KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA : STUDI PUTUSAN NOMOR: 526/PID.B/2014/PN.SDA TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN.

(1)

KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

(Studi Putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda tentang Perampasan Sepeda

Motor dengan Kekerasan) SKRIPSI

OLEH :

MOCHAMMAD FAISOL AFANDI C33211064

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI SIYASAH JINAYAH

SURABAYA 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab Bagaimana Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan dan Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

Data dihimpun dari pembacaan dan kajian teks, yang selanjutnya diulang dengan beberapa tahap yaitu Editing pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna, keselarasan dan kesesuaian antara data primer dan sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdakwa terbukti secara sah telah melakukan perampasan sepeda motor dengan kekerasan secara berkelompok dengan melanggar ketentuan dan Pasal 362 dan 365 ayat (2) ke-2, hal tersebut berdasarkan terpenuhinya unsur-unsur materil yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut baik unsur yang bersifat subyektif dan yang bersifat obyektif yang dituntutkan oleh Penuntut Umum dan meyakinkan secara hukum. Sehingga majelis hakim mengadili terdakwa dengan hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 7 (tujuh) bulan dikurangi dengan masa tahanan sebelumnya. Dalam fikih jinayah pandangan Imam Syafi’i seharusnya dijatuhi hukuman qis}as} atau diyat atas perlukaan. sedangkan Imam Hanafi adalah dijatuhi tahanan karena membuat takut orang-orang disekelilingnya dan hukuman ta’zi>r atas harta yang diambil. Sedangkan dalam KUHP seharusnya menambah berat hukumannya karena berakibat luka dan dilakukan di jalan umum, sebagaimana dalam Pasal 365 ayat (2) ke-1 dan ke-2.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka kepada aparat penegak hukum harus memberikan hukuman yang memberikan efek jera kepada tersangka, dan menyebarkan berita hukuman kepada masyarakat dengan harapan tidak terulang kembali kejadian seperti ini.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM………. i

PERNYATAAN KEASLIAN……… ii

PERETUJUAN PEMBIMBING……… iii

PENGESAHAN……….. iv

ABSTRAK………... v

MOTTO……….. vi

PERSEMBAHAN………..…. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TRANSLITERASI……….... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah... 9


(7)

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Kegunaan Penelitian... 13

G. Definisi Operasional... 14

H. Metode Penelitian... 14

I. Sistematika Pembahasan... 18

BAB II KEJAHATAN BEGAL MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA…. 20 A. Kejahatan Begal Menurut Hukum Pidana Islam... 20

1. Pengertian Kejahatan Begal... 20

2. Jenis-Jenis Jari>mah dan Hukumannya... 22

3. Unsur dan Syarat Pembegalan... 31

4. Sanksi dan Pelaksanaan Hukuman Kejahatan Begal.. 36

B. Kejahatan Begal Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana... 40

1. Pengertian Kejahatan Begal... 41

2. Jenis-jenis Delik dan hukuman Pidana... 43

3. Unsur-unsur dan Syarat Pembegalan... 46

4. Sanksi dan Pelaksanaan Hukuman Kejahatan Begal.. 51

BAB III PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP PUTUSAN NOMOR: 526/Pid.B/2014/PN.SDA TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN……… 54


(8)

A. Deskripsi Perampasan Sepeda Motor dengan Kekerasan dalam

Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda... 54

B. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda... 57

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA TERHADAP PUTUSAN NOMOR 526/Pid.B/2014/PN.Sda. TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN………..…. 64

A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda. Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan... 64

B. Analisis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda. Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan... 76

BAB V PENUTUP………..… 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA………. 82


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diberikan kelebihan berupa akal untuk berfikir saat menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya supaya manusia bisa hidup saling berdampingan serta saling memelihara kerukunan sesama manusia pada kesehariannya sehingga terbentuk tatanan masyarakat yang sejahtera dan aman.

Namun tidak semua manusia bisa menggunakan akalnya untuk berfikir dengan baik dalam melakukan kehidupan bermasyarakat, sehingga terjadi pelanggaran yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diharapkan untuk membentuk masyarakat yang sejahtera dan aman. Salah satu dari pelanggaran norma ini adalah berupa kejahatan begal yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memiliki harta secara melawan hukum yakni merebut hak orang lain.

Pada waktu akhir-akhir ini sering terjadi kejahatan perampasan di jalan umum yang ramai dibicarakan oleh masyarakat karena tindakannya menimbulkan ancaman secara tidak langsung kepada masyarakat yang ingin berpergian atau keluar rumah melewati jalan umum, perampasan di jalan ini dikenal dengan kejahatan begal karena cirinya yang khas melakukan


(10)

2

perampasan benda milik orang lain di jalan dengan melakukan kekerasan kepada korbannya hingga luka berat.

Begal menurut kamus bahasa Indonesia disebut dengan perbuatan merampas milik orang di jalan; penyamun,1 sedangkan menurut Kriminolog Muhammad Mustofa mengatakan istilah begal sudah lama terdengar di dunia kejahatan. Bahkan begal sudah terjadi sejak zaman kekaisaran di Cina atau zaman kerajaan di Indonesia. Menurut Mustafa, kata begal banyak ditemukan dalam literatur Bahasa Jawa. "Begal itu perampokan yang dilakukan di tempat yang sepi. Menunggu orang yang ditempat sepi itu, yang membawa harta benda,"2

Tindakan ini diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) pada buku Kedua tentang Kejahatan dan terdapat pada Bab XXI tentang pencurian terdiri dari enam pasal yakni Pasal 362,363,364,365,366 dan 367. adapun yang dimaksud pencurian terdapat dalam Pasal 362 yang menjelaskan bahwa barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratus rupiah.3

1 Meity Taqdir Qadratillah dkk, Kamus Bahasa Indoneia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 45. 2Pebriansyah Ariefana, ‚asal usul istilah begal‛, http://www.suara.com/news/2015/03/12/063000/ asal-usul-istilah-begal, diakses pada 23/03/2015

3 Soesilo, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) & KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana), (Buana Press, 2008), 115.


(11)

3

Namun dalam jenis kejahatan begal yang identik dengan perampasan di jalan ini tidak sesuai dengan aturan dalam Pasal 362 melainkan lebih sesuai dengan Pasal 365 mengingat dalam dunia peradilan kejahatan begal tidak ada pengertian secara eksplisit, hanya secara implisit saja dengan menganalogi beberapa unsur yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yakni KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Islam) tepatnya pada Pasal 365 Ayat (1) yang menjelaskan tentang ancaman hukuman bagi pelaku pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang.4 Kejahatan ini disebut juga dengan rechtdelicten yaitu perbuatan yang dirasa masyarakat bertentangan dengan keadilan dan pidana ini juga disebut dengan male in se, yang artinya adalah perbuatan tersebut merupakan perbuatan jahat karena sifat perbuatan tersebut memang jahat.5

Sedangkan perilaku kejahatan perampasan di jalan atau begal ini dalam hukum pidana Islam didapati persamaan dengan salah satu jari>mah h}udu>d yakni sari>qah tentang pencurian yang kejahatannya ini dilakukan dengan cara mengambil barang yang bukan haknya tanpa sepengetahuan pemiliknya, kemudian jari>mah hira>bah atau (Qat}’u al-T}a>riq) yang artinya para pemutus jalan karena membuat terputusnya orang-orang yang lewat dijalan

4 Ibid., 116.


(12)

4

sebab takut dengan mereka. Dalam kutipan lain jari>mah hira>bah adalah setiap tindakan dan aksi yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengambil harta dalam bentuk yang biasanya korbannya tidak mungkin untuk meminta bantuan dan pertolongan.6 Sedangkan Imam Syafi’i memberikan pengertian h}ira>bah sebagai berikut:

ْحةَباَرِحْا

ْ

....

َْيِ

ْ

ْخح ا

ْخجحوخر

ْ

ِْذحخَِِ

ْ

ْ لاَم

ْ

ْحوَأْ

ْ لحتَقِل

ْ

ْحوَأْ

ْ باَعحرِإ

ْ

ْ ةَرِباَكخم

ْ

ا داَمِتحعِا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْةَكحومشلا

ْ

َْعَم

ْ

ِْدحعخ بحلا

ْ

ِْنَع

ْ

ِْثحوَغحلا

Artinya: ‚Hi}ra>bah.... adalah keluar untuk mengambil harta, atau membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang kepada kekuaan dan jauh dari pertolongan (bantuan)‛. 7

Adapun yang disampaikan oleh Syekh Abu Suja’ sebagai mana pendapat semua ulama’ berkata:

ْخعامطخقَو

ْ

ِْقحيِرمطلا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْةَعَ بحرَأ

ْ

ْ هخجحوَأ

ْ

ْ:

احوخلَ تَقح نِإ

ْ

ْحَلَو

ْ

احوخذخخحأَي

ْ

َْلاَمحلا

ْ

احوخلِتخق

ْ،

ْ

ْحنِإَو

ْ

احوخلَ تَ ق

ْ

احوخذَخَأَو

ْ

َْلاَمحلا

ْ

احوخلِتخق

ْ

احوخ بِلخصَو

ْ،

َْْو

ْحنِإ

ْ

احوخذَخَأ

ْ

َْلَامحلا

ْ

ْحَلو

ْ

احوخلَ تحقَ ي

ْ

ْخعَطحقخ ت

ْ

ْحمِهحيِدحيأ

ْ

ْحمخهخلخجحرَاَو

ْ

ْحنِم

ْ ف َاِخ

ْ

ْحنِإَف،

ْ

احوخ فاَخَأ

ْ

ْحَلَوْ

احوخذخخحأَي

اَمْ

َِْْ

ْحَلَوْ

احوخلخ تحقَ ي

ْ

احوخسِبخح

ْ

احوخر زخعَو

Artinya: ‚Penjahat dijalan itu ada empat macam: (1) jika mereka membunuh tanpa mengambil harta, mereka di hukum bunuh, (2) jika mereka membunuh dan mengambil harta, mereka dihukum bunuh dan salib, (3) jika mereka mengambil harta tanpa membunuh, tangan dan kaki mereka dipotong dengan selang-seling, (4) jika mereka hanya menakut-nakuti tanpa mengambil harta dan tanpa membunuh, mereka ditawan dan dita’zir‛. 8

Syekh Abu Suja’ pada jenis kejahatan dijalan ke empat karena adanya sifat menakuti, dalam islam masyarakat lebih diutamakan diatas perorangan dan karenanya kepentingan masyarakatlah yang lebih didahulukan bukan

6 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyi Dkk, Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h 411.

