fileD748215194F3B4A223838347ACA73092

KETENAGAAN
UM memiliki pegawai terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai tidak tetap
atau pegawai kontrak. Ketentuan yang mengatur Pegawai Negeri Sipil tertuang di dalam UndangUndang nomor 8 Tahun 1974, Undang-Undang nomor 43 tahun 1999, dan Undang-Undang
nomor 5 Tahun 2014. Sedangkan pegawai tidak tetap diatur dalam Peraturan Rektor UM nomor
5 tahun 2013 tentang Pegawai Tidak Tetap Universitas Negeri Malang.
PNS UM berdasarkan fungsinya dibedakan: (1) tenaga pendidik (dosen) sejumlah 927
orang, dan (2) tenaga kependidikan sejumlah 716 orang, termasuk tenaga fungsional tertentu
yaitu analisis kepegawaian 1 orang, pengelola pengadaan barang dan jasa pemerintah 4 orang,
arsiparis 13 orang, laboran 24 orang, pranata laboran pendidikan 27 orang, pustakawan sejumlah
21 orang, dan pranata humas sejumlah 1 orang. Tenaga tersebut diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Pemenuhan kebutuhan pegawai UM tidak terlepas dari sistem penyusunan kebutuhan
tenaga secara nasional melalui fasilitas Satuan Manajemen Sumberdaya (SMS) online dan sistem
formasi. Formasi adalah data keadaan pegawai menurut jabatan, golongan, ruang, jenis kelamin
dan usia dengan perkiraan perubahan komposisi, perkiraan persediaan pegawai tahun 2013-2017,
serta keseimbangan kebutuhan dan persediaan tahun 2013-2017 yang disusun berdasarkan peta
jabatan hasil evaluasi jabatan dengan menggunakan analisa perhitungan beban kerja dan skala
prioritas.
Pengadaan Pegawai
Pengadaan pegawai UM dilakukan dengan menggunakan dua jalur: jalur khusus dan jalur
umum. Jalur khusus pengadaannya melalui pengangkatan dari pegawai tidak tetap yang memenuhi kriteria, dan jalur umum satu kali dalam satu tahun secara nasional melalui pengangkatan

CPNS.
Ketentuan umum menyebutkan bahwa yang dapat mendaftar (melamar) sebagai pegawai
baru adalah: (1) warga negara Indonesia; (2) umur minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun; (3)
mempunyai kualifikasi pendidikan tertentu; (4) tidak pernah dihukum; (5) tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat; (6) tidak berstatus sebagai PNS atau CPNS; (7) tidak sedang terikat
kontrak dengan Instansi/Perguruan Tinggi lain, (8) berkelakuan baik, (9) sehat jasmni, dan rohani; dan (10) tidak menjadi pengurus dan/atau anggota partai politik.
Bagi pelamar calon pegawai jalur umum yang lulus verifikasi administrasi dapat mengikuti
Tes Kompetensi Dasar (TKD) dan apabila pelamar lulus TKD akan berlanjut mengikuti tes tahap
II, yaitu Tes Kompetensi Bidang (TKB) dan kemampuan teknis lain sesuai kualifikasi serta kebutuhan unit kerja atau fakultas. Pelamar yang dinyatakan lulus tes tahap II akan diproses pengusulan pengangkatannya sebagai CPNS ke Menristekdikti.
Jenjang Kepangkatan/Jabatan
Pangkat dan golongan/ruang ialah tingkat atau jenjang kedudukan seorang PNS dalam
rangkaian sistem kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian. Sedangkan jabatan
adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS.
Pangkat dan golongan ruang PNS terdiri dari: Juru Muda (I/a), Juru Muda Tk. I (I/b), Juru (I/c),
Juru Tk. I (I/d), Pengatur Muda (II/a), Pengatur Muda Tk. I (II/b), Pengatur (II/c), Pengatur Tk. I
79

80 KATALOG UM EDISI 2016

(II/d), Penata Muda (III/a), Penata Muda Tk. I (III/b), Penata (III/c), Penata Tk. I (III/d), Pembina
(IV/a), Pembina Tk. I (IV/b), Pembina Utama Muda (IV/c), Pembina Utama Madya (IV/d), dan

