Dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) terhadap potensi kandungan karbon dalam vegetasi hutan alam tropika

DAMPAK PEMANENAN KAYU DAN PERLAKUAN
SlLVlKULTUR TEBANG PlLlH TANAM JALUR (TPTJ)
TERHADAP POTENSI KANDUNGAN KARBON DALAM
VEGETASI HUTAN ALAM TROPIKA
(Studi Kasus di Areal IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

AJUN JUNAEDI

SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2007

PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Dampak Pemanenan Kayu dan
Perlakuan Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Terhadap Potensi
Kandungan Karbon Dalam Vegetasi Hutan Alam Tropika (Studi Kasus di Areal
IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah) adalah karya saya sendiri
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Bogor, September 2007

Ajun Junaedi
NIM €051050041

AJUN JUNAEDI. Dampak Pemanenan Kayu dan Perlakuan Silvikultur Tebang
Pilih Tanam Jalur (TPTJ) terhadap Potensi Kandungan Karbon dalam Vegetasi
Hutan Alam Tropika (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma,
Kalimantan Tengah). Dibimbing oleh ELlAS sebagai ketua dan ANDRY
INDRAWAN sebagai anggota.
Perubahan iklim global yang diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfir akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi
kehidupan manusia. Hutan alam tropika memiliki peran yang sangat penting
dalam menekan efek kenaikan gas rumah kaca tersebut melalui penyerapan
karbon dalam bentuk akumulasi biomassa. Kegiatan pemanenan kayu dan

perlakuan silvikultur sangat mempengaruhi potensi cadangan karbon vegetasi
yang ada di dalam hutan. Untuk itu penelitian ini ingin mengkaji seberapa besar
dampak kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ temadap
perubahan potensi cadangan karbon vegetasi di atas perrnukaan tanah.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk membandingkan perubahan
komposisi dan struktur vegetasi akibat kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan
silvikultur TPTJ pada areal bekas tebangan umur 0, 2, 3, 4 tahun dengan hutan
primer; (2) untuk membandingkan potensi cadangan karbon di areal bekas
tebangan TPTJ umur 0,2,3,4 tahun dengan hutan primer.
Penelitian ini dilakukan di areal IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu) PT Sari Bumi Kusuma, Unit Seruyan Kalimantan Tengah pada areal
bekas tebangan TPTJ umur 0,2,3,4 tahun dan hutan primer. Potensi cadangan
karbon vegetasi di duga dari besamya biomassa vegetasi, dimana 50% dari
biomassa adalah karbon (Brown 1997). Pendugaan biomasa vegetasi
menggunakan persamaanAllometrik yang dibuat oleh Ketterings et. a1 (2001).
Hasil penelitian ini menunjukkan tejadinya perubahan komposisi dan
struMur vegetasi di areal bekas tebangan TPTJ dibandingkan dengan hutan
primer yang diindikasikan dengan berkurangnya jumlah jenis yang ditemukan,
terjadinya penggantian dominansi tingkat puhon dan perubahan struktur
vegetasi. lndeks keanekaragaman jenis di areal bekas tebangan TPTJ berkisar

antara 2,14 sampai 2,86 lebih rendah dibandingkan dengan hutan primer
(2,15 sampai 3,07). Komposisi jenis pohon kelompok Dipterocarpaceae di areal
bekas tebangan TPTJ rata-rata lebih rendah (23.14%) dibandingkan dengan
hutan primer (31,46%). Secara umum di areal bekas tebangan TPTJ dan hutan
primer sebagian besar vegetasi didominasi oleh jenis Non Komersial.
Cadangan karbon vegetasi di atas permukaan tanah di areal bekas
tebangan TPTJ berkisar antara (57,68
107,71 ton Clha) lebih rendah
dibandingkan dengan hutan primer (229,33 ton Cha). Cadangan karbon di areal
bekas tebangan TPTJ menunjukkan trend yang semakin meningkat seiring
dengan semakin bertambahnya umur areal bekas tebangan. Vegetasi tingkat
pohon merupakan komponen penyusun cadangan karbon terbesar, baik di hutan
primer maupun di areal bekas tebangan TPTJ.
Tidak adanya korelasi yang kuat antara indeks keanekaragaman jenis
dengan potensi cadangan karbon vegetasi di atas pennukaan tanah dengan nilai
r = 0,43, sehingga indeks keanekaragaman jenis tidak bisa digunakan untuk
menduga besarnya potensi cadangan karbon.

-


Kata Kunci :dampak pemanenan kayu, TPTJ, potensi karibon, hutan alam trqoka

ABSTRACT

AJUN JUNAEDI. The Impact of Timber Harvesting and TPTJ (Selected Logging
and Strip Planting) Silviculture System on Carbon Content Potency in Tropical
Forests (A Case Study in IUPHHK Areas of PT Sari Bumi Kusuma, Central
Kalimantan). Under direction of Elias and Andry Indrawan.
Timber harvesting and TPTJ silviculture treatment have a significant impact
on carbon stock potency in tropical natural forests. The aims of this study are,
therefore: (1) to compare the alteration of both species composition and forest
structure as a result of timber harvesting activities and TPTJ silviculture treatment
in tropical natural forests in areas of TPTJ 0, 2, 3, 4 years and virgin forests; (2)
to compare carbon potency of tropical natural forest vegetation in the areas of
TPTJ 0, 2, 3, 4 years and virgin forests. The research was conducted in IUPHHK
PT Sari Bumi Kusuma, Seruyan Unit Central Kalimantan. The potency of
vegetation carbon was estimated from the amount of vegetation biomass. Such
estimation was made by using Allometric equation according to Ketterings et a/,
(2001). The result of this study indicated that the impact of both timber harvesting
and TPTJ silviculture treatment leads to the alteration of not only species

composition but also forest structure in TPTJ areas. Vegetation carbon stock
above the ground in TPTJ areas ranges between 57,68 and 107,71 ton Cha,
significantly lower than that in virgin forests (229,33 ton Cha). Furthermore, the
carbon stock in TPTJ areas shows a raising trend in line with the age of TPTJ
areas.

