SIMPUH | Sistem Informasi Perundang-Undangan dan Hukum
                                                                                TAMBAHAN
LEMBARAN NEGARA RI
No.5601
ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan.
Kewenangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292)
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2014
TENTANG
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
I.
UMUM
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Selanjutnya
menurut ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, negara Indonesia adalah negara
hukum. Hal ini berarti bahwa sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara Republik Indonesia harus berdasarkan atas prinsip kedaulatan
rakyat dan prinsip negara hukum. Berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut, segala bentuk Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum
yang merupakan refleksi dari Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan
demikian tidak berdasarkan kekuasaan yang melekat pada kedudukan
penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
2
Penggunaan kekuasaan negara terhadap Warga Masyarakat
bukanlah tanpa persyaratan. Warga Masyarakat tidak dapat
diperlakukan secara sewenang-wenang sebagai objek. Keputusan
dan/atau Tindakan terhadap Warga Masyarakat harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum
pemerintahan yang baik. Pengawasan terhadap Keputusan dan/atau
Tindakan merupakan pengujian terhadap perlakuan kepada Warga
Masyarakat yang terlibat telah diperlakukan sesuai dengan hukum dan
memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan hukum yang secara
efektif dapat dilakukan oleh lembaga negara dan Peradilan Tata Usaha
Negara yang bebas dan mandiri. Karena itu, sistem dan prosedur
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan harus diatur
dalam undang-undang.
Tugas pemerintahan untuk mewujudkan tujuan negara
sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tugas tersebut merupakan
tugas yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas Administrasi
Pemerintahan sehingga diperlukan peraturan yang dapat mengarahkan
penyelenggaraan Pemerintahan menjadi lebih sesuai dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat (citizen friendly),
guna memberikan
landasan dan pedoman bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan.
Ketentuan penyelenggaraan Pemerintahan tersebut diatur dalam
sebuah Undang-Undang yang disebut Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan. Undang-Undang Administrasi Pemerintahan menjamin
hak-hak dasar dan memberikan pelindungan kepada Warga
Masyarakat serta menjamin penyelenggaraan tugas-tugas negara
sebagaimana dituntut oleh suatu negara hukum sesuai dengan Pasal
27 ayat (1), Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan ketentuan tersebut, Warga Masyarakat tidak menjadi
objek, melainkan subjek yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan
Pemerintahan.
Dalam rangka memberikan jaminan pelindungan kepada setiap
Warga Masyarakat, maka Undang-Undang ini memungkinkan Warga
Masyarakat mengajukan keberatan dan banding terhadap Keputusan
dan/atau Tindakan, kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
atau Atasan Pejabat yang bersangkutan. Warga Masyarakat juga dapat
mengajukan gugatan terhadap Keputusan dan/atau Tindakan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan kepada Peradilan Tata Usaha Negara,
karena Undang-Undang ini merupakan hukum materiil dari sistem
Peradilan Tata Usaha Negara.
www.djpp.kemenkumham.go.id
3
No.5601
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan mengaktualisasikan secara
khusus norma konstitusi hubungan antara negara dan Warga
Masyarakat. Pengaturan Administrasi Pemerintahan dalam UndangUndang ini merupakan instrumen penting dari negara hukum yang
demokratis, dimana Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya yang meliputi lembaga-lembaga di
luar eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang menyelenggarakan fungsi
pemerintahan yang memungkinkan untuk diuji melalui Pengadilan. Hal
inilah yang merupakan nilai-nilai ideal dari sebuah negara hukum.
Penyelenggaraan kekuasaan negara harus berpihak kepada warganya
dan bukan sebaliknya.
Undang-Undang ini diperlukan dalam rangka memberikan
jaminan kepada Warga Masyarakat yang semula sebagai objek menjadi
subjek dalam sebuah negara hukum yang merupakan bagian dari
perwujudan kedaulatan rakyat. Kedaulatan Warga Masyarakat dalam
sebuah negara tidak dengan sendirinya baik secara keseluruhan
maupun sebagian dapat terwujud.
Pengaturan Administrasi Pemerintahan dalam Undang-Undang ini
menjamin bahwa Keputusan dan/atau Tindakan Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan
terhadap Warga Masyarakat tidak dapat
dilakukan dengan semena-mena. Dengan Undang-Undang ini, Warga
Masyarakat tidak akan mudah menjadi objek kekuasaan negara.
Selain itu, Undang-Undang ini merupakan transformasi AUPB yang
telah
dipraktikkan
selama
berpuluh-puluh
tahun
dalam
penyelenggaraan Pemerintahan, dan dikonkretkan ke dalam norma
hukum yang mengikat.
AUPB yang baik akan terus berkembang, sesuai dengan
perkembangan dan dinamika masyarakat dalam sebuah negara
hukum. Karena itu penormaan asas ke dalam Undang-Undang ini
berpijak pada asas-asas yang berkembang dan telah menjadi dasar
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia selama ini.
Undang-Undang ini menjadi dasar hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan di dalam upaya meningkatkan kepemerintahan yang
baik (good governance) dan sebagai upaya untuk mencegah praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan demikian, Undang-Undang ini
harus mampu menciptakan birokrasi yang semakin baik, transparan,
dan efisien.
Pengaturan terhadap Administrasi Pemerintahan pada dasarnya
adalah upaya untuk membangun prinsip-prinsip pokok, pola pikir,
sikap, perilaku, budaya dan pola tindak administrasi yang demokratis,
objektif, dan profesional dalam rangka menciptakan keadilan dan
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
4
kepastian hukum. Undang-Undang ini merupakan keseluruhan upaya
untuk mengatur kembali Keputusan dan/atau Tindakan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan AUPB.
Undang-Undang ini dimaksudkan tidak hanya sebagai payung
hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan, tetapi juga sebagai
instrumen untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan
kepada masyarakat sehingga keberadaan Undang-Undang ini benarbenar dapat mewujudkan pemerintahan yang baik bagi semua Badan
atau Pejabat Pemerintahan di Pusat dan Daerah.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas legalitas adalah bahwa
penyelenggaraan
Administrasi
Pemerintahan
mengedepankan dasar hukum dari sebuah Keputusan
dan/atau Tindakan yang dibuat oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas perlindungan terhadap hak
asasi
manusia
adalah
bahwa
penyelenggaraan
Administrasi Pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak boleh melanggar hak-hak dasar Warga
Masyarakat sebagaimana dijamin dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
5
No.5601
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Warga Masyarakat yang didengar pendapatnya
adalah setiap pihak yang terbebani atas Keputusan
dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan.
