Policy Brief RUU Kebudayaan

POLICY BRIEF
Koalisi Seni Indonesia adalah
organisasi berbadan hukum
perkumpulan. Tujuan didirikannya
KSI adalah mengembangkan
kesenian Indonesia dengan
mendorong terwujudnya
infrastruktur berkelanjutan yang
berperan maksimal menjaga
identitas keragaman untuk
meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia sebagai bagian
yang penting dalam dinamika
perkembangan masyarakat global.

Langkah yang ditempuh KSI guna
mewujudkan kehidupan kesenian
yang berkualitas, melalui:


Melakukan advokasi kebijakan

publik dalam bidang kesenian;



Mendorong secara aktif
terwujudnya infrastruktur yang
berkelanjutan;



Menggalang dan mengelola
sumber daya dari berbagai
pihak; dan



Membangun kesadaran dan
dukungan publik untuk kesenian.

KSI menjunjung keberagaman,

kesetaraan, kesukarelaan partisipasi
aktif masyarakat dalam mendukung
kegiatan yang transparan dan
akuntabel melalui kesenian. Upayaupaya yang sudah dilakukan
sebelumnya termasuk: memetakan
kebutuhan perkembangan dunia
kesenian Indonesia, mendorong
kebijakan Insentif Pajak sejak 2003
(bekerja sama dengan PSHK, PIRAC
dan PwC), mengangkat pencapaianpencapaian komunitas dan
organisasi kesenian Indonesia yang
sudah ada.

Mengapa Kita Butuh RUU Pengembangan
Kesenian, bukan RUU Kebudayaan?
oleh: Koalisi Seni Indonesia

A. BERBAGAI TEMUAN
Pelestarian Tanpa Strategi Pengembangan
Semangat yang terkandung dalam RUU Kebudayaan masih bersifat

perlindungan dan pelestarian warisan budaya serta ketakutan atas pengaruh
globalisasi terhadap kebudayaan lokal. Sementara yang sesungguhnya
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah strategi
pengembangan kebudayaan sebagai modal agar dapat bersaing di dunia
global. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya pasal-pasal yang
bersifat preservasi dan bukan untuk pengembangan kebudayaan.
Apabila materi dari RUU Kebudayaan tersebut hanya
menitikberatkan kepada perlindungan dan pelestarian
warisan budaya, maka Indonesia hanya akan terjebak pada
entitas kebudayaan kita di masa lalu. Pemerintah hanya akan
mengurusi produk-produk budaya warisan nenek moyang
saja, namun bukan untuk mengembangkan kebudayaan
Indonesia yang ada hari ini, kebudayaan yang berasal dari
perjalanan kultural masyarakat Indonesia. Sementara yang
dibutuhkan oleh Indonesia saat ini adalah revitalisasi dan
pengembangan kebudayaan agar masyarakat dapat
beradaptasi dan bersaing di dunia global.

Pengendalian Kebudayaan?
Koalisi Seni Indonesia melihat adanya keinginan yang kuat untuk

melakukan pengendalian terhadap kegiatan kebudayaan melalui
pembentukan suatu badan khusus. Tugas dan kewenangan dari badan khusus
tersebut meliputi:
1. Menetapkan kriteria kegiatan kebudayaan yang menimbulkan
dampak negatif terhadap masyarakat.
2. Menetapkan status kegiatan kebudayaan yang memimbulkan
dampak negatif terhadap masyarakat.

1|Policy

Brief RUU Kebudayaan – Koalisi Seni Indonesia

Koalisi Seni Indonesia
3. Meminta kepada pihak terkait untuk menindaklanjuti hasil penetapan
status kegiatan kebudayaan yang menimbulkan dampak negatif tersebut.
4. Melakukan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif kebudayaan.
Dengan adanya badan khusus tersebut maka nantinya akan ada seleksi yang
akan dilakukan terhadap mana kebudayaan yang dianggap baik dan dianggap
buruk terhadap kehidupan masyarakat. Lebih lanjut, hal tersebut juga dapat
diartikan bahwa badan khusus tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan

sensor terhadap kebudayaan yang dinilai memiliki dampak negatif terhadap
masyarakat.
Tugas Negara bukanlah mendefinisikan kebudayaan masyarakatnya,
melainkan mengakomodasi kebudayaan yang ada sebagai sebuah bentuk
pelayanan terhadap warga negara. Pengaturan yang demikian akan membelenggu
ekspresi dan kreatifitas masyarakat sebagai landasan dinamika kebudayaan itu
sendiri. Pembentukan badan khusus tersebut akan mengkhianati semangat
demokrasi yang telah diperjuangkan selama ini.

Standarisasi Dan Sertifikasi Seniman
Dimana letak urgensi pelaku seni perlu diberi standar tertentu dan juga
sertifikasi. Apakah akan diberlakukan praktek seniman bersertifikat dan
seniman tidak bersertifikat ? Apakah seniman bersertifikat adalah seniman yang
lebih kompeten dari seniman tidak bersertifikat? Apakah seniman yang tidak
bersertifikat bukanlah orang yang diakui oleh negara sebagai seniman?

memberikan beberapa
tanggapan dan catatan kritis
terkait materi RUU
Kebudayaan versi Desember

2015 atau sejumlah substansi
yang diperkirakan masih akan
muncul dalam naskah RUU
Kebudayaan terbaru yang
diharmonisasi oleh Badan
Legislasi.

Entah apa yang akan menjadi
tolak ukur dari standarisasi
maupun sertifikasi. Mengingat
kebudayaan khususnya seni
adalah hal yang tidak bisa
diukur dengan kaku dan
universal. Nilai estetik
kesenian adalah hal yang
penilaiannya subjektif, kembali
kepada pandangan masingmasing individu. Tentu saja
sangat sulit untuk membuat
sebuah tolak ukur bagi semua
pelaku kebudayaan.


Apakah RUU Kebudayaan cukup responsif merangkul setiap orang yang telah
mengabdikan dirinya untuk pengembangan kebudayaan. Misalnya pekerja seni
yang ada di belakang layar seperti penata suara, penata cahaya, dan penata gaya
dari sebuah pertunjukan? Apakah para pengajar seni bukan bagian dari SDM
kebudayaan yang penting untuk diperhatikan oleh RUU Kebudayaan?

B. USULAN
Melihat ketiga hal yang telah dipaparkan sebelumnya, Koalisi Seni Indonesia mendorong agar RUU
Kebudayaan yang ada saat ini diperbaiki menjadi RUU Pengembangan Kesenian. Hal tersebut akan lebih jelas dan
terarah tujuannya daripada sekedar melakukan konservasi kebudayaan seperti yang ada di dalam materi RUU
Kebudayaan. Sebab yang dibutuhkan saat ini adalah dukungan Pemerintah baik dari segi kebijakan maupun
infrastruktur agar terwujudnya ekosistem kesenian Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Koalisi Seni Indonesia
Jl. Amil Raya No. 7A
Pejaten Barat, Pasar Minggu
Jakarta 12510 – INDONESIA

2|Policy


Telpon & Fax
: (62)21-79197428
Email
: sekretariat@koalisiseni.or.id
Twitter
: @KoalisiSeni
Facebook
: Koalisi Seni Indonesia
Website : www.koalisiseni.or.id

Brief RUU Kebudayaan – Koalisi Seni Indonesia