7 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 94.

8 Al-Imam Taqiyyudin Abu Bakar Al-H}usaini, Kifayatul Akhyar, Achmad Zainudin, Ma’ruf Asrori, Jilid 3 (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), h 111.


(13)

5

sebaliknya, karena setiap kriminal yang dilakukan mengganggu kedamaian dan ketentraman masyarakat akan dianggap sebagai kejahatan terhadap Allah.9 Adapun ketentuan dalam al-Quran tentang kejahatan dijalan ini disampaikan dalam firman Allah SWT (Q.S. al-Ma>idah ayat 33):

اَزَجاَمَِإ

ْاخؤ

ْ

َْنيِذملا

ْ

َْنوخبِراَخُ

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

ْ

َْنوَعحسَيَو

ْ

ِْي

ْ

ِْضحرَحأا

ْ

ا داَسَف

ْ

ْحنَأ

ْ

احوخلم تَقخ ي

ْ

ْحوخ بملَصخيحوَأ

ْ

َْعمطَقخ تحوَأ

ْ

ْحمِهحيِدحيَأ

ْ

مخهخلخجحرَأَو

ْ

ْحن م

ْ ف َاِخ

ْ

احوَفح نخ يحوَأ

ْ

َْنِم

ْ

ِْضحرَحأا

ْْ َذ

َْكِل

ْ

ْحمخََ

ْ

ْ يحزِخ

ْ

ِْف

ْ

اَيح نُدلا

ْ

ْحمخَََو

ْ

ِْف

ْا

ِْةَرِخَحأ

ْ

ْ باَذَع

ْ

ْ ميِظَع

ْ

Artinya: ‚Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar‛ 10

Sebagaimana al-Asba>bun al-Nuzu>l surat al-Ma>idah ayat 33 di atas, bahwa dalam suatu riwayat dikemukakan Abdul Malik bin Marwan menulis surat kepada Anas, yang isinya menyatakan tentang ayat ini (QS. al-Ma>idah ayat 33) Anas menjawab dengan menerangkan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan suku Urainah yang murtad dari agama Islam dan membunuh penggembala unta serta membawa lari unta-untanya.11 Ada juga hadith riwayat Imam Bukhori yang berkaitan dengan turunnya surat al-Ma>idah ayat 33 di atas sebagai berikut:

9 Abdurrohman, Tindak Pidana Dalam Shariat Islam (Shari’ah the Islamic Law),Wadi Masturi, Basri Iba Asghary, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h 2.

10 Departeme Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Penerbit J-ART, 2004), h 113. 11 Shaleh, Dahlan Dkk, As}ba>bun Nuzu>l, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat al-Quran, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000), h 191.


(14)

6

اَنَ ثمدَح

ْ

ْخةَبحيَ تخ ق

ْ

ْخنحب

ْ

ْ ديِعَس

ْ

اَنَ ثمدَح

ْ

ْمَْ

ْ دا

ْ

ْحنَع

ْ

َْبوُيَأ

ْ

ْحنَع

ْ

َِِْأ

ْ

َْةَب َاِق

ْ

ْحنَع

ْ

ِْسَنَأ

ْ

ِْنحب

ْ

ْ كِلاَم

ْمنَأ

ْ

ا طحَر

ْ

ْحنِم

ْ

ْ لحكخع

ْ

ْحوَأْ

َْلاَق

ْ

َْةَنح يَرخع

ْ

ََِْو

ْ

ْخهخمَلحعَأ

ْ

ْمِِإ

ْ

َْلاَق

ْ

ْحنِم

ْ

ْ لحكخع

ْ

اوخمِدَق

ْ

َْةَنيِدَمحلا

ْ

َْرَمَأَف

ْ

ْحمخََ

ْ

ُِِْمنلا

ْ

ىملَص

ْ

ْخهمللا

ْ

ِْهحيَلَع

ْ

َْمملَسَو

ْ

ْ حاَقِلِب

ْ

َْمَأَو

ْحمخَر

ْ

ْحنَأ

ْ

اوخجخرحََ

ْ

اوخبَرحشَيَ ف

ْ

ْحنِم

ْ

اََِاَوح بَأ

ْ

اَِِاَبحلَأَو

ْ

اوخبِرَشَف

ْ

ْمَّح

ْ

اَذِإ

ْ

اوخئِرَب

ْ

اوخلَ تَ ق

ْ

َْيِعامرلا

ْ

اوخقاَتحساَو

ْ

َْمَعم نلا

ْ

َْغَلَ بَ ف

ْ

َْكِلَذ

ْ

ْمِِمنلا

ْ

ىملَص

ْ

ْخهمللا

ْ

ِْهحيَلَع

ْ

َْمملَسَو

ْ

ْ ةَوحدخغ

ْ

َْثَعَ بَ ف

ْ

َْبَلمطلا

ْ

ِْي

ْ

ْحمِِرحثِإ

ْ

اَمَف

ْا

َْعَفَ تحر

ْ

ْخراَهم نلا

ْ

ْمَّح

ْ

َْءيِج

ْ

ْحمِِِ

ْ

َْرَمَأَف

ْ

ْحمِِِ

ْ

َْعَطَقَ ف

ْ

ْحمخهَ يِدحيَأ

ْ

ْحمخهَلخجحرَأَو

ْ

َْرَََْو

ْ

ْحمخهَ نخ يحعَأ

ْ

اوخقحلخأَف

ْ

ِْةمرَحْاِب

ْ

َْنوخقحسَتحسَي

ْ

َْاَف

ْ

َْنحوَقحسخي

َْلاَق

َْْأ

وخبْ

َْةَب َاِق

ْ

ِْء َِخؤَ

ْ

ْ محوَ ق

اوخقَرَس

ْ

اوخلَ تَ قَو

ْ

اوخرَفَكَو

ْ

َْدحعَ ب

ْ

ِِِْاَمِإ

ْحمْ

اوخبَراَحَو

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

12

Hadith diatas pada intinya menjelaskan bahwasannya beberapa orang dari suku Ukul datang menghadap Nabi SAW di Madinah berpura-pura bahwa mereka ingin memeluk Islam. Mereka mengeluh kepada Nabi SAW bahwa cuaca di Madinah tidak cocok bagi mereka sehingga mereka mengalami gangguan kesehatan. Karena itu nabi memerintahkan agar mereka dibawa keluar Madinah untuk tinggal ditempat lebih baik bagi mereka dan minum susu dari sapi milik negara. Namun mereka membunuh pemeliharanya dan melarikan diri dengan membawa serta sapi tersebut. Ketika masalah terebut dilaporkan kepada Nabi SAW, beliau memerintahkan agar mereka dikejar dan dibawa kembali. Setelah tertangkap saat siang belum meninggi orang yang diperintah tadi disuruh untuk memotong tangan dan kakinya serta mencongkel matanya kemudian dihempaskan saja di sahara hingga meninggal.13 Hukuman yang keji ini dapat disimpulkan sebagai pembalasan terhadap kaum yang mencuri, membunuh dan memerangi Allah dan Rasulnya.

12 Bukhari, Sindi, Sahih al-Buh}ari bih}asiyat al-Imam al-Sind, (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2008), 335.


(15)

7

Dari keterangan dan modus kejahatan yang tersampaikan diatas dapat disimpulkan indentik dengan kejahatan begal sebagaimana yang terjadi di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo yang dengan terdakwa yang bernama Arsha Ardhita14 dan telah diputus perkaranya oleh Pengadilan Negeri Sidoarjo dengan nomor putusan 526/Pid.B/2014/PN.Sda.

Tindakan pidana ini terjadi sekitar jam 01.00 di jalan raya Bay Pass15 Desa Keraton Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo terjadi pembegalan kepada korban Alvian Ramadhan Santoso16 yang sedang duduk-duduk diatas motor miliknya sendiri di sebrang jalan dan melihat balapan sepeda motor liar, tiba-tiba korban dipukul pada bagian kepala oleh teman dari terdakwa brlanjut diikuti oleh terdakwa. Hingga akhirnya teman-teman dari terdakwa ikut memukuli korban dan rekan lainnya berusaha membubarkan orang-orang yang melihat balapan motor.

Setelah dipukuli dan para pelaku berhasil mengambil barang milik korban, pelaku dan rekannya langsung pergi dari tempat kejadihan berbarengan dengan datangnya warga yang meneriaki maling dan berusaha mengejar. Untungnya teman korban masih tidak jauh dari lokasi kejadian

14 Arsha Ardhita adalah terdakwa yang berumur 19 tahun/ 2 januari 1995, jenis kelamin Laki-laki, berkebangsaan Indonesia, bertempat tinggal di Dusun Jrebeng RT 02 RW 02 Desa Sidomulyo, Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, beragama Islam dan statusnya adalah Swasta, Berkas Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda

15

Baypass atau jalan elak adalah jalan yang dibuat unutuk mengelak dari kawasan padat, kota, kampung, atau desa tertentu sehingga lalulintas terusan dapat melewati kawasan tersebut dengan gangguan samping yang minimal sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalulintas.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/jalan_elak, diakses pada 17 Juni 2015

16 Alvian Ramadhan Santoso adalah korban dari perampaan sepeda motor dengan kekerasan lahir di sidoarjo, umur 20 tahun/ 27 Februari 1994, berkelamin laki-laki, berkebangsaan Indonesia, tinggal di Desa Jeruk Legi Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo, beragama Islam dan status Mahasiswa, Berkas Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda


(16)

8

yang sebelumnya telah diancam oleh teman-teman terdakwa untuk membubarkan diri dari tempat kejadian, yang kemudian membantu korban untuk pergi ke Rumah Sakit.