Pembina Utama (IV/e).
Setiap pegawai baru diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu sesuai dengan jenjang
pendidikan yang dimiliki. Menurut peraturan jenjang kepangkatan tersebut ditentukan sebagai
berikut: (1) Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan
menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Dasar (SD) atau yang setingkat; (2)
Golongan ruang I/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan
menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau
yang setingkat; (3) Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA), Diploma 1, atau yang setingkat; (4) Golongan ruang II/b bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru
Pendidikan Luar Biasa atau Diploma 2; (5) Golongan ruang II/c bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda, Akademik, atau Diploma
3; (6) Golongan ruang III/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan
menggunakan Ijazah Sarjana (S1), atau Diploma 4; (7) Golongan ruang III/b bagi yang pada saat
melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan
Ijazah lain yang setara, Magister/Master (S2), atau Ijazah Spesialis 1; (8) Golongan ruang III/c
bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Doktor (S3)
atau Ijazah Spesialis 2. Kenaikan pangkat berikutnya diberikan sebagai penghargaan atas
pengabdian pegawai yang bersangkutan. Urutan kepangkatan berikutnya ialah: Penata Tingkat I

(III/d), Pembina (IV/a), Pembina Tingkat I (IV/b), Pembina Utama Muda (IV/c), Pembina Utama
Madya (IV/d), dan Pembina Utama (IV/e).
Kenaikan pangkat reguler bagi PNS diberikan sampai dengan: (1) Pengatur Muda (II/a)
bagi yang memiliki STTB SD, (2) Pengatur (II/c) bagi yang memiliki STTB SLTP, (3) Pengatur
Tingkat I (II/d) bagi yang memiliki STTB Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat pertama, (4)
Penata Muda Tingkat I (III/b) bagi yang memiliki STTB SLTA, Sekolah Lanjutan Kejuruan
Tingkat Atas 3 tahun, SLTA 4 Tahun, Ijazah Diploma I atau Ijazah Diploma II, (5) Penata (III/c)
bagi yang memiliki ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazah
Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Bakaloreat, (6) Penata Tingkat I (III/d) bagi yang
memiliki Ijazah Sarjana (S1) atau ijazah Diploma IV, (7) Pembina (IV/a) bagi yang memiliki
ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lainnya yang setara, Ijazah Magister/Master (S2), (8)
Pembina Tingkat I (IV/b) bagi yang memiliki Ijazah Doktor (S3).
Tugas dan tanggung jawab dosen meliputi Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Permenpan dan RB nomor 17 dan 46
tahun 2013, Peraturan Bersama Mendikbud dan Kepala BKN nomor 4/VIII/PB/2014 dan 24
tahun 2014, Permendikbud nomor 92 tahun 2014, Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit
Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional Dosen Ditjen Dikti Oktober 2014, Peraturan Rektor UM
nomor 11 tahun 2015 dan peraturan terkait lainnya, pengangkatan pertama dosen lulusan Magister/Master (S2) dalam jabatan Asisten Ahli golongan III/b dengan menyertakan sejumlah angka
kredit yang dibutuhkan dalam jabatan. Selanjutnya tenaga pendidik dapat meningkatkan jabatan
akademiknya apabila telah memenuhi angka kredit yang ditentukan. Jenjang jabatan akademik

dosen dari urutan yang paling bawah sampai ke urutan yang paling atas adalah sebagai berikut:
(1) Asisten Ahli, (2) Lektor, (3) Lektor Kepala, dan (4) Profesor.

Ketenagaan 81

Pendidikan
Guna meningkatkan mutu dan kualitas, PNS UM diberi kesempatan mengikuti pendidikan
Magister/Master (S2) dan Doktor (S3) baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah menyediakan dana yaitu Beasiswa Pendidikan Pascasarjana
Dalam Negeri (BPP-DN) dan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Luar Negeri (BPP-LN).
Direktorat Jenderal Sumber Daya IPTEK dan DIKTI, Kemenristekdikti, bekerjasama
dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada tahun 2016, menyediakan program
Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) bagi para dosen tetap perguruan tinggi di
lingkungan Kemenristekdikti yang telah memiliki NIDN/NIDK untuk menempuh program
pascasarjana melalui Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia Luar Negeri (BUDI-LN) maupun
Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia Dalam Negeri (BUDI-DN). Program ini bertujuan mempercepat pencapaian target dosen berkualifikasi S2 dan S3 pada perguruan tinggi sesuai Renstra
Kemristekdikti 2015-2019. Selain itu Kemenristekdikti juga memberi kesempatan bagi dosen
yang sedang melaksanakan program pendidikan Doktor (S3) di dalam negeri untuk melakukan
magang di perguruan tinggi luar negeri selama minimal 4 bulan melalui Program Peningkatan
Kualitas Publikasi Internasional (Sandwich-like) agar menghasilkan publikasi internasional.
Melalui Islamic Development Bank (IDB) Project, tahun 2016 UM merencanakan