Mekanisme untuk memberikan kesempatan kepada
Warga Masyarakat untuk didengar pendapatnya
dapat dilakukan melalui tatap muka, sosialisasi,
musyawarah, dan bentuk kegiatan lainnya yang
bersifat individu dan/atau perwakilan.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
6
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan menjadi dasar Kewenangan
adalah dasar hukum dalam pengangkatan atau
penetapan pejabat yang sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan
dasar pengambilan
Keputusan dan/atau Tindakan
adalah dasar
hukum baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung dalam menjalankan tugas pokoknya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pertimbangan kemanfaatan umum atas satu Keputusan
dan/atau Tindakan tidak boleh melanggar norma-norma
agama, sosial, dan kesusilaan. Kemanfaatan umum harus
memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan dan
kepentingan Warga Masyarakat.
Pasal 10
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum
adalah
asas
dalam
negara
hukum
yang
mengutamakan landasan ketentuan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, keajegan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
7
No.5601
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan adalah
manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang
antara: (1) kepentingan individu yang satu dengan
kepentingan individu yang lain; (2) kepentingan
individu dengan masyarakat; (3) kepentingan Warga
Masyarakat dan masyarakat asing; (4) kepentingan
kelompok masyarakat yang satu dan kepentingan
kelompok masyarakat yang lain; (5) kepentingan
pemerintah
dengan
Warga
Masyarakat;
(6)
kepentingan
generasi
yang
sekarang
dan
kepentingan generasi mendatang; (7) kepentingan
manusia dan ekosistemnya; (8) kepentingan pria dan
wanita.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas ketidakberpihakan
adalah asas yang mewajibkan Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan
mempertimbangkan kepentingan para pihak secara
keseluruhan dan tidak diskriminatif.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas kecermatan adalah
asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan
dan/atau
Tindakan
harus
didasarkan
pada
informasi dan dokumen yang lengkap untuk
mendukung
legalitas
penetapan
dan/atau
pelaksanaan
Keputusan
dan/atau
Tindakan
sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang
bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum
Keputusan dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan
dan/atau dilakukan.
Huruf e
Yang
dimaksud
dengan
asas
tidak
menyalahgunakan kewenangan adalah asas yang
mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya
untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang
lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian
kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak
menyalahgunakan,
dan/atau
tidak
mencampuradukkan kewenangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
8
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah
asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan
akses dan memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan
dengan
tetap
memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas kepentingan umum
adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan
kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.
Huruf h
Yang dimaksud dengan asas pelayanan yang baik
adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat
waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai dengan
standar pelayanan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan asas-asas umum lainnya di luar
AUPB adalah asas umum pemerintahan yang baik yang
bersumber dari putusan pengadilan negeri yang tidak
dibanding, atau putusan pengadilan tinggi yang tidak
dikasasi atau putusan Mahkamah Agung.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Kewenangan Mandat diperoleh dari sumber kewenangan
atributif dan delegatif.
Huruf a
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
9
No.5601
Huruf b
Yang dimaksud dengan
tugas rutin
adalah
pelaksanaan
tugas jabatan atas nama pemberi
Mandat yang bersifat pelaksanaan tugas jabatan dan
tugas sehari-hari.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Wewenang Mandat dilaksanakan dengan menyebut atas
nama (a.n), untuk beliau (u.b), melaksanakan mandat
(m.m), dan melaksanakan tugas (m.t).
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan Keputusan dan/atau Tindakan
yang bersifat strategis
adalah Keputusan dan/atau
Tindakan yang memiliki dampak besar seperti penetapan
perubahan
rencana
strategis
dan
rencana
kerja
pemerintah.
Yang dimaksud dengan
perubahan status hukum
organisasi
adalah menetapkan perubahan struktur
organisasi.
Yang dimaksud dengan
perubahan status hukum
kepegawaian
adalah
melakukan
pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian pegawai.
Yang dimaksud dengan perubahan alokasi anggaran
adalah melakukan perubahan anggaran yang sudah
ditetapkan alokasinya.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
10
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tidak sah adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang tidak
berwenang sehingga dianggap tidak pernah ada atau
dikembalikan pada keadaan semula sebelum Keputusan
dan/atau Tindakan ditetapkan dan/atau dilakukan dan
segala akibat hukum yang ditimbulkan dianggap tidak
pernah ada.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
dapat dibatalkan
adalah
pembatalan Keputusan dan/atau Tindakan melalui
pengujian oleh Atasan Pejabat atau badan peradilan.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
11
No.5601
Huruf d
Yang dimaksud dengan stagnasi pemerintahan
adalah tidak dapat dilaksanakannya aktivitas
pemerintahan sebagai akibat kebuntuan atau
disfungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
contohnya: keadaan bencana alam atau gejolak
politik.
Pasal 23
Huruf a
Pilihan
Keputusan
dan/atau
Tindakan
Pejabat
Pemerintahan dicirikan dengan kata dapat, boleh, atau
diberikan kewenangan, berhak, seharusnya, diharapkan,
dan kata-kata lain yang sejenis dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud pilihan
Keputusan dan/atau Tindakan adalah respon atau sikap
Pejabat Pemerintahan dalam melaksanakan atau tidak
melaksanakan Administrasi Pemerintahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan
tidak mengatur adalah ketiadaan atau kekosongan hukum
yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dalam
suatu kondisi tertentu atau di luar kelaziman.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan
tidak lengkap atau tidak jelas apabila dalam peraturan
perundang-undangan masih membutuhkan penjelasan
lebih lanjut, peraturan yang tumpang tindih (tidak
harmonis dan tidak sinkron), dan peraturan yang
membutuhkan peraturan pelaksanaan, tetapi belum
dibuat.
Huruf d
Yang dimaksud dengan kepentingan yang lebih luas
adalah kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, penyelamatan kemanusiaan dan keutuhan negara,
antara lain: bencana alam, wabah penyakit, konflik sosial,
kerusuhan, pertahanan dan kesatuan bangsa.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
12
Pasal 24
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan alasan-alasan objektif adalah
alasan-alasan yang diambil berdasarkan fakta dan kondisi
faktual, tidak memihak, dan rasional serta berdasarkan
AUPB.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan
didasarkan atas motif kejujuran dan berdasarkan AUPB.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan memperoleh persetujuan dari
Atasan Pejabat adalah memperoleh persetujuan dari
atasan langsung pejabat yang berwenang menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
Bagi pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
mengajukan persetujuan kepada kepala daerah.