Keywords: timber harvesting impact, TPTJ, can5on potency, tropical natural
forests

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2007
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
7. Dilarang mengutip sebagian atau selumh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan krifk atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan mempenbanyak sebagian atau
selumh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB


DAMPAK PEMANENAN KAYU DAN PERLAKUAN
SILVIKULTUR TEBANG PlLlH TANAM JALUR (TPTJ)
TERHADAP POTENSI KANDUNGAN KARBON DALAM
VEGETASI HUTAN ALAM TROPIKA
(Studi Kasus di Areal IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan ~engah)

AJUN JUNAEDI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi llmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis


Nama
NIM

: Dampak Pemanenan Kayu dan Perlakuan Silvikultur
Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Terhadap Potensi
Kandungan Karbon dalam Vegetasi Hutan Alam
Tropika (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT Sari Bumi
Kusuma, Kalimantan Tengah)
: Ajun Junaedi
: E051050041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Elias

Prof. Dr. Ir. Andw Indrawan, MS

Ketua


Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
llmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F

Tanggal Ujian : 7 September 2007

Tanggal Lulus :

1 8 SEP 2007

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul
dari tesis ini adalah "Dampak Pemanenan Kayu dan Perlakuan Silvikultur Tebang
Pilih Tanam Jalur (TPTJ) terhadap Potensi Kandungan Karbon dalam Vegetasi

Hutan Alam Tropika (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT Sari Bumi Kusuma,
Kalimantan Tengah)" .
Tesis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait,
khususnya bagi para pengambil keputusan dalam pengelolaan hutan alam
(Departemen Kehutanan) dan para pengusaha yang bergerak di bidang
kehutanan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan tesis ini diantaranya :

1. Prof. Dr. Ir. Elias dan Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan arahan dan rnasukan sehingga tesis ini
dapat diselesaikan
2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku penguji luar komisi dalam ujian tesis

3. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi llmu Pengetahuan
Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah
rnemberikan sumbangsih yang

sangat


besar

bagi

penulis dalam

menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB
4. Segenap pimpinan dan staf Alas Kusuma Group di Pontianak yang telah

memberikan ijin lokasi dalam penelitian ini, khususnya kepada Bapak
Ir. Gusti Hardiansyah, M.Sc.QAM
5. Segenap pimpinan dan staf PT Sari Bumi Kusuma yang berada di Camp

Nuak, khususnya Camp TPTJ Km 53

6. lstri (Sri Dinia Purnamawati, S.Hut) dan anak (Tammara Audina Putri) yang
tercinta yang selama ini dengan sabar memberikan dorongan dan semangat
dan selalu berdoa terus menerus agar penulis dapat menyelesaikan studi di
IPB


7. Bapak (Madhari) dan Ibu (Yustati) (almarhumah), adik-adikku yang tersayang
serta seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu per satu disini yang
selalu memberikan domngan, semangat dan berdoa tidak putus-putusnya
demi tercapainya cita-dta penulis

8. Sedek Karepesina, SP., M.Si; Ramadhan Fitri, S.Hut, M.Si; Aah Ahmad

Almulqu, S.Hut; Nesa Rosalia, S.Hut dan teman-teman mahasiswa Sekolah
Pascasarjana IPB lainnya, khsususnya mahasiswa llmu Pengetahuan
Kehutanan (IPK) angkatan 2005 yang tidak bisa disebutkan namanya satu
per satu
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua pihak.

Bogor, September 2007

Ajun Junaedi

Penulis dilahirkan di Ciomas, Bogor pada tanggal 14 Nopember 1971 dari
ayah Madhari dan ibu Yustati (Almarhumah). Penulis merupakan anak pertama
dari tujuh bersaudara.
Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor, kemudian melanjutkan
studi program sarjana pada Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor Jurusan
Teknologi Hasil Hutan dan lulus pada Tahun 1996. Setelah lulus dari program
sarjana penulis bekerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang kehutanan
sampai tahun 1999. Pada tahun 1999 sampai sekarang penulis bekerja sebagai
staf pengajar pada Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Hutan Universitas
Palangka Raya, KalimantanTengah. Tahun 1998 penulis menikah dengan Sri
Dinia Purnamawati, S.Hut dan telah dikaruniai seorang putri yang bernama
Tammara Audina Putri.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana lnstitut
Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi llmu
Pengetahuan Kehutanan.

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Kerangka Pemikiran.............................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
3
3
5
5
5

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Alam Tropika ......................................................................
Dampak Pemanenan Kayu terhadap KerusakanVegetasi di Hutan
Alam Tropika .....................................................................................
Dampak Perlakuan Silvikultur TPTJ Terhadap Vegetasi Hutan Alam
Tropika ...........................................................................................
Pendugaan Biomassa dan Karbon daiam Komunitas Hutan ................
Potensi Stok Karbon di Hutan Alam Tropika.........................................

9
10
13

KEADAAN UMUM LOKASI PENELlTlAN
Letak dan Luas.....................................................................................
Pengelolaan Hutan..............................................................................
Kondisi Fisik Lokasi.............................................................................
Kondisi Vegetasi .............................................................................

14
46
17
19

6
8

METODOLOGI PENELlTlAN
Lokasi dan WaMu Penelitian................................................................
Bahan dan Alat.....................................................................................
Data yang Dikumpulkan.......................................................................
Prosedur Pengumpulan Data di Lapangan...........................................
Analisis Vegetasi ............................................................................
Pendugaan Biomassa di Atas Permukaan Tanah...........................
Analisis Data .......................................................................................
Komposisi dan Struktur Vegetasi....................................................
lndeks Keanekaragaman Jenis ......................................................
lndeks Kesamaan Komunitas.........................................................
Penentuan Biomassa Vegetasi di Atas Permukaan Tanah .............
Penentuan Karbon Vegetasi di Atas Permukaan Tanah .................
Analisis Statistik .............................................................................

HASlL DAN PEMBAHASAN
Komposisi dan StruMur Vegetasi ........................................................ 31
KomposisiVegetasi.......................................................................
31
StruMur Vegetasi ............................................................................ 37

Halaman
lndeks Keanekaragaman Jenis ............................................................
lndeks Kesamaan Komunitas...............................................................
Biomassa Vegetasi di Atas Perrnukaan Tanah.....................................
Biomassa Vegetasi Tingkat Pohon .................................................
Biomassa Vegetasi Tingkat Tiang ..................................................
Biomassa Vegetasi Tingkat Pancang .............................................
Biomassa Vegetasi Tumbuhan Bawah dan Tingkat Semai ............
Karbon Vegetasi di Atas Perrnukaan Tanah .........................................
Potensi Cadangan Karbon Vegetasi Tingkat Pohon .......................
Potensi Cadangan Karbon Vegetasi Tingkat Tiang ........................
Potensi Cadangan Karbon Vegetasi Tingkat Pancang ...................
Potensi Cadangan Karbon Vegetasi Tumbuhan Bawah dan
Tingkat Semai ................................................................................
Hubungan lndeks Keanekaragaman Jenis dengan Potensi
Cadangan Karbon Vegetasi .................................................................
KESlMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................
Saran .............................................................................................

