikumpulkan antara lain: aktivitas manusia yang teramati, kondisi habitat serta
temuan kelompok-kelompok satwa liar yang teramati. Data pendukung seperti
panjang/luas areal survey, koordinat lokasi survey juga dicatat. Penentuan koordinat
lokasi pemantauan dilakukan dengan bantuan (Geographical Positioning System) GPS
Garmin 12 XL.
Wawancara dengan penduduk atau masyarakat yang berada di kawasan juga dilakukan.
Selain untuk mengumpulkan data tambahan juga dilakukan untuk menyampaikan
informasi mengenai status kawasan secara umum. Dalam pemantauan ke-9 ini sendiri,
tim pemantauan juga membagikan leaflet kepada masyarakat lokal di sekitar kawasan.
Dengan leaflet ini diharapkan masyarakat memahami gambaran mengenai status
kawasan TN Sembilang.
Pengamatan dan identifikasi burung secara umum menggunakan alat bantu teropong
(Binocular): Leica Trinovid 7x 42 BA, Pentax 8 x 40 dan Pegassus 15 x 32.. Dokumentasi
kegiatan menggunakan kamera Nikon FM2, dengan lensa MicroNikkor 55 mm dan
Kamera saku Canon, Handycam Samsung L-800, 880x Digital Zoom/22x Optical Zoom .
Panduan lapangan yang digunakan untuk identifikasi burung adalah, MacKinnon, dkk.
(2000), dan Sonobe & Usui (1993). Keberadaan kelompok mammalia selain berdasarkan
hasil temuan langsung, juga diidentifikasi dari temuan jejak, cakaran atau kotoran,
panduan identifikasi yang digunakan adalah van Strien (1983), dan Payne, dkk. (2000).

Kronologi Kegiatan :
24 Feb Palembang - Sungsang - S. Bungin Semenanjung Banyuasin – Sembilang

Tim Pelaksana :
Muhammad Iqbal

KPB-SOS

Mauludin

BKSDA, Polhut Resort Solok
Buntu

Abdul Halim

BKSDA, Staf Resort Sembilang

Syafi’i

Forum Pemuda, Pelajar dan
Mahasiswa Banyuasin II

25 Feb

Sembilang – Simpang Tawar - Muara
Bogem – Simpang Batu – Benawang –
Terusan Dalam

26 Feb

Terusan Dalam – S. Peldes – S. Ngirawan
– Bakurendo – Terusan Dalam

27 Feb

Terusan Dalam – Pulau Betet – S. Benu –
S. Terusan Luar – S. Terusan Dalam

28 Feb

Terusan Dalam – Sembilang – Sungsang –
Palembang

Silvi Iriyani

Mahasiswi S2 FP UNSRI

2

Evaluasi kegiatan (Palembang)

Turyani

WBH

Ismail

Pengemudi speed-boat

Mar

Keterangan : KPB-SOS = Kelompok Pengamat Burung Spirit of South-Sumatra.
Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

3

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

IV.

HASIL PEMANTAUAN

4.1 Kondisi Pos dan Staf Resort
Pos terpadu di pemukiman Sembilang yang telah teramati pembangunannya pada
Pemantauan sebelumnya, teramati sudah selesai dibangun. Walaupun demikian, belum
terlihat adanya aktifitas yang menunjukkan bahwa pos resort tersebut sudah mulai
digunakan.
Kondisi Pos Resort di Terusan Dalam terlihat bersih dan rapi. Pada saat tim Pemantauan
mengunjungi Pos untuk bermalam, Pak Gani (warga yang turut aktif menjaga
kenyamanan kondisi Post) sedang tidak berada di tempat. Jika pada kegiatan
Pemantauan sebelumnya tim biasanya meminta warga setempat untuk memasak bahanbahan logistik yang di bawa tim Pemantauan, tetapi kali ini tim Pemantauan harus
memasak sendiri bahan-bahan tersebut.
Staff Resort TN Sembilang yang ikut terlibat dalam pemantauan ini, yaitu satu staff teknis
(Abdul Halim) dan satu staff Polhut (Mauludin) yang juga merupakan anggota tim
pemantauan yang ikut sebelumnya.

Pos Terpadu di Sembilang

Tim mengunjungi SEKRETARIAT BERSAMA di Desa Sungsang I, Kec. Banyuasin.
Sekber merupakan sebagai salah satu wujud kerjasama antara beberapa pihak: Proyek
Berbak Sembilang-WIIP (BSP), Lembaga Pendidikan Hukum Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat (LPH-PEM) dan Forum Pemuda, Pelajar & Mahasiswa Kecamatan
Banyauasin II. Sebagai salah satu wujud nyata dari kerjasama ini adalah dibentuknya II.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

4

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Sekretariat Bersama di Sungsang

4.2 Aktifitas Manusia dan Gangguan terhadap kawasan
Aktifitas manusia yang teramati di wilayah kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang dan
sekitarnya dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu kegiatan pemanfaatan hasil hutan
(kayu dan non-kayu) dan non-hasil hutan .
4.2.1. Pemanfaatan Hasil Hutan
Dalam Pemantauan ke-9 ini, pemantauan terhadap adanya aktifitas konsesi di dalam
kawasan TN Sembilang tetap dilakukan.
Aktifitas PT Sribunian Trading Coy (STC) masih sama seperti pada pemantauan
sebelumnya, tidak teramati aktifitas yang mencolok. Di basecamp hanya terlihat dua
orang orang pegawai yang sedang menjaga asset perusahaannya.
Pada km 20,4 dari muara Sungai Ngirawan, tim menjumpai aktifitas baru dari PT WKL
(Wana Karya Lestari). Teramati bangunan kayu, juga rel dan beberapa pekerjanya
bekerja di lokasi tersebut. Salah seorang pekerja bernama Hasan (bagian kantin) yang
mewakili PT WKL saat itu, menyebutkan bahwa: pekerja yang bekerja saat ini berjumlah
100 orang dan sebagian besar berasal dari Kalimantan. Mereka telah beraktifitas selama
4 bulan dengan mengantongi izin pemanfaatan kayu (IPK).
Saat ini mereka baru memasang rel sejauh 5 km dari jarak yang direncanakan yaitu
sekitar 10 km. Diperkirakan kegiatan pemasangan rel ini akan selesai pada bulan Maret.
Seluruh aktifitas lapangan ini dikerjakan oleh seorang kontraktor lapangan yang
bertempat di Jalan Letnan Mukmin Palembang yang bernama Titi Wayhari. Saat tim
pemantauan tiba di lokasi, koordinator lapangan PT WKL sedang tidak berada di lokasi.
Koordinator lapangan adalah Sukimto, orang dari Jakarta.
Selain konsesi tersebut, teramati juga kegiatan penebangan kayu atau pengambilan hasil
hutan secara illegal, yaitu :