Bagi bupati/walikota mengajukan persetujuan kepada
gubernur.
Bagi gubernur mengajukan persetujuan kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
Bagi pimpinan unit kerja pada kementerian/lembaga
mengajukan
persetujuan
kepada
menteri/pimpinan
lembaga.
Sistem pengalokasian anggaran sebagai dampak dari
persetujuan
Diskresi
dilaksanakan
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
13
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan akibat hukum
keadaan yang timbul sebagai akibat
Diskresi.
adalah suatu
ditetapkannya
Ayat (3)
Pelaporan kepada atasan digunakan sebagai instrumen
untuk pembinaan, pengawasan, dan evaluasi serta sebagai
bagian dari akuntabilitas pejabat.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan keadaan mendesak adalah suatu
kondisi objektif dimana dibutuhkan dengan segera
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau
Tindakan oleh Pejabat Pemerintahan untuk menangani
kondisi yang dapat mempengaruhi, menghambat, atau
menghentikan penyelenggaraan pemerintahan.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
14
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan Keputusan dan/atau Tindakan
rutin adalah kegiatan atau hal yang menjadi tugas
pokoknya.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan secara wajar adalah biaya yang
ditimbulkan sesuai kebutuhan riil dan kemampuan
penerima Bantuan Kedinasan.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penolakan Bantuan Kedinasan hanya dimungkinkan
apabila pemberian bantuan tersebut akan sangat
mengganggu pelaksanaan tugas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
yang
diminta
bantuan,
misalnya:
pelaksanaan
Bantuan
Kedinasan
yang
diminta
dikhawatirkan akan melebihi anggaran yang dimiliki,
keterbatasan
sumber
daya
manusia,
mengganggu
pencapaian tujuan, dan kinerja Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
15
No.5601
Pasal 38
Ayat (1)
Prosedur penggunaan Keputusan Berbentuk Elektronis
berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur tentang informasi dan transaksi
elektronik.
Ayat (2)
Untuk proses pengamanan pengiriman Keputusan,
dokumen asli akan dikirimkan apabila dibutuhkan
penegasan mengenai penanggung jawab dari Pejabat
Pemerintahan yang menyimpan dokumen asli. Jika
terdapat permasalahan teknis dalam pengiriman dan
penerimaan dokumen secara elektronis baik dari pihak
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau Warga
Masyarakat,
maka
kedua
belah
pihak
saling
memberitahukan secepatnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan memerlukan perhatian
khusus adalah setiap usaha atau kegiatan yang
dilakukan atau dikerjakan oleh Warga Masyarakat,
dalam rangka menjaga ketertiban umum, maka
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan perlu
memberikan perhatian dan pengawasan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
16
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang
dimaksud
dengan
swasta
meliputi
perorangan, korporasi yang berbadan hukum di
Indonesia, dan asing.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kerabat dan keluarga
adalah hubungan keluarga sampai dengan derajat
kedua dalam garis lurus maupun garis samping,
termasuk mertua, menantu dan ipar, sehingga yang
dimaksud dengan keluarga meliputi:
1. orang tua kandung/tiri/angkat;
2. saudara kandung/tiri/angkat;
3. suami/isteri;
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
17
4. anak kandung/tiri/angkat;
5. suami/isteri dari anak kandung/tiri/angkat;
6. kakek/nenek kandung/tiri/angkat;
7. cucu kandung/tiri/angkat;
8. saudara kandung/tiri/angkat dari suami/ isteri;
9. suami/isteri dari saudara kandung/tiri/ angkat;
10. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
11. mertua.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
"Keputusan
yang
dapat
menimbulkan pembebanan bagi Warga Masyarakat adalah
Keputusan yang dapat menimbulkan kerugian faktual bagi
Warga Masyarakat.
Sosialisasi dimaksudkan agar pihak yang terkait paham
bahwa
Keputusan
yang
akan
ditetapkan
akan
menimbulkan pembebanan. Sosialisasi dilakukan sebelum
penetapan Keputusan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
18
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan Keputusan yang menyangkut
penegakan
hukum
adalah
Keputusan
sebagai
pelaksanaan Keputusan sebelumnya.
Contoh: Keputusan tentang relokasi bangunan di jalur
hijau dan pembongkaran rumah yang tidak memiliki izin.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan media lainnya antara lain papan
pengumuman, brosur, media massa, atau media
tradisional.
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang
dimaksud
mencakup:
dengan
pemeriksaan
dokumen
a. mempertimbangkan fakta-fakta dan bukti yang
menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan.
b. menyiapkan
dokumen
yang
dibutuhkan,
mengumpulkan
informasi,
mendengarkan
dan
memperhatikan pendapat pihak lain yang terlibat
www.djpp.kemenkumham.go.id
19
No.5601
dan/atau terkait, pernyataan tertulis dan elektronis
dari pihak yang berkepentingan, melihat langsung
fakta-fakta, menanyakan kepada para saksi dan/atau
ahli, serta bukti-bukti lain yang relevan sebelum
ditetapkannya Keputusan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan
membuka akses
adalah
memberikan kesempatan membaca, memfotokopi, dan
mengunduh dokumen Administrasi Pemerintahan yang
terkait.
Ayat (2)
Yang
dimaksud
dengan
rahasia
negara
adalah
sebagaimana
diatur
dalam
ketentuan
peraturan
perundang-undangan tentang kearsipan, kerahasiaan
negara, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Yang dimaksud dengan kerahasiaan pihak ketiga adalah
hal-hal yang menyangkut data dan informasi pribadi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Salah satu bentuk prosedur dapat dibuat dalam
bentuk standar operasional prosedur.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
20
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
a. Yang dimaksud dengan
Keputusan yang bersifat
konstitutif adalah Keputusan yang bersifat penetapan
mandiri oleh Pejabat Pemerintahan.
b. Yang dimaksud dengan
Keputusan yang bersifat
deklaratif adalah Keputusan yang bersifat pengesahan
setelah melalui proses pembahasan di tingkat Pejabat
Pemerintahan yang menetapkan Keputusan yang
bersifat konstitutif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pertimbangan yuridis adalah
landasan yang menjadi dasar pertimbangan hukum
kewenangan dan dasar hukum substansi.
Yang dimaksud dengan pertimbangan sosiologis adalah
landasan yang menjadi dasar manfaat bagi masyarakat.