65
66

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

67

LAMPIRAN ................................................................................................... 72

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Persamaan allometrik untuk menduga biomassa di hutan tropika

berdasarkan perbedaan curah hujan.......................................................

2. Tahapan kegiatan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)....

11
17

3. Rekapitulasi data curah hujan bulanan di camp TPTJ periode
tahun 2003 sampai 2006 .........................................................................

19

4. Jumlah jenis tumbuhan bawah, semai dan pancang yang
di temukan di hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ...................

31

5. Jumlah jenis tingkat tiang dan pohon yang ditemukan
di hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ .....................................

33

6. lndeks Nilai Penting (INP) sepuluh jenis pohon dominan di
hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ.........................................

35

7. Kerapatan tingkat pohon di lokasi hutan primer dan areal bekas
tebangan TPTJ ......................................................................................

37

8. Kerapatan tingkat tiang di lokasi hutan primer dan areal bekas
tebanganTPTJ .......................................................................................

38

9. Kerapatan tingkat pancang di lokasi hutan primer dan areal bekas
tebangan TPTJ .................................................................................

39

10. Kerapatan tingkat semai di lokasi hutan primer dan areal bekas
tebangan TPTJ .......................................................................................

40

11. Kerapatantumbuhan bawah di lokasi hutan primer dan areal bekas
tebangan TPTJ .......................................................................................

41

12. Struktur vegetasi berdasarkan sebaran kelas diameter di hutan
primer dan areal bekas tebangan TPTJ ..................................................

42

13. lndeks keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang, pancang, semai
dan tumbuhan bawah di areal TPTJ dan hutan primer ............................

43

14. lndeks kesamaan komunitas tingkat pohon di lokasi hutan primer
dan areal bekas tebangan TPTJ ..........................................................

45

15. lndeks kesamaan kornunitas tingkat tiang di lokasi hutan primer
dan areal bekas tebangan TPTJ ...........................................................

46

16. lndeks kesamaan komunitas tingkat pancang di lokasi hutan
primer dan areal bekas tebangan TPTJ ..................................................

47

17. lndeks kesamaan komunitas tingkat semai di lokasi hutan
primer dan areal bekas tebangan TPTJ ..................................................

48

18. lndeks kesamaan komunitas tumbuhan bawah di kkasi hutan
primer dan areal bekas tebangan TPTJ .................................................

48

19. Potensi cadangan biomassa vegetasi di atas permukaan tanah
di lokasi hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ ...........................

49

Halaman
20. Biomassa dan serasah halus di hutan tropika basah di Malaysia
dan Pulau lrian........................................................................................

49

21. Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat pohon di lokasi
hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ.........................................

51

22. Potensi cadangan biornassa vegetasi tingkat tiang di lokasi hutan
primer dan areal bekas tebangan TPTJ ..................................................

52

23. Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat pancang di lokasi
hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ.........................................

54

24. Potensi cadangan biomassa vegetasi tingkat sernai dan turnbuhan
bawah di lokasi hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ................

54

25. Potensi cadangan karbon vegetasi di lokasi hutan primer dan
areal bekas tebangan TPTJ ...................................................................

55

26. Cadangan karbon di atas permukaan tanah sebelum dan setelah
kegiatan pernanenan hutan di Asia dan Indonesia .................................

57

27. Potensi cadangan karbon vegetasi tingkat pohon di hutan primer
dan areal bekas tebangan TPTJ .............................................................

59

28. Potensi cadangan karbon vegetasi tingkat tiang di hutan primer dan
areal bekas tebangan TPTJ ....................................................................

61

29. Potensi cadangan karbon vegetasi tingkat pancang di hutan primer
dan areal bekas tebangan TPTJ .............................................................

62

30. Potensi cadangan karbon vegetasi tingkat semai dan tumbuhan
bawah di hutan primer dan areal bekas tebangan TPTJ .........................

63

DAFTAR GAMBAR
Halaman
l a. Flow chart dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur
TPTJ terhadap potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah ........

4

Ib. Flow chart pendugaan potensi cadangan karbon dalam vegetasi
Hutan alam tropika ..................................................................................

4

2. Peta lokasi penelitian ..............................................................................

15

3. Teknis penerapan sistem TPTJ di Areal IUPHHK PT. Sari Bumi
Kusuma..................................................................................................

17

4. Lokasi penelitian berdasarkan ketinggian dari permukaan laut ...............

18

5. PCP analisis vegetasi pada areal bekas tebangan 0 tahun ................... 22
6. PCP analisis vegetasi pada areal bekas tebangan 2 tahun ..................... 23

7. PCP analisis vegetasi pada areal bekas tebangan 3 tahun ..................... 23
8. PCP analisis vegetasi pada areal bekas tebangan 4 tahun ..................... 24
9. PCP analisis vegetasi pada lokasi hutan primer...................................... 24
10. Desain pengambilan contoh vegetasi tingkat semai dan
tumbuhan bawah dalam PCP pada setiap lokasi penelitian .................... 26

.

I 1 Struktur vegetasi berdasarkan kelas diameter di setiap lokasi
Penelitian................................................................................................ 43

12. Perubahan cadangan karbon akibat kegiatan pemanenan
kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ ........................................................

57

13. Persentse laju peningkatan cadangan karbon di areal bekas
tebangan TPTJ ................................................................................... 58
14. Grafik hubungan cadangan karbon vegetasi dan indeks
keanekaragamanjenis ...........................................................................

64

DAFTAR LAMPIRAN

Halarnan

1. Daftar narna jenis pohon yang diternukan di lokasi penelitian .................
2. Daftar nama jenis turnbuhan bawah yang ditemukan di lokasi
penelitian ................................................................................................