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut sebagai Skripsi dengan judul ‚Kejahatan Begal Perspektif Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana‛ (Studi Kasus Putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda) Hal tersebut didasarkan dengan kurang efektifnya hukuman yang di jatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo yang hukumannya tidak memberikan efek jerah bagi pelaku-pelaku yang lainnya, sehingga pasca putusan ini semakin banyak kejahatan serupa yang terjadi yang akibatnya meresahkan masyarakat sehingga mereka merasa tidak mendapatkan perlindungan keamanan dari kejahatan begal tersebut.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari beberapa paparan latar belakang di atas dapat diketahui beberapa pokok yang ingin dikaji sebagai berikut:

1. Kejahatan Begal Perspektif Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.


(17)

9

3. Analisis Yuridis Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

4. Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

Masalah kejahatan begal masih memuat masalah yang bersifat umum, sehingga diperlukan pembatasan masalah dalam pembahasannya, dalam hal ini pembatasan masalahnya dapat ditarik sebagai berikut:

1. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

2. Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, supaya lebih peraktis dan operasional, maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:


(18)

10

1. Apa Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas dari penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.17

Diyah Mujahidah, dalam tulisannya yang berjudul ‚Analisis Terhadap Delik Perampokan (Studi Perbandingan Antara Hukum Pidana Islam Dan KUHP‛18 dari isi skipsi ini dapat disimpulkan bahwasannya diya memfokuskan penelitiannya kepada masalah kriteria dan sanksi delik perampokan menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positif (KUHP) serta mencari persamaan dan perbedaan diantara keduanya yang hanya

17 Tim Penyususn Fakultas Shariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, ( Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014 ) 8.

18 Diyah Mujahidah,‛Delik Perampokan (Studi Perbandingan Antara Hukum Pidana Islam dan KUHP)‛(Skripsi—IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2001) 73.


(19)

11

menganalogikan saja dari kriteria dalam hukum pidana islam dengan hukum positif (KUHP) tentang delik perampokan.

Isna Wiqoya,19dalam skripsinya ‚Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Perspektif Hukum Pidana Islam‛ dalam isi skripsinya dia hanya membahas tentang kriteria dan sanksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam hukum pidana positif dan tinjauan dari hukum pidana islam.

Siswo Hadi Santoso, dalam Tulisannya ‚Sanksi Hukum Dalam Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No. 253/PID.B/1995/PN. SDA Tentang Perampokan Disertai Penganiayaan Ditinjau Dari Filsafat Hukum Pidana Islam.20 Yang inti dari tulisannya adalah untuk mengetahui landasan hukum yang dipakai oleh Hakim saat menyelesikan perkara tentang tindak pidana perampokan yang disertai dengan penganiayaan dan meninjau putusan dari Pengadilan Negeri sidoarjo tersebut dengan Filsafat Hukum Islam. Siswo Hadi Santoso lebih mengkaji kepada materi putusannya karena dakwaan dengan pasal 365 tidak terbukti melainkan terbukti sebagai kejahatan penganiayaan sehingga dijerat dengan pasal penganiayaan dan dia meninjaunya dengan Jari>mah yang dikenai qis}as}.

Sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang kejahatan begal yang kejahatannya khusus dilakukan di jalan dan objeknya adalah para

19 Isna wiqoya,‛Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Perspektif Hukum Pidana Islam‛(Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008) 75.

20 Siswo Hadi Santoso,‛Sanksi Hukum Dalam Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No. 253/PID.B/1995/PN. SDA Tentang Perampokan Disertai Penganiayaan Ditinjau Dari Filsafat Hukum Pidana Islam‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2007), 15.


(20)

12

pengendara yang sedang melintas atau berada di jalan umum, sebagaimana yang telah tersampaikan beberapa kejadian di penjelasan latar belakang di atas dengan menitik beratkan kepada bagaimana pertimbangan Hukum Hakim dalam putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda tentang perampasan sepeda motor dengan kekerasan serta bagaimana tinjauan Hukum Pidana Islam dan Undang-Undang Hukum Pidana terhadap pertimbangan Hukum Hakim dalam putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda tentang perampasan sepeda motor dengan kekerasan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai sejalan dengan pertanyaan – pertanyaan di atas yaitu :

1. Untuk Mengetahui Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

2. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.


(21)

13

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki nilai kegunaan pada dua aspek :

1. Aspek keilmuan, untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang Kejahatan Begal Perspektif Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Aspek terapan praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan dapat bermanfaat khususnya bagi aparat penegak hukum di Indonesia

b. Untuk menambah kesadaran masyarakat tentang penegakan sanksi hukum tindak kejahatan begal bagi yang beragama Islam maupun non Islam

c. Penyusunan skripsi ini sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan akademis dan memperoleh gelar sarjana dalam Jurusan Siyasah Jinayah pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber penyuluhan demi kesadaran adanya hukum yang diberlakukan kepada masyarakat yang bertujuan untuk melindungi dan ditaati.


(22)

14

G. Definisi Operasional

1. Kejahatan Begal : Kejahatan begal yang dimaksud adalah perampasan sepeda motor di jalan dengan kekerasan di wilayah hukum Pengadilan Negeri Sidoarjo yang terdapat dalam putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda.

2. Hukum Pidana Islam (Fiqh Ji>nayah) : ketentuan hukum islam yang merupakan pemahaman dari Imam Syafi’i dan Imam Hanafi terhadap jari>mah h}ira>bah yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadith.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) : adalah peraturan tentang pidana umum khususnya pada pasal 365 tentang pencurian dengan kekerasan yang terdiri dari empat ayat.

H. Metode Penelitian

1. Data yang Dikumpulkan

Merujuk pada uraian latar belakang dan rumusan yang diambil, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pustaka (library research). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.21

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

21


(23)

15

a. Data tentang pertimbangan hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda

b. Data tentang pembegalan dalam tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta dan data yang diperoleh baik dari sumber sekunder maupun sumber primer. Data-data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah Data-data Kualitatif. Data kualitatif adalah penelitian yang data umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-gambar.22

a. Data primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.23 Adapun data primer yang digunakan penulis adalah :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana BAB XXII tentang

Pencurian.

2) Dokumentasi peradilan tingkat pertama Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor 526/Pid.B/2014/PN Sda. Menerangkan tentang kasus perampasan sepeda motor yang dilakukan oleh terdakwa ARSHA ARDHITA di jalan Bay Pass Desa Kraton Kec. Krian Kab. Sidoarjo atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum

22

Ronny Kountur, Metode Penelituan (untuk Penelitian Skripsi dan Thesis), cet II. (Jakarta: PPM, 2004), hal.16.

23

Soerjono Soekamto dan Srimamuji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. V, (Jakarta: INS-HILL-CO,2001), hal. 13.


(24)

16

Pengadilan Negeri Sidoarjo yang berwenang dan mengadili perkara ini.

b. Sumber Sekunder yaitu data yang mendukung atau data tambahan

bagi data primer. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian.24 misalnya :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Soesilo. 2) Wahbah al-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu.

3) Al-Bukhari, al-Sindi, Sah}ih} al-Bukhari Bih}asiyat al-Imam al-Sindi. 4) Kaidah Fiqh Ji>nayah (Asas-Asas Hukum Pidana Islam) Karangan

Jaih Mubarok dkk,.

5) Sumber-sumber lain dari literatur yang terkait dengan pembahasan skripsi ini.

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini, teknik yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara adalah suatu percakapan tanya jawab lisan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu,25 dalam hal ini berkaitan dengan pertimbangan hukum Hakim terkait Putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda di Pengadilan Negeri Sidoarjo. b. Dokumentasi adalah menghimpun data yang menjadi kebutuhan penelitian dari berbagai dokumen yang ada baik

24 Ibid.,31


(25)

17

berupa putusan, buku, artikel, koran dan lainnya sebagai data penelitian. Sehingga teknik inilah yang penulis gunakan untuk melengkapi data yang berkaitan dengan skripsi ini.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna, keselarasan dan kesesuaian antara data primer dan sekunder.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data – data yang telah diperoleh sesuai dengan yang direncanakan.

c. Analyzing, yaitu melakukan analisis lanjutan secara kualitatif terhadap hasil pengorganisasian dengan menggunakan kaidah, teori, dan dalil yang sesuai, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai pemecahan/dari rumusan masalah yang ada.

3. Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik deskriptif dan perspektif. Teknik deskriptif yaitu suatu teknik yang memberikan gambaran terhadap masalah yang dibahas dengan menyusun fakta – fakta sedemikian rupa sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat dipahami dengan mudah. Dalam hal ini akan mendeskripsikan tentang pengertian kejahatan begal, unsur-unsur kejahatan begal, syarat-syarat


(26)

18

pelaku yang bisa dikenai hukuman dan jenis-jenis hukuman untuk kejahatan begal.

