Perda No. 12 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pergudangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN
OGAN KOMERING ULU SELATAN

TAHUN 2007

No. 12
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
NOMOR 12 TAHUN 2007
TENTANG

PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN,
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka tertib niaga dan kelancaran distribusi barang
agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan, perlu dilakukan penataan dan pembinaan
pergudangan dalam sistem distribusi nasional;
b. bahwa untuk melaksanakan sebagaimana maksud hurup a di atas,

perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan.

Mengingat

: 1. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1956 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5
Tahun 1962 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 2
Tahun 1960 tentang Pergudangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1962 Nomor 31) menjadi Undang – Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2759);
2. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Pidana
(Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
3. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2000
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Menjadi
Undang - Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);


2
4. Undang - Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Propinsi Sumatera Selatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4347);
5. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangan – undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4389);
6. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
7. Undang - Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembahan Negara Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1957 tentang Penyaluran
Perusahaan - Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1957 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1144)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 1947 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1467);
9. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1962 tentang Perdagangan Barang-Barang Dalam Pengawasan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2469);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan
Barang – Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4402);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran
Kegiatan Usaha Asing didalam Bidang Perdagangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3113) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1996 dan terakhir dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1998 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3734 ) ;

3
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor
1983, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1986 tentang Kawasan
Berikat (Bondet Zone), (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3334);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Daerah ;
16. Keputusan Menteri Perindusrian dan Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 23/MPP/Kep/2/1998 tentang Lembaga –
Lembaga Usaha Perdagangan ;
17. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 16/MDAG /PER/3/2006 tentang Penataan dan Pembinan Pergudangan;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Nomor 2
Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (Lembaran Daerah
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Tahun 2005 Nomor 02
Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
dan
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
SELATAN TENTANG
PENATAAN DAN PEMBINAAN
PERGUDANGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
2.

Kabupaten adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan;
Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan;

4
3.
4.

Bupati adalah Bupati Ogan Komering Ulu Selatan;
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Penanaman Modal adalah Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman
Modal Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan;

5. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Penanaman Modal adalah Kepala Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Penanaman Modal Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan;
6. Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Firma,
Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,
Yayasan, Organisasi Masa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi
yang sejenis Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainya;
7. Pengusaha adalah setiap perorangan dan persekutuan atau badan
yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan;
8. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan atau pun
dalam bidang perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha
untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;
9. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang dapat ditutup
dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum melainkan untuk
dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan barang-barang

perniagaan dan tidak untuk kebutuhan sendiri serta memenuhi
syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan;
10. Usaha Pergudangan adalah Kegiatan jasa pergudangan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan atau perorangan melalui
pemanfaatan gudang miliknya sendiri dan/atau pihak lain untuk
mendukung/memperlancar kegiatan perdagangan barang.
11. Tanda Daftar Gudang selanjutnya disingkat TDG adalah Surat
Tanda Daftar yang berlaku sebagai bukti bahwa gudang tersebut
telah didaftar untuk dapat melakukan kegiatan sarana distribusi;
12. Surat Keterangan Penyimpanan Barang yang disingkat SKPB
adalah tanda bukti penyimpanan barang yang harus dimiliki oleh
pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang terhadap jenis barang
yang mempunyai karakteristik tertentu;
13. Barang yang mempunyai karakteristik tertentu adalah jenis barang
yang mempunyai sifat masa simpan panjang dan masa penjualan
yang relatif lebih lama, dalam hal ini akan diatur dalam peraturan
tersendiri dengan Peraturan Bupati;

5
14. Barang Perniagaan atau Barang Perdagangan terdiri dari bahan

pokok / penting, bahan – bahan bangunan, bahan hasil industri,
dan barang dagangan lainnya yang diperdagangkan sehari-hari;
15. Barang dagangan bahan pokok penting adalah : Beras, Gula Pasir,
Minyak Goreng, Mentega, Daging Sapi, Ayam, Susu, Jagung,
Minyak Tanah dan Garam Beryodium.