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

5

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

a. Pabrik Penggergajian kayu (Pabrik Tampa)
Pabrik tampa Pak Dul yang pada Pemantauan ke 8 terlihat tidak aktif sekarang mulai
kembali aktif. Saat tim Pemantauan ke 9 mengunjungi Pabrik Tampanya, Pak Dul
mengatakan kalau kayu yang ada di pabrik tampanya sebanyak 20 kubik kayu balok
(berupa kayu tumu) dan 2 m3 kayu masak (yang sudah di gesek). Pengamatan tim
Pemantauan terhadap kayu-kayu yang ada di pabrik tersebut menunjukkan bahwa
jumlah kayu yang ada lebih dari jumlah yang disebutkan Pak Dul. Anggota tim
Pemantauan ke 9 yang berasal dari BKSDA (Mauludin) mengingatkan Pak Dul untuk
membongkar pabrik tampa miliknya sesegera mungkin..

Pabrik Tampa yang kembali aktif beroperasi di Sungai Bungin

b. Penebangan dan Pengambilan kayu tumu, bakau dan Kayu Racuk Campuran
(KRC)
-

Sungai Simpang Tawar
Terdapat tiga temuan aktifitas pengambilan kayu tumu dan KRC (Kayu Racuk
Campuran) di sungai ini. Temuan-temuan itu yaitu :
a. Di km 0,2 dari muara, tim menemukan sebuah pondok dan di dekat pondok
tersebut teramati potongan kayu tumu/KRC tersusun dengan cukup rapi. Tidak
ditemukan orang atau pemilik kayu di sekitar lokasi tersebut.
b. Di km 5,7 dari muara, tim menemukan 68 potong kayu tumu /KRC Tidak ada
orang atau pemilik dari kayu tersebut. Kayu-kayu tersebut tersusun dengan
rapi dan dibiarkan tanpa penunggu.
c. Di km7,4 dari muara, tim kembali menemukan 56 potong kayu tumu/KRC
juga tanpa pemilik dari kayu tersebut.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

6

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Susunan kayu bakau yang ditemukan
tim pemantauan tanpa pemiliknya di S. Peldes

-

Muara Bogem
Di muara Bogem Besar, tim pemantauan ke 9 menemukan sebuah pompong yang
sedang menyusun kayu bakau/KRC. Menurut ketua tim, pompong tersebut (yaitu
Nurusin bin Tusin), terdapat 800 potong kayu bakau/KRC yang akan diangkut oleh
pompongnya. Kayu-kayu yang di ambil seukuran 8 m dengan diameter antara 10
cm di ujung dan 12 cm di bagian pangkal. Kayu-kayu tersebut rencananya akan
digunakan sendiri untuk pembuatan kelong. Ketua tim pompong tersebut juga
mengakui bahwa ia sudah mengambil kayu di kawasan tersebut sejak 3 tahun
yang lalu dengan intensitas pengambilan 1 tahun sekali.

-

Sungai Benu
Di bagan satu Sungai Benu di dapat informasi bahwa ada pompong yang
mengeluarkan kayu KRC. Kayu tersebut dilaporkan milik Jun Tim tidak bisa
melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam sungai, karena terhalang oleh rumput
dan tumbuhan air yang tampaknya tidak sengaja.

Juga diinformasikan bahwa sebuah motor besar masuk ke arah hulu, namun hingga
tim datang motor tersebut yang belum keluar. Motor tersebut disebutkan akan
digunakan untuk mengangkut kayu yang dibawa berasal dari sawmil/pabrik tampa
(perkiraan sekitar 60 kubik, kayu-kayu tersebut disebutkan milik salah seorang oknum
Airud).

d. Penebangan dan pengangkutan nibung
Aktifitas pengambilan kayu nibung masih terjadi di dalam kawasan. Adapun aktifitasaktifitas pengambilan dan pengangkutan kayu Nibung tersebut, yaitu :



Di dekat Muara Bogem, tim menemukan 1 buah pompong yang mengambil 11
bual (300 potong) kayu nibung dengan panjang 8-9 m. Kayu-kayu nibung tersebut
Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

7

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang



diakui pemilik pompong tersebut berasal dari Sungai Ngirawan. Kayu-kayu
tersebut rencananya di pakai untuk pembuatan kelong milik Zaenal di Sungsang II.
Pada km 8,6 dari muara Sungai Peldes, tim pemantauan ke 9 menemukan
susunan kayu nibung dari pompong yang siap menariknya. Jumlah kayu nibung
tersebut sekitar 500 potong. Tim hanya menemukan seorang ibu dengan seorang
anaknya, dan tidak menemukan para pekerja atau pemilik pompong tersebut.
Pompong pengambil nibung tersebut berasal dari Terusan Tengah kecamatan
Muara Telang. Setidaknya ada 3 pompong di sekitar kayu nibung yang tersusun
tersebut dan aktifitas pengambilan kayu nibung dari kelompok pompong mereka
terus berlanjut.

4.2.2 Pemanfaatan Non Hasil Hutan
Rumah Walet
Rumah walet di Terusan Dalam mulai memanen sarangnya. Sebelumnya rumah walet
tersebut dilaporkan mengalami gagal panen akibat faktor kutu dan cecak. Walet dari
sarang tersebut mulai menghasilkan dan sarangnya di nilai lebih bagus karena lebih
besar, lebar dan bersih. Adapun harga jualnya mencapai Rp 20.000.000 (dua puluh juta)
perkilonya.
Tambak
Ketika tim pemantauan ke-9 mengunjungi areal tambak di Solok Buntu, terlihat kondisi
pemukiman tersebut agak sepi. Tambak-tambak di sekitar kawasan tersebut terlihat
kering. Menurut informasi dari petambak, kawasan tambak mereka sebelumnya baru saja
mengalami kebanjiran.
Keramba Ikan Milik Dinas Perikanan
Di sekitar Muara Sungai Sembilang, Dinas perikanan Propinsi Sumatera Selatan
membuat sebuah program pembesaran ikan kerapu. Keramba yang dipersiapkan untuk
pembesaran ikan tersebut berjumlah sebanyak 20 buah dengan ukuran 3 x 3 m. Program
ini tampaknya merupakan kelanjutan dari program sebelumnya yang gagal menghasilkan
ikan dewasa. Di dekat keramba tersebut terdapat 1 buah bagan (rumah) dan 1 buah
kamar mesin. Kolam ini sendiri nantinya akan di isi dengan ikan kerapu. Nama staff Dinas
Perikanan yang mengkoordinir kegiatan program tersebut bernama Syamsuri. Program
Dinas Perikanan ini juga menjalin kerjasama dengan Among, pengusaha yang cukup
terkenal di Sembilang.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