pengembangan kompetensi PNS Dosen berdasarkan proses seleksi bagi dosen untuk mengikuti
program Doktor (S3) Tahun 2017. Hal tersebut selaras dengan Peraturan Rektor UM nomor 24
tahun 2016 tentang kewajiban studi lanjut di perguruan tinggi luar negeri bagi dosen muda Universitas Negeri Malang. Selain itu, dana IDB untuk memfasilitasi tenaga kependidikan yang akan
meningkatkan kompetensinya dalam bentuk program non-gelar melalui diklat yang mendukung
pelaksanaan inovasi pembelajaran.
Kemristekdikti juga memfasilitasi beberapa program pendukung pra S2/S3 seperti pelatihan Bahasa Inggris atau Bridging Program dan Talent Scouting. Secara umum program pendidikan bagi PNS diatur dalam Permendiknas nomor 48 Tahun 2009 dengan mengacu peraturanperaturan lain yang berlaku.
Eselon
Eselon adalah tingkat Jabatan Struktural yang dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil. Eselon
yang ada dan berlaku berdasar peraturan perundangan, yaitu yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo PP No. 13 Tahun 2002. Eselon Jabatan Struktural yang
ada di UM, terdiri atas (1) Eselon IIa (Kepala Biro); (2) Eselon IIIa (Kepala Bagian); dan (3)
Eselon IVa Kepala Sub Bagian.
Dengan diberlakukannya Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 199 tahun 1998,
dijelaskan bahwa selain melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen dapat diberi tugas
tambahan sebagai Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Ketua Lembaga, Kepala UPT,
Kepala Pusat, Ketua Jurusan, Ketua Prodi, dan Kepala Laboratorium. Tugas tambahan tersebut
bukan sebagai jabatan struktural.
Cuti
Cuti PNS diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976, yang terdiri dari cuti
sakit, cuti tahunan, cuti bersalin, cuti besar, cuti alasan penting, dan cuti di luar tanggungan

negara. Cuti sakit diberikan kepada PNS yang sakit dan apabila lebih dari dua hari harus ada
keterangan dari dokter. PNS yang sakit terus menerus selama satu tahun dapat diberikan cuti

82 KATALOG UM EDISI 2016

sakit dan dapat diperpanjang selama enam bulan. Apabila setelah satu tahun enam bulan tidak
sembuh, maka harus diperiksakan oleh Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri. Cuti tahunan
diberikan kepada PNS selama 12 hari kerja (termasuk cuti bersama), dapat diambil lebih dari satu
kali, namun pecahan harinya tidak boleh kurang dari tiga hari. Apabila alasan kedinasan yang
tidak bisa ditinggalkan, maka cuti tahunan dapat diambil tahun berikutnya secara penuh ditambah
tahun yang sedang berjalan. Cuti bersalin hanya diperuntukkan kepada PNS wanita untuk paling
banyak tiga kali setelah yang bersangkutan menjadi PNS. Lama cuti bersalin satu bulan sebelum
dan dua bulan setelah melahirkan. Cuti bersalin yang keempat dan lanjutannya, harus mempergunakan cuti di luar tanggungan negara.
Cuti besar diberikan kepada PNS yang sudah 6 tahun secara terus menerus mengabdi pada
Pemerintah. Cuti besar diberikan sebanyak-banyaknya 5 kali selama menjadi PNS. Setiap kali
selama 3 bulan dan dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban agama. Cuti alasan penting
diberikan kepada PNS untuk mengurus harta warisan; orang tua, mertua, saudara-saudaranya
yang sakit keras/meninggal dunia, dan pernikahan pertama dengan waktu cuti paling lama dua
bulan. Cuti di luar tanggungan negara diberikan kepada PNS yang sangat membutuhkan dan
sudah berturut-turut mengabdi pada Pemerintah selama 5 tahun. Cuti di luar tanggungan negara

diberikan untuk paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang satu tahun, serta harus dengan
persetujuan Kepala BKN.
Asuransi Kesehatan
Jaminan Kesehatan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, dan diberikan kepada semua PNS/CPNS termasuk penerima pensiun dan keluarganya
yang terdaftar di Bagian Kepegawaian. Jaminan kesehatan bagi pegawai tidak tetap melalui PBJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk mendapatkan pelayanan jaminan kesehatan, setiap peserta harus memiliki Kartu
BPJS (dahulu ASKES). Kartu ini dapat diperoleh dengan cara mengisi daftar isian yang dilampiri
fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku, pasfoto hitam putih atau warna ukuran 2 x
3 cm dan, SK terakhir masing-masing dua lembar. Perubahan/mutasi pada peserta misalnya
perubahan tempat tinggal, golongan, menikah, kematian, dan kelahiran, harus dilaporkan dengan
mengisi daftar isian/formulir.
Pelayanan kesehatan yang menjadi hak peserta dan keluarganya meliputi: rawat jalan
tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan/spesialis, rawat inap/opname, pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosa, pertolongan/perawatan persalinan, pemberian obat-obatan sesuai DPHO,
alat-alat perawatan yang memulihkan kesehatan, pembelian kacamata, serta prothesa gigi, dan
anggota gerak (khusus untuk peserta). Pelayanan kesehatan tersebut disesuaikan dengan ketentuan
standar pelayanan serta tarif yang ditetapkan oleh Menkes RI.
Pengobatan melalui asuransi/jaminan kesehatan diawali dari Puskesmas atau Dokter