BAB II
TANDA DAFTAR GUDANG
Pasal 2
Gudang diklasifikasi berdasarkan luas gudang sebagai berikut :
1. Gudang Paling Kecil dengan luas 10 M2 sampai dengan 36 M2.
2. Gudang Kecil dengan 36 M2 sampai dengan 2.500 M2
3. Gudang Menengah dengan luas 2.500 M2 sampai dengan 10.000 M2.
4. Gudang Besar dengan luas diatas 10.000 M2.
Pasal 3
(1) Setiap perusahaan atau perorangan yang memiliki gudang wajib
memiliki TDG.
(2) TDG mempunyai masa berlaku 5 (lima) tahun dan wajib
diperpanjang
3

(tiga)
bulan
sebelum
berakhir
masa
berlakunya TDG.
(3) Pelaksanaan penerbitan TDG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenakan biaya administrasi sebagai berikut :
a. Gudang Paling Kecil sebesar Rp. 50.000,- (Lima puluh
ribu rupiah);
b. Gudang Kecil sebesar Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah);
c. Gudang Menengah sebesar Rp. 200.000,- (Dua ratus ribu rupiah);
d. Gudang Besar sebesar Rp. 300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah).
Pasal 4
(1) TDG diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan perusahaan dan
berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
(2) TDG diberikan kepada setiap perusahaan atau perorangan yang
memiliki gudang yang berkewarganegaraan Indonesia.

6


BAB III
KEWENANGAN PENERBITAN TDG
Pasal 5
Pelimpahan kewenangan pengaturan penerbitan TDG dilakukan oleh :
1. Bupati melimpahkan kewenangan penerbitan TDG kepada Kepala
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Penanaman Modal;
2. Kepala Dinas melimpahkan kewenangan penerbitan TDG kepada
Kepala Bidang Perdagangan yang tugas dan tanggungjawabnya di
bidang perdagangan.
BAB IV
TATA CARA PERMOHONAN PENERBITAN TDG
Pasal 6
(1) Permohonan TDG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
disampaikan oleh pemilik gudang dengan mengisi Daftar Isian
Permohonan
TDG
yang
telah
ditandatangani,
dengan
melampirkan :
a. Copy perizinan pendirian gudang dari Pemerintah Daerah
setempat;
b. Copy perjanjian pemakaian atau penguasaan gudang dengan
pemilik gudang.
(2) Permohonan TDG disampaikan kepada Bupati Cq. Kepala Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Penanaman Modal.
(3) Bupati Cq. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal menerbitkan TDG
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterima
Daftar Isian Permohonan TDG sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) secara lengkap dan benar, dengan menggunakan formulir.
(4) Bupati Cq. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal penerbit TDG dapat
menolak permohonan TDG disertai dengan alasan penolakan
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja, dalam hal Daftar Isian
Permohonan TDG beserta berkas kelengkapan yang dinilai belum
lengkap dan benar.

7

(5) Apabila pengisian Daftar Isian Permohonan TDG sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), belum dilakukan secara lengkap, maka
Bupati Cq. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal penerbit TDG, dapat
menolak Daftar Isian Permohonan TDG dan wajib memberitahukan
secara tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
tanggal isian permohonan TDG kepada perusahaan yang
bersangkutan disertai alasannya.
(6) Daftar Isian Permohonan TDG sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan,
perusahaan yang bersangkutan dapat melengkapi persyaratan
persyaratan yang diminta;
(7) Apabila telah melebihi jangka waktu ditentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6), perusahaan yang bersangkutan tidak
melaksanakan ketentuan permohonan TDG secara benar dan
lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), TDG ditolak
dan perusahaan wajib mengajukan TDG yang baru.

BAB V
PENYIMPANAN BARANG
Pasal 7
(1) Setiap pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang yang
melakukan penyimpanan barang yang diperdagangkan di gudang
wajib menyelenggarakan administrasi mengenai barang-barang
yang masuk dan keluar gudang.
(2) Pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan
penyimpanan barang yang masuk dan keluar gudang, apabila
jumlah barang disimpan pada :
a. Gudang Paling Kecil dengan jumlah 60% dari kapasitas gudang;
b. Gudang Kecil dengan jumlah 50% dari kapasitas gudang;
c. Gudang Menengah dengan jumlah 40% dari kapasitas gudang;
d. Gudang Besar dengan jumlah 30% dari kapasitas gudang.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Penanaman Modal pada tanggal 15 setiap bulan.