8

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Keramba ikan milik Dinas Perikanan di sekitar
Muara Sungai Sembilang

Aktifitas Nelayan Pencari & Pengumpul Kepiting
Nelayan pencari dan pengumpul kepiting teramati di hampir setiap sungai yang
dikunjungi. Umumnya mereka menjual hasil tangkapannya kepada pemilik sungai
(pemenang lelang sungai), dan harga jual rata-rata sebesar Rp 7.000 perkilonya. Hanya
satu kelompok pencari kepiting yang tidak menjual dengan sistem seperti itu, yaitu
pencari kepiting yang ditemui di Pualu Betet. Selain itu alat tangkap yang mereka
gunakan juga berbeda dengan penangkap kepiting lainnnya.
Jika penangkap kepiting umumnya menggunakan bubu yang diberi umpan, kelompok ini
menggunakan tongkat kayu dengan ujung besi yang diarahkan ke lubang-lubang kepiting.
Hasil tangkapan kelompok ini mencapai 10 kilo perharinya. Kelompok pencari kepiting ini
berasal dari jalur 9 Muara telang. Hasil tangkapan nelayan di setiap lokasi atau sungai
tampaknya mengalami perbedaan. Hasil tangkapan maksimal para pencari kepiting di
sungai yang menggunakan bubu adalah 8 kilo perhari.
Perbedaan hasil ini tampaknya juga dipengaruhi oleh keadaan hutan di sekitarnya. Para
nelayan sebenarnya mengetahui kalau kayu-kayu di sekitar hutan tersebut berkurang, itu
berarti juga berkurangnya kepiting di lokasi tersebut.
Di Terusan Dalam, kepiting sering di dapat oleh para nelayan yang menjaring ikan.
Biasanya kepiting tersebut di makan sendiri. Satu individu kepiting betina tangkapan
nelayan Terusan Dalam terlihat dengan telur di seluruh badannya.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

9

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Perikanan
Hasil perikanan yang teramati dalam pemantauan kali ini meliputi :
-

Udang
Di sungai-sungai di kawasan TN Sembilang, teramati para nelayan pencari udang.
Udang yang di cari adalah udang peci. Umumnya udang tersebut di jual sekitar Rp
13.000 perkilonya (jika di jual kepada bos/pemilik sungai). Rata-rata nelayan mampu
menghasilkan udang tersebut 3 kilo perharinya.

-

Kerang
Aktifitas pengambilan kerang teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin. Para
nelayan tersebut menjual kerang tersebut seharga Rp 40.000 perkaleng besar. Para
pencari kepiting tersebut ada yang pulang ke Mentok, Bangka.

-

Ikan
Aktifitas perahu nelayan di Sungsang dan di
Sungai Sembilang terlihat lumayan ramai di
banding pemantauan sebelumnya (pemantauan
ke 8). Pencari-pencari ikan di kawasan Sungai
rata-rata mampu menangkap 5 kilo perharinya.
Dalam pemantauan ini, tim menemukan kuda
laut yang di pelihara oleh masyarakat Simpang
Batu. Jenis ini termasuk jenis ikan yang jarang
ditemui oleh tim pemantauan selama kegiatan
pemantauan berlangsung. Selain itu, di terusan
Dalam terlihat ikan bebaji dan ikan betutu
dengan telur di badannya.
Tabel 2
menggambarkan
jenis-jenis
ikan
yang
ditangkap oleh nelayan setempat.

Kuda Laut yang dipelihara masyarakat di
Muara Simpang Batu

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

10

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang
Tabel 2. Jenis-jenis ikan ditemui yang ditangkap oleh nelayan sekitar kawasan.
Jenis

SB

Iwak Permato/Mato jobol

+

Duri

+

Waru

+

Mengkah

+

Glamor

+

Belanak

+

Simba

+

Bulu ayam

+

Bilis

+

Kado

+

Selangek/Selangit

+

Buncis

+

Petek

+

Pirang bujang

+

Sumpit

+

Kuda laut

+

Simpang Tawar
P1

P2

+

+

Cawang

+

Elang

+

Sebelah/Ikan Lidah

+

Dukang

+

Sembilang

+

TD

PS

P3

+
+

+

Kakap

+

Tirusan

+

Bebiji

+

Gerot

+

Blambangan/Kakap merah

+

Kertang

+

+

Bawal putih

+

Belut laut

+

Pari

+

Pari ayam

+

Gulamah

+
+

Bebaji
Kepala batu/Truntung

+

Kerapu

+

Lepu

+

Kluyu/Kloyo

+

Betutu

+
+

Selontok
Keper

SBe

+

Betok

+

Tembakang

+

Bujuk

+

Keli/Lele

+

Selincah

+

Gabus

+

Bujuk

+

Keterangan : + = dijumpai; STL = Nelayan Sungai Terusan Luar; P1 = Pompong 1; SB= Bagan di Simpang Batu;
SBe= Sungai Benu; P2 = Pompong 2; PS= Pompong di Sembilang; TD = Terusan Dalam; P3 = Pompong 3
Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

11

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

4.3. Pengamatan Fauna

BURUNG
Bangau dan Kuntul
Terdapat sekitar 150 individu burung Bangau Tongtong Leptoptilos javanicus dan 120
individu Bangau Bluwok Mycteria cinerea di Pesisir Semenanjung Banyuasin. Tim Tidak
berhasil mengamati keberadaan Ibis cucuk besi Threskiornis melanocephalus di
sepanjang jalur pengamatan di pesisir Semenanjung Banyuasin. Jumlah individu yang
teramati di pesisir Banyuasin berjumlah sekitar 500 individu.