3. Daftar narna jenis pohon dan kerapatan kayu dalam kategori sedang.. ..
4. Rekapitulasi data analisis vegetasi pada lokasi penelitian.......................
5. Data hasil analisis laboratorium biomassa dan karbon vegetasi tingkat
semai dan turnbuhan bawah di hutan primer...........................................
6. Data hasil analisis laboratorium biomassa dan karbon vegetasi tingkat
semai dan turnbuhan bawah di areal bekas tebangan 0 tahun ................
7. Data hasil analisis laboratoriurn biomassa dan karbon vegetasi tingkat
semai dan turnbuhan bawah di areal bekas tebangan 2 tahun ................
8. Data hasil analisis laboratoriurn biomassa dan karbon vegetasi tingkat
semai dan turnbuhan bawah di areal bekas tebangan 3 tahun ................
9. Data hasil analisis laboratorium biornassa dan karbon vegetasi tingkat
semai dan turnbuhan bawah di areal bekas tebangan 4 tahun ................
10. Rekapitulasi cadangan biomassa dan karbon vegetasi di lokasi
penelian ................................................................................................

II.
Hasil analisis sidik ragam cadangan karbon di semua lokasi
penelitian pada taraf nyata 5 % ...............................................................

72

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Isu lingkungan mengenai perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi
gas rumah kaca (C02, CH4, N20, HFCs) ke lapisan atmosfir merupakan salah
satu isu penting yang mendapat sorotan dunia saat ini. Laju kenaikan konsentrasi
gas rumah kaca dapat mengakibatkan pemanasan global di muka bumi.
Pemanasan global dapat diartikan sebagai kenaikan temperatur muka bumi
secara perlahan yang berakibat pada pe~bahaniklirn global di muka bumi yang
berdampak negatiif terhadap keberlangsungan kehidupan manusia.
Peningkatan efek dari gas rumah kaca tersebut mendapat perhatian yang
cukup serius dari negara-negara di dunia. Pada tahun 1997 melalui Protokol
Kyoto (PK) telah disepakati bahwa negara-negara maju diharuskan mengurangi
emisi gas rumah kaca paling sedikii 5% dari tingkat emisi tahun 1990 dalam
periode komitmen pertama yaitu tahun 2008

-

2012 (Mudiyarso 2003).

Penekanan emisi boleh dilakukan di negara lain melalui makanisme Protokol
Kyoto

yaitu Emission Trading (ET), Joint Implementation (JI) dan Clean

Development Mechanism (CDM). Mekanisme PK yang dilakukan di negara
berkembang adalah CDM dimana dalam mekanisme ini negara maju
melaksanakan proyek penekanan emisi atau peningkatan serapan gas rumah
kaca di negara berkembang. Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor
yang dimasukan dalam skerna CDM yang diharapkan dapat menekan laju
kenaikan konsentrasi gas rumah kaca.
Diantara beberapa gas rumah kaca tersebut, C02 memiliki jumlah yang
paling berlirnpah. Ekosistem hutan memainkan peranan penting dalam
mengurangi perubahan iklim. Peran sektor kehutanan, khususnya hutan tropis
dalam menekan efek kenaikan konsentrasi gas rumah kaca (Con) adalah melalui
penyerapan karbon dalarn bentuk akumulasi biomassa. Biornassa vegetasi hutan
berisi cadangan karbon yang sangat besar yang dapat menjaga dan memberikan
keseimbangan siklus karbon di muka bumi (Elias 2002). ~ e l a i nberfungsi sebagai
penyerap karbon, hutan juga sebagai sumber emisi karbon melalui proses
respirasi.
A M f i s kehutanan sangat mempengaruhi potensi cadangan karbon yang
ada di dalam hutan. Diantara beberapa aktifitas kehutanan yang mempengaruhi

potensi cadangan karbon hutan adalah kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan
silvikultur yang digunakan. Kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur di
hutan alam tropika di lndonesia yang dilakukan oleh para pemegang ljin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berperan sebagai faktor penting yang
menentukan tinggi rendahnya cadangan karbon di hutan alam tropika.
Kegiatan pemanenan kayu dan sistem silvikultur dalam pengelolaan hutan
lestari merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Sampai saat ini
sistem silvikultur yang digunakan di hutan alam tropika lndonesia adalah sistem
silvikultur TPTl (Tebang Pilih Tanam Indonesia), sistem silvikultur TPTll (Tebang
Pilih Tanam lndonesia Intensif) dan sistem silvikultur TPTJ (Tebang Pilih Tanam
Jalur).
Sistem silvikultur TPTJ adalah sistem silvikultur yang meliputi cara tebang
pilih dengan batas diameter minimal 40 cm diikuti dengan permudaan buatan
dalam jalur. Sistem silvikultur TPTJ dilaksanakan pada kawasan hutan alam
produksi yang termasuk kategori hutan tanah kering dataran rendah dan di
kawasan lain yang memungkinkan sesuai Ketetapan Menteri Kehutanan
N0.435iKpts-Ili1997.
Kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur di hutan alam tropis
dapat menimbulkan perubahan terhadap ekosistem hutan yang cukup besar.
Dampak dari kegiatan pemanenan kayu di hutan alam,
mengakibatkan

antara lain

kerusakan vegetasi hutan (tegakan tinggal dan tumbuhan

bawah) dan kerusakan tanah. Hasil penelitian (Bertault and Sist, 1997;
Elias, 1998) menyimpulkan bahwa dampak dari kegiatan pemanenan kayu
dengan sistem TPTl mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal

-

-

sebesar

25 45% dan keterbukaan areal sebesar 20 35%.
Lasco (2002) menyatakan bahwa aMfias

pemanenan kayu berperan
dalam menurunkan cadangan karbon di atas permukaan tanah minimal 50%.
Di hutan tropis Asia penurunan cadangan karbon akibat aktiitas pemanenan
kayu berkisar antara 22 - 67%.
Penelitian mengenai keberadaan potensi cadangan karbon di hutan alam
tropis akibat kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ sangat
penting untuk dilakukan. Hal ini untuk mengkaji seberapa besar dampak kegiatan
pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ terhadap potensi cadangan
karbon vegetasi.