Sedangkan perspektif yaitu sudut pandang dan sekaligus menemukan persamaan dan perbedaan yang dilakukan secara kritis terhadap data yang diperoleh baik dari segi ide maupun pandangan pemikirannya yang ada dalam data. Teknik ini berupaya membandingkan pemikiran ide, pandangan terhadap suatu masalah tertentu sekaligus menemukan persamaan dan perbedaan. Dalam hal ini yang akan kami komparasikan adalah tentang pengertian fakta begal, unsur-unsur kejahatan begal, syarat-syarat pelaku begal, dan jenis-jenis hukuman bagi pelaku kejahatan begal menurut hukum pidana Islam dan KUHP.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, dan agar permasalahannya mudah dipahami, secara sistematis dan lebih terarah, pembahasannya disusun dalam bab-bab yang tiap-tiap bab terdiri sub bab sehingga menimbulkan keterkaitan yang sistematis. Untuk selanjutnya sistematika pembahasan disusun sebagai berikut :

1. Bab Pertama, pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yang

menjelaskan gambaran umum yang memuat pola dasar penulisan skripsi ini, yaitu meliputi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil


(27)

19

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. Bab Kedua berisi Landasan Teori, yang mengemukakan tentang

pengertian kejahatan begal, syarat-syarat pelaku, sanksi dan pelaksanaan hukuman bagi pelaku kejahatan begal menurut Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

3. Bab Ketiga menjelaskan tentang data hasil penelitian yang terdiri dari

deskripsi terjadinya kejahatan begal di wilayah Pengadilan Negeri Sidoarjo, putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang perampasan sepeda motor dengan kekerasan, serta pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang perampasan sepeda motor dengan kekerasan.

4. Bab Keempat, berisi analisis fikih jinayah yang memaparkan tentang

analisa terhadap perampasan sepeda motor dengan kekerasan yang dianalisa dengan fikih jinayah dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

5. Bab Kelima berisi penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan


(28)

20

BAB II

KEJAHATAN BEGAL MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

A. Kejahatan Begal Menurut Hukum Pidana Islam

Membicarakan Kejahatan Begal dalam perspektif Hukum Pidana Islam bertujuan untuk memahami kejahatan begal dalam pandangan Hukum Pidana Islam dari dua imam Madzhab yakni Imam Syafi’I dan Imam Hanafi yang berkaitan dengan pengertian, jenis hukuman (jari>mah), unsur-unsur, syarat-syarat pembegalan serta sanksi dan pelaksanaan hukuman kejahatan begal. Sistematika dimaksud diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian Kejahatan Begal

Begal pada dasarnya merupakan bentuk majas dari mencuri, hanya saja secara bentuk perbuatannya begal memiliki ciri sendiri dalam perbuatannya yakni melakukan perampasan di jalan1 sebagaimana dalam hukum pidana Islam perbuatan perampasan dijalan atau pembegalan dikenal dengan jari>mah hira>bah atau Qat}’u al-T}a>riq.

Kemudian h}ira>bah terambil dari kata al-H}arb, yang artinya perang, antomin dari damai. Sedangkan Pengertian dasarnya adalah ‚melampaui

1


(29)

21

batas dan merampas harta benda milik orang lain,2 sedangkan Qat}’u a l-T}a>riq disebut dengan para pemutus jalan, karena membuat terputusnya orang-orang yang lewat di jalan disebabkan takut dengan mereka (pelaku).3 Adapun ayat yang menjadi dasar hukum hira>bah atau Qat}’u a l-T}a>riq terdapat dalam al-Quran surat al-Ma>idah ayat 33;

اَزَجاَمَِإ

ْاخؤ

ْ

َْنيِذملا

ْ

َْنوخبِراَخُ

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

ْ

َْنوَعحسَيَو

ْ

ِْي

ْ

ِْضحرَحأا

ْ

ا داَسَف

ْ

ْحنَأ

ْ

احوخلم تَقخ ي

ْ

ْحوخ بملَصخيحوَأ

ْ

َْعمطَقخ تحوَأ

ْ

ْحمِهحيِدحيَأ

ْ

مخهخلخجحرَأَو

ْ

ْحن م

ْ ف َاِخ

ْ

احوَفح نخ يحوَأ

ْ

َْنِم

ْ

ِْضحرَحأا

ْْ َذ

َْكِل

ْ

ْحمخََ

ْ

ْ يحزِخ

ْ

ِْف

ْلا

اَيح نُد

ْ

ْحمخَََو

ْ

ِْف

ْ

ِْةَرِخَحأ

ْ

ْ باَذَع

ْ

ْ ميِظَع

ْ

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar 4

Dalam al-Quran Allah menamakan h}ira>bah sebagai orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi. Imam Syafi’i memberikan pengertian h}ira>bah sebagai berikut:

ْحةَباَرِحْا

ْ.

...

َْيِ

ْ

ْخح ا

ْخجحوخر

ْ

ِْذحخَِِ

ْ

ْ لاَم

ْ

ْحوَأْ

ْ لحتَقِل

ْ

ْحوَأْ

ْ باَعحرِإ

ْ

ْ ةَرِباَكخم

ْ

ا داَمِتحعِا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْةَكحومشلا

ْ

َْعَم

ْ

ِْدحعخ بحلا

ْ

ِْنَع

ْ

ِْثحوَغحلا

Artinya: ‚h}ira>bah.... adalah keluar untuk mengambil harta, atau membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang kepada kekuatan dan jauh dari pertolongan (bantuan)‛. 5

2

Kementrian Agama Ri, al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), Jakarta, Widya Cahaya 2011, 389

3

Al-Imam Taqiyyudin…, 111.

4

Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Penerbit J-ART, 2004), h 113.

5


(30)

22

sedangkan dalam pendapat lain yang disampaikan oleh Imam Hanafi memberikan pendapat sebagai berikut:

جور ا

ْ

ىلع

ْ

ةرا ا

ْ

ذخأ

ْ

لا ا

ْ

ىلع

ْ

ليبس

ْ

ةبلاغ ا

ْ

ىلع

ْ

هجو

ْ

عنتم

ْ

ةرا ا

ْ

نع

رور ا

ْ

عطقنيو

ْ

قيرطلا

ْ

ءاوس

ْ

ناك

ْ

عطقلا

ْ

نم

ْ

ةعام

ْ

وا

ْ

نم

ْ

دحاو

ْ

دعب

ْ

نا

نوكي

ْهل

ْ

ةوق

ْ

عطقلا

ْ

ْوسو

ءاْ

ناك

ْ

عطقلا

ْ

حاسب

ْ

وأ

ْ

رغ

ْ

نم

ْ

اصعلا

Artinya: ‚Perbuatan mengambil harta secara melawan dari orang-orang yang melintasi jalan baik dilakukan secara berkelompok atau sendirian dengan syarat memiliki kekuatan baik menggunakan senjata tajam atau selainnya seperti tongkat‛.6

Bebrapa definisi di atas melahirkan kaidah sebagai berikut:

بارْا

ةْ

وْ

ذخا

ْ

لا ا

ْ

ىلع

ْ

ليبس

ْ

ةبلاغ ا

ْ

Artinya: ‚Pembegalan adalah pengambilan harta yang dilakukan secara terang-terangan.‛7

Sehingga dari keseluruhannya dapat disimpulkan bahwa pembegalan adalah pengambilan harta secara terang-terangan dengan menakut-nakuti, serta melakukan kekerasa yang dilakukan oleh satu orang atau lebih kepada pengguna jalan yang mengakibatkan terputusnya perjalanan korban.

2. Jenis-jenis Jari>mah dan Hukumannya Dalil jari>mah sebagai berikut:

ْ تاَرحوخظحََ

ْ

ْ ةميِعحرَش

ْ

ْخهمللاَرَجَز

ْ

اَهح نَع

ْ

ْ دَِِ

ْ

ْحوَاْ

ْ رحيِزحعَ ت

6

Faizal, Mubarok, Kaidah Fiqh Jinayah (Asas-asas Hukum Pidana Islam), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 151.

7


(31)

23

Artinya: larangan-larangan shara’ (yang apabila dikerjakan) diancam Allah dengan h}ad atau ta’zi>r.8

Dan Abdul Qadir Audah menjelaskan kata

ْ تاَرحوخظحََ

(larangan) sebagai berikut:

اممِإ

ِْْإ

ْخناَيح ت

ْ

ْ لحعِف

ْ

ْ يِهحنَم

ْ

ْخهحنَع

ْ

ْحوَاْ

َْ ت

ِْكحر

ْ

ْ لحعِف

ْ

ِْهِب رحوخمحأَم

ْ

Artinya: ‚yang dimaksud dengan mahdhurat (larangan) adalah melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang atau meninggalkan sesuatu perbuatan yang diperintahkan‛.9

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa jari>mah sebagai perbuatan dosa, bentuk, macam atau sifat dari perbuatan dosa tersebut. Misalnya pencurian, pembunuhan, dan sebagainya. Selanjutnya dari pandangan atau aspek yang ditonjolkan, jari>mah dapat dibagi menjadi bermacam-macam bentuk dan jenis. Diantaranya adalah:

a. Pelaksanaannya

Jari>mah ini adalah tentang pelaku melaksanakan jari>mah tersebut. Kalau pelaku melakukan perbuatan yang dilarang, maka dia telah melakukan jari>mah secara Ijabiyyah yang artinya aktif dalam melakukan jari>mah tadi, atau dalam hukum positif disebut dengan delict commisionis.10 Contoh perilaku ini adalah melakukan zina, mencuri, membunuh, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Kemudian melanggar peraturan yang diperintahkan dalam kejadian seperti ini pelaku dikenai jari>mah Salabiyyah yang artinya pelaku pasif tidak

8

Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 14.

9

Ibid., 14.

