PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN ALAT PERAGA SECARA KELOMPOK DAN SECARA INDIVIDU PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 15 MEDAN T.A. 2014/2015.

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
BERBANTUAN ALAT PERAGA SECARA KELOMPOK DAN
SECARA INDIVIDU PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS
DI KELAS VIII SMPN 15 MEDAN T. A. 2014/2015

Oleh:
Eka Rezki Nopianty
NIM. 4113111024
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015


KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Allah SWT atas segala berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran
Inkuiri Berbantuan Alat Peraga Secara Kelompok dan Secara Individu Pada
Materi Prisma dan Limas di Kelas VIII SMP Negeri 15 Medan T.A.
2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua
Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini,
Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd., Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., dan Bapak Dr.
Edy Surya, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Prof. Dr.
Asmin Panjaitan, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan dan kepada seluruh
Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu

Pengetahuan Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED,
Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta
Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya,
M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua
Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika yang telah membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Sangka
Harahap, M.M selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian di sekolah SMP Negeri 15 Medan. Ucapan terima
iv

v

kasih juga kepada Ibu T. Hutahaean, S.Pd dan Ibu Amalia Ramli, M.Pd selaku
guru bidang studi Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda
Syaiful dan Ibunda Tukinem, S.Pd., orangtua penulis yang telah mengasuh,

membimbing, memberi kasih sayang yang luar biasa, selalu mendukung,
mendo’akan, dan memberi semangat tiada henti kepada penulis hingga skripsi ini
selesai. Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada
Ayah dan Ibunda, Aamiin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat
yang selalu senantiasa membantu dan memberi motivasi Mbak Dilla, Mbak Nisak,
Poppy, Rukiah, Pompom, teman-teman seperjuangan Matematika Dik C 2011
yang tidak bisa disebutkan satu per satu (suatu saat kita akan saling bercerita
tentang kesuksesan kita masing-masing), buat adek-adek kos Lia, Santi, Fitri, juga
buat my besties Febi, Ika, Wulan (terima kasih telah begitu baik dan perhatian),
serta buat teman-teman PPLT 2014 SMK Negeri 2 Kisaran, dan yang teristimewa
penulis ucapkan terima kasih kepada Arfian Darma yang telah memberikan
dorongan dan motivasi hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan,


Juni 2015

Penulis,

Eka Rezki Nopianty
NIM. 4113111024

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii


Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

vi

Daftar Gambar

ix

Daftar Tabel

x

Daftar Lampiran

xi


BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

1

1.2.

Identifikasi Masalah

9

1.3.

Batasan Masalah

9


1.4.

Rumusan Masalah

9

1.5.

Tujuan Penelitian

10

1.6.

Manfaat Penelitian

10

1.7.


Defenisi Operasional

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Komunikasi dan Komunikasi Matematik

12

2.2.

Belajar dan Pembelajaran Matematika

17

2.3.

Model Pembelajaran


19

2.3.1.

Model Pembelajaran Inkuiri

21

2.3.2.

Model Pembelajaran Inkuiri Kelompok dan Individu

28

2.4.

Penggunaan Alat Peraga Matematika

32


2.5.

Materi Prisma dan Limas

34

2.6.

2.5.1.

Prisma

34

2.5.2.

Limas

38


Penelitian Yang Relevan

41

vi

vii

2.7.

Kerangka Konseptual

42

2.8.

Hipotesis Penelitian

44

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian

45

3.2.

Populasi dan Sampel Penelitian

45

3.2.1. Populasi Penelitian

45

3.2.2. Sampel Penelitian

45

3.3.

Variabel Penelitian

45

3.4.

Desain Penelitian

46

3.5.

Prosedur Penelitian

47

3.6.

Instrumen Pengumpulan Data

49

3.6.1. Tes

49

Teknik Analisis Data

50

3.7.1. Data Hasil Tes

50

3.7.

3.7.1.1. Uji Normalitas

51

3.7.1.2. Uji Homogenitas

52

3.7.1.3. Analisis Pengujian Hipotesis

53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.

4.2.

Deskripsi Data Hasil Penelitian

57

4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2

57

4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Eksperimen 2

58

4.1.3. Uji Normalitas

61

4.1.4. Uji Homogenitas

62

4.1.5 Pengujian Hipotesis

62

Pembahasan Hasil Penelitian

63

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan

68

5.2.