Bangau Tongtong di Sungai Simpang Tawar

Burung Pemangsa (Raptor)
Ketiga jenis burung pemangsa yaitu ; Elang Bondol Haliastur indus, Elang-ikan kepalakelabu Ichthyophaga ichthyaetus dan Elang-laut perut-putih Haliaetus leucogaster
teramati di hampir setiap sungai yang dikunjungi. Tim juga mengamati sekelompok elang
dengan jumlah 60 individu yang bergerombol di pesisir Banyuasin. Kelompok ini
kemungkinan adalah kelompok dari jenis elang yang bermiigrasi.
Adanya dua jenis burung pemangsa berwarna hitam kecoklatan yang teramati selama
pemantauan, hal ini pernah terjadi pada pemantaun sebelumnya (pemantauan ke 8).
Tidak bisa dipastikan apakah jenis elang yang teramati adalah jenis elang yang sama
yang tidak teridentifikasi sebelumnya. Perjumpaan pertama terjadi di Sungai Peldes dan
perjumpaan kedua terjadi di Semenanjung Banyuasin.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

12

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Kelompok burung pemangsa di Pesisir
Semenanjung Banyuasin

Elang-laut Perut-putih

Burung pantai (Scolopacidae, Charadriidae)
Tidak kurang 20.000 ind burung pantai teramati di pesisir Banyuasin. Tidak dapat
diperkirakakn komposisi jumlah jenisnya. Hal ini disebabkan terutama karena jarak antara
pengamat dan burung yang cukup jauh dan burung yang teeramati kebanyakan dalam
posisi diam (tidak terbang).
Cekakak Cina
Salah satu jenis burung baru yang teramati selama kegiatan pemantauan berlangsung
adalah ditemukannnya Cekakak Cina Halcyon pileata (lihat Goenner & Hasudungan
2001, Hasudungan & Sutaryo 2001, Hasudungan & Wardoyo 2002, Hasudungan &
Sutaryo 2002, Hasudungan & Wardoyo 2002a, Wardoyo 2003, Iqbal 2003 dan Iqbal
2003a). Burung ini terlihat sangat mencolok dengan kepala hitam, punggung biru, kalung
leher putih dan perut yang berwarna merah bata. Semua anggota tim mengamati burung
ini beberapa menis sebelum terbang masuk ke dalam hutan nipah.

MAMALIA
Kalong Pteropus vampyrus
Pada sore hari di antara tanggal 26-27 Februari 2004, kelompok kalong besar teramati
rutin terbang melintas melewati bagan di Terusan Dalam. Kalong-kalong tersebut berasal
dari Pulau Betet. Jumlah kalong yang teramati bertengger di kayu mati pada 27 Februari
2004 di Pulau Betet sekitar 400 indiidu.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

13

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Babi Sus scrofa
Sekelompok babi dengan jumlah 10 individu yang terdiri dari 7 individu muda dan 3
individu dewasa teramati pada 25 Februari 2004 di dekat muara Bogem kecil. Selain itu,
dilaporkan (Kak Mael) pada pagi hari 25 Februari 2004 teramati 3 individu babi muncul di
kawasan pemukiman Sembilang. Jejak babi juga teramati umum di Pulau Betet.

Babi hutan Sus scrofa di dekat Muara Bogem Kecik

Primata
Hanya dua jenis primata yang teramati, yaitu kera ekor panjang Macaca fascicularis dan
Lutung budeng Presbytitis cristata. Hal yang cukup menarik dari pengamatan primata ini
adalah bahwa Lutung budeng yang teramati lebih banyak teramati di luar kawasan di
banding dengan kera ekor panjang.
Kera ekor panjang teramati di hampir setiap sungai dan sekelompok kera ekor panjang
yang teramati di muara Sungai Sembilang terlihat menggendong anaknya. Kera ekor
panjang di Sungai Bungin terlihat mengambil peralatan penduduk dan mencuri kelapa
yang diletakkan di belakang rumah.

Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrensis
Harimau Sumatera dilaporkan kembali muncul oleh masyarakat Sembilang.
Kemunculannya yaitu pada tengah malam sekitar pukul 03.15 WIB. Harimau tersebut
muncul pada tanggal 22 Februari 2004 yang lalu. Harimau yang muncul ini dilaporkan
memiliki ukuran yang sangat besar. Masyarakat menduga bahwa individu harimau ini
adalah individu harimau menyerang penduduk pertama kalinya.
Penduduk yang melihat harimau tersebut (Pak Abas) melaporkan bahwa harimau
tersebut memiliki tinggi sekitar 1 m dan panjang 2 m. Sayang ketika tim hendak mencari
jejaknya, kondisi pasang sedang naik. Selain itu, jejak harimau tersebut tampaknya tidak
berbekas lagi.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

14

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Nelayan Terusan Dalam (Pak Bise), melaporkan bahwa ia mndengar suara auman khas
dari dua individu harimau Sumatera di sekitar Sungai Terusan Luar (tempai di mana ia
menjaring ikan). Menurutnya, suara auman khas tersebut menandakan bahwa harimau
tersebut sedang kawin.
Pesut dan Lumba-lumba
Hampir seluruh nelayan dan penduduk sekitar kawasan yang ditanya tentang keberadaan
Pesut atau Lumba-lumba menjawab tidak melihatnya dalam beberapa minggu atau bulan
terakhir ini.

REPTILIA
Biawak Varanus salvator
Satu individu biawak ditemui di pinggir sungai Solok Buntu pada 28 Februari 2004.
Buaya Muara Crocodylus porosus
Tim pemantauan ke 9 tidak berhasil menemukan satu individupun buaya muara di dalam
kawasan. Hal ini tampaknya dipengaruhi juga oleh faktor pasang yang cukup tinggi
selama kegiatan berlangsung.
Anak buaya yang ditangkap oleh masyarakat di Simpang Batu yang ditemui oleh tim
Pemantauan ke 6 masih dipelihara oleh penduduk setempat. Dengan demikian, umur
buaya tersebut sudah lebih dari satu tahun. Saat tim Pemantauan ke 9 datang kelokasi
tersebut, anak buaya tersebut terlihat sudah lebih besar dari sebelumnya dan terlihat lebih
ganas.

FAUNA LAINNYA
Lebah
Di sekitar pemukiman Simpang Batu, tim mengamati sekelompok lebah yang
mengerumuni udang untuk pembuatan caluk. Sayang tim pemantauan tidak berhasil
mengamati sarang lebah ini selama kegiatan pemantauan berlangsung.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

15

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

V.

