1.3 MAKALAH GERAGAI TJT 2

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
PROVINSI JAMBI
Dedi Kusnadi, Lano Adhitya Permana, Dikdik Risdianto
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Kegiatan penyelidikan pendahuluan daerah panas bumi Geragai dilakukan untuk
mengetahui karakteristik litologi dan fluida panas bumi daerah tersebut. Metode yang
digunakan dalam penyelidikan ini meliputi studi literatur, pengamatan dan pengambilan conto
di lapangan, analisis laboratorium serta interpretasi data. Daerah penyelidikan merupakan
bagian dari Cekungan Sumatera Selatan tepatnya pada bagian cekungan belakang busur,
dengan litologi yang terdiri dari batulempung, endapan rawa dan alluvial serta struktur geologi
yang umumnya berupa kelurusan berarah baratlaut – tenggara, akibat pengaruh tektonik
regional kompresional di Cekungan Sumatera Selatan pada Kala Plio-Plistosen.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa hanya terdapat satu kelompok mata air panas
dengan temperatur tertinggi 60,10 °C, pH netral, terdapat pencampuran dengan air permukaan
cukup dominan, seperti yang ditunjukkan oleh tipe fluida berupa air bikarbonat, pada zona
immature water, zona Cl-B, dengan SiO2 rendah (43 mg/L) dan Cl rendah (115 mg/l) serta
posisi isotop 180 dan 2H mirip air dingin yang netral (mendekati garis meteoric water).
Temperatur bawah permukaan di daerah penyelidikan diperkirakan sekitar 100 °C
berdasarkan perhitungan geotermometer SiO2 dan termasuk dalam entalpi rendah.

Pembentukan sistem panas bumi Geragai diperkirakan berkaitan dengan cekungan
sedimen dengan potensi panas bumi sekitar 5 MWe pada kelas sumber daya spekulatif.
PENDAHULUAN
Kebutuhan energi alternatif selain
energi fosil dirasakan semakin mendesak
bagi pemenuhan energi listrik di dalam
negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga
listrik
tersebut,
pemerintah
perlu
melakukan penelitian/penyelidikan energi
alternatif salahsatunya panas bumi.
Daerah Geragai (Gambar 1) dipilih
sebagai salah satu daerah survei
pendahuluan,
karena
ditemukannya
manifestasi panas bumi berupa mata air
panas dengan temperatur sekitar 60°C

(Permana dan Wibowo, 2013) serta
lokasinya yang berada di luar jalur
gunungapi. Untuk memperoleh informasi
mengenai aspek kepanasbumian di daerah
Geragai, diperlukan data geosain seperti
data geologi dan geokimia.

GEOLOGI
Morfologi daerah penyelidikan
berupa pedataran yang berada pada
ketinggian 6 hingga 26 m dpl dengan
kemiringan lereng maksimum 2o.
Litologi daerah panas bumi
Geragai tersusun atas tiga satuan batuan,
yaitu satuan endapan alluvial, satuan
endapan
permukaan
dan
satuan
batulempung (Gambar 2).

Endapan alluvial tersebar di bagian
tenggara
daerah
penyelidikan
dan
merupakan endapan sekunder hasil
rombakan batuan di permukaan yang telah
terbentuk sebelumnya. Endapan ini terdiri
dari material lepas berupa lempung, pasir,
kerikil dan kerakal. Hingga saat ini, proses
pengendapan material-material tersebut
masih berlangsung.

Endapan
rawa
merupakan
endapan yang mendominasi daerah
penyelidikan. Endapan ini
terdiri dari
material sisa-sisa tumbuhan (gambut) dan

material lepas yang berukuran lempung
dan pasir serta diperkirakan berumur
Holosen.
Satuan batulempung terdistribusi
disebelah selatan daerah penyelidikan.
Satuan ini dicirikan oleh batulempung
berwarna putih abu-abu, lunak, porositas
buruk dan non karbonatan. Secara
setempat, pada satuan ini dijumpai
batulempung tufaan dan batupasir. Batas
antara satuan batulempung dan endapan
rawa
berupa
ketidakselarasan.
Berdasarkan ciri litologi yang ditemukan di
lapangan dan kesebandingan peta geologi
regional (Mangga, dkk., 1993), satuan ini
dapat digolongkan ke dalam Formasi Kasai
yang berumur Pliosen - Plistosen Awal.
Secara