Saran

68

DAFTAR PUSTAKA

69

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model-Model Prisma

35

Gambar 2.2. Prisma Segitiga

35

Gambar 2.3. Jaring-Jaring Prisma Segitiga

35

Gambar 2.4. Balok dan Prisma

37

Gambar 2.5. Model-Model Limas

38

Gambar 2.6. Limas dan Jaring-Jaring Limas

39

Gambar 2.7. Kubus dan Limas

40

Gambar 3.1. Skema Prosedur Peneitian

48

Gambar 4.1. Diagram Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas

60

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.

Aktivitas Guru dan Peserta Didik dalam Melaksanakan Inkuiri

25

Tabel 2.2.

Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri

26

Tabel 3.1.

Desain Penelitian

47

Tabel 4.1.

Data Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2

Tabel 4.2.

Data Postest Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas
Eksperimen dan Kelas Eksperimen 2

Tabel 4.3.

58

59

Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kemampuan
Komunikasi Matematik Kedua Kelas

60

Tabel 4.4.

Ringkasan Hasil Uji Normalitas

61

Tabel 4.5.

Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

62

Tabel 4.6.

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

62

x

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Komunikasi matematik siswa pada materi Prisma dan Limas yang diajar
dengan model pembelajaran inkuiri secara kelompok memiliki nilai rata-rata
70,063 dan yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri secara individu
memiliki nilai rata-rata 60,893. Secara statistik dengan menggunakan uji-t
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan
model pembelajaran inkuiri secara kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan
model pembelajaran inkuiri secara individu di kelas VIII SMP Negeri 15 Medan
Tahun Ajaran 2014/2015, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana
thitung > ttabel yaitu 2,580 > 1,673.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri membutuhkan waktu yang
relatif banyak, sehingga penggunaan alokasi waktu harus benar-benar
diperhitungkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

2. Kepada guru matematika dapat menggunakan pembelajaran inkuiri sebagai
salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih
mudah dan mampu dengan sendirinya memahami materi yang diajarkan.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis, agar
memberikan

penyajian

materi

yang

lebih

mendalam

serta

lebih

memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan-tahapan
pembelajaran dapat diajarkan dengan baik dan seluruh aspek-aspek
komunikasi matematik dapat dimiliki oleh siswa sehingga diperoleh hasil
yang memuaskan.

68

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus

71

Lampiran 2 RPP I (Kelas Eksperimen 1)

73

Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa-I

79

Lampiran 4 RPP II ( Kelas Eksperimen 1)

86

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa-II

92

Lampiran 6 RPP III (Kelas Eksperimen 2)

97

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa-III

103

Lampiran 8 RPP IV (Kelas Eksperimen 2)

110

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa-IV

115

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS I dan LAS III

120

Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian LAS II dan LAS IV

128

Lampiran 12 Tes Diagnostik

134

Lampiran 13 Alternatif Tes Diagnostik

137

Lampiran 14 Kisi-Kisi Pretest

141

Lampiran 15 Soal Pretest

142

Lampiran 16 Alternatif Jawaban dan Penskoran Pretest

144

Lampiran 17 Lembar Validasi Pretest

148

Lampiran 18 Kisi-Kisi Posttest

151

Lampiran 19 Soal Posttest

152

Lampiran 20 Alternatif Jawaban dan Penskoran Posttest

154

Lampiran 21 Lembar Validasi Posttest

158

Lampiran 22 Data Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2

161

Lampiran 23 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Kelas
Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2

162

Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi
Matematik

164

xi

xii

Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas Data Kemampuan Komunikasi
Matematik

168

Lampiran 26 Pengujian Hipotesis

170

Lampiran 27 Dokumentasi Penelitian

174

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M.,(2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Ansari, BI., (2012), Komunikasi Matematik dan Politik, Penerbit Yayasan Pena,
Banda Aceh.
Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Budiningsih, AC., (2004), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Yogyakarta.
Gulo, (2008), Strategi Belajar Mengajar, Gramedia, Jakarta.
Hosnan, (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, Ghalia Indonesia, Bogor.
Rofiah, A., (2010), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Pada
Siswa Kelas VII SMP N 2 Depok Yogyakarta Dalam Pembelajaran
Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri. Skripsi. FMIPA UNY:
Yogyakarta.
Sani, R.A, (2014), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013,
PT Bumi Aksara, Jakarta.
Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana, Jakarta.
Simanjuntak, N., (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan
Strategi Pembelajaran Inkuiri Secara Kelompok dengan Secara Individu
pada di Kelas VIII SMP Negeri 1 Labuhan Deli. Skripsi, FMIPA Unimed,
Medan.
Sudjana, (1996), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sukmadinata, N.S, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sulistyaningsih, D.R., (2013), Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Tiga Dimensi
dalam Pembelajaran Matematika Pada Materi Geometri Kelas V MI,
Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Sukmadinata, N.S, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
69