Yang dimaksud dengan pertimbangan filosofis adalah
landasan yang menjadi dasar kesesuaian dengan tujuan
penetapan Keputusan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan penjelasan terperinci adalah
penjelasan yang menguraikan alasan penetapan Keputusan
sampai ke hal yang bersifat detail dan jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
21
No.5601
Pasal 57
Pada dasarnya Keputusan berlaku pada tanggal ditetapkan. Jika
terdapat penyimpangan terhadap mulai berlakunya Keputusan,
hal tersebut dinyatakan secara tegas dalam Keputusan.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan dengan batas waktu adalah Keputusan
yang mencantumkan adanya ketentuan pembatasan
dengan batas waktu.
Huruf b
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan atas kejadian pada masa yang akan
datang adalah Keputusan yang mencantumkan
adanya ketentuan pembatasan dengan kejadian
tertentu.
Huruf c
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan dengan penarikan adalah Keputusan
yang mencantumkan adanya ketentuan pembatasan
dengan Keputusan terhadap penarikan Keputusan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan dengan tugas adalah Keputusan yang
mencantumkan adanya ketentuan pembatasan
mulai tugas yang harus dilakukan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan yang bersifat susulan akibat adanya
perubahan fakta dan kondisi hukum adalah adanya
data, fakta, dan informasi yang berubah terhadap
Keputusan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
22
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan sarana elektronis
faksimile, surat elektronik, dan sebagainya.
antara lain
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Keputusan yang ditujukan bagi orang banyak atau bersifat
massal
antara
lain
keputusan
presiden
terkait
pengangkatan pegawai negeri sipil dalam pangkat dan
keputusan presiden terkait pensiun pegawai negeri sipil.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perubahan adalah perubahan
sebagian isi Keputusan oleh Pejabat Pemerintahan.
Huruf a
Yang dimaksud dengan kesalahan konsideran
adalah ketidaksesuaian penempatan rumusan baik
pertimbangan maupun dasar hukum dalam
konsideran menimbang dan/atau mengingat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kesalahan redaksional
adalah kelalaian dalam penulisan dan kesalahan
teknis lainnya.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
23
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 64
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan
lain:
cacat substansi
antara
1. Keputusan tidak dilaksanakan oleh penerima
Keputusan sampai batas waktu yang ditentukan;
2. fakta-fakta dan syarat-syarat hukum
menjadi dasar Keputusan telah berubah;
yang
3. Keputusan dapat membahayakan dan merugikan
kepentingan umum; atau
4. Keputusan tidak digunakan sesuai dengan
tujuan yang tercantum dalam isi Keputusan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
24
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh Keputusan yang berakhir dengan sendirinya:
Keputusan pengangkatan pejabat yang masa jabatan yang
bersangkutan
telah
berakhir,
maka
Keputusan
pengangkatan tersebut dengan sendirinya menjadi berakhir
dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Apabila
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
mengatur tentang masa berlakunya suatu Keputusan,
sedangkan dalam Keputusan pengangkatan pejabat yang
bersangkutan tidak dicantumkan secara tegas maka
berakhirnya
Keputusan
memerlukan
penerbitan
Keputusan baru demi kepastian hukum.
Contoh dalam hal terjadi perubahan struktur organisasi
pemerintahan dari organisasi yang lama ke organisasi
baru yang berakibat pada perubahan nomenklatur jabatan,
sedangkan pemangku jabatan tidak ditentukan masa
berlakunya dalam keputusan pengangkatan, maka
diperlukan penetapan keputusan baru untuk mengakhiri
masa jabatan pejabat yang bersangkutan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
25
No.5601
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengembalian uang ke kas negara dilakukan baik oleh
Pejabat Pemerintahan yang terkait maupun Warga
Masyarakat yang telah menerima pembayaran yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
Pasal 71
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kesalahan prosedur adalah
kesalahan dalam hal tatacara penetapan Keputusan
yang tidak sesuai dengan persyaratan dan tatacara
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau standar operasional prosedur.
Huruf b
Yang dimaksud dengan
kesalahan substansi
adalah kesalahan dalam hal tidak sesuainya materi
yang
dikehendaki
dengan
rumusan
dalam
Keputusan yang dibuat, misal terdapat konflik
kepentingan, cacat yuridis, dibuat dengan paksaan
fisik atau psikis, maupun dibuat dengan tipuan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
26
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan salinan/fotokopi adalah termasuk
juga copy collationee.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dokumen adalah setiap informasi
yang terdokumentasi dalam bentuk tertulis atau bentuk
elektronik yang dikuasai oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
yang
berkaitan
dengan
aktivitas
penyelenggaraan
pemerintahan
dan/atau
pelayanan
publik.
Kewenangan notaris
dilaksanakan
sesuai
perundang-undangan.
untuk mengesahkan
dengan
ketentuan
dokumen
peraturan
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan terdapat keraguan adalah karena
robek, penghapusan kata, angka dan tanda, perubahan,
kata-kata yang tidak jelas terbaca, penambahan atau
hilangnya lembar halaman yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari dokumen.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
27
No.5601
Huruf b
Yang dimaksud dengan banding adalah banding
administratif yang dilakukan pada atasan Atasan
Pejabat yang menetapkan Keputusan konstitutif.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Ayat (1)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri melakukan pembinaan dan pengembangan
Administrasi Pemerintahan di daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan
uang paksa
adalah
sejumlah uang yang dititipkan sebagai jaminan agar
Keputusan
dan/atau
Tindakan
dilaksanakan
sehingga apabila Keputusan dan/atau Tindakan
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
28
telah
dilaksanakan
uang
paksa
tersebut
dikembalikan kepada Pejabat Pemerintahan yang
bersangkutan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan pemberhentian sementara
adalah pemberhentian dalam tenggang waktu
tertentu dengan dibebaskan atau tidak menjalankan
tugas
dan
wewenang
jabatan
Administrasi
Pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan media massa adalah media
cetak dan/atau media elektronik baik nasional
maupun lokal.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
29
No.5601
Pasal 87
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan final dalam arti luas mencakup
Keputusan yang diambil alih oleh Atasan Pejabat yang
berwenang.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
                                            
                LEMBARAN NEGARA RI
No.5601
ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan.
Kewenangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292)
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2014
TENTANG
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
I.