10


(32)

24

melakukan sesuatu atau dalam hukum positif dinamai delict ommisionis.11

b. Niatnya

Pembagian jari>mah dari sudut pandang niatnya ini, terbagi ke dalam dua bagian yakni jari>mah yang dilakukan dengan sengaja dan kemudian jari>mah yang dilakukan dengan tidak sengaja. Perbuatan jari>mah dengan sengaja ini disebut dengan jari>mah al-maqs}udah, karena diniati bahkan direncanakan. Sedangkan jari>mah yang dilakukan dengan tidak sengaja di sebut dengan jari>mah ghairu maqs}ud.12

c. Objeknya

Aspek yang juga dapat membedakan ini adalah apakah korban dari pelaku jari>mah ini perorangan ataukah sekelompok masyarakat. Jika yang menjadi korban itu adalah perorangan maka disebut dengan jari>mah perorangan karena menyangkut hak hamba atau manusia individu yang lebih dominan daripada hak Allah SWT. Sedangkan jika yang menjadi korban itu adalah sekelompok masyarakat maka jari>mah tersebut menjadi hak jama’ah atau hak Allah SWT,13 karena yang berkaitan dengan hak jama’ah merupakan hak Allah SWT dan telah ditetapkan secara khusus hukumannya dalam al-Quran.

11

Hakim, Hukum..., 23.

12

Hakim, Hukum..., 24.

13


(33)

25

d. Bobot Hukuman

Para ulama’ membagi masalah jinayah menjadi tiga bagian, yakni h}udu>d, qis}as}, dan ta’zi>r . Pembagian ini berdasarkan bobot hukuman yang diberikan kepada pelaku jari>mah, dan hukuman itu sendiri berdasarkan atas ada tidaknya dalam al-Quran atau al-Hadith.14 1) Jari>mah H}ud>d

Jari>mah h}udu>d adalah suatu jari>mah yang bentuk hukuman dan ukurannya telah ditentukan dan ditetapkan oleh agama berdasarkan al-Qur’an maupun al-Hadith.15

Kata h}udu>d secara bahasa artinya adalah al-man’u (mencegah, menghalangi). Kalimat h}udu>d berasal dari firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 229 sebagai berikut:

ْحنَمَو

ْ

ْمدَعَ تَ ي

ْ

َْدحوخدخح

ْ

ِْهلملا

ْ

َْكِئَلوخأَف

ْ

ْخمخْ

َْنحوخمِلامظلا

ْ

Artinya: ‚dan barang siapa yang melanggar H}udu>d (hukum-hukum Allah), maka mereka adalah orang aniaya‛.16

Sanksi dan hukuman disebut h}udu>d karena hukuman tersebut bisa mencegah dari melakukan tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan terkena hukuman tersebut, karena merupakan h}udu>d mah}arim atau hak

14

Hakim, Hukum..., 25.

15

Hakim, Hukum..., 26.

16


(34)

26

Allah SWT (ketentuan-ketentuan Allah SWT yang tidak boleh dilanggar), karena itu adalah hal-hal yang dilarang.17

Hukuman pada jari>mah h}udu>d ini sangat terbatas menurut Imam Hanafi terdapat lima jari>mah yaitu: jari>mah zinah, Qadzf (menuduh orang lain telah berbuat zinah), pencurian yang mencakup h}ira>bah atau Qat}’u at} -T}a>riq (Pembegalan) karena Hanafi menyamakan jenis tindakannya adalah sama-sama mencuri atau mengambil harta namun perbedaannya dari cara dan tempat kejadiannya yakni pencurian kecil sebagaimana pencurian, kemudian pencurian karena dilakukannya dengan cara terang-terangan atau merampas diluar rumah, menenggak Khamr dan hukuman mabuk karena menenggak minuman keras.18 Sedangkan Imam Syafi’i membagi jari>mah yang tergolong dalam h}udu>d tujuh jari>mah yaitu: Riddah atau murtad, H}ira>bah, bughah atau pemberontak, zina, qadzaf, pencurian dan minum khamr.19

Dengan ketentuan hukuman yang telah ditentukan ini dan memiliki sanksi berat maka seorang hakim dalam menjatuhkan hukuman cukup dengan mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga bisa dijatuhi hukuman h}udu>d dengan sempurna, namun jika tidak didapati bukti yang sempurna maka hakim bisa melakukan ijtihad karena jar>imah h}udu>d berkaitan dengan hilangnya nyawa atau organ tubuh jika di voniskan sehingga terdapat kaidah sebagai berikut:

17

Az-Zuhaili ..., 236.

18

Az-Zuhaili..., 256.


(35)

27

ْحنَا

ْ

َْئِطحََ

ْ

ْ ماَمِا

ْ

ِْف

ْ

ِْوحفَعحلا

ْ

ْ رح يَخ

ْ

ْحنِم

ْ

ْحنَا

ْ

َْئِطحََ

ْ

ِْف

ْ

ِْةَبحوخقخعحلا

Artinya: ‚kesalahan dalam memaafkan bagi seorang imam lebih baik daripada kesalahan dalam menjatuhkan sanksi‛20

Oleh karena itu jika dalam penjatuan hukuman h}udu>d terdapat kesamaran maka hindarilah hukuman hu}du>d tersebut, sebagaimana kaidah berikut:

ْخؤَرحدِا

ْ

َْدحوخدخحْا

ْ

ِْتاَهح بُشلاِب

ْ

Artinya: ‚hindarilah hukuman h}udu>d karena ada keraguan (shubha>t)21

2) Jari>mah Qis}as}/ Diat

Jari>mah qis}as} adalah tindak pidana yang hukumnya berbalas, yaitu berutang nyawa dibayar dengan nyawa, berutang anggota badan dibayar dengan anggota badan sebagaimana arti kata dari al-qas}as} yang artinya mengikuti jejak, dan kata ini juga berarti muma>tsalah (kesepadanan, kesamaan)22 Namun dalam hal mendapatkan maaf dari korban atau walinya maka dibayar dengan denda menurut ukurannya bila ada hal-hal yang membolehkan denda.23

Adapun ketentuannya dalam firman Allah (Q.S. al-Baqarah ayat 178):

20

Hakim, Hukum..., 27.

21

Hakim, Hukum..., 27.

22

Az-Zuhaili..., 589.


(36)

28                                                                     

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.24

Sehingga dapat dimengerti diat sebagai keringanan dari Allah SWT sehingga tidak dihukum qis}as}, adapun solusi lain jika hukuman qis}as} tidak bisa dilakukan karena tidak memungkinkan dilakukan perlukaan yang sama seperti yang dilakukan pelaku maka yang wajib didalamnya adalah ursh.25

 ْ   ْ  ْ   ْ  ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ  ْ   ْ  ْ  ْ   ْ  ْ   ْ   ْ  ْ  ْ  ْ   ْ  ْ  ْ   ْ  ْ   ْ   ْ   ْ  ْْْ ْ

Artinya: dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata,

24

Departemen…, 27. 25

Ursh adalah diat tidak utuh. Ada dua macam pertama, ursh yang jenis dan besarannya telah ditentukan oleh shara’ secara pasti seperti ursh satu tangan satu mata. Kedua, ursh yang jenis dan besarannya tidak ditentukan oleh shara’, akan tetapi penentuannya diserahkan kepada kebijakan hakim.


(37)

29

hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (Q.S. al-Ma>idah ayat 45).26

Kejahatan fisik terhadap kepala disebut shajjah yang ursh-nya tidak ditentukan oleh shara’ namun dikenal dengan h}ukumah ‘adl27, seperti menghilangkan rambut menurut Imam Syafi’i disamakan seperti meretakkan tulang rusuk, meretakkan tulang hidung dan meretakkan setiap tulang tubuh selain gigi.28ulama Syafi’i menghitung besaran h}ukumah disesuaikan dengan kadar yang berkurang karena luka shajjah itu dengan patokan diat, jika korban adalah orang merdeka atau seorang budak maka patokkannya adalah sepersepuluh dari diat pembunuhan.29 Menurut Hanafi ada sebelas macam shajjah yakni sebagai berikut:30Luka ha>ris}ah, Luka d}a>mi’ah, Luka da>miyah (berdarah), Luka ba>d}I’ah, Luka mutala>himah, Luka simha>q,. Sedangkan ulama’ Syafi’iyah menyebut luka ini dengan istilah luka malt}a>t}, yaitu luka yang menghilangkan daging hingga yang tersisanya hanya selaput lembut yang berada di atas tulang (selaput tulang). Luka muwad}d}ihah, Luka ha>shimah, Luka munaqqilah Luka a>mmah atau luka ma’mu>mah, yaitu luka yang menembus hingga

26

Departemen…, 115. 27 H}ukumah „Adl adalah

ursh atau kompensasi ganti rugi yang besarannya tidak ditentukan oleh shara’, akan tetapi penentuan besarannya diserahkan kepada kebijakan Hakim. Az-Zuhaili, Fiqih..., 683.

28

Az-Zuhaili..., 683. 29

Az-Zuhaili..., 684. 30


(38)

30

keselaput otak, yaitu kulit yang terletak dibawah tulang tengkorak diatas otak (selaput otak). Luka da>mighah.