70

Tim Dosen, (2014), Psikologi Pendidikan, FIP Unimed, Medan.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Zaiyar, M., (2015), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran
Berbasis Masalah, Tesis, FMIPA Unimed, Medan.
http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/pengabdian/
mpd/model-model-pembelajaran.pdf
(diakses: 11 Februari 2015)

fathurrohman-spd-

https://mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com /2011/11/peraga.pdf
(diakses: 11 Februari 2015)

http://eprints.uny.ac.id/1795/1/Gabungan.pdf
(diakses: 12 Februari 2015)
http://repository.uksw.edu.pdf
(diakses: 5 Februari 2015)
http://sulistyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33609/07nonpar.pdf
(diakses: 15 Februari 2015)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sejalan dengan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut manusia untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Proses belajar merupakan proses yang berkesinambungan dalam
membentuk sumber daya manusia yang tangguh.
Perkembangan Iptek sekarang ini telah memudahkan kita untuk
berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai
belahan dunia, namun di sisi lain untuk mempelajari keseluruhan informasi
mengenai Iptek tersebut diperlukan kemampuan yang memadai bahkan lebih agar
cara mendapatkannya, memilih yang sesuai dengan budaya kita, bahkan mengolah
kembali informasi tersebut menjadi suatu kenyataan.
Untuk merealisasikan kenyataan diatas, perlu ada SDM yang handal dan
mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi
yaitu berfikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama secara proaktif.
Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini
memungkinkan karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa
agar berfikir kritis, bernalar efektif, efesien, bersikap ilmiah, disiplin,
bertanggungjawab, percaya diri disertai iman dan taqwa.
Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama
lain serta pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Selain itu, matematika
merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu
keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide
matematika serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.
Matematika adalah mata pelajaran yang dapat mengekspresikan setiap
hubungan dari berbagai ilmu lain. Menurut Johnson dan Myklebust (dalam
Abdurrahman, 2012: 202) menyatakan bahwa: “matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
1

2

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir”.
Matematika disadari sangat penting peranannya karena matematika
merupakan salah satu pelajaran dasar dan sarana berfikir ilmiah yang sangat
diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan logisnya. Hal senada
juga diungkapkan oleh Shield dan Swinson (dalam Ansari 2012: 5), bahwa:
“Menulis dalam matematika dapat membantu merealisasikan satu tujuan
pembelajaran, yaitu pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari”.
Selanjutnya

Cornelius

(dalam

Abdurrahman,

2012:

204)

juga

mengemukakan bahwa:
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana
berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana
mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu
mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki
peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi
secara cermat dan tepat. Dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Oleh karena itu, mata
pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk
membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa
matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk
memperjelas suatu keadaan atau masalah.
Untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin maju, model pembelajaran matematika di kelas perlu direformasi.
Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of
knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar

3

dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas seperti
pemecahan masalah, penalaran, dan berkomunikasi, sebagai wahana pelatihan
berpikir kritis dan kreatif (Ansari, 2012: 3).
Sullivan (dalam Ansari, 2012: 4) mengatakan bahwa:
“Peran dan tugas guru sekarang adalah memberi kesempatan belajar
maksimal pada siswa dengan jalan (1) melibatkannya secara aktif dalam
eksplorasi matematika; (2) mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
pengalaman yang telah ada pada mereka; (3) mendorong agar mampu
mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi; (4) mendorong agar
berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; (5) memberi
kebebasan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengar ide
temannya.”
Kemudian Silver dan Smith (dalam Ansari, 2012: 4) mengutarakan bahwa:
“Tugas guru adalah: (1) melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika; (2)
mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi;
(3) membantu siswa dalam memahami ide matematika dan memonitor
pemahaman mereka.”
Berbagai pandangan di atas, memberitahukan bahwa kemampuan
komunikasi matematik perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Baroody
(dalam Ansari, 2012: 4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa
komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama,
mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu
berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil
kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua,
mathematics learningas social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa,
dan juga komunikasi antar guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting
untuk mempercepat pemahaman matematik siswa.
Dengan demikian, komunikasi matematika baik sebagai aktivitas sosial
maupun sebagai alat bantu berpikir adalah kemampuan yang mendapat
rekomendasi para pakar agar terus ditumbuhkembangkan di kalangan siswa.