UMUM
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Selanjutnya
menurut ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, negara Indonesia adalah negara
hukum. Hal ini berarti bahwa sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara Republik Indonesia harus berdasarkan atas prinsip kedaulatan
rakyat dan prinsip negara hukum. Berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut, segala bentuk Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum
yang merupakan refleksi dari Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan
demikian tidak berdasarkan kekuasaan yang melekat pada kedudukan
penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
2
Penggunaan kekuasaan negara terhadap Warga Masyarakat
bukanlah tanpa persyaratan. Warga Masyarakat tidak dapat
diperlakukan secara sewenang-wenang sebagai objek. Keputusan
dan/atau Tindakan terhadap Warga Masyarakat harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum
pemerintahan yang baik. Pengawasan terhadap Keputusan dan/atau
Tindakan merupakan pengujian terhadap perlakuan kepada Warga
Masyarakat yang terlibat telah diperlakukan sesuai dengan hukum dan
memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan hukum yang secara
efektif dapat dilakukan oleh lembaga negara dan Peradilan Tata Usaha
Negara yang bebas dan mandiri. Karena itu, sistem dan prosedur
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan harus diatur
dalam undang-undang.
Tugas pemerintahan untuk mewujudkan tujuan negara
sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tugas tersebut merupakan
tugas yang sangat luas. Begitu luasnya cakupan tugas Administrasi
Pemerintahan sehingga diperlukan peraturan yang dapat mengarahkan
penyelenggaraan Pemerintahan menjadi lebih sesuai dengan harapan
dan kebutuhan masyarakat (citizen friendly),
guna memberikan
landasan dan pedoman bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan.
Ketentuan penyelenggaraan Pemerintahan tersebut diatur dalam
sebuah Undang-Undang yang disebut Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan. Undang-Undang Administrasi Pemerintahan menjamin
hak-hak dasar dan memberikan pelindungan kepada Warga
Masyarakat serta menjamin penyelenggaraan tugas-tugas negara
sebagaimana dituntut oleh suatu negara hukum sesuai dengan Pasal
27 ayat (1), Pasal 28 D ayat (3), Pasal 28 F, dan Pasal 28 I ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan ketentuan tersebut, Warga Masyarakat tidak menjadi
objek, melainkan subjek yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan
Pemerintahan.
Dalam rangka memberikan jaminan pelindungan kepada setiap
Warga Masyarakat, maka Undang-Undang ini memungkinkan Warga
Masyarakat mengajukan keberatan dan banding terhadap Keputusan
dan/atau Tindakan, kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
atau Atasan Pejabat yang bersangkutan. Warga Masyarakat juga dapat
mengajukan gugatan terhadap Keputusan dan/atau Tindakan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan kepada Peradilan Tata Usaha Negara,
karena Undang-Undang ini merupakan hukum materiil dari sistem
Peradilan Tata Usaha Negara.
www.djpp.kemenkumham.go.id
3
No.5601
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan mengaktualisasikan secara
khusus norma konstitusi hubungan antara negara dan Warga
Masyarakat. Pengaturan Administrasi Pemerintahan dalam UndangUndang ini merupakan instrumen penting dari negara hukum yang
demokratis, dimana Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya yang meliputi lembaga-lembaga di
luar eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang menyelenggarakan fungsi
pemerintahan yang memungkinkan untuk diuji melalui Pengadilan. Hal
inilah yang merupakan nilai-nilai ideal dari sebuah negara hukum.
Penyelenggaraan kekuasaan negara harus berpihak kepada warganya
dan bukan sebaliknya.
Undang-Undang ini diperlukan dalam rangka memberikan
jaminan kepada Warga Masyarakat yang semula sebagai objek menjadi
subjek dalam sebuah negara hukum yang merupakan bagian dari
perwujudan kedaulatan rakyat. Kedaulatan Warga Masyarakat dalam
sebuah negara tidak dengan sendirinya baik secara keseluruhan
maupun sebagian dapat terwujud.
Pengaturan Administrasi Pemerintahan dalam Undang-Undang ini
menjamin bahwa Keputusan dan/atau Tindakan Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan
terhadap Warga Masyarakat tidak dapat
dilakukan dengan semena-mena. Dengan Undang-Undang ini, Warga
Masyarakat tidak akan mudah menjadi objek kekuasaan negara.
Selain itu, Undang-Undang ini merupakan transformasi AUPB yang
telah
dipraktikkan
selama
berpuluh-puluh
tahun
dalam
penyelenggaraan Pemerintahan, dan dikonkretkan ke dalam norma
hukum yang mengikat.
AUPB yang baik akan terus berkembang, sesuai dengan
perkembangan dan dinamika masyarakat dalam sebuah negara
hukum. Karena itu penormaan asas ke dalam Undang-Undang ini
berpijak pada asas-asas yang berkembang dan telah menjadi dasar
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia selama ini.
Undang-Undang ini menjadi dasar hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan di dalam upaya meningkatkan kepemerintahan yang
baik (good governance) dan sebagai upaya untuk mencegah praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan demikian, Undang-Undang ini
harus mampu menciptakan birokrasi yang semakin baik, transparan,
dan efisien.
Pengaturan terhadap Administrasi Pemerintahan pada dasarnya
adalah upaya untuk membangun prinsip-prinsip pokok, pola pikir,
sikap, perilaku, budaya dan pola tindak administrasi yang demokratis,
objektif, dan profesional dalam rangka menciptakan keadilan dan
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
4
kepastian hukum. Undang-Undang ini merupakan keseluruhan upaya
untuk mengatur kembali Keputusan dan/atau Tindakan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan AUPB.
Undang-Undang ini dimaksudkan tidak hanya sebagai payung
hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan, tetapi juga sebagai
instrumen untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan
kepada masyarakat sehingga keberadaan Undang-Undang ini benarbenar dapat mewujudkan pemerintahan yang baik bagi semua Badan
atau Pejabat Pemerintahan di Pusat dan Daerah.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas legalitas adalah bahwa
penyelenggaraan
Administrasi
Pemerintahan
mengedepankan dasar hukum dari sebuah Keputusan
dan/atau Tindakan yang dibuat oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas perlindungan terhadap hak
asasi
manusia
adalah
bahwa
penyelenggaraan
Administrasi Pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak boleh melanggar hak-hak dasar Warga
Masyarakat sebagaimana dijamin dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
5
No.5601
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Warga Masyarakat yang didengar pendapatnya
adalah setiap pihak yang terbebani atas Keputusan
dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan.