DISKUSI DAN EVALUASI

Kondisi Kawasan
Aktifitas-aktifitas manusia yang mengancam kawasan TN Sembilang terus terjadi. Dari
pemantauan ke 1 sampai yang ke 9 ini, tidak ada tanda-tanda bahwa aktifitas
pengambilan kayu illegal akan berkurang. Kondisi ombak pada pemantauan kali ini cukup
besar, tetapi tim masih bisa melewati jalur laut. Ini mengakibatkan tim pemantauan selalu
berhati-hati untuk mengunjungi setiap sungai, karena harus memperhatikan kondisi
ombak di laut. Kondisi ini juga mengakibatkan tim pemantauan tidak bisa mengunjungi
hulu-hulu sungai sampai jauh atau berlama-lama diam di sungai.
Fenomena klasik yang menghantui kawasan TN Sembilang adalah jarangnya patroli
kawasan dari aparat berwenang. Hal ini diperburuk dengan kurangnya antusias dari
petugas untuk terjun ke lapangan. Ini merupakan sebuah masalah yang besar di banding
dengan masalah biaya transportasi dan logistik yang memang lumayan mahal.
Salah satu hal yang cukup menghambat dalam pemantauan kali ini adalah terjadinya
kelangkaan minyak tanah, baik di Palembang maupun di Sembilang. Hal ini
mengakibatkan harga minyak tanah menjadi naik dan ini berdampak meningkatkan biaya
transportasi.

PT Wana Karya Lestari
Keberadaan posisi basecamp PT Wana Karya Lestari (WKL) perlu dikaji lagi, apakah
basecampnya masuk dalam kawasan TN Sembilang atau tidak. Aktifnya kembali PT WKL
ini perlu diwaspadai. Walaupun daerah kerjanya tidak masuk TN Sembilang, tetapi karena
jalur transportasinya yang melalui TN Sembilang akan mengakibatkan dampak yang
buruk bagi kawasan TN Sembilang.
Kawasan di sekitar Sungai Ngirawan sangat perlu untuk rutin di pantau pada masa-masa
mendatang. Ini penting mengingat tanpa petugas di lokasi kawasan, maka bukan
tidakmungkin PT WKL akan menjarah kayu-kayu di sekitar kawasan Sungai Ngirawan.

Pengambilan Kayu Illegal dan Pabrik Tampa
Pengambilan kayu yang cukup sering teramati dilakukan pada pemantauan ke 9 ini
adalah jenis kayu tumu/KRC. Kecuali kayu tumu/KRC yang ditemukan di Sungai Peldes,
semua pengambilan kayu yang dilakukan di dalam kawasan umumnya dipergunakan
sebagai bahan untuk perikanan, seperti kelong.
Kehadiran Airud yang dihubung-hubungkan dengan kayu yang ada di Sungai Peldes
tampaknya perlu dikonfirmasikan. Ini penting agar penjarahan kayu di kawasan TN
Sembilang tidak terus berlanjut dikarenakan adanya isu-isu keterkaitan oknum.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

16

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Eksploitasi Nibung
Pada pemantauan ke-9 ini, pengambilan kayu nibung di dalam kawasan masih terus
terjadi. Ada dua temuan aktifitas pengambilan kayu nibung. Pertama yang terjadi di
sekitar Muara Bogem dan yang kedua yang terjadi di Sungai Peldes. Selain itu, dari
bagan Sungai Ngirawan dilaporkan bahwa ada aktifitas pompong yang hendak benibung.
Pengambilan kayu nibung pertama dilaporkan untuk pembuatan kelong, sedangkan yang
kedua tidak jelas tujuannya. Tetapi mengingat asal pemilik pompong yang kedua berasal
dari Terusan Tengah kecamatan Muara Telang, maka besar kemungkinan maka besar
kemungkinan pompong tersebut akan menjual kayu nibungnya kepada masyarakat
sekitar.

Pengamatan Fauna
Jumlah populasi burung pantai di pesisir Banyuasin pada pemantauan ke 9 ini dapat
mencapai 20.000. Tampaknya cukup menarik jika pada suatu saat dilakukan satu sesi
khusus pengamatan burung pantai di sepanjang pesisir Banyuasin dengan menggunakan
pompong besar. Dengan menggunakan pompong besar ini, diharapkan jarak antara dan
burung tidak terlalu jauh.
Tim juga mengamati sekelompok burung pemangsa di pesisir Banyuasin dengan jumlah
sekitar 60 individu. Tidak jelas jenisnya, tetapi ada kemungkinan merupakan kelompok
dari burung pemangsa yang bermigrasi.
Munculnya kembali Harimau Sumatera di kawasan pemukiman Sembilang cukup
mencemaskan masyarakat sekitar. Pak Ali telah mendiskusikan permasalahan ini kepada
staff BKSDA yang juga anggota tim pemantauan. Laporan ini perlu ditindaklanjuti agar
tidak terjadi korban jiwa di masyarakat.

Pelaksanaan Kegiatan
Seperti pada pelaksanaan pemantauan ke 7 dan ke 8 sebelumnya, yang menjadi
koordinator Tim Pemantauan adalah perwakilan LSM, Kelompok Pengamat Burung Spirit
of South-Sumatra (KPB-SOS). Hal ini dilakukan untuk memantapkan proses penguatan
kaderisasi dalam menunjang pelaksanaan pemantauan pada masa-masa selanjutnya.
Adapun lembaga/organisasi yang terlibat dalam pemantauan kali ini yaitu BKSDA SS,
Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS, WBH dan
Mahasiswa S2 Unsri. Empat orang yang ikut dalam pemantauan ini pernah terlibat dalam
pemantauan sebelumnya, dua peserta lainnya dalam kegiatan pemantauan ini baru
pertama kali ikut serta dalam kegiatan pemantauan & evaluasi kawasan TN Sembilang.
Seperti yang telah dibahas dalam laporan pemantauan ke 8 sebelumnya (lihat Iqbal
2003a) bahwa selama kegiatan pemantauan telah melibatkan 9 orang staf BKSDA SS, 1
orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 7 orang LSM, 3 orang mahasiswa dan 3 staf BSP/WIIP. Dengan tambahan dua orang baru dalam pemantauan ini maka komposisinya menjadi
9 orang staf BKSDA SS, 1 orang Dinas Kehutanan Banyuasin, 8 orang LSM, 4 orang
mahasiswa dan 3 staf BSP/WI-IP. Total seluruh orang yang terlibat dalam kegiatan
selama berlangsung menjadi 25 orang.
Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

