142248 AKJ 2010 04 30 Ciblon Di Sungai
catatan:
Ciblon
o nya dibaca seperti untuk kata ompong
Prenggan
e nya dibaca seperti untuk kata ketemu
TRADISI CIBLON AKAN DIHIDUPKAN LAGI
Tradisi ciblon atau bermain musik air di kali Gajahwong/ akan dihidupkan kembali
oleh warga Darakan/ Prenggan/ Kotagede/ Yogyakarta// Untuk mengawalinya/
Sabtu siang besok akan digelar pentas ciblon/ yang akan diisi juga dengan
performance art oleh Jemek Supardi// Acara ini untuk mengisi peringatan Hari Air
se dunia//
Performance art yang akan diangkat Jemek adalah ritual memanggil ikan// Warga
Darakan Prenggan tampak sangat kompak/ dengan mempersiapkan panggung di
atas air/ ancak untuk tempat sesaji/ menempatkan kayu yang ditata dalam bentuk
kotak-kotak/ untuk tempat sepatu bagi yang turun ke sungai//
Tua/ muda/ remaja/ maupun anak-anak berbaur jadi satu di bantaran sungai
Gajahwong yang membelah kawasan kota lama Kotagede// Di sela-sela kesibukan
mereka mempersiapkan panggung dan jembatan darurat/ belasan orang
menyempatkan diri untuk latihan ciblon//
============visualisasi ciblon=================
Ciblon/ sebagai jenis permainan dan kesenian rakyat yang murah meriah ini/ hanya
bisa dilakukan di dalam air/ baik kolam maupun sungai// Dari gerakan telapak
tangan yang dimainkan dengan ayunan cukup kuat/ minimal ada 3 suara yang
dapat muncul/ yakni/ Plak……./ Thung……../ Blang………//
Meski kelihatannya gampang/ tetapi banyak peserta/ terutama yang masih mudamuda/ belum bisa memunculkan suara secara utuh// Karenanya/ ada pekerjaan lain
yang bisa dilakukan/ yakni memukul-mukulkan dua batu secara berirama// Jadilah
musik rakyat yang sudah menghilang sejak puluhan tahun lalu//
Apa dan bagaimana acara ciblon yang akan digelar Sabtu besok/ berikut penuturan
Pargiyanto/ seorang tokoh masyarakat setempat//
Maryadi melaporkan untuk apakabarjogja / rbtv//
Jemek Akan Pentas Diiringi Musik Ciblon
Joko Widiyarso - GudegNet
Dalang rangka memperingat Hari Air Sedunia, Jemek Supardi akan menggelar sebuah
perfomance art pada Sabtu (1/5) di bantaran Sungai Gajah Wong, tepatnya di kampung Darakan
Barat RW 13 Kelurahan Prenggan Kotagede, Yogyakarta.
Rencananya, pentas yang mengangkat isu tentang persoalan air bersih tersebut akan digelar
dengan memadukan unsur seni perfomance khas Jemek dengan permainan musik air yakni
ciblon.
Pada penampilannya bertajuk 'Ritual Memanggil Ikan' tersebut, Jemek merangkul Pardiman
Joyonegoro yang didaulat sebagai pengarah musik ciblon, dengan dibantu oleh warga kampung
nDarakan, Kotagede.
Menurut Ketua Pelaksana Dewan Pengurus Lembaga Studi dan Tata Mandiri LESTARI, Agus
Hartana, acara ini bertujuan untuk mendorong munculnya kesadaran terhadap pentingnya
menjaga kelangsungan sumber daya air, sehingga pemenuhan hak atas air bersih dapat
direalisasikan.
"Hari Air se Dunia haruslah menjadi momentum untuk mengingatkan kita semua akan arti
pentingnya air bagi kehidupan. Karena itu kegiatan-kegiatan kreatif yang ringan tetapi bermakna
menjadi pilihan agar dari sanalah berbagai pihak tergerak untuk melakukan aksi nyata berkaitan
dengan upaya-upaya pelestarian sumberdaya air, " terangya.
Selain pentas Jemek, juga akan diselenggarakan Talkshow "Ngudi Banyu Bening" dengan
pembicara Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ahmad Charis Zubair, Dr.-Ing. Ir. Agus
Maryono, MSc (MST Fak. Teknik UGM), Ir. Bayudono, MSc, dan Agus Hartono.
Warga Hidupkan Kembali Tradisi Ciblon and apos
Rabu, 28 April 2010 | 15:47 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS - " Tradisi ciblon atau bermain musik air di sungai kembali
dihidupkan warga di tepi Sungai Gajahwong, Selasa (27/4). Warga dewasa menjadikan musik
ciblon untuk nostalgia masa kecil. Tradisi ciblon punah sejak 1980-an saat sungai-sungai di
Yogyakarta tercemar.