Mekanisme untuk memberikan kesempatan kepada
Warga Masyarakat untuk didengar pendapatnya
dapat dilakukan melalui tatap muka, sosialisasi,
musyawarah, dan bentuk kegiatan lainnya yang
bersifat individu dan/atau perwakilan.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
6
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan menjadi dasar Kewenangan
adalah dasar hukum dalam pengangkatan atau
penetapan pejabat yang sesuai dengan kedudukan
dan kewenangannya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan
dasar pengambilan
Keputusan dan/atau Tindakan
adalah dasar
hukum baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung dalam menjalankan tugas pokoknya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pertimbangan kemanfaatan umum atas satu Keputusan
dan/atau Tindakan tidak boleh melanggar norma-norma
agama, sosial, dan kesusilaan. Kemanfaatan umum harus
memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan dan
kepentingan Warga Masyarakat.
Pasal 10
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum
adalah
asas
dalam
negara
hukum
yang
mengutamakan landasan ketentuan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, keajegan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
7
No.5601
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan adalah
manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang
antara: (1) kepentingan individu yang satu dengan
kepentingan individu yang lain; (2) kepentingan
individu dengan masyarakat; (3) kepentingan Warga
Masyarakat dan masyarakat asing; (4) kepentingan
kelompok masyarakat yang satu dan kepentingan
kelompok masyarakat yang lain; (5) kepentingan
pemerintah
dengan
Warga
Masyarakat;
(6)
kepentingan
generasi
yang
sekarang
dan
kepentingan generasi mendatang; (7) kepentingan
manusia dan ekosistemnya; (8) kepentingan pria dan
wanita.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas ketidakberpihakan
adalah asas yang mewajibkan Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan
mempertimbangkan kepentingan para pihak secara
keseluruhan dan tidak diskriminatif.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas kecermatan adalah
asas yang mengandung arti bahwa suatu Keputusan
dan/atau
Tindakan
harus
didasarkan
pada
informasi dan dokumen yang lengkap untuk
mendukung
legalitas
penetapan
dan/atau
pelaksanaan
Keputusan
dan/atau
Tindakan
sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang
bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum
Keputusan dan/atau Tindakan tersebut ditetapkan
dan/atau dilakukan.
Huruf e
Yang
dimaksud
dengan
asas
tidak
menyalahgunakan kewenangan adalah asas yang
mewajibkan setiap Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya
untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang
lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian
kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak
menyalahgunakan,
dan/atau
tidak
mencampuradukkan kewenangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
8
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah
asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan
akses dan memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan tidak diskriminatif dalam penyelenggaraan
pemerintahan
dengan
tetap
memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas kepentingan umum
adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan
kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.
Huruf h
Yang dimaksud dengan asas pelayanan yang baik
adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat
waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai dengan
standar pelayanan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan asas-asas umum lainnya di luar
AUPB adalah asas umum pemerintahan yang baik yang
bersumber dari putusan pengadilan negeri yang tidak
dibanding, atau putusan pengadilan tinggi yang tidak
dikasasi atau putusan Mahkamah Agung.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Kewenangan Mandat diperoleh dari sumber kewenangan
atributif dan delegatif.
Huruf a
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
9
No.5601
Huruf b
Yang dimaksud dengan
tugas rutin
adalah
pelaksanaan
tugas jabatan atas nama pemberi
Mandat yang bersifat pelaksanaan tugas jabatan dan
tugas sehari-hari.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Wewenang Mandat dilaksanakan dengan menyebut atas
nama (a.n), untuk beliau (u.b), melaksanakan mandat
(m.m), dan melaksanakan tugas (m.t).
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan Keputusan dan/atau Tindakan
yang bersifat strategis
adalah Keputusan dan/atau
Tindakan yang memiliki dampak besar seperti penetapan
perubahan
rencana
strategis
dan
rencana
kerja
pemerintah.
Yang dimaksud dengan
perubahan status hukum
organisasi
adalah menetapkan perubahan struktur
organisasi.
Yang dimaksud dengan
perubahan status hukum
kepegawaian
adalah
melakukan
pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian pegawai.
Yang dimaksud dengan perubahan alokasi anggaran
adalah melakukan perubahan anggaran yang sudah
ditetapkan alokasinya.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
10
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tidak sah adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang tidak
berwenang sehingga dianggap tidak pernah ada atau
dikembalikan pada keadaan semula sebelum Keputusan
dan/atau Tindakan ditetapkan dan/atau dilakukan dan
segala akibat hukum yang ditimbulkan dianggap tidak
pernah ada.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
dapat dibatalkan
adalah
pembatalan Keputusan dan/atau Tindakan melalui
pengujian oleh Atasan Pejabat atau badan peradilan.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
11
No.5601
Huruf d
Yang dimaksud dengan stagnasi pemerintahan
adalah tidak dapat dilaksanakannya aktivitas
pemerintahan sebagai akibat kebuntuan atau
disfungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
contohnya: keadaan bencana alam atau gejolak
politik.
Pasal 23
Huruf a
Pilihan
Keputusan
dan/atau
Tindakan
Pejabat
Pemerintahan dicirikan dengan kata dapat, boleh, atau
diberikan kewenangan, berhak, seharusnya, diharapkan,
dan kata-kata lain yang sejenis dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud pilihan
Keputusan dan/atau Tindakan adalah respon atau sikap
Pejabat Pemerintahan dalam melaksanakan atau tidak
melaksanakan Administrasi Pemerintahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan
tidak mengatur adalah ketiadaan atau kekosongan hukum
yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dalam
suatu kondisi tertentu atau di luar kelaziman.
Huruf c
Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan
tidak lengkap atau tidak jelas apabila dalam peraturan
perundang-undangan masih membutuhkan penjelasan
lebih lanjut, peraturan yang tumpang tindih (tidak
harmonis dan tidak sinkron), dan peraturan yang
membutuhkan peraturan pelaksanaan, tetapi belum
dibuat.
Huruf d
Yang dimaksud dengan kepentingan yang lebih luas
adalah kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, penyelamatan kemanusiaan dan keutuhan negara,
antara lain: bencana alam, wabah penyakit, konflik sosial,
kerusuhan, pertahanan dan kesatuan bangsa.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
12
Pasal 24
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan alasan-alasan objektif adalah
alasan-alasan yang diambil berdasarkan fakta dan kondisi
faktual, tidak memihak, dan rasional serta berdasarkan
AUPB.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan
didasarkan atas motif kejujuran dan berdasarkan AUPB.