17

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Adapun lembaga yang terlibat yaitu BSP/WI-IP, BKSDA SS, Dinas Kehutanan Banyuasin,
LSM WBH, LSM LEMBAR, LSM LPH-PEM, Forum Pemuda Pelajar dan Mahasiswa
Banyuasin II (FPPPM), KPB-SOS, Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhammadiyah
Palembang. Dengan makin banyaknya orang dan lembaga yang terlibat dalam kegiatan
Pemantauan ini, maka diharapkan akan terjadinya regenerasi dan memperbanyak mitra
kerja di lapangan. Selain itu, diharapkan semakin banyak orang yang mengetahui
kawasan TN Sembilang secara langsung.
Para peserta pemantauan dalam kegiatan ini telah mampu menggunakan binokuler
dengan baik. Adapun dalam penggunaan GPS, karena alatnya yang terbatas (satu unit)
dan cukup rumit untuk dipahami secara cepat, maka tidak seluruh anggota tim mampu
menggunakan alat ini. Namun, para peserta Pemantauan setidaknya sudah mengenal
alat ini dan mengetahui kegunaannya. Hal ini disebabkan karena hanya dua orang dari
anggota tim yang baru dalam pelaksanaan pemantauan ini.
Pada kesempatan pemantauan ini, Tim Pemantauan juga membagikan kalender sebagai
alat untuk melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat Sembilang dan
Terusan Dalam. Hal ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar
akan kondisi dan status kawasan hutan di sekitar mereka.

Evaluasi Kegiatan di kantor Berbak Sembilang Project

Evaluasi harian (diskusi malam) dilakukan setiap malam. Evaluasi pada hari ke 1
dilakukan di pos Babinsa Sembilang, yang juga merupakan tempat Tim Pemantauan
menginap. Pada hari ke 2 sampai ke 4 evaluasi harian dilakukan di Pos Resort Terusan
Dalam. Secara umum, evaluasi harian dapat berjalan baik dan berjalan lancar.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

18

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Kegiatan Lain di Wilayah TN Sembilang
Tim pemantauan ke 9 melepaskan burung Julang jambul-hitam Aceros corrugatus di
sekitar kawasan Solok Buntu. Tim menemukan burung ini dipelihara dengan cara terikat
oleh masyarakat Solok Buntu. Burung tersebut didapatkan oleh pengambil kayu nibung di
dalam kayu berlubang di sekitar kawasan Bakurendo.

Julang jambul-hitam Aceros corrugatus yang dipelihara penduduk lokal

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

19

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN







Secara umum, kawasan TN Sembilang saat ini masih mengalami berbagai
tekanan/gangguan. Gangguan tersebut terutama disebabkan oleh eksploitasi hasil
hutan terutama dari hasil pengambilan kayu secara illegal.
Jenis kayu yang paling sering diambil dari dalam kawasan pada pemantauan kali ini
yaitu jenis kayu tumu.
Para pengambil kayu yang berasal dari di kawasan TN Sembilang yang teramati pada
pemantauan ke-9 ini biasanya menggunakan kayu-kayu tersebut untuk kegiatan
perikanan.
Aktifitas perikanan di kawasan TN Sembilang terlihat lebih ramai bila dibandingkan
dengan pemantauan sebelumnya.
Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat yang ditemui di dalam kawasan,
maka ada sebagian warga yang mengetahui status kawasan, tetapi sebagian besar
masyarakat di kawasan TN Sembilang belum mengetahuinya.

SARAN







Aktifnya kembali Basecamp Wana Karya Lestari di Sungai Ngirawan perlu mendapat
pemantauan.
Perlu sebuah perhatian khusus bagi masyarakat yang menggunakan kayu-kayu yang
berasal dari kawasan untuk keperluan mereka mencari ikan.
Peningkatan intensitas pengawasan kawasan di TN Sembilang sangat mendesak
untuk dilakukan.
Untuk mengatasi masalah klasik dalam operasional pemantauan, maka pihak-pihak
pengelola kawasan sebaiknya mencari sumber-sumber dana baru dalam pemantauan
kawasan dan jika memungkinkan ada baiknya lembaga dana tersebut dikelola secara
bersama dengan pihak lainnya.
Pengamatan fauna pada setiap kali pemantauan sangat terbatas, untuk itu diperlukan
perhatian khusus untuk memantau kondisi fauna di TN Sembilang.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

20

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

PUSTAKA
Gönner, C. & F. Hasudungan. 2001. Sembilang Monitoring Report No. 1 Juli/August 2001.
Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme/Berbak Sembilang Project.
Hasudungan, F. & D. Sutaryo. 2002. Laporan Pemantauan Kawasan Sembilang No. 2, November
2001. Laporan Teknis No. 32. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak
Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.
Hasudungan, F & D. Sutaryo. 2002a. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 4, Juni 2002. Laporan
Teknis No. 50. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang.
Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.
Hasudungan, F & S. A. Wardoyo. 2002. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 3, Februari /Maret
2002. Laporan Teknis No. 38. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak
Sembilang. Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.
Iqbal, M. 2003. Melacak Keberadaan Pesut atau Lumba-lumba di TN Sembilang. Warta Konservasi
Lahan Basah vol 11. no. 2 April 2003 : 15.
Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 7, Juli/Agustus 2003. Laporan Teknis No.
74. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang. Wetlands
International - Asia Pacific Indonesia Programme.

Iqbal, M. 2003. Pemantauan Kawasan Sembilang No. 8, Oktober 2003. Laporan Teknis
No. 76 Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.
MacKinnon, J., Karen Phillipps dan Bas van Ballen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali
dan Kalimantan. Puslitbang Biologi - LIPI.
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mammalia di
Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. Terjemahan Bahasa Indonesia
WCS - Indonesia Program.
Sonobe, K. & Usui, S. (eds.). 1993. A Field Guide to the Waterbirds of Asia. Wild Bird Society of
Japan, Tokyo.
Suryanto, A. & D. Sutaryo. 2001. Laporan Survei Perikanan di Kawasan CTN Sembilang, 17-24
Juli 2002. Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah Pesisir Berbak Sembilang.
Wetlands International - Asia Pacific Indonesia Programme.
van Strien, N.J. 1983. A Guide to the Tracks of Mammals of Western Indonesia. School for
Environmental Conservation Management, Ciawi, Indonesia.
Verheught, W.J.M., H. Skov. & F. Danielsen. 1993. Notes on the Birds of the Tidal Lowlands and
Floodplains of South Sumatera Province, Indonesia. Kukila 6 : 53-84.