Perumusan Masalah
Laju deforestasi hutan alam tropika di Indonesia saat ini sudah sangat
mengkhawatirkan, ha1 ini berpengaruh terhadap proses penyerapan C02 dari
atmosfir yang dapat mempengaruhi kondisi iklim global, yaitu menimbulkan efek
gas rumah kaca. Pohon-pohon di dalam hutan menggunakan C02 dalam proses
fotosintesis yang menghasilkan O2dan energi. Sebagian energi hasil fotosintesis
tersebut disimpan dalam bentuk biomassa vegetasi. Brown (1997) menyatakan
bahwa 50% dari biomassa vegetasi tersusun atas karbon.
Kegiatan pemanenan kayu dan tindakan-tindakan silvikultur di hutan alam
yang sampai saat ini dilakukan oleh pemegang IUPHHK

mengakibatkan

terjadinya perubahan komposisi dan struktur vegetasi hutan. Perubahan
komposisi dan struktur vegetasi hutan berakibat terhadap kemampuan vegetasi
hutan tersebut untuk menyerap ataupun melepaskan karbon ke atmosfir.
Brown et a/. (1999) menyatakan bahwa

penyimpanan karbon pada

vegetasi hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu diantaranya iklim,
topografi, karakteristik lahan, komposisi dan jenis tanaman dan perbedaan siklus
pertumbuhan tanaman. Sedangkan Proses pelepasan cadangan karbon ke
atmosfir dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya intensitas pemanenan
hutan serta proses dekomposisi (Ojima et a/. 1996).
Atas dasar uraian perrnasalahan yang dikemukakan di atas maka timbul
beberapa pertanyaan yang perlu di jawab dalam penelitian ini :
1. Seberapa besar terjadinya perubahan komposisi dan struktur vegetasi hutan
alam akibat kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ pada
areal bekas penebangan umur 0, 2, 3, 4 tahun jika dibandingkan dengan
vegetasi hutan primer ?
2. Berdasarkan inforrnasi dari jawaban permasalahan 1 di atas, seberapa besar

perbedaan potensi cadangan karbon vegetasi hutan alam pada areal bekas
penebangan umur 0,2,3,4 tahun dan areal hutan primer?

Kerangka Pemikiran
Aktifias pemanenan kayu dan perlakuan silvikubr merupakan faktor yang
berperan pnting dalam menentukan potensi cadangan karbon. Komposisi dan
struldur hutan alam b-opika yang berubah akan berakibat terhadap potensi
penyerapan karbon oleh vegetasi hutan. Gambar l a dan 1b menjelaskan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

f

Hutan Alam
Tropika

i

*

Pelepasan Karbon

I

ii
Atmosfir

4

Penyerapan Karbon

i

Pemanenan Kayu dan
Perlakuan Silvikultur TPTJ

Pelepasa Ka -bon
dan Penyerap n k :arbon

I
Perlakuan Silvikultur TPTJ

I

Perubahan Potensi Cadangan
Karbon di atas Permukaan Tanah

Perubahan Komposisi dan
Struktur Vegetasi Hutan

Gambar l a Flow chart dampak pemanenan kayu dan perlakuan silvikuitur TPTJ
terhadap potensi cadangan karbon di atas perrnukaan tanah.

V e g M Tingkat Sernai dan
Tumbuhan Bawah

B e r d i i t e r 2 5 crn

T

Pendugaan Biornassa Secara
Tidak Langsung (Non Desfn~Mif)
dengan Persamaan Allometrik :
Biomassa = f (Diameter)

Secara Langsung

I
Tanah di Hutan Alam Tropika

+
Potensi Cadangan Karbon di Atas
Permukaan Tanah Pada Hutan Alam Tropika

Gambar l b Flow chart pendugaan potensi cadangan karbon dalam vegetasi
hutan alam tropika.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk membandingkan perubahan
komposisi dan struktur vegetasi hutan akibat kegiatan pemanenan kayu dan
perlakuan silvikultur TPTJ di hutan alam tropika pada areal bekas tebangan umur
0, 2, 3, 4 tahun dengan hutan primer; (2) untuk membandingkan potensi
cadangan karbon vegetasi hutan alam tropika pada areal bekas tebangan umur
0,2,3,4 tahun dengan hutan primer.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
kuantitaffl mengenai perubahan komposisi dan struktur vegetasi dan besarnya
potensi cadangan karbon vegetasi di atas permukaan tanah akibat kegiatan
pemanenan kayu dan tindakan silvikultur TPTJ. Dengan tersedianya data ini
diharapkan dapat dijadikan dasar acuan dalam perencanaan pengelolaan hutan
yang lestari.

Hipotesis
Berdasarkan tujuan yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa
hipotesis berikut ini :

1. Terjadi perubahan komposisi dan struktur vegetasi hutan akibat kegiatan
pemanenan kayu dan perlakuan silvikultur TPTJ di hutan alam tropika.
2. Tejadi perbeciaan potensi cadangan karbon vegetasi di hutan alam primer
dan areal bekas penebangan TPTJ.

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Alam Tropika
Menurut Soerianegara dan lndrawan (1988), hutan adalah masyarakat
tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon yang mempunyai keadaan
lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Departemen kehutanan
(1992) mendefiniskan hutan sebagai suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon

yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta
alam lingkungannya atau ekosistem.
Hutan alam tropika merupakan suatu komunitas tumbuhan yang bersifat
selalu hijau, selalu basah dengan tinggi tajuk sekurang-kurangnya 30 m serta
mengandung spesies-spesies efifit berkayu dan herba yang bersifat e f f i
(Schimper 1903, diacu dalam Mabberiey 1992).
Hutan alam tropika merupakan habitat yang paling kaya serta kompleks.
Hutan ini terdapat di wilayah tropika dengan suhu relatii seragam berkisar antara
25

- 30° C, serta curah hujan yang tinggi berkisar antara 2000 mm - 3000 mm

per tahunnya (Ewusie 1990). Richard (1995); Whitemore (1998), diacu dalam
Turner (2001) menyatakan bahwa tipe vegetasi yang ada di hutan alam tropika
merupakan tipe vegetasi daerah equator yang essensial dan merupakan
biornassa yang hygrofilik (suka air).
Whitemore (1986) mengernukakan bahwa hutan hujan tropika adalah suatu
komunitas yang komplek dengan kerangka utama adalah pepohonan dengan
berbagai ukuran. Adanya kanopi hutan menyebabkan iklim mikro yang berbeda
dengan keadaan di luar, cahaya yang kurang, kelembaban yang tinggi dan suhu
yang rendah.
Berdasarkan luasannya hutan alam tropika di lndonesia menempati urutan
ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (dulunya Zaire) dan hutanhutan ini memiliki kekayaan yang unik. Menurut Forest Watch lndonesia (2001)
bahwa tipe-tipe

hutan utama di Indonesia berkisar dari hutan-hutan

Dipterocarpaceae dataran rendah yang selalu hijau di Sumatera dan Kalimantan,
sampai hutan-hutan monsun musiman dan padang savana di Nusa Tenggara,
serta hutan-hutan non Dipterocarpaceae dataran rendah dan kawasan alpin di
Papua.