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan memperoleh persetujuan dari
Atasan Pejabat adalah memperoleh persetujuan dari
atasan langsung pejabat yang berwenang menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
Bagi pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
mengajukan persetujuan kepada kepala daerah.
Bagi bupati/walikota mengajukan persetujuan kepada
gubernur.
Bagi gubernur mengajukan persetujuan kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
Bagi pimpinan unit kerja pada kementerian/lembaga
mengajukan
persetujuan
kepada
menteri/pimpinan
lembaga.
Sistem pengalokasian anggaran sebagai dampak dari
persetujuan
Diskresi
dilaksanakan
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
13
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan akibat hukum
keadaan yang timbul sebagai akibat
Diskresi.
adalah suatu
ditetapkannya
Ayat (3)
Pelaporan kepada atasan digunakan sebagai instrumen
untuk pembinaan, pengawasan, dan evaluasi serta sebagai
bagian dari akuntabilitas pejabat.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan keadaan mendesak adalah suatu
kondisi objektif dimana dibutuhkan dengan segera
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau
Tindakan oleh Pejabat Pemerintahan untuk menangani
kondisi yang dapat mempengaruhi, menghambat, atau
menghentikan penyelenggaraan pemerintahan.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
14
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan Keputusan dan/atau Tindakan
rutin adalah kegiatan atau hal yang menjadi tugas
pokoknya.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan secara wajar adalah biaya yang
ditimbulkan sesuai kebutuhan riil dan kemampuan
penerima Bantuan Kedinasan.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penolakan Bantuan Kedinasan hanya dimungkinkan
apabila pemberian bantuan tersebut akan sangat
mengganggu pelaksanaan tugas Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
yang
diminta
bantuan,
misalnya:
pelaksanaan
Bantuan
Kedinasan
yang
diminta
dikhawatirkan akan melebihi anggaran yang dimiliki,
keterbatasan
sumber
daya
manusia,
mengganggu
pencapaian tujuan, dan kinerja Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
15
No.5601
Pasal 38
Ayat (1)
Prosedur penggunaan Keputusan Berbentuk Elektronis
berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur tentang informasi dan transaksi
elektronik.
Ayat (2)
Untuk proses pengamanan pengiriman Keputusan,
dokumen asli akan dikirimkan apabila dibutuhkan
penegasan mengenai penanggung jawab dari Pejabat
Pemerintahan yang menyimpan dokumen asli. Jika
terdapat permasalahan teknis dalam pengiriman dan
penerimaan dokumen secara elektronis baik dari pihak
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau Warga
Masyarakat,
maka
kedua
belah
pihak
saling
memberitahukan secepatnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan memerlukan perhatian
khusus adalah setiap usaha atau kegiatan yang
dilakukan atau dikerjakan oleh Warga Masyarakat,
dalam rangka menjaga ketertiban umum, maka
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan perlu
memberikan perhatian dan pengawasan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
16
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang
dimaksud
dengan
swasta
meliputi
perorangan, korporasi yang berbadan hukum di
Indonesia, dan asing.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kerabat dan keluarga
adalah hubungan keluarga sampai dengan derajat
kedua dalam garis lurus maupun garis samping,
termasuk mertua, menantu dan ipar, sehingga yang
dimaksud dengan keluarga meliputi:
1. orang tua kandung/tiri/angkat;
2. saudara kandung/tiri/angkat;
3. suami/isteri;
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
17
4. anak kandung/tiri/angkat;
5. suami/isteri dari anak kandung/tiri/angkat;
6. kakek/nenek kandung/tiri/angkat;
7. cucu kandung/tiri/angkat;
8. saudara kandung/tiri/angkat dari suami/ isteri;
9. suami/isteri dari saudara kandung/tiri/ angkat;
10. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
11. mertua.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
"Keputusan
yang
dapat
menimbulkan pembebanan bagi Warga Masyarakat adalah
Keputusan yang dapat menimbulkan kerugian faktual bagi
Warga Masyarakat.
Sosialisasi dimaksudkan agar pihak yang terkait paham
bahwa
Keputusan
yang
akan
ditetapkan
akan
menimbulkan pembebanan. Sosialisasi dilakukan sebelum
penetapan Keputusan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
18
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan Keputusan yang menyangkut
penegakan
hukum
adalah
Keputusan
sebagai
pelaksanaan Keputusan sebelumnya.
Contoh: Keputusan tentang relokasi bangunan di jalur
hijau dan pembongkaran rumah yang tidak memiliki izin.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan media lainnya antara lain papan
pengumuman, brosur, media massa, atau media
tradisional.
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang
dimaksud
mencakup:
dengan
pemeriksaan
dokumen
a. mempertimbangkan fakta-fakta dan bukti yang
menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan
dan/atau Tindakan.
b. menyiapkan
dokumen
yang
dibutuhkan,
mengumpulkan
informasi,
mendengarkan
dan
memperhatikan pendapat pihak lain yang terlibat
www.djpp.kemenkumham.go.id
19
No.5601
dan/atau terkait, pernyataan tertulis dan elektronis
dari pihak yang berkepentingan, melihat langsung
fakta-fakta, menanyakan kepada para saksi dan/atau
ahli, serta bukti-bukti lain yang relevan sebelum
ditetapkannya Keputusan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan
membuka akses
adalah
memberikan kesempatan membaca, memfotokopi, dan
mengunduh dokumen Administrasi Pemerintahan yang
terkait.
Ayat (2)
Yang
dimaksud
dengan
rahasia
negara
adalah
sebagaimana
diatur
dalam
ketentuan
peraturan
perundang-undangan tentang kearsipan, kerahasiaan
negara, dan ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Yang dimaksud dengan kerahasiaan pihak ketiga adalah
hal-hal yang menyangkut data dan informasi pribadi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Salah satu bentuk prosedur dapat dibuat dalam
bentuk standar operasional prosedur.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
20
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
a. Yang dimaksud dengan
Keputusan yang bersifat
konstitutif adalah Keputusan yang bersifat penetapan
mandiri oleh Pejabat Pemerintahan.
b. Yang dimaksud dengan
Keputusan yang bersifat
deklaratif adalah Keputusan yang bersifat pengesahan
setelah melalui proses pembahasan di tingkat Pejabat
Pemerintahan yang menetapkan Keputusan yang
bersifat konstitutif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pertimbangan yuridis adalah
landasan yang menjadi dasar pertimbangan hukum
kewenangan dan dasar hukum substansi.