Adapun ulama’ Syafi’i membuang luka kedua yaitu da>mi’ah, kemudian menyebut luka pertama dengan luka kha>ris}ah yaitu luka yang menggores kulit.31 Sedangkan untuk jenis yang lainnya ulama Syafi’i sependapat dengan macam-macam diatas. Namun dari keseluruhan luka diantara Syafi’i dan Hanafi luka yang bisa dikenai qis}as} adalah luka muwad}d}iha berdasarkan keumuman ayat dalam surat al-Ma>idah.32 Dalam hal diberi maaf maka harus menggantinya dengan diat yang nilainya sebagaimana hadits berikut:

َْأْ عحيَرخزْخنحبْخديِزَيْاَنَرَ بحخَأَْةَدَعحسَمْخنحبْخدحيَخْْاَنَ ثمدَح

ْوِرحمَعْحنَعْخم لَعخمحلاْ حَْسخحْاَنَرَ بحخ

ْ بحيَعخشِْنحب

ْحنَعِْهيِبَأْحنَع

ِْ دَج

ْ سحََْ سحََِْحِضاَوَمحلاْ ِيَْلاَقَْمملَسَوِْهحيَلَعْخهمللاْىملَصْمِِمنلاْمنَأ

وخبَأَْلاَق

ْ نَسَحْ ثيِدَحْاَذَْىَسيِع

ِْعحلاِْلحَأَْدحنِعْاَذَْىَلَعْخلَمَعحلاَو

ْ يِرحوم ثلاَْناَيحفخسْخلحوَ قَْوخَوِْمحل

َْوَْدَحَْأَوْ يِعِفامشلاَو

َْحِضوخمحلاْ ِيْمنَأَْقَححسِإ

ِْلِبِحْاْحنِمْا سحََ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah, telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Zurai' telah mengabarkan kepada kami Husain Al Mu'allim dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang luka-luka yang menampakkan tulang: "Diatnya lima, lima." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan dan diamalkan oleh para ulama dan merupakan pendapat Sufyan Ats Tsauri, Asy Syafi'i, Ahmad dan Ishaq bahwa untuk luka-luka yang menampakkan tulang adalah sebesar lima ekor unta.33

3) Jari>mah Ta’zi>r

Jari>mah ta’zi>r menurut arti katanya adalah at-ta’dib artinya

31

Az-Zuhaili..., 685. 32

Az-Zuhaili..., 685. 33


(39)

31

memberi pengajaran. Dalam fiqh ji>nayah, ta’zi>r merupakan suatu bentuk jari>mah yang bentuk atau macam jari>mah serta hukuman (sanksi) ini ditentukan oleh penguasa.34Hanafi mengatakan bahwa hukuman ta’zi>r apabila menyangkut hak adami (hak pribadi individu) maka wajib dan harus dilakukan, tidak boleh ditinggalkan,35 Hukuman ta’zi>r ini tidak memberi batasan, bahkan bisa sampai pada hukuman mati apabila pelakunya ini adalah seorang residivis dalam suatu kejahatan tertentu menurut Imam Hanafi dan hukuman ta’zi>r dalam bentuk bunuh itu dikenal dengan istilah al-Qat}lu shia>satan yakni hukuman ta’zi>r dalam bentuk hukuman mati apabila hakim dengan kemampuan ijtihad melihat adanya kemaslahatan didalamnya dan kejahatan yang dilakukan adalah sejenis dengan kejahatan yang diancam dengan hukuman bunuh.36 Namun dalam hal hak Allah swt, masalahnya dipasrakan kepada kebijakan dan pandangan imam.37 Adapun contoh kasusnya adalah mencuri yang tidak sampai 10 dirham (merupakan batas minimal h}ad mencuri) menurut hanafi.38

3. Unsur dan Syarat Pembegalan

Unsur-unsur pembegalan atau jari>mah hira>bah menurut Imam Syafi’i diambil dari bentuk perbuatan yang dilakukan yakni pertama, merampas hartanya saja. Kedua, membunuh saja tanpa disertai dengan

34

Hakim, Hukum.., 30.

35

Az-Zuhaili..., 535.

36

Az-Zuhaili..., 526. 37

Az-Zuhaili..., 535. 38


(40)

32

perampasan. Ketiga, membunuh disertaidengan perampasan harta. keempat, menakut-nakuti saja.39 Sedangkan Imam Hanafi diambil dari bentuk perbuatan yang dilakukan yakni pertama, para pelaku merampas hartanya saja atau mengambil dengan perlawanan. Kedua, mereka hanya membunuh tanpa disertai dengan perampasan. Ketiga, mereka membunuh dan merampasan harta. keempat, mereka hanya menakut-nakuti saja.40

Hukuman h}udu>d atas jari>mah h}ira>bah atau pembegalan dapat dijatuhkan kepada pelaku jika telah memenuhi sejumlah syarat. Diantaranya ada syarat-syarat untuk pelaku pembegalan, dan syarat-syarat TKP (tempat kejadian aksi pembegalan).

a. Syarat-syarat Pelaku Pembegalan

Syarat bagi pelaku yakni bisa kelompok tersebut atau setiap orang yang melakukan secara langsung maupun secara tidak langsung perbuatan tersebut sebagaimana menurut Imam Hanafi bahwa orang yang ikut terjun secara langsung dalam mengambil harta, membunuh, atau mengintimidasi termasuk pelaku pembegalan. Demikan pula orang yang yang ikut memberikan bantuan, baik dengan cara permufakatan, suruhan, pertolongan, maupun pertolongan itu semua tergolong pelaku pembegalan.41

39

Az-Zuhaili…, 418.

40

Az-Zuhaili…, 418.

41


(41)

33

Sedangkan menurut Imam Syafi’i pelaku pembegalan adalah orang yang secara langsung melakukan pembegalan, sedangkan orang yang tidak ikut terjun melakukan perbuatan, walaupun ia hadir di tempat kejadian, tidak dianggap sebagai pelaku hanya dianggap sebagai pembantu atau ar-rid’u sehingga di ancan dengan hukuman ta’zir.42Syarat pembegalan selanjutnya adalah tentang subjeknya ia haruslah orang yang berakal dan mukallaf.

b. Syarat-syarat Korban Pembegalan

Syarat-syaratnya yang menjadi korban pembegalan ada dua, yaitu:43

1) Korban pembegalan adalah orang Muslim atau Kafir Dhimmi. Sehingga apabila korbannya adalah orang kafir h}arbi musta’man, pelaku pembegalan tidak dikenai hukuman h}udu>d. Karena kehormatan dan keterlindungan harta orang kafir h}arbi musta’man adalah tidak mutlak, akan tetapi di dalamnya terdapat unsur syubhat kemubahan.

2) Tangan korban pembegalan atas harta yang dirampas adalah tangan yang sah, yaitu berupa tangan kepemilikan, tangan amanat atau tangan yang menanggung. Oleh karena itu jika tangannya tidak seperti itu, maka pelaku pembegalan tidak dikenai hukuman h}udu>d.

42

Ahmad Wardi Muslich, Hukum…, 96. 43


(42)

34

c. Syarat sesuatu (Harta) yang dibegal

Syarat sesuatu atau harta yang yang dibegal menurut Imam Hanafi pertama, haruslah mencapai nis}ab yang nilainya setara dengan sepuluh dirham atau satu dinar. Pendapat ini berdasarkan kepada hadits nabi berikut:

َََُْأَْوخَوْخهخظحفَلْاَذََوُْ ِِ َاَقحسَعحلاْ يِرمسلاْ َِِأْخنحبْخدممَخََوَْةَبحيَشْ َِِأْخنحبْخناَمحثخعْاَنَ ثمدَح

َْلاَق

َْنَ ثمدَح

َْعْىَسوخمِْنحبَْبوُيَأْحنَعَْقَححسِإِْنحبِْدممَخَْحنَعْ حرَخَْخنحباا

ْ سامبَعِْنحباْحنَعْ ءاَطَعْحن

َْلاَق

ْخلوخسَرَْعَطَق

ِْقْ نَِِْ ِيْ لخجَرَْدَيَْمملَسَوِْهحيَلَعْخهمللاْىملَصِْهمللا

ْخةَرَشَعْحوَأْ راَنيِدْخهختَمي

َْمِاَرَد

َْلاَق

َْوَرْدخواَدْوخبَأ

ْخا

ِِْداَنحسِإِبَْقَححسِإِْنحباْحنَعْ ََحَُْخنحبْخناَدحعَسَوَْةَمَلَسْخنحبخدممَخَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Abu As Sari Al Asqalani -ini adalah lafadz darinya, dan ini juga lebih lengkap- dari Ibnu Numair dari Muhammad bin Ishaq dari Ayyub bin Musa dari Atha dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memotong tangan seorang laki-laki karena mencuri baju perang yang harganya satu dinar, atau sepuluh dirham." Abu Dawud berkata, " Muhammad bin Salamah dan Sa'dan bin Yahya juga meriwayatkannya dari Ibnu Ishaq dengan sanadnya."44

Jika dikonversikan ke rupiah sebagaiamana pada saat tahun 2014, 1 Dinar bisa mendapatkan harta berupa emas seberat 4.25 gram,45 dan harga 1 gram emas di indonesia sejumlah Rp. 524.000 (lima ratus dua puluh empat ribu),46 maka 4.25 x Rp. 524.000 = 2.227.000. sehingga nis}ab barang yang diambil senilai Rp. 2.227.000 yang diambil oleh pelaku dari korban. Kedua, hartanya harus memiliki

44

Amir „abdul „azi>z, al-kutubu…, 1543.