4

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan kemampuan komunikasi
matematika siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi di SMP
Negeri 15 Medan menunjukan bahwa rata-rata siswa terlihat kurang terampil
berkomunikasi untuk menyampaikan informasi seperti menyatakan ide,
mengajukan pertanyaan, dan menanggapi pernyataan/pendapat orang lain. Siswa
juga terlihat malu-malu untuk bertanya ketika guru menyediakan waktu untuk
bertanya. Ini berarti masih terjadi pelaksanaan proses pembelajaran dikelas yang
jarang melatihkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan proses
interaksi diantara siswa, seperti bekerja sama, menyatakan ide, mengajukan
pertanyaan dan menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. Para guru memang
sudah menerapkan model pembelajaran diskusi. Dalam mengarahkan diskusi guru
hanya memberikan sejumlah pertanyaan pada siswa yang memuat hampir seluruh
isi materi sehingga pola berfikir siswa menjadi tidak berkembang dan tidak
dirangsang berfikir kritis.
Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 15
Medan juga diperoleh keterangan bahwa sebagian besar siswa menganggap
matematika sebagai mata pelajaran yang sulit sehingga membuat siswa bosan
untuk mempelajarinya. Kemampuan siswa akan komunikasi matematika pun
masih tergolong rendah.
Menurut guru tersebut, kurangnya kemampuan komunikasi matematika
siswa itu dapat dilihat dari: (1) ketika dihadapkan pada suatu soal cerita, siswa
tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal
sebelum menyelesaikannya, sehingga siswa sering salah dalam menafsirkan
maksud dari soal tersebut, (2) siswa masih kurang paham terhadap suatu konsep
matematika, (3) kurangnya ketepatan siswa dalam menyebutkan simbol atau
notasi matematika, (4) adanya rasa enggan dan sikap ragu-ragu siswa untuk
sesekali mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika
baik melalui gambar, tabel, grafik, atau diagram, sehingga hal ini menyebabkan
siswa masih sering mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah dalam
matematika. Dari informasi yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa tingkat

5

kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Medan
masih relatif rendah.
Hal di atas didukung dari hasil tes yang diberikan peneliti pada saat
observasi di kelas VIII SMP Negeri 15 Medan dengan soal-soal yang menguji
komunikasi matematik siswa. Salah satu soal yang digunakan yaitu:
Diketahui sebuah segitiga KLM. Tepat digaris KL terdapat titik N. KL

MN,

KM = LM, KM = 13 cm dan KL = 10 cm. a) Gambarlah segitiga tersebut,
b) Hitunglah panjang MN.
Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan sebagian besar siswa tidak
mengetahui arti dari notasi

(tegak lurus) sehingga siswa kesulitan untuk

menggambarkan situasi tersebut. Dari 28 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor
rata-rata siswa 56,66. Diperoleh gambaran tingkat kemampuan komunikasi
matematik siswa sebagai berikut: terdapat 17,86 (5 orang) siswa yang tingkat
kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, 25,57% (8 orang ) siswa yang
tingkat kemampuan komunikasi matematiknya sedang, dan 53,57% (15 orang)
siswa yang tingkat kemampuan komunikasi matematiknya dibawah normal atau
dapat dikatakan rendah. Dari kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
komunikasi matematik siswa SMP Negeri 15 Medan kelas VIII dikatakan rendah.
Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, tanpa
mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan
salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil
atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan
penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan,
sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam
situasi atau proses belajar mengajar dikelas. Adapun faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran adalah: 1) tujuan pembelajaran, 2) motivasi siswa, 3) guru, 4)
materi pembelajaran, 5) metode yang digunakan, 6) media, 7) evaluasi, dan 8)
situasi lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, faktor guru, metode
atau pendekatan pembelajaran yang digunakan, fasilitas yang tersedia, kondisikondisi internal siswa seperti: tingkat kemampuan awal, minat belajar dan
motivasi belajar sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