Hutan alam tropika di Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang tinggi karena memiliki IIpersen spesies tumbuhan yang terdapat di dunia,
10 persen spesies mamalia dan 16 persen spesies burung (Forest Watch
lndonesia 2001).
Keberadaan hutan alam tropika merupakan bagian yang terpenting dalam
menunjang kehidupan secara keseluruhan. Hutan tropika merupakan jalur hijau
sepanjang equator + 10' LUILS, atau kira-kira hanya 8% dari seluruh daratan di
bumi, tetapi merupakan habitat dari lebih 50% tumbuhan kayu yang ada. Selain
itu hutan tropika merupakan ekosistem yang paling komplek dan paling tinggi
keaneragamannya (Soerjani 1990).
Ciri-ciri hutan alam tropika menurut Richard (1966)- diacu dalam
Turner (2001) adalah sebagai berikut :
a. Hutan alam tropika terdiri dari banyak jenis tumbuhan berkayu dan umumnya
kaya akan jenisjenis dengan ukuran tinggi dan diameter yang besar
b. Mempunyai banyak jenis kodominan, tetapi dapat juga hanya terdiri dari

beberapa jenis saja. Jenis-jenis tersebut memperlihatkan gambaran umum
yang sama yaitu batangnya berbanir, lurus dan dekat tajuknya t i a k
bercabang
c. Umumnya susunan tajuknya terdiri dari dua sampai tiga lapisan, sedangkan
tumbuhan bawah terdiri dari perdu dan permudaan atau tunas-tunas dari
jenisjenis pohon lapisan bawah

d. Selain jenis pokok, pada umumnya mempunyai banyak jenis-jenis efifit,
tumbuhan pemanjat, palma dan pandan
e. Merupakan vegetasi klimaks di daerah khatulistiwa, masingmasing jenis
tumbuh-tumbuhan di dalamnya mempunyai sifat-sifat hidup yang berbeda,
tetapi dengan kondisi edafis dan Wimatdogi tertentu mereka membentuk
suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang seimbang
Saat ini keberadaan hutan alam tropika di lndonesia sudah sangat
mengkhawatirkan, laju deforestasi dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Kerusakan hutan alam tropika ini dikarenakan para pengelola hutan dalam
melakukan pengelolaan hutan tidak menerapkan prinsip pengelolaan hutan yang
berkesinambungan.
Pengelolaan hutan alam tropika yang dilakukan oleh para pemegang ljin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dilakukan di areal hutan
produksi. Sampai saat ini sistem silvikultur yang digunakan deh pemegang

IUPHHK dalam pengelolaan hutan alam tropika menggunakan sistem silvikultur
TPTI. Sistem silvikultur TPTl merupakan salah satu bentuk pengelolaan hutan
alam tropika Indonesia pada hutan tak seumur, bertujuan untuk mewujudkan
hutan dengan komposisi dan struktur yang optimal dan lestari sesuai dengan
sifat-sifat biologi dan keadaan tempat tumbuh aslinya (Departemen Kehutanan
1999). Selain TPTl Departemen Kehutanan juga memperkenalkan sistem
silvikultur TPTJ. Sistem silvikultur TPTJ tersebut pernah diterapkan di PT Sari
Bumi Kusuma dan PT Erna Djuliawati.

Dampak Pemanenan Kayu Terhadap
Kerusakan Vegetasi di Hutan Alam Tropika
Dampak dari kegiatan pemanenan kayu di hutan alam tropika salah satunya
adalah dapat mengakibatkan kerusakan terhadap vegetasi yang ditinggalkan
seperti vegetasi tegakan tinggal. Kerusakan tersebut dapat berupa tumbang atau
roboh, luka-luka pada batang, kerusakan tajuk, kerusakan terhadap anakan alam
(vegetasi tingkat semai).
Menurut Elias (1998) tingkat kerusakan vegetasi tegakan tinggal ditetapkan
berdasarkan perbandingan antara jumlah pohon yang rusak akibat kegiatan
pemanenan kayu dengan jumlah pohon yang terdapat di dalam areal tersebut
sebelum pemanenan dikurangi jumlah pohon yang dipanen.
Tingkat kerusakan tegakan tinggai di hutan alam tropika dapat dipengaruhi
oleh teknik pemanenan kayu yang digunakan. Kegiatan pemanenan kayu dengan
sistem Convensional Logging mengakibatkan kerusakan yang besar pada
tegakan tinggal dan tanah (Pinard et a/. 1995; Hendrison 1990; Elias 1995).
Sistem pemanenan dengan teknik Reduced Impact Logging dapat menekan
tingkat kerusakan tegakan tinggal sampai 48% dan kerusakan tanah dapat
ditekan sampai 50%, areal yang terbuka akibat pembuatan jalan hutan dapat

ditekan sebesar 68% (Sukanda 2002).
Kerusakan tegakan tinggal di hutan alam akibat kegiatan pemanenan
dengan sistem Convensional Logging (CL) disebabkan oleh

kegiatan

penyaradan, yaitu pohon rebah 88,32%, condong 4,47%, luka batangkulit

4,47%, tusak tajuk, banir dan batang 2,74% (Eiias 1993). Beberapa hasil
penelitian menyimpulkan bahwa dampak pemanenan hutan alam di Indonesia
diakibatkan oleh kegiatan penebangan dan penyaradan yang menyebabkan

kerusakan tegakan tinggal sebesar 25

- 45% dan keterbukaan areal sebesar

20 - 35% (Bertault dan Sist 1997; Elias 1998).