Yang dimaksud dengan pertimbangan sosiologis adalah
landasan yang menjadi dasar manfaat bagi masyarakat.
Yang dimaksud dengan pertimbangan filosofis adalah
landasan yang menjadi dasar kesesuaian dengan tujuan
penetapan Keputusan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan penjelasan terperinci adalah
penjelasan yang menguraikan alasan penetapan Keputusan
sampai ke hal yang bersifat detail dan jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
21
No.5601
Pasal 57
Pada dasarnya Keputusan berlaku pada tanggal ditetapkan. Jika
terdapat penyimpangan terhadap mulai berlakunya Keputusan,
hal tersebut dinyatakan secara tegas dalam Keputusan.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan dengan batas waktu adalah Keputusan
yang mencantumkan adanya ketentuan pembatasan
dengan batas waktu.
Huruf b
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan atas kejadian pada masa yang akan
datang adalah Keputusan yang mencantumkan
adanya ketentuan pembatasan dengan kejadian
tertentu.
Huruf c
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan dengan penarikan adalah Keputusan
yang mencantumkan adanya ketentuan pembatasan
dengan Keputusan terhadap penarikan Keputusan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan dengan tugas adalah Keputusan yang
mencantumkan adanya ketentuan pembatasan
mulai tugas yang harus dilakukan.
Huruf e
Yang dimaksud dengan mulai dan berakhirnya
Keputusan yang bersifat susulan akibat adanya
perubahan fakta dan kondisi hukum adalah adanya
data, fakta, dan informasi yang berubah terhadap
Keputusan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
22
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan sarana elektronis
faksimile, surat elektronik, dan sebagainya.
antara lain
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Keputusan yang ditujukan bagi orang banyak atau bersifat
massal
antara
lain
keputusan
presiden
terkait
pengangkatan pegawai negeri sipil dalam pangkat dan
keputusan presiden terkait pensiun pegawai negeri sipil.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perubahan adalah perubahan
sebagian isi Keputusan oleh Pejabat Pemerintahan.
Huruf a
Yang dimaksud dengan kesalahan konsideran
adalah ketidaksesuaian penempatan rumusan baik
pertimbangan maupun dasar hukum dalam
konsideran menimbang dan/atau mengingat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kesalahan redaksional
adalah kelalaian dalam penulisan dan kesalahan
teknis lainnya.
Huruf c
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
23
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 64
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan
lain:
cacat substansi
antara
1. Keputusan tidak dilaksanakan oleh penerima
Keputusan sampai batas waktu yang ditentukan;
2. fakta-fakta dan syarat-syarat hukum
menjadi dasar Keputusan telah berubah;
yang
3. Keputusan dapat membahayakan dan merugikan
kepentingan umum; atau
4. Keputusan tidak digunakan sesuai dengan
tujuan yang tercantum dalam isi Keputusan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
24
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh Keputusan yang berakhir dengan sendirinya:
Keputusan pengangkatan pejabat yang masa jabatan yang
bersangkutan
telah
berakhir,
maka
Keputusan
pengangkatan tersebut dengan sendirinya menjadi berakhir
dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Apabila
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
mengatur tentang masa berlakunya suatu Keputusan,
sedangkan dalam Keputusan pengangkatan pejabat yang
bersangkutan tidak dicantumkan secara tegas maka
berakhirnya
Keputusan
memerlukan
penerbitan
Keputusan baru demi kepastian hukum.
Contoh dalam hal terjadi perubahan struktur organisasi
pemerintahan dari organisasi yang lama ke organisasi
baru yang berakibat pada perubahan nomenklatur jabatan,
sedangkan pemangku jabatan tidak ditentukan masa
berlakunya dalam keputusan pengangkatan, maka
diperlukan penetapan keputusan baru untuk mengakhiri
masa jabatan pejabat yang bersangkutan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
25
No.5601
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengembalian uang ke kas negara dilakukan baik oleh
Pejabat Pemerintahan yang terkait maupun Warga
Masyarakat yang telah menerima pembayaran yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
Pasal 71
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kesalahan prosedur adalah
kesalahan dalam hal tatacara penetapan Keputusan
yang tidak sesuai dengan persyaratan dan tatacara
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau standar operasional prosedur.
Huruf b
Yang dimaksud dengan
kesalahan substansi
adalah kesalahan dalam hal tidak sesuainya materi
yang
dikehendaki
dengan
rumusan
dalam
Keputusan yang dibuat, misal terdapat konflik
kepentingan, cacat yuridis, dibuat dengan paksaan
fisik atau psikis, maupun dibuat dengan tipuan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
26
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan salinan/fotokopi adalah termasuk
juga copy collationee.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dokumen adalah setiap informasi
yang terdokumentasi dalam bentuk tertulis atau bentuk
elektronik yang dikuasai oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
yang
berkaitan
dengan
aktivitas
penyelenggaraan
pemerintahan
dan/atau
pelayanan
publik.
Kewenangan notaris
dilaksanakan
sesuai
perundang-undangan.
untuk mengesahkan
dengan
ketentuan
dokumen
peraturan
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan terdapat keraguan adalah karena
robek, penghapusan kata, angka dan tanda, perubahan,
kata-kata yang tidak jelas terbaca, penambahan atau
hilangnya lembar halaman yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari dokumen.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
27
No.5601
Huruf b
Yang dimaksud dengan banding adalah banding
administratif yang dilakukan pada atasan Atasan
Pejabat yang menetapkan Keputusan konstitutif.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Ayat (1)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri melakukan pembinaan dan pengembangan
Administrasi Pemerintahan di daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan
uang paksa
adalah
sejumlah uang yang dititipkan sebagai jaminan agar
Keputusan
dan/atau
Tindakan
dilaksanakan
sehingga apabila Keputusan dan/atau Tindakan
www.djpp.kemenkumham.go.id
No.5601
28
telah
dilaksanakan
uang
paksa
tersebut
dikembalikan kepada Pejabat Pemerintahan yang
bersangkutan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan pemberhentian sementara
adalah pemberhentian dalam tenggang waktu
tertentu dengan dibebaskan atau tidak menjalankan
tugas
dan
wewenang
jabatan
Administrasi
Pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan media massa adalah media
cetak dan/atau media elektronik baik nasional
maupun lokal.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id
29
No.5601
Pasal 87
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan final dalam arti luas mencakup
Keputusan yang diambil alih oleh Atasan Pejabat yang
berwenang.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
www.djpp.kemenkumham.go.id