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

21

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Lampiran 1. Daftar Mangrove yang dikoleksi dari TN Sembilang
SPECIES

LOKASI PENGAMBILAN
DAUN/BUAH

Aegiceras cornuculatum

?

Aegiceras floridum

Sungai Benu

Acrosticum speciosa

Sungai Bakurendo

Acrosticum aureum

Sungai Bakurendo

Avicenia alba

?

Avicenia lanata

?

Avicenia eucalyptifolia

Pulau Betet

Bruguiera cyindrica

Muara Bogem

Umum

Bruguiera gymnorhiza

?

Umum

Bruguiera haenesii

?

Umum

Bruguiera parviflora

?

Umum

Bruguiera sexangula

?

Umum

Exoecaria agallocha

?

Umum

Finlaysonia maritima

Sungai Benu

Hanya teramati di Sungai Benu

Soneratia alba

?

Soneratia cascolaris

Sungai Sembilang

Schyphiphora hypophyllaceae

Sungai Bakurendo

Xylocarpus mekongensis

?

Xylocarpus granatum

Sungai Simpang Satu

Xylocarpus mollucensis

Sungai Simpang Tawar

Xylocarpus rumpii

Sungai Simpang Satu

Terminalia cataappa

Sungai Benu

Buah merah

Sungai Benu

CATATAN

Umum

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

22

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Lampiran 2. Data Koordinat Lokasi Pemantauan
Kode

Deskripsi

Longitude

Latitude

Hari

Jam

Bagan Ngirawan

104° 28' 20" -1° 54' 44"

2/26/2004 0:00 3:20:00 AM

KYUBGM Penebangan kayu di Bogem
MBENU Muara Sungai Benu

104° 37' 49" -1° 59' 02"

2/25/2004 0:00 7:33:00 AM

104° 29' 34" -1° 40' 06"

2/27/2004 0:00 2:26:00 AM

MBKRDO Muara Bakurendo
MBUNGN Muara Bungin

104° 28' 14" -1° 54' 51"

2/26/2004 0:00 7:47:00 AM

104° 50' 03" -2° 14' 58"

2/24/2004 0:00 5:33:00 AM

MNGIRW Muara Ngirawan
MPELDS Muara Peldes

104° 27' 54" -1° 54' 32"

2/26/2004 0:00 3:46:00 AM

104° 28' 13" -1° 50' 57"

2/26/2004 0:00 1:13:00 AM

MTAWAR Muara
MTRSLU Muara Terusan Luar

104° 35' 50" -2° 06' 34"

2/25/2004 0:00 1:56:00 AM

104° 31' 22" -1° 42' 53"

2/27/2004 0:00 6:00:00 AM

104° 32' 36" -1° 47' 04"

2/27/2004 0:00 12:50:00 AM

104° 23' 47" -1° 50' 41"

2/26/2004 0:00 1:34:00 AM

104° 38' 22" -1° 57' 44"

2/25/2004 0:00 7:18:00 AM

104° 40' 59" -2° 00' 11"

2/24/2004 0:00 9:36:00 AM

SBUNTU Solok Buntu Parit 2
Basecamp STC
SCT

104° 53' 12" -2° 10' 19"

2/28/2004 0:00 4:46:00 AM

104° 19' 01" -1° 55' 51"

2/26/2004 0:00 4:19:00 AM

SNSANG Sungsang
SPBATU Simpang Batu

104° 53' 53" -2° 21' 58"

2/24/2004 0:00 4:07:00 AM

104° 36' 05" -2° 00' 30"

2/28/2004 0:00 2:03:00 AM

Tanjung Carat

BGNGIR

PBETET

Pulau Betet

PNBNGN Pondok di Bungin
PNBUNG Pomping Nibung
S9

TJCART

Pemukiman Sembilang

104° 54' 54" -2° 16' 56"

2/24/2004 0:00 5:17:00 AM

TRSDLM Terusan Dalam
Ulu Bungin (9,2 km)
UBGN

104° 30' 07" -1° 48' 12"

2/25/2004 0:00 9:43:00 AM

104° 47' 47" -2° 11' 26"

2/24/2004 0:00 7:12:00 AM

UBKRDO Ulu Bakurendo(19,5 km)
ULUTNR Ulu Terusan Luar/ke T. Dalam

104° 21' 51" -1° 59' 19"

2/26/2004 0:00 8:15:00 AM

104° 31' 53" -2° 04' 45"

2/25/2004 0:00 3:39:00 AM

104° 22' 44" -1° 50' 15"

2/26/2004 0:00 2:06:00 AM

UPELDS

Ulu Peldes (11,3 km)