Warga Desa Darakan, Kotagede, berlatih musik ciblon di Sungai Gajahwong setiap hari hingga
pentas, 1 Mei 2010. Rencananya, pentas akan dimeriahkan ritual memanggil ikan oleh Jemek
Supardi. Selain tradisi ciblon, masyarakat tepi sungai mengenal ritual memanggil ikan. Ikan-ikan
yang bersembunyi di balik bebatuan akan segera ke luar ketika permukaan air ditepuk-tepuk
sapu lidi. Tradisi itu hilang seiring tingginya pencemaran air.
Warga Darakan, Supargiyanto (53), mengatakan, musik ciblon merupakan salah satu dari sekian
banyak jenis permainan tradisional anak-anak di sungai. Sungai mulai ditinggalkan sebagai arena
bermain setelah pencemaran mulai terjadi sekitar 1978.
"Ikan mati dan anak-anak dilarang bermain di sungai," katanya. Hanya dengan minimal tiga
peserta, ciblon bisa dimainkan dengan semarak. Dalam satu grup, peserta ciblon menepuk dan
mempermainkan air sehingga menimbulkan bunyi musik yang biasanya diiringi tembang Jawa.
Pada puncak pertunjukan mendatang, tradisi ciblon akan dimainkan sekitar 20 warga tepi sungai.
Saat latihan, seniman Pardiman Djoyonegoro dari Acapella Mataraman dan Lembaga Swadaya
Masyarakat Lestari yang bergerak di bidang lingkungan mendampingi. Menurut Eko Nuryono
dari LSM Lestari, masyarakat kembali mengakrabi sungai setelah pemerintah menata sungai.
Permukiman warga di sekitar Sungai Gajahwong, misalnya, sudah mulai tertata. Warga
membangun rumah dengan menghadap ke sungai sehingga sungai menjadi halaman rumah yang
dijaga kelestariannya. Tradisi ciblon kembali hidup sejak 2006.
Sungai memang masih tercemar. Namun, tradisi ciblon akan membuat upaya mencegah
pencemaran makin keras. (WKM)
Ciblon
Ciblon
Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun
sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga
menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh warga yang
tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon biasanya
dilakukan sambil mandi di sungai atau di kolam.
Ciblon
o nya dibaca seperti untuk kata ompong
Prenggan
e nya dibaca seperti untuk kata ketemu
TRADISI CIBLON AKAN DIHIDUPKAN LAGI
Tradisi ciblon atau bermain musik air di kali Gajahwong/ akan dihidupkan kembali
oleh warga Darakan/ Prenggan/ Kotagede/ Yogyakarta// Untuk mengawalinya/
Sabtu siang besok akan digelar pentas ciblon/ yang akan diisi juga dengan
performance art oleh Jemek Supardi// Acara ini untuk mengisi peringatan Hari Air
se dunia//
Performance art yang akan diangkat Jemek adalah ritual memanggil ikan// Warga
Darakan Prenggan tampak sangat kompak/ dengan mempersiapkan panggung di
atas air/ ancak untuk tempat sesaji/ menempatkan kayu yang ditata dalam bentuk
kotak-kotak/ untuk tempat sepatu bagi yang turun ke sungai//
Tua/ muda/ remaja/ maupun anak-anak berbaur jadi satu di bantaran sungai
Gajahwong yang membelah kawasan kota lama Kotagede// Di sela-sela kesibukan
mereka mempersiapkan panggung dan jembatan darurat/ belasan orang
menyempatkan diri untuk latihan ciblon//
============visualisasi ciblon=================
Ciblon/ sebagai jenis permainan dan kesenian rakyat yang murah meriah ini/ hanya
bisa dilakukan di dalam air/ baik kolam maupun sungai// Dari gerakan telapak
tangan yang dimainkan dengan ayunan cukup kuat/ minimal ada 3 suara yang
dapat muncul/ yakni/ Plak……./ Thung……../ Blang………//
Meski kelihatannya gampang/ tetapi banyak peserta/ terutama yang masih mudamuda/ belum bisa memunculkan suara secara utuh// Karenanya/ ada pekerjaan lain
yang bisa dilakukan/ yakni memukul-mukulkan dua batu secara berirama// Jadilah
musik rakyat yang sudah menghilang sejak puluhan tahun lalu//
Apa dan bagaimana acara ciblon yang akan digelar Sabtu besok/ berikut penuturan
Pargiyanto/ seorang tokoh masyarakat setempat//
Maryadi melaporkan untuk apakabarjogja / rbtv//
Jemek Akan Pentas Diiringi Musik Ciblon
Joko Widiyarso - GudegNet
Dalang rangka memperingat Hari Air Sedunia, Jemek Supardi akan menggelar sebuah
perfomance art pada Sabtu (1/5) di bantaran Sungai Gajah Wong, tepatnya di kampung Darakan
Barat RW 13 Kelurahan Prenggan Kotagede, Yogyakarta.