45 ‚1 emas berapa gram‛ http://muslimminang.wordpress.com/2014/01/28/1-emas-berapa-gram/. Diakses pada 31 Mei 2015

46 ‚harga emas bulan oktober 2014‛ http//www.asgar.or.id/ekonomi/harga -logam-mulia/harga-emas-hari-ini-kamis-23-oktober-2014-di-jakarta-dan-makassar/. Dakses 31 Mei 2015


(43)

35

nilai (mutaqawwim), dilindungi, tidak ada seorangpun memiliki hak untuk mengambilnya.47

d. Syarat Tempat Kejadian Pembegalan

Adapun syarat-syarat tempat kejadian pembegalan sehingga kejahatan ini disebut sebagai kejahatan begal atau jari>mah h}ira>bah pertama,menurut Imam Syafi’i sebagai berikut:

ةبرحا

ْ

ي

ْ

جراخ

ْ

رص ا

ْا

وْ

ي

ْ

هلخاد

ْ

Artinya: pembegalan bisa dilakukan di luar kota atau di dalam kota48 Karena menurut Imam Syafi’i pembegalan tidak harus selalu dilakukan di jalanan luar kota, di dalam kota juga dikelompokkan sebagai pembegalan yang dikenai h}udu>d. Alasannya ayat yang menjadi landasan naqli jari>mah h}ira>bah bersifat umum, tidak secara khusus membedakan antara jalanan di luar kota dengan di dalam kota. Karena dalam hal ini Imam Syafi’i lebih mempersyaratkan adanya kekuatan (shaukah).49

ةبرحا

ْ

ي

ْ

جراخ

ْ

رص ا

ْ

Artinya: Pembegalan dilakukan di luar kota50

Kaidah ini mengandung sebagaimana pandangan Imam Hanafi alasannya pembegalan adalah tindakan menghambat jalan (Qat}’u at}

47

Az-Zuhaili..., 413.

48

Faizal, Mubarok, Kaidah..., 155.

49

Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, juz 3, (Semarang: Asy-Syifa’, t.t.,) 669. 50


(44)

36

T}a>riq) yang hanya dapat dilakukan di tempat yang sunyi atau jauh dari pertolongan. Pada tempat tersebut para pengguna jalan hanya menggantungkan keselamatannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, orang-orang yang menghambat jalan mereka (para pengguna jalan) sama dengan memerangi Allah SWT.

Namun terlepas dari perbedaan pendapat antara Imam Syafi’i dan Imam Hanafi tentang di luar kota atau di dalam kota, terdapat kesamaan pendapat di antara mereka bahwa pembegalan terjadi di jalan dan mengakibatkan terputusnya perjalanan korban sehingga disebut juga dengan Qat}’u at}-T}a>riq.

4. Sanksi dan Pelaksanaan Hukuman Kejahatan Begal

Sanksi merupakan ancaman hukuman yang diberikan kepada pelaku kejahatan begal sebagai balasan atas tindakannya, dalam shara’ hukuman terhadap kejahatan dibagi menjadi tiga yakni h}udu>d, qis}as}/ diat dan ta’zi>r. Dalam hal saknsi bagi pelaku pembegalan ini Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat al-Ma>idah ayat 33:

اَزَجاَمَِإ

اخؤْ

َْنيِذملا

ْ

َْنوخبِراَخُ

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

َْْو

َْنوَعحسَي

ْ

ِْي

ْ

ِْضحرَحأا

ْ

ا داَسَف

ْ

ْحنَأ

ْ

احوخلم تَقخ ي

ْ

ْحوخ بملَصخيحوَأ

ْ

َْعمطَقخ تحوَأ

ْ

ْحمِهحيِدحيَأ

ْ

مخهخلخجحرَأَو

ْ

ْحن م

ْ

ْ ف َاِخ

ْ

احوَفح نخ يحوَأ

ْ

َْنِم

ْ

ِْضحرَحأا

ْْ َذ

َْكِل

ْ

ْحمخََ

ْ

ْ يحزِخ

ْ

ِْف

ْ

اَيح نُدلا

ْ

ْحمخَََو

ْ

ِْف

ْا

ِْةَرِخَحأ

ْ

ْ باَذَع

ْ

ْ ميِظَع

ْ

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri


(45)

37

(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar 51

Dari ayat diatas dapat diketahui sanksi hukuman bagi pelaku pembegalan bahwasannya diantaranya dibunuh, disalib, dipotong tangan dan kakinya dengan bertimbal balik dan terahir diasingkan, dan perlu diketahui bahwa huruf sambung ‚aw‛ tersebut adalah menunjukkan arti al-tanwii’ (variatisasi), sehingga hukumannya disesuaikan dengan bentuk kejahatan yang dilakukan.52

Tata cara pelaksanaan eksekusi hukuman salib bagi pelaku yang membunh dan merampas menurut Imam Syafi’i adalah dengan melakukan hukuman bunuh terlebih dahulu baru kemudian disalib. Karena dalam penyebutannya, Allah SWT mendahulukan penyebutan hukuman dibunuh sebelum penyebutan hukuman salib, sementara penyaliban pelaku dalam keadaan masih hidup adalah sebuah bentuk penyiksaan,53 sedangkan menurut Imam Hanafi tata cara pelaksanaan hukuman penyaliban bagi pelaku yang membunuh dan merampas harta korban yakni dengan dipotong dan tangan terlebih dahulu kemudian dibunuh atau terdakwa di salib yang kedua tangannya dipentangkan ke kanan dan ke kiri dengan diikat, kemudian baru dibunuh.54

51

Departeme Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Penerbit J-ART, 2004), h 113. 52

Az-Zuhaili..., 419.

53

Az-Zuhaili..., 420.

54


(46)

38

Sedangkan dalam hal pelaku pembegalan hanya membunuh saja dan tidak mengambil hartanya maka dihukum sebagaiman hukuman qis}as} terhadap jiwa. Yakni pelaku dibunuh dengan menggunakan pedang menurut Imam Hanafi, sebagaimana h}adith ini:

َْب َاِقْ َِِأْحنَعِْءامذَحْاْ دِلاَخْحنَعَْةميَلخعْخنحباْخليِعَحِْإْاَنَ ثمدَحَْةَبحيَشْ َِِأْخنحبِْرحكَبْوخبَأْاَنَ ثمدَح

َْة

َِِْأْحنَع

ْمدَشْحنَعْ ِثَعحشَحأا

َْلاَقْ سحوَأِْنحبِْدا

ْخهمللاْىملَصِْهمللاْ ِلوخسَرْحنَعْاَمخهخ تحظِفَحِْناَتحنِث

َْلاَقَْمملَسَوِْهحيَلَع

اوخنِسححَأَفْحمختحلَ تَ قْاَذِإَفْ ءحيَشْ لخكْىَلَعَْناَسححِحْاَْبَتَكَْهمللاْمنِإ

َْةَلح تِقحلا

َْححبمذلاْاوخنِسححَأَفْحمختحََِذْاَذِإَو

ْمدِحخيحلَو

ْ

ْخهَتَحيِبَذْححِخرحلَ فْخهَتَرحفَشْحمخكخدَحَأ

ْخنحبْ ََحَُْ اَنَ ثمدَحْو

ْخقَححسِإْاَنَ ثمدَحْوْحْ محيَشخْاَنَ ثمدَحْ ََحَُ

ُْيِفَقم ثلاْ ِبامَوحلاْخدحبَعْاَنَرَ بحخَأَْميِاَرح بِإْخنحب

وْح

َْ ثمدَحْ رَدحنخغْاَنَ ثمدَحْ عِفاَنْخنحبِْرحكَبْوخبَأْاَنَ ثمدَح

ِْدحبَعْخنحبِْهمللاْخدحبَعْاَنَ ثمدَحْوْحخةَبحعخشْاَن

ِْنَحْمرلا

َْميِاَرح بِإْخنحبْخقَححسِإاَنَ ثمدَحْوْحَْناَيحفخسْحنَعَْفخسوخيْخنحبْخدممَخَْاَنَرَ بحخَأُْيِمِرامدلا

اَنحسِإِبِْءامذَحْاْ دِلاَخْحنَعِْء َِخؤَُْلخكْ روخصحنَمْحنَع ريِرَجْاَنَرَ بحخَأ

ِْنحباْ ِثيِدَحِْد

َْنحعَمَوَْةميَلخع

ِْهِثيِدَح

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Isma'il bin 'Ulayyah dari Khalid Al Khaddza` dari Abu Qilabah dari Abu Al Asy'ats dari Syaddad bin Aus dia berkata, "Dua perkara yang selalu saya ingat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan supaya selalu bersikap baik terhadap setiap sesuatu, jika kamu membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkan pisaumu dan senangkanlah hewan sembelihanmu." Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami Husyaim. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahhab At Tsaqafi. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Nafi' telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Manshur mereka semua dari


(47)

39

Khalid Al Khaddza` dengan sanad dan makna yang sama dengan hadits Ibnu 'Ulayyah." 55

sedangkan menurut Imam Syafi’i pelaku pembunuhnya dihukum mati sebagaimana pelaku itu membunuhnya,

نم

ْ

لتق

ْ

ءيشب

ْ

لتق

ْ

هلثم

ْ

Artinya: barang siapa membunuh dengan sesuatu (alat/cara), maka ia di qis}as} dengan cara yang serupa.56

Sehingga jika pelaku pembegalan hanya membunuh dan membunuhnya menggunakan batu tanpa merampas dan mengambil hartanya, maka dihukum mati dengan menggunakan batu juga. Begitupun jika dalam masalah qis}as} perlukaan. Dalam hal pelaku dimaafkan menurut Syafi’i pemaafan itu tidak bisa merubah hukuman atas h}ad pembunuhan jika perbuatannya telah memenuhi untuk di laksanakan hukuman bunuh, karena menurutnya tindakan ini berbeda dengan pembunuhan atas selain curi bunuh (membunuh dengan mencari kelengahan siterbunuh).57 Adapun lama waktu penyaliban yang dilakukan kepada pelaku yang membunuh dan mengambil hartanya korban, maksimal tiga hari menurut Syafi’i dan Hanafi, pembatasan penyaliban sampai tiga hari merupakan pendapat yang tepat karena manusia yang telah meninggal dunia apabila lebih dari tiga hari jasadnya akan membusuk.58

55 Amir „abdul „azi>z,

al-kutubu..., 975.