6

Berbagai usaha telah banyak dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan matematika di Indonesia. Namun demikian, sampai sekarang ini
hasilnya belum menggembirakan. Hal senada juga diungkapkan Trianto (2009: 4)
bahwa: “Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah
menyelenggarakan

perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada

berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil
yang memuaskan”.
Untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi matematika ini, perlu
dirancang

suatu

model

pembelajaran

yang

membiasakan

siswa

untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan yang dapat mendukung serta
mengarahkan siswa pada kemampuan untuk berkomunikasi matematika, sehingga
siswa lebih memahami konsep yang diajarkan serta mampu mengkomunikasikan
ide atau gagasan matematikanya. Strategi pembelajaran yang dapat dirancang
yaitu dengan menerapkan metode, model, atau pendekatan pembelajaran yang
relevan.
Suatu model pembelajaran efektif yang dapat diterapkan untuk
menumbuhkan kemampuan komunikasi matematika ini salah satunya adalah
model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri ini berpusat pada siswa
sehingga siswa benar-benar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut
mampu mendorong siswa untuk mendapatkan suatu pemahaman konsep atau
prinsip matematika yang lebih baik sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap
matematika.

Dalam

pembelajaran

ini,

siswa

dibimbing

untuk

dapat

mempergunakan atau mengkomunikasikan ide-ide matematikanya, konsep, dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan suatu pengetahuan
baru. Setiap siswa berkesempatan untuk memikirkan permasalahan yang telah
disajikan oleh guru atau permasalahan yang muncul dari siswa sendiri sehingga
siswa akan mampu mengkaji permasalahan tersebut dan mampu untuk
menemukan konsep atau prinsip matematika melalui beberapa proses serta
bimbingan guru sebatas yang diperlukan saja.

7

Beberapa keterampilan proses yang dapat ditempuh siswa dalam
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini diantaranya adalah: 1) siswa
merumuskan atau mengembangkan suatu hipotesis dari permasalahan yang
disajikan, 2) siswa dapat memodelkan permasalahan yang telah disajikan tersebut
dengan lisan atau tulisan, 3) siswa menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan
matematikanya, 4) siswa mengkaji gagasan matematika tersebut melalui konjektur
dan alasan yang meyakinkan, 5) siswa mengonstruksi pengetahuan yang dimiliki
secara terbuka untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Dari
keterampilan proses tersebut siswa akan mampu menarik suatu kesimpulan dari
permasalahan yang ada dan mampu untuk mengkomunikasikannya secara terbuka
baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, melalui pembelajaran dengan model inkuiri
ini siswa akan lebih aktif, kreatif serta lebih terampil dalam mengembangkan
kemampuan komunikasi matematikanya.
Bruce dan Well (dalam Hosnan, 2014: 345) mengungkapkan bahwa:
“Model pembelajaran inkuiri berusaha untuk mengajarkan bebagai keterampilan
dan bahasa ilmiah”. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian

kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara pendidik
dan peserta didik. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Eruce dan Weil (dalam
Hosnan, 2014: 346), bahwa:
sains,

menghasilkan

“Latihan inkuiri dapat menambah pengetahuan

kemampuan

berpikir

kreatif,

keterampilan

dalam

memperoleh dan menganalisis suatu data”.
Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Proses
menemukan itulah yang paling penting dalam pembelajaran. Ketika kita
menemukan sesuatu yang kita cari, daya ingat kita akan lebih melekat
dibandingkan dengan orang lain yang menemukannya. Demikian pula dalam
memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar, pikiran, perasaan, dan gerak
motorik kita akan secara terpadu dan seimbang dalam merespons sesuatu yang
diperoleh dari ikhtiar belajar melalui proses menemukan. Hal itu berbeda dari
belajar yang hanya sekedar menyerap pengetahuan dari orang yang sudah lebih