Rencananya, pentas yang mengangkat isu tentang persoalan air bersih tersebut akan digelar
dengan memadukan unsur seni perfomance khas Jemek dengan permainan musik air yakni
ciblon.
Pada penampilannya bertajuk 'Ritual Memanggil Ikan' tersebut, Jemek merangkul Pardiman
Joyonegoro yang didaulat sebagai pengarah musik ciblon, dengan dibantu oleh warga kampung
nDarakan, Kotagede.
Menurut Ketua Pelaksana Dewan Pengurus Lembaga Studi dan Tata Mandiri LESTARI, Agus
Hartana, acara ini bertujuan untuk mendorong munculnya kesadaran terhadap pentingnya
menjaga kelangsungan sumber daya air, sehingga pemenuhan hak atas air bersih dapat
direalisasikan.
"Hari Air se Dunia haruslah menjadi momentum untuk mengingatkan kita semua akan arti
pentingnya air bagi kehidupan. Karena itu kegiatan-kegiatan kreatif yang ringan tetapi bermakna
menjadi pilihan agar dari sanalah berbagai pihak tergerak untuk melakukan aksi nyata berkaitan
dengan upaya-upaya pelestarian sumberdaya air, " terangya.
Selain pentas Jemek, juga akan diselenggarakan Talkshow "Ngudi Banyu Bening" dengan
pembicara Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ahmad Charis Zubair, Dr.-Ing. Ir. Agus
Maryono, MSc (MST Fak. Teknik UGM), Ir. Bayudono, MSc, dan Agus Hartono.
Warga Hidupkan Kembali Tradisi Ciblon and apos
Rabu, 28 April 2010 | 15:47 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS - " Tradisi ciblon atau bermain musik air di sungai kembali
dihidupkan warga di tepi Sungai Gajahwong, Selasa (27/4). Warga dewasa menjadikan musik
ciblon untuk nostalgia masa kecil. Tradisi ciblon punah sejak 1980-an saat sungai-sungai di
Yogyakarta tercemar.
Warga Desa Darakan, Kotagede, berlatih musik ciblon di Sungai Gajahwong setiap hari hingga
pentas, 1 Mei 2010. Rencananya, pentas akan dimeriahkan ritual memanggil ikan oleh Jemek
Supardi. Selain tradisi ciblon, masyarakat tepi sungai mengenal ritual memanggil ikan. Ikan-ikan
yang bersembunyi di balik bebatuan akan segera ke luar ketika permukaan air ditepuk-tepuk
sapu lidi. Tradisi itu hilang seiring tingginya pencemaran air.
Warga Darakan, Supargiyanto (53), mengatakan, musik ciblon merupakan salah satu dari sekian
banyak jenis permainan tradisional anak-anak di sungai. Sungai mulai ditinggalkan sebagai arena
bermain setelah pencemaran mulai terjadi sekitar 1978.
"Ikan mati dan anak-anak dilarang bermain di sungai," katanya. Hanya dengan minimal tiga
peserta, ciblon bisa dimainkan dengan semarak. Dalam satu grup, peserta ciblon menepuk dan
mempermainkan air sehingga menimbulkan bunyi musik yang biasanya diiringi tembang Jawa.
Pada puncak pertunjukan mendatang, tradisi ciblon akan dimainkan sekitar 20 warga tepi sungai.
Saat latihan, seniman Pardiman Djoyonegoro dari Acapella Mataraman dan Lembaga Swadaya
Masyarakat Lestari yang bergerak di bidang lingkungan mendampingi. Menurut Eko Nuryono
dari LSM Lestari, masyarakat kembali mengakrabi sungai setelah pemerintah menata sungai.
Permukiman warga di sekitar Sungai Gajahwong, misalnya, sudah mulai tertata. Warga
membangun rumah dengan menghadap ke sungai sehingga sungai menjadi halaman rumah yang
dijaga kelestariannya. Tradisi ciblon kembali hidup sejak 2006.
Sungai memang masih tercemar. Namun, tradisi ciblon akan membuat upaya mencegah
pencemaran makin keras. (WKM)
Ciblon
Ciblon
Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun
sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga
menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh warga yang
tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon biasanya
dilakukan sambil mandi di sungai atau di kolam.