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

23

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Lampiran 3. Catatan Temuan Burung (24-28 Februari 2004)
Cangak laut
Ardea sumatrana
25 Februari 2004, 8.00 WIB. Satu ind dengan pola berbiak terlihat di sekitar muara Sungai Sembilang.
Cangak abu
Ardea cinerea
24 Februari 2004. Satu individu teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.
Cangak merah
Ardea purpurea
24 Februari 2004. Dua individu teramati di daerah Pulau Banyak (antara Upang dan Sungsang), tetapi daerah tidak
termasuk kawasan TN Sembilang.
Kuntul
Egretta spp
24 Februari 2004. Sekitar 500 individu burung Kuntul teramati sepanjang pesisir Banyuasin.
Kuntul kerbau
Bubulcus ibis
27 Februari 2004. Empat individu teramati dengan bulu berbiak di sekitar bagan 1, S. Benu.
Kokokan laut
Butorides striatus
24 Februari 2004. 1 ind di Sungai Bungin.
25 Februari 2004. 2 ind di Simpang Tawar
26 Februari 2004. 1 ind di Bakurendo.
27 Februari 2004. 1 ind di S. Benu dan 1 ind di Terusan Dalam.
Bangau tongtong
Leptoptilos javanicus
24 Februari 2004. Sekitar 60 ind teramati terbang tinggi berputar di atas daerah Pulau Banyak (sekitar 40km dari Upang,
sebelum Sungsang), 150 ind Bangau Tongtong teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.
25 Februari 2004. Teramati 2 ind di S. Tawar
27 Februari 2004. 1 ind di S. Benu.
Bangau bluwok
Mycteria cinerea
24 Februari 2004. Tidak kurang dari 120 ind Bangau Bluwok teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin.
Itik benjut
Anas gibberifrons
28 Februari 2004. Dua individu (kemungkinan besar sepasang) teramati di Solok Buntu. Mungkin individu dari jenis ini
terlewatkan dalam pengamatan di pesisir Semenanjung Banyuasin.
Elang bondol
Haliastur indus
Jenis yang umum ditemukan, hampir setiap sungai.
24 Februari 2004. Sekitar 50 individu teramati bergerombol di sekitar pemukiman Sungsang, di mana ind individu muda
teramati lebih dominan. 3 ind di Sungai Bungin.
25 Februari 2004. 3 di Muara Sungai Sembilang, 3 ind di Sungai Simpang Tawar dan 1 ind di Muara Bogem Besar.
26 Februari 2004. 3 ind di Sungai Bakurendo.
27 Februari 2004. 5 ind di Sungai Betet.
Elang-laut perut-putih
Haliaetus leucogaster
24 Februari 2004. 1 ind di Pesisir Banyuasin.
25 Februari 2004. 5 ind di Sungai Sembilang.
26 Februari 2004. 2 ind di Bakurendo dengan satu diantaranya menggenggam ular di kakinya.
27 Februari 2004. 2 ind di Pulau Betet dan 2 ind di Sungai Benu.
Elang-ikan kepala-kelabu
Ichthyophaga ichthyaetus
25 Februari 2004. 1 ind di Sungai Sembilang dan 3 ind di Sungai Peldes.
Elang tak teridentifikasi 1
28 Februari 2004. Satu individu elang berwarna hitam keabu-abuan/kecoklatan terlihat teramati berburu ikan di pesisir
Sembilang (kemungkinan besar Elang Paria Milvus migran).

Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

24

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Elang tak teridentifikasi 2
25 Februari 2004. Satu individu Elang tidak teridentifikasi dengan siluet yang sangat khas (sangat berbeda dengan elang
yang umum ditemui di dalam kawasan TN Sembilang) teramati.
Elang tak teridentifikasi
24 Februari 2004. Sekelompok elang teramati terbang bergerombol di sepanjang pesisir Banyuasin. Tampaknya
sekelompok elang yag bermigrasi. Walaupun dua pengamat dari tim Monev ke 9 menyatakan jenis dari Elang Bondol,
tetapi elang ini tampaknya bukan dari jenis elang yang umum ada disini.
Kelompok Burung Pantai:
24 Februari 2004. Sekitar 15.000-20.000 burung pantai teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin pada.
27 Februari 2004. 300 ind burung pantai teramati di pantai Pulau Betet.
Gajahan
Numenius spp
24 Februari 2004. Kelompok campuran burung Gajahan teramati di sepanjang pesisir Banyuasin.
27 Februari 2004. Gajahan besar juga teramati di gosong dekat muara Sembilang dan sekitar 50 ind Gajahan teramati di
pantai Pulau Betet.
Dara-laut
Sterna spp
Dari sekitar 15.000-20.000 individu burung pantai yang teramati di pesisir Semenanjung Banyuasin, 30% diantaranya
merupakan kelompok burung dara-laut.
Dara-laut kecil
Sterna albifrons
27 Februari 2004. Minimal 300 individu Dara-laut kecil terbang bergerombol di muara S. Bungin.
Trinil kaki merah
Tringa totanus
25 Februari 2004. Minimal 15 ind Trinil kaki merah teramati di pinggir pantai muara Bogem.
Pergam hijau
Ducula aenea
26 Februari 2004. 30 individu burung Pergam hijau teramati di S.Peldes.
Walet
Collocalia sp (maxima x fucipagha)
Cukup umum di perkampungan Terusan Dalam dan Sembilang.
Raja-udang Erasia
Alcedo atthis
27 Februari 2004. Satu individu teramati di dekat pemukiman Terusan Dalam. Suaranya terdengar di beberapa sungai.
Pekaka emas
Pelargopsis capensis
24 Februari 2004. 5 ind di Sungai Bungin
25 Februari 2004. 1 ind di Sungai Tawar dan 1 ind di Sungai Bakurendo.
26 Februari 2004. 1 ind di Sungai Peldes.
27 Februari 2004. 2 ind di Sungai Benu dan 1 ind di Sungai Terusan Dalam.
Cekakak sungai
Halcyon chloris
24 Februari 2004. 5 ind di Sungai Bungin.
Suaranya umum terdengar di hampir setiap sungai.
Cekakak merah
H. coromanda
26 Februari 2004.Teramati 1 ind di Sungai Peldes.
Cekakak merah
H. pileata
27 Februari 2004. Teramati 1 ind di Sungai benu pada pada km 2,2. Satu pengamatan di km 15,7 tidak bisa dipastikan
karena di ragu dengan Cekakak belukar Halcyon smyrnensis.
Kirik-kirik laut
Merops phillipinus
24 Februari 2004. 14 ind di Sungai Bungin.
25 Februari 2004. 8 ind di Sungai Tawar.
Umum teramati dalam jumlah kecil dihampir setiap sungai.
Salah satu jenis dari Kel. Rangkong yang tidak teridentifikasi
27 Februari 2004. Suara kepakan Rangkong terdengar di hulu Sungai Bakurendo.
Pemantauan Kawasan Sembilang Ke-9, Februari 2004

25

Proyek Konservasi Terpadu Lahan Basah
Pesisir Berbak - Sembilang

Pelatuk besi
Dinopium javanense
25 Februari 2004. 3 individu teramati di Simpang Tawar
25 Februari 2004. 3 individu lagi teramati di S. Peldes.
Tiong-lampu Asia
Eurystomus orientalis
26 Februari 2004. 1 ind di Sungai Peldes.
27 Februari 2004. 1 ind di Pulau Betet.
Umum dihampir setiap sungai, tetapi terlewatkan untuk dicatat.
Layang-layang api
Hirundo rustica
Terlihat dalam jumlah klecil (10 – 20 ind) di hampir setiap sungai.
Srigunting batu
Dicrurus paradiseus
26 Februari 2004. Satu individu tramati di S. Peldes.
Kucica kampung
Copsycus saularis
26 Februari 2004. 3 individu anakan dari jenis ini ditangkap nelayan di sekitar S. Simpang Tawar. Suara burung ini
terdengar cukup umum di hampir setiap sungai.
Cinenen kelabu
Orthotomus ruficeps
Suaranya umum terdengar di beberapa sungai.