umum,
di
daerah
penyelidikan cenderung tidak menemukan
jejak-jejak magmatisme sebagai indikasi
sumber panas. Penarikan struktur geologi
secara umum berdasarkan pada pola
kelurusan peta Digital Elevation Model
(DEM) dan hasil pengamatan di lapangan.
Pola struktur yang berkembang di daerah
penyelidikan relatif berarah baratlauttenggara. Keberadaan struktur geologi
tersebut diduga mengontrol pemunculan
mata air panas di daerah Geragai.
Manifestasi Panas Bumi
Kenampakan gejala panas bumi di
daerah panas bumi Geragai dan sekitarnya
berupa air panas yang lokasinya
berdekatan antara satu lokasi dengan
lainnya, diantaranya :
Mata air panas Pandan 1 (APP 1),

pada koordinat 352692 mE, 9872818 mS,
elevasi 15 m dpl dari endapan rawa
(gambut) dengan temperatur air 61,10 °C
pada temperatur udara 27,8 °C , pH netral
7,19, debit 1 L/detik, daya hantar listrik 390
µS/cm, jernih, tidak ditemukan adanya
sinter dan tidak berbau.

Mata air panas Pandan 2 (APP 2),
terletak 100 meter sebelah tenggara dari
lokasi air panas Pandan 1, pada koordinat
352791 mE, 9872850 mS elevasi 17 m dpl.
Temperatur air 58,1 °C pada temperatur
udara 27,88 °C, pH netral 7,36, debit 1
L/detik, daya hantar listrik 385 µS/cm,
jernih, tidak ditemukan adanya sinter dan
tidak berbau.
Mata air panas Pandan 3 (APP 3),
terletak 27 meter sebelah tenggara dari
lokasi air panas Pandan 2, pada koordinat

352786 mE, 9872877 mS, elevasi 19 m
dpl.
Temperatur air 46,8 °C pada
temperatur udara 26,78 °C, pH 7,5, jernih,
daya hantar listrik 360 µS/cm dan tidak
ditemukan adanya sinter.
Air
Sumur
Pandan
(ASP),
merupakan conto air dingin yang berasal
dari Sumur Gali kedalaman sekitar 10
meter penduduk Warga desa Pandan
Sejahtera, pada koordinat 352239 mE,
9867505 mS, elevasi 5 m dpl. Temperatur
air sumur 27,86oC pada temperatur udara
28,18oC, pH 6,56 dan daya hantar listrik 70
µS/cm. jernih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
Air Dingin Jaya (ADJ), merupakan

conto air dingin yang mengalir pada parit
buatan di sekitar kebun sawit, pada
koordinat 356193 mE, 9874705 mS,
elevasi 11 m dpl. Temperatur air dingin ini
sekitar 29,60oC dengan temperatur udara
32,40oC, debit 1 liter/detik, pH 3,09 dan
daya hantar listrik 1115 µS/cm, air dingin
jernih, tidak berbau, tidak berasa.
Air Panas Muara Bulian (APMB),
berlokasi di luar peta daerah penyelidikan,
berada di Kabupaten Batanghari. Air panas
tersebut keluar dari keran hasil pengeboran
air pada kedalaman 20 meter yang dimiliki
oleh salah seorang penduduk desa Air
Panas,
Kecamatan
Muara
Bulian,
Kabupaten Batanghari. Air panas tersebut
berada pada koordinat 307707mE,

9811828 mS, elevasi 19 m dpl. Temperatur
air panas sekitar 48,0oC pada temperatur
udara 28,57oC, debit 0,1 liter/detik, pH 7,00

dan daya hantar listrik 220 µS/cm, jernih,
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
terdapat sinter silika ataupun sinter
karbonat.
GEOKIMIA
Hasil Analisis Air
Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3
(gambar 3), menunjukkan bahwa semua
air panas bertipe bikarbonat yang
mengindikasikan tingginya pengaruh air
permukaan
(meteoric
water)
pada
pemunculan air panas di daerah
penyelidikan