56

Faizal, Mubarok, Kaidah..., 173. 57

Al-Imam asy-Syafi’i, al-Umm X (Buku Induk), Ismail Yakub, (semarang: Faizan, 1988) 58


(48)

40

Dan pelaku tidak lagi memiliki tanggungan jika sudah dihukum h}udu>d atas harta rampasannya, karena menurut Imam Hanafi seseorang tidak bisa dikenai hukuman h}udu>d sekaligus denda,59 sementara Imam Syafi’i mengatakan bahwa hukuman h}udu>d dan pendendaan bisa dijatuhkan secara sekaligus, karena harta adalah barang yang harus ditanggung dengan cara dikembalikan jika seandainya barangnya masih ada. Begitupula harta itu harus ditanggung dengan membayar denda ganti rugi apabila barangnya sudah rusak, sama seperti kasus hukuman dengan ganti rugi karena membunuh binatang buruan tanah haram milik seseorang.60

Pelaksanaan hukuman selanjutnya adalah al-Nafyu atau pengasingan bagi pelaku yang menakut-nakuti di jalan yang mengakibatkan pengguna jalan merasa tidak aman dengan ulah pelaku, menurut Imam Syafi’i dan Imam Hanafi untuk masalah ini pelaku bisa dipenjarakan dan dihukum ta’zi>r.61

B. Kejahatan Begal Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Membicarakan Kejahatan Begal dalam perspektif Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) bertujuan untuk memahami kejahatan begal dalam Pasal 365 yang berkaitan dengan pengertian, jenis hukuman dalam

59

Az-Zuhaili..., 422.

60

Az-Zuhaili..., 422.

61


(49)

41

KUHP, unsur-unsur, syarat-syarat pelaku serta sanksi dan pelaksanaan hukuman kejahatan begal. Sistematika dimaksud diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian Kejahatan Begal

Kejahatan merupakan perbuatan pidana yang bisa dikenai hukuman atau sanksi bagi yang melakukannya,62 begal pada dasarnya merupakan bentuk majas dari mencuri, hanya saja secara bentuk perbuatannya begal memiliki ciri sendiri dalam perbuatannya yakni melakukan perampasan di jalan,63 dengan tidak segan-segan untuk melukai dan membunuh korbannya. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kejadian perampasan barang milik orang lain yang sedang berada dijalan ini secara implisit terdapat pada buku kedua tentang kejahatan, Bab XXII tentang Pencurian dalam Pasal 365. Adapun yang dimaksud dengan pencurian dalam Pasal 362 KUHP adalah barang siapa yang mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum64

Sedangkan dalam Pasal 365 dan ayat (2)65 sebegai pelengkap atas keterangan Pasal 362 menjelaskan bahwasannya yang jika dalam pencuriannya disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

62

Soeharto, Hukum Pidana Materiil (unsur Obyektif sebagai dasar dakwaan), (Jakarta: Sinar Grafika, 1993) 22.

63

Meity Taqdir Qadratillah dkk, Kamus …, 45.

64

Soesilo, KUHP..., 115. 65


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

ayat (2) ke-2 namun hanya memberikan tuntutan penjara selama 2 tahun, namun sesungguhnya ancaman dalam Pasal 365 ayat (2) adalah pidana penjara maksimal 12 tahun dalam setiap nomor atau bagian daris setiap angka itu seperti kualifikasi seharusnya pelaku diberikan hukuman yang lebih karena terpenuhinya ketentuan ke-1,2 dan 3. Yakni dilakukan diwaktu malam, dijalan umum kemudian dilakukan secara bersekutu dan kemudian berakibat luka berat sebagaimana dari hasil Visum dalam pembuktian.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian penjelasan yang telah disampaikan di atas mengenai perampasan sepeda motor dengan kekerasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun yang menjadi pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda dengan terpenuhinya unsur-unsur dalam Pasal 362 dan 365 ayat (2) ke-2 KUHP dan terkait hal-hal yang meringankan

2. Adapun Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana terhadap pertimbangan Hakim dalam putusan nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda, bahwa secara hukum Islam atas pertimbangan hukum Hakim perspektif Imam Hanafi harus di tahanan sebagai sanksi

menakuti dan dita’zir karena perampasannya yang tidak sampai nis}ab,

sehingga memberikan efek jerah pada jenis kejahatan pembegalan. Sedangkan

Imam Syafi’i diqis}as} dan membayar diat atas dua perlukaan. Sedangkan dalam tinjauan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana haruslah perlu diperhatikan atas terpenuhinya ketentuan memberatkan pada Pasal 365 ayat (2) ke-1 dan 4.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

B. Saran

Adapun saran yang bisa disampaikan oleh penulis dan semoga bermanfaat sebagai berikut:

1. Kepada para penegak hukum lebih memahami kasus yang dihadapi

agar menjatuhkan hukuman yang memiliki efek jerah kepada pelaku yang kejahatannya adalah dengan melakukan perampasan harta secara berkelompok di jalan seperti pembegalan dengan mempertimbangkan akibatnya dan penerapan hukuman bisa menjadi pendidikan bagi masyarakat.

2. Kepada masyarakat harus lebih sadar akan adanya hukum dan selalu

berupaya untuk berprilaku baik kepada masyarakat lainnya sehingga terbentuk masyarakat yang kondusif dan menjadi pendidikan etika bagi generasi yang masih muda.


(4)

82

DAFTAR PUSTAKA

‘Abdul ‘azi>z, al-kutubu al-sittah. T.tp., da>rus sala>m, 2008.

Abdurrohman. Tindak Pidana Dalam Syariat Islam(Shari’ah the Islamic Law),Wadi

Masturi, Basri Iba Asghary,. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.

Abu Bakar Al-Husaini, Al-Imam Taqiyyudin. Kifayatul Akhyar, Achmad Zainudin,

Ma’ruf Asrori, Jilid 3. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997.

Ali, Mahrus. Dasar-dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Asy-Syafi’i. al-Umm X (Buku Induk), Ismail Yakub. semarang: Faizan, 1988. Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyi Dkk, Jilid 7. Jakarta:

Gema Insani, 2011.

Bukhari, Sindi. Sah}ih} al-Bukhari bih}asiyat al-Imam al-Sind. Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2008.

Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada, 2002

Diyah Mujahidah. Delik Perampokan (Studi Perbandingan Antara Hukum Pidana

Islam dan KUHP). Skripsi—IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 200.

Hakim. Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Ibnu Mas’ud, Abidin. Fiqh Madzhab Syafi’i: buku 2 Muamalat, Munakahat, Jinayat. Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Isna wiqoya. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Perspektif Hukum

Pidana Islam. Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.

Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Media Group, 2010. Masruhan. Metodologi Penelitian Hukum. Surabaya: Hilal Pustaka, 2013.

Mas’ud, Abidin. Fiqh Madzhab Syafi’i. Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Meity Taqdir Qadratillah dkk. Kamus Bahasa Indoneia Untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011


(5)

83

Mestika Zed. Metodologi Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. Mubarok, FAizal. Kaidah Fiqh Jinayah (Asas-asas Hukum Pidana Islam). Bandung:

Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Munajat, Makhrus. Dekontruksi Hukum Pidana Islam. Depok: Logung Pustaka, 2004.

Rafiq, Ahmad. Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: Gema Media, 2001.

Rusyd, Ibnu. Tarjamah Bidayatul Mujtahid, juz 3. Semarang: Asy-Syifa’, t.t.,

Roeslan. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan Penjelasan. Jakarta: Aksara Baru, 1987.

Soeroso. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bogor: Politeia, 1991. Shaleh, Dahlan Dkk. Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat

Al-Quran. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000.

Siswo Hadi Santoso. Sanksi Hukum Dalam Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No. 253/PID.B/1995/PN. SDA Tentang Perampokan Disertai Penganiayaan

Ditinjau Dari Filsafat Hukum Pidana Islam. Skripsi—UIN Sunan Ampel,

Surabaya, 2007.

Soesilo. KUHP (Kitab Undang Hukum Pidana) & KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Buana Press, 2008.

Soeharto. Hukum Pidana Materiil (unsur Obyektif sebagai dasar dakwaan). Jakarta: Sinar Grafika, 1993.

Sudarto. Hukum Pidana Jilid 1A-1B. Semarang: UNDIP, 1990.

Wardi Muslich, Ahmad. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Waluyo, Bambang. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Departeme Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : Penerbit J-ART,

2004.


(6)

84

Kementrian Agama Ri. al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta:

Widya Cahaya 2011.

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya : UIN Sunan Ampel Press.

Team Pembukuan Manhaji Tamatan MHM 2003 Lirboyo, Paradikma Fiqh Masail (Kontekstualisasi Hasil Bahtsul Masail) . t.tp., t.p., 2005.

Akbar Krisnayana (staff kasubag IT), bagaimana profil dan dimana letak geografis Pengadilan Negeri Sidoarjo, kasubag IT, 3 Juni 2014.

Musthofa (Hakim Majelis dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN. Sda)

bagaimana pertimbangan bapak selaku hakim majelis dalam perkara putusan nomor 526/Pid.B/2014/PN. Sda sehingga menjatukan hukuman seperti yang terdapat dalam putusan?, 3 Juni 2014.

Musthofa (Hakim Majelis dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN. Sda) apa dasar hukum bapak dalam menjatuhkan hukuman tersebut?, 3 Juni 2014

Pebriansyah Ariefana, ‚asalusul istilah begal‛,

http://www.suara.com/news/2015/03/12/063000/asal-usul-istilah-begal,diakses pada 23/03/2015

‚1 emas berapa gram‛ http://muslimminang.wordpress.com/2014/01/28/1

-emas-berapa-gram/. Diakses pada 31 Mei 2015

‚harga emas bulan oktober 2014‛ http//www.asgar.or.id/ekonomi/harga -logam-mulia/harga-emas-hari-ini-kamis-23-oktober-2014-di-jakarta-dan-makassar/. Dakses 31 Mei 2015


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

11 143 2