8
Pasal 8
Pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang wajib memberikan
keterangan yang diminta oleh Direktur Jendral Perdagangan Dalam
Negeri atau Pejabat yang ditunjuk atau Kepala Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal
untuk tujuan pelaksanaan penataan dan pembinaan kelancaran
distribusi barang yang diperdagangkan.
Pasal 9
(1) Penyimpanan barang yang dilakukan oleh perorangan atau
perusahaan (produsen, eksportir, importir, distributor, wholesaler,
pedagang besar, grosir, agen, pengecer, toko) di gudang sesuai
dengan izin yang diberikan dapat dibenarkan sepanjang jumlahnya
masih dalam batas kewajaran sebagai stok/persediaan barang
berjalan untuk memenuhi permintaan pasar maksimal untuk jangka
waktu 3 (tiga) bulan dalam kondisi normal berdasarkan
data/pencatatan dari perusahaan yang bersangkutan.
(2) Dalam keadaan yang sangat mendesak, dan kebutuhan masyarakat
untuk jenis barang dengan karakteristik tertentu yang memerlukan
masa simpan dan masa penjualan relative lebih lama, pemilik,
pengelola dan atau penyewa gudang melebihi dari 3 (tiga) bulan
kebutuhan.
(3) Untuk dapat melakukan penyimpanan sebagaimana dimaksud ayat
(2) pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang wajib memiliki
Surat Keterangan Penyimpanan Barang (SKBP) yang diterbitkan
Bupati Cq. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal.
(4) Penyimpanan stok/persediaan barang tanpa dilengkapi SKBP
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat digolongkan sebagai
kegiatan penimbunan barang.
(5) Bupati Cq. Kepala Dinas Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III Peraturan ini dapat memberikan SKBP dengan
mempertimbangkan secara cermat faktor-faktor antara lain :
a. Kebiasaan yang lazim dilaksanakan oleh perusahaan yang
bersangkutan dalam memelihara stok dalam kondisi normal;
b. Jenis dan sifat barang yang dikaitkan dengan masa simpan dan
masa penjualan;
c. Sistem persediaan yang dilakukan oleh perusahaan;
d. Kecepatan pendistribusian dan penyerapan pasar;
e. Pertimbangan kondisi daerah/lokasi

9
Pasal 10
Kewenangan pemeriksaan dokumen SKPB terhadap adanya dugaan
penimbunan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4)
dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha
Kecil Menengah dan Penanaman Modal setempat terhadap pemilik,
pengelola dan atau penyewa gudang.

BAB VI
SANKSI
Pasal 11
(1) Pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 8
dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis oleh
Pejabat Penerbit TDG.
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang
waktu 1 (satu) bulan oleh Pejabat Penerbit TDG.
Pasal 12
(1) Pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang yang tidak
mengindahkan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) dikenakan sanksi pencabutan TDG.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan Pejabat
Penerbit TDG.
(3) Perusahaan yang telah dicabut TDG nya, dapat mengajukan
keberatan kepada Pejabat Penerbit TDG selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pencabutan.
(4) Pejabat Penerbit TDG sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
diterimanya permohonan keberatan dapat menerima atau menolak
permohonan tersebut secara tertulis disertai alasan-alasan.
(5) Apabila permohonan keberatan diterima, TDG yang telah dicabut
dapat diterbitkan kembali.
(6) Pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang yang telah dicabut
TDG nya dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh TDG
baru setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan.

10

Pasal 13
Pemilik, pengelola dan atau penyewa gudang yang dengan sengaja
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan
Pasal 9 ayat (3) dikenakan sanksi pidana sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 14
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 Peraturan Daerah ini diancam pidana
kurungan setinggi-tingginya 6 (enam) bulan dan atau denda
maksimal Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15
TDG yang telah diterbitkan secara sah sebelum berlakunya Peraturan
Daerah ini tetap berlaku dan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan harus mengadakan penyesuaian dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 16
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

11
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Ditetapkan di Muaradua
pada tanggal 22 Mei 2007
BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

MUHTADIN SERA’I
Diundangkan di Muaradua
pada tanggal 23 Mei 2007
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
OGAN KOMERING ULU SELATAN

M. ARDIN BACHTIAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
TAHUN 2007 NOMOR 12