sekaligus
memperkaya
konsentrasi HCO3. Berdasarkan diagram
segitiga Na-K-Mg (gambar 4), semua mata
air panas terletak pada zona immature
water, hal ini mengindikasikan adanya
pengaruh
air
permukaan
pada
pembentukan air panas yang begitu kuat
sehingga mempengaruhi interaksi antara
fluida dengan batuan sebelum bercampur
dengan air permukaan (meteoric water).
Manifestasi yang muncul ke
permukaan pada cenderung semakin
rendah temperaturnya yaitu berkisar 46.861.1°C. Hal tersebut menunjukkan bahwa
selain dipengaruhi interaksi antara fiuida
dengan batuan dalam keadaan panas juga
bercampur

dengan
air
permukaan
(meteoric water). Berdasarkan diagram
segi tiga Cl, Li, B (gambar 5) posisi semua
mata air panas terletak pada zona tengah
yang cenderung ke arah Cl-Li-B yang
mengindikasikan bahwa air panas di
daerah penyelidikan berinteraksi dengan
sistem hidrothermal dan terpengaruh oleh
batuan sedimen sebelum mencapai ke
permukaan.
Isotop
Gambar 6 memperlihatkan bahwa
posisi air panas Pandan 1, Pandan 2, dan
air panas Pandan 3, berada pada posisi
yang mirip dengan air dingin mendekati
garis MWL, sebagai indikasi bahwa
pembentukan mata air panas tidak
berhubungan dengan terjadinya interaksi

antara fluida panas pada sistem panas
bumi
dengan
batuan
serta
tidak
menyebabkan terjadinya pengkayaan O18,
namun pengaruh pengenceran oleh air
meteorik sangat berpengaruh besar
terhadap pembentukan fluida panas di
daerah Geragai.
Pendugaan Suhu Bawah Permukaan
Karakteristik manifestasi panas
bumi di daerah penyelidikan Geragai
dicirikan oleh temperatur berkisar 46,861,1°C pada elevasi rendah 15-19 m dpl,
tidak ada sinter karbonat, konsentrasi
senyawa kimia tidak menunjukkan adanya
indikasi konsentrasi tinggi, bertipe air
bikarbonat yang didominasi oleh air
permukaan, serta tidak ada pengkayaan
oksigen 18 dari isotop. Hasil perhitungan
dengan menggunakan geotermometer
Na/K menunjukkan nilai temperatur yang
terlalu tinggi (>300oC), maka temperatur
bawah permukaan di daerah Geragai
menggunakan geotermometer SiO2 dan
hasil
perhitungannya
menunjukkan
temperatur 100°C yang termasuk dalam
entalpi rendah.
Analisis Tanah dan Udara Tanah
Konsentrasi Hg tanah setelah
dikoreksi oleh nilai konsentrasi H2O-,
bervariasi dari nilai terendah 9 ppb (Kode
sampel DW 9), sampai nilai tertinggi 766
ppb
(Kode sampel SE 6). Variasi Hg
tanah, memberikan nilai background 363
ppb, nilai treshold 552 ppb, dan nilai ratarata 173 ppb.. Peta distribusi nilai Hg tanah
(Gambar 7), memperlihatkan anomali
relatif tinggi > 350 ppb terletak di sebelah
barat daerah penyelidikan, sedangkan Hg
200-350 ppb hanya sebagian kecil daerah
penyelidikan yang terletak di sebelah barat,
dan timur laut di daerah penyelidikan,
sementara Hg 10 % berada jauh di
sebelah barat, dan sebelah timur dari lokasi
air panas Pandan. Konsentrasi CO2 antara
5-10 %, terdistribusi di sebelah utara
daerah penyelidikan, sedangkan nilai < 5 %
tersebar merata mendominasi daerah
penyelidikan. Anomali konsentrasi CO2
udara tanah pada kedalaman 1 meter di
daerah penyelidikan, sangat dipengaruhi
oleh kondisi lapangan yang terdiri dari
tanah gambut, dan tanah timbu timbunan,
sehingga tidak mencerminkan adanya
daerah prospek panas bumi di Geragai.
PEMBAHASAN
Daerah penyelidikan merupakan
bagian dari Cekungan Sumatera Selatan
dan merupakan cekungan belakang busur.
Pembentukan sistem panas bumi di daerah
Geragai diperkirakan berkaitan dengan
cekungan sedimen, meskipun secara
umum daerah tersebut tertutupi oleh
endapan rawa. Anderson dan Lund, 1979
menyebutkan bahwa pembentukan sistem
panas bumi melalui mekanisme sirkulasi
dalam (extention-driven), merupakan hasil
dari sirkulasi dalam air meteorik di
sepanjang zona sesar atau zona rekahan
pada daerah yang memiliki heat flow yang
tinggi (Anderson & Lund, 1979).
Pembentukan sistem ini berasosiasi
dengan aktivitas sesar dimana panas yang
ditimbulkan diperkirakan berhubungan
dengan peningkatan gradien termal di
kedalaman (Gambar 9).
Sebaran area prospek panas bumi
dalam sistem panas bumi Geragai