Keluarga, dapat dirujuk ke Rumah Sakit Pemerintah terdekat untuk selanjutnya dapat sampai
keluar negeri menurut hirarki apabila perawatan diharuskan sampai ke luar negeri.
Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi pesertanya, BPJS memberikan
kesempatan bagi PNS, penerima pensiun beserta keluarganya untuk mendapatkan pelayanan
Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di tempat praktik Dokter Keluarga, dengan cara mengisi
formulir pendaftaran Dokter Keluarga. Formulir pendaftaran maupun daftar isian dapat diperoleh
di Bagian Kepegawaian, Biro Umum dan Keuangan Gedung A2, Lantai 3.

Ketenagaan 83

Pembinaan Tenaga
Kegairahan bekerja dan rasa tanggung jawab segenap PNS UM dibina melalui sistem
karier dan prestasi kerja. Setiap tahun dilakukan penilaian terhadap setiap PNS yang dilakukan
oleh atasan langsung meliputi: orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan
kepemimpinan. Salah satu bahan untuk kepentingan pembinaan karier dan menjamin objektivitas
pembinaan disusun Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang memuat informasi tentang: pangkat,
jabatan, masa kerja, latihan jabatan, pendidikan, dan usia dari semua tenaga yang ada di UM.
Upaya pembinaan PNS dilakukan melalui: (1) penyelenggaraan pemilihan tenaga pendidik
berprestasi (dosen) dan tenaga kependidikan berprestasi setiap tahun. PNS berprestasi ialah
pegawai yang taat dan setia sepenuhnya pada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; taat

terhadap peraturan perundang-undangan, melaksanakan tugas kedinasan serta memegang teguh
rahasia jabatan, yang berdaya guna, berhasil guna, berwibawa, tertib, jujur, bersatu padu,
bersemangat dan bertanggung jawab, terhadap tugas yang dipercayakan serta mempunyai
loyalitas dan dedikasi tinggi di UM. Komponen penilaian kinerja dosen berprestasi meliputi:
karya prestasi unggul dan karya Tridarma Perguruan Tinggi. Komponen penilaian kinerja tenaga
kependidikan berprestasi meliputi: Psikotest, karya kreatif prestatif, dan deskripsi diri. Pemilihan
pegawai berprestasi ini juga dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang
berprestasi, sehingga dapat menjadi teladan bagi rekan sejawatnya. Pemberian tanda penghargaan
dan hadiah kepada PNS teladan (dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional tanggal 2
Mei) pelaksanaannya dilakukan pada Peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus setiap
tahun; (2) penghargaan Satya Lancana Karya Satya dari Presiden RI; (3) upaya pembinaan PNS
jalur nonkedinasan yaitu KORPRI.
Kewajiban dan Hak Pegawai
PNS UM mempunyai hak dan kewajiban sesuai peraturan yang berlaku, di samping
kewajiban yang khusus berkaitan dengan tugas dan jabatan, kewajiban secara umum antara lain:
(1) setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah; (2) taat kepada segala
peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3) melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab, serta menjadi
teladan bagi masyarakat; dan (4) wajib menyimpan rahasia jabatan dan menjaga kerahasiaannya.
Disamping kewajiban tersebut di atas, setiap PNS juga mempunyai hak-hak yang telah
diatur dalam peraturan yang ada, antara lain: (1) berhak memperoleh gaji sesuai dengan pangkat

dan golongannya; (2) berhak memperoleh penghargaan dan tunjangan kenaikan pangkat/jabatan;
(3) berhak mendapatkan tunjangan remunerasi, profesi dan atau tunjangan kehormatan; (4)
berhak cuti, yaitu tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu; (5) berhak
memperoleh perawatan karena ditimpa suatu kecelakaan dalam menjalankan tugas, jika sampai
tewas keluarganya berhak memperoleh uang duka; (6) berhak pensiun jika telah memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan; dan (7) berhak mendapatkan Taspen dan Taperum

Dokumen yang terkait