Menurut hasil penelitian FA0 (1998) di hutan hujan tropika Afrika dan
Amerika Selatan menunjukkan bahwa kegiatan pemanenan hutan dengan
menggunakan teknik pemanenan konvensional (Convensional Logging) dapat
merusak tegakan tinggal dan kerusakan tanah yang cukup besar berkisar yaitu
antara 5 - 50% .
Di hutan hujan tropis Amazon di Brasil menurut hasil penelitian
Johns et a/. (1996) menunjukkan bahwa sistem pemanenan kayu dengan teknik
Reduced Impact Logging dapat menekan tingkat kerusakan tegakan tinggal dan
secara ekonomi volume kayu per ha yang dihasilkan sangat menguntungkan
dibandingkan dengan menggunakan teknik Convensional Logging.
Hasil penelitian ClFOR (1998) di beberapa negara di dunia
Malaysia, Brazil,

seperti

Indonesia, Cameroon, Bolivia, Tanzania dan Zambia

menunjukkan bahwa kerusakan tegakan tinggal dan tanah akibat kegiatan
pemanenan hutan di hutan hujan tropika dapat ditekan sampai 25% dengan
menggunakan teknik Reduced Impact Logging.

Dampak Perlakuan Silvikultur TPTJ Terhadap
Vegetasi Hutan Alam Tropika
Sistem silvikultur TPTJ adalah sistem tebang pilih yang menebang pohon
dengan diameter minimal 40 crn (40 cm Up) yang diikuti dengan permudaan
buatan dengan sistem jalur.

Pada sistem silvikultur ini terdapat jalur bersih

selebar 3 m untuk kegiatan penanaman pohon semi toleran dengan jarak tanam

5 m x 5 rn dan jarak antar jalur penanaman adalah 25 m.

Sutisna (2001) menyatakan bahwa tujuan dari penerapan sistem silvikultur
TPTJ adalah agar kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan secara lebih
intensif dengan melakukan tindakan-tindakan silvikultur melalui sistem jalur
sehingga pernbinaan dan pengawasan hutan lebih terjarnin. Sedangkan sasaran
dari sistem TPTJ ini adalah untuk mengatur pemanfaatan kayu yang optimal pada
hutan alam produksi, meningkatkan potensi hutan baik jenis komersial terutama
jenis Dipterocarpaceae yang diharapkan dapat menjamin kontinuitas produksi,
memudahkan pelaksanaan pemeriksaan, pembinaan dan pengawasan terhadap
kegiatan pembinaan hutan di lapangan.

Dampak dari penerapan sistem silvikultur TPTJ menurut Suparna dan
Purnomo (2004), diacu dalarn Parnoengkas (2006) adalah sebagai berikut :
1. Pada tahap awal kegiatan, tingkat keterbukaan tajuk dan kerusakan tanah

akan lebih besar
2. Terjadi perubahan struktur dan komposisi jenis akibat adanya penanaman
dalam jalur
Alrasyid (2000) menyatakan bahwa akibat kegiatan penebangan dengan
limit diameter 40 cm, setelah 3 bulan terjadi penurunan potensi hutan cukup
drastis. Rata-rata jumlah bidang dasar pohon per ha turun sebesar 54,6% dan
volume tegakan per ha turun sebesar 63,4%. Pada tingkat perrnudaanjumlahnya
mengalami penurunan drastis, namun masih dalam kategori cukup. Sedangkan
kerusakan tegakan tinggal untuk tingkat pohon dan tiang rata-rata mencapai

52,3% dan 60,3%, kerusakan ini umumnya disebabkan kegiatan penebangan dan
penyaradan.
Sedangkan dampak penerapan sistem silvikultur TPTJ menyebabkan
proporsi jenis komersial tingkat pohon mencapai 36% di areal TPTJ lebih rendah
dibandingkan dengan hutan primer 39%. Sedangkan untuk tingkat permudaan,
komposisi jenis komersial dari kelompok Non Dipterocarpaceae merupakan jenis
dominan baik di areal TPTJ maupun di hutan primer (Pamoengkas 2006).

Pendugaan Biomassa dan Karbon dalam Komunitas Hutan
Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang
dinyatakan dalam berat kering oven ton per ha (Brown 1997). Menurut
m i e n et al. (1984), diacu dalam Rizon (2005) biomassa hutan adalah jumlah
total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau
sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat
kering per satuan luas (tonlha).
Kusmana (1993) menyatakan bahwa biomassa dibedakan ke dalam dua
kategori, yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan di
bawah permukaan tanah (below ground biomass). Lebih lanjut dinyatakan bahwa
biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan organik per unit area
pada waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem pr~du~frtas,
umur
tegakan dan distribusi organik.
Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah
perkembangan vegetasi, komposisi dan stnrMur tegakan. FaMor iklim seperti

curah hujan dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan
biomassa pohon (Kusmana 1993).
Menurut Brown (1997) untuk menduga biomassa dari pohon dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu (1) berdasarkan penggunaan dugaan
volume kulit sampai batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi
kerapatan biomassa (tonlha); (2) berdasarkan pendekatan menggunakan
persamaan regresi biomassa atau lebih dikenal dengan persamaan Allometrik.
Metode ini menggunakan biomassa sebagai fungsi dari diameter pohon dengan
persamaan sebagai berikut :
Biomassa di atas tanah (Y) = a D~
Dimana : Y = biomassa pohon (Kg)
D = diameter setinggi dada (130 cm), a dan b merupakan konstanta.
Persamaan regresi biomassa hanya mendekati biomassa rata-rata per
pohon menurut sebaran diameter, dengan menggabungkan sejumlah pohon pada
setiap kelas diameter dan menjumlahkan total seluruh pohon untuk kelas
diameter.
Beberapa hasil penelitian telah menghasilkan persamaan allometrik untuk
menduga biomassa vegetasi di atas perrnukaan tanah di hutan alam tropika.
Pada Tabel 1 berikut ini disajikan beberapa persamaan allometrik yang telah
dibuat untuk menduga biomassa di hutan alam tropika berdasarkan perbedaan
curah hujan.
Tabel I Persamaan allometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropika
berdasarkan perbedaan curah hujan

7rah

PersamaanAlbrnetrik

mrnltahun

Koefisien(R2)
Deteminasi

Sumber
Brown (1997)

1500 4000

-

W=0.118 02~'~
w = 0.049 p D~H
W=O,11 pd.@

0190
0.90
0-90

Brown (1997)
Brown et. a1(1997)
Ketterings et. a1 (2001)