berdasarkan hasil survei metode geologi
dan geokimia terdapat di sekitar mata air
panas (Gambar 10). Dengan asumsi
bahwa luas prospek 1 km2, temperatur
reservoir diperkirakan sebesar 100 oC dan
daya per satuan luas sebesar 5 MWe/km2,
diperoleh potensi panas bumi daerah
Geragai sebesar 5 MWe pada kelas
sumber daya spekulatif.
KESIMPULAN
Sistem panas bumi daerah Geragai
diperkirakan
berasosiasi
dengan
pembentukan cekungan sedimen. Fluida
panas
yang
terdapat
di
daerah
penyelidikan termasuk tipe air bikarbonat,
pada zona immature waters serta berada
pada daerah boron yang mengindikasikan
pengaruh air meteorik cukup dominan
disertai konsentrasi SiO2 dan Cl yang kecil.
Hasil perhitungan geotermometer SiO2
,menunjukkan bahwa temperatur bawah
permukaan di daerah penyelidikan Geragai
sekitar 100 oC dan termasuk ke dalam
entalpi rendah.
Pembusukan material organik pada
daerah penyelidikan, menyebabkan pH
tanah asam (pH 4-6) dan nilai CO2 yang
agak tinggi (lebih dari 10 %), sehingga akan
berpengaruh dalam proses analisis analisis
Hg tanah. Dalam hal ini,
anomali
konsentrasi tinggi Hg tanah (>350 ppb),
diperkirakan bukan merupakan indikasi
adanya daerah prospek panas bumi di
daerah penyelidikan.
Potensi panas bumi yang terdapat
di daerah Geragai sebesar 5 Mwe dan
termasuk dalam klasifikasi sumberdaya
spekulatif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan makalah ini berkaitan
dengan informasi dan data yang tersedia di
Pusat Sumber Daya Geologi. Oleh karena
itu, penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lund, 1979. Direct Utilization of Geothermal Energy : A Layman’s Guide.
Geothermal Resources Council. Special Report.
Giggenbach, W.F., 1991. Chemical Techniques in Geothermal Exploration. In: D’Amore, F.
(coordinator), Application of geochemistry in geothermal reservoir development,
UNITAR/UNDP, Rome, 119-142.
Mangga,S.A., Santosa,S. dan Hermanto, B.. 1992. Geologi Lembar Jambi, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi.
Nicholson, Keith, 1993. Geothermal Fluids, Chemistry and Exploration Techniques, Springer
Verlag Inc.
Permana, L.A., Wibowo, A.E.A., 2013. Laporan Uji Petik Panas Bumi di Wilayah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Peta Indeks

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Daerah Geragai

Peta Indeks

Gambar 2. Peta Geologi di Daerah Geragai

Gambar 3. Plotting Air Panas Bumi Geragai, Pada Diagram Cl-SO4-HCO3

Gambar 4. Plotting Air Panas Bumi Geragai, Pada Diagram Na-K-Mg

Gambar 5. Plotting Air Panas Bumi Geragai, Pada Diagram Cl-Li-B

Gambar 6. Plotting Isotop 18O dan 2H Air Panas Bumi Geragai

Gambar 7. Peta Distribusi Hg Tanah Panas Bumi Geragai

Gambar 8. Peta Distribusi CO2 Udara Tanah Panas Bumi Geragai

Gambar 9. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Geragai,Yang Mirip
Dengan Sirkulasi Dalam (Anderson and Lund,1979)

Peta Indeks

Gambar 10. Peta Kompilasi Daerah Prospek Panas Bumi Geragai