> 4000

W = 0,037 D'.'~H

0.90

Brown (1997)

Sumber :Hairiah et a/. (2001)
Keterangan :

W

= biomassa pohon (Kg/pohon)

D
H
p

= kerapatan kayu (@an">

= diameter pohon setinggi dada (130 an)dari perrnukaan tanah (crn)
= tinggi pdKm (m)

Chapman (1976), diaw dalam Onrizal (2004) mengelompkkan metode
pendugaan biomassa di atas perrnukaan tanah ke dalam dua kategori, yaitu

(1) metode pemanenan yang terdiri atas (a) metode pemanenan individu

tanaman, (b) metode pemanenan kuadrat dan (c) metode pemanenan individu
pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata, dan (2) metode pendugaan
tidak langsung yang terdiri dari (a) metode hubungan Allometrik, yakni dengan
mencari korelasi yang paling baik antara dimensi pohon dan biomassanya, dan
(b) crop meter, yaitu dengan cara menggunakan seperangkat elektroda yang
kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak tertentu.
Pendugaan biomassa di atas permukaan tanah menurut Hairiah et a/. (2001) bisa
diukur dengan menggunakan metode langsung (destructive) dan metode tidak
langsung (non destructive). Metode tidak langsung digunakan untuk menduga
biomassa vegetasi pohon yang berdiameter 2 5 cm, sedangkan untuk menduga
biomassa vegetasi yang memiliki diameter < 5 cm (vegetasi tingkat semai dan
tumbuhan bawah) menggunakan metode secara langsung.
Brown (1997) menyatakan bahwa pada pendugaan cadangan biomassa
atau karbon berdasarkan diameter vegetasi, pengukuran diameter vegetasi
bervariasi yaitu untuk daerah kering dengan laju pertumbuhan pohon sangat
lambat, biasa digunakan batas minimum 2,5 crn dan untuk daerah yang beriklim
basah, batas minimum pengukuran diameter yang digunakan 2,5

- 10 crn,tetapi

secara umum biasa digunakan ukuran diameter minimum 5 cm.
Pendugaan biomassa menggunakan metode non destructive dengan
allometrik bisa lebih cepat dilaksanakan dan area yang lebih luas bisa dijadikan
contoh. Metode dapat mengurangi kesalahan seperti yang ditemukan dengan
metode destructive. Menurut Mudiyarso et a/. (1994) bila memungkinkan
persamaan yang digunakan untuk menduga biomassa seharusnya dikembangkan
untuk setiap lokasi, spesies, atau group dari spesies dan untuk pohon-pohon
yang mempunyai umur dan ukuran yang sama.
Potensi kandungan karbon di hutan alam dapat diduga dengan

rnenggunakan pendugaan biomassa hutan. Brown (1997) menyatakan bahwa
umumnya 50% dad biomassa hutan tersusun atas karbon. Hal ini juga diperkuat
oleh pemyataan Brown et al. (1999) yang menyatakan bahwa 50% dari biomassa
hutan adalah karbon yang terdiri dari biomassa di atas permukaan tanah dan di
bawah perrnukaan tanah, dari bagian tumbuhan yang hidup, semak, pancang,

tiang dan pohon. Lebih lanjut menurut Jetkins et a/. (2002), diacu dalam
R i o n (2005) bahwa kandungan karbon dapat diduga melalui persarnaan

allometrik dari biomassa pohon yang didasarkan pada fungsi dari diameter
pohon.

Potensi Stok Karbon Di Hutan Alam Tropika
Hutan merupakan reservoir dari karbon yang cukup besar yaitu sekitar
350 GTC (Giga Ton Carbon) dari 550 GTC yang ada di biota daratan.
Rosot karbon di hutan akan berpengaruh terhadap perubahan neraca karbon di
hutan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sumber karbon di hutan
(Channel 1996). Penyerapan karbon oleh hutan ditentukan melalui proses
penangkapan dalam proses fotosintesis dan pelepasan karbon melalui respirasi.
Karbon yang ditangkap dan dilepaskan akan mempengaruhi produktiitas
ekosistem bersih (NEP). Menurut Johnsen et a/. (2001) besarnya NEP oleh
hutan adalah 5.620 - 6.780 pound karbon/ha/tahun.
Suhendang (2002) menyatakan bahwa sumberdaya hutan di lndonesia
memiliki potensi tinggi dalam ha1 keanekaragaman hayati dan potensi
penyerapan karbon. Diperkirakan hutan di lndonesia yang luasnya 120,4 juta
hektar mampu menyerap dan menyimpan karbon sekiar 15,05 milyar ton karbon.
Lokasi utama cadangan karbon di hutan alam tropika yaitu di atas
permukaan tanah (vegetasi hutan) dan di dalam perrnukaan tanah (Van Nodrwijk
et a/, 1997). Lasco (2002) menyatakan bahwa cadangan karbon di hutan tropis
Asia berkisar antara 40

- 250 ton Cha untuk vegetasi dan

50

- 120 ton a h a

untuk tanah. Sedangkan menurut Murdiyarso et a/. (1994) bahwa hutan tropis
di lndonesia diperkirakan mempunyai cadangan karbon berkisar antara

-

161 300 ton C/ha.
Akumulasi kandungan biomassa hutan dipengaruhi oleh teknik pemanenan
kayu dan perlakuan silvikuttur yang digunakan. Kandungan biomassa di hutan

-

hujan tropika Asia Tenggara berkisar antara 400 500 tonha (berat kering oven)
termasuk biomassa akar (Pinard and Putz 1997).
Proses peiepasan cadangan karbon ke atmosfir dipengaruhi oteh beberapa
faktor diantaranya intensitas pemanenan hutan dan proses dekomposisi
(Ojima et a/. 1996). Hasil penelitian Van Noordwjik et a/. (1997) menyatakan
bahwa cadangan karbon di hutan alam Jambi dapat melebihi 50 ~g/m=,dimana
80% cadangan karbon terdapat pada pohon, 10% pada pohon yang sudah

mati dan 10% berada pada tanah. Sedangkan pada hutan sekunder 10 tahun,
penurunan cadangan biomassa tertihat sangat nyata yang berakibat cadangan
karbonnya semakin menurun drastis.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELlTlAN

Letak dan Luas
Letak lokasi penelitian di dalam areal ljin Usaha Pernanfaatan Hasil Hutan
Kayu (I