8

tahu, atau lebih-lebih menghafal sejumlah pengetahuan yang terpilah-pilah, yang
pada akhirnya mengganggu keseimbangan potensi diri siswa (Hosnan, 2014: 340).
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri dapat dilakukan
secara kelompok atau secara individu. Pembelajaran metode inkuiri secara
kelompok dapat membuat pembelajaran lebih bermakna sebab dengan diskusi
kelompok siswa akan lebih berperan aktif, saling bertukar pendapat untuk
memecahkan masalah secara bersama-sama. Sedangkan pembelajaran model
inkuiri secara individu, siswa belajar secara mandiri dalam menemukan konsep,
dalil, prosedur dari suatu materi yang diajarkan dengan bantuan dan bimbingan
guru.
Agar model pembelajaran inkuiri dapat lebih mencapai tujuan yang
diinginkan maka dalam model ini guru dapat menggunakan alat peraga
matematika sebagai salah satu media pengajaran yang didemonstrasikan oleh
guru. Namun, sering kali kita jumpai guru yang tidak menggunakan alat peraga
ketika mengajarkan suatu materi yang seharusnya bisa menggunakan alat peraga
untuk mendukung proses belajar mengajarnya. Melalui demonstrasi penggunaan
alat peraga matematika, guru dapat merangsang munculnya motivasi dalam diri
siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut. Siswa yang merasa penasaran dan
ingin tahu lebih jauh tentang materi yang dipelajarinya akan terus

berusaha

mempelajari materi itu lebih mendalam.
Berdasarkan keseluruhan uraian diatas, penulis telah melakukan penelitian
dengan menggunakan satu model pembelajaran.

Dalam hal ini penulis

mengadakan penelitian dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Inkuiri
Berbantuan Alat Peraga Secara Kelompok dan Secara Individu Pada Materi
Prisma dan Limas di Kelas VIII SMP Negeri 15 Medan T. A. 2014/2015”.

9

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran matematika, sebagai berikut:
1. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang
sulit dan membosankan.
2. Model pembelajaran didominasi oleh guru menyebabkan siswa lebih
bersifat pasif.
3. Kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran
matematika masih rendah yang ditunjukkan dari hasil tes diagnostik.
4. Guru jarang menggunakan alat peraga yang diperlukan.
5. Belum

adanya

penerapan

model

pembelajaran

inkuiri

untuk

mengaktifkan siswa sehingga meningkatkan komunikasi matematika
siswa.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah penelitian
ini agar lebih fokus dan mencapai tujuan yang diharapkan. Masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa
antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga
secara kelompok dan secara individu pada materi Prisma dan Limas di kelas VIII
SMP Negeri 15 Medan.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah
kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran Inkuiri secara kelompok berbantuan alat peraga lebih tinggi
dibandingkan dengan model pembelajaran Inkuiri secara individu berbantuan alat
peraga?

10

1.5. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri secara kelompok
berbantu alat peraga lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran
inkuiri secara individu berbantu alat peraga.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi, gambaran serta pertimbangan bagi guru
dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan
komunikasi matematika siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai bekal dalam
menjalankan tugas mengajar siswa di masa yang akan datang.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain sebagai bahan studi banding
penelitian yang relevan di kemudian hari.
5. Sebagai bahan masukan bagi siswa, bahwa model pembelajaran
Inkuiri dapat menyelesaikan permasalahan mengenai komunikasi
matematika.
6. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat
dalam peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi
pertimbangan

untuk

matematika siswa.

meningkatkan

kemampuan

bahan

komunikasi

11

1.7. Definisi Operasioanal
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, berikut didefenisikan istilah-istilah tersebut
yaitu:
1. Model Pembelajaran Inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan
2. Alat peraga matematika merupakan alat yang digunakan untuk
mendemonstrasikan bahan pengajaran matematika untuk memberikan
pengertian atau gambaran yang lebih jelas tentang pelajaran
matematika yang diberikan.
3. Kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kemampuan siswa
menggunakan

matematika

sebagai

alat

komunikasi

(bahasa

matematika) baik secara lisan maupun tulisan, diukur berdasarkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal berbentuk soal uraian
yang terdiri dari empat aspek yaitu: 1) menuliskan ide matematika
dalam bentuk gambar dan kata-kata, 2) menuliskan ide matematika ke
dalam model matematika, 3) menginterpretasikan ide-ide ke dalam
informasi matematika, 4) menuliskan informasi dari pernyataan ke
dalam matematika.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI STRATEGI BELAJAR PQ4R DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBPOKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS KELAS VIIID SMP NEGERI 3 BANGSALSARI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 20

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII

7 60 285

57 PENGARUH KECEMASAN DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII SMP NEGERI 2 WIRADESA

0 0 11

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION BERBANTUAN ALAT PERAGA MATERI KUBUS DAN BALOK KELAS VIII DI SMP SALAFIYAH PEKALONGAN

0 0 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK BERBANTUAN MODUL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MATERI PRISMA DAN LIMAS

0 0 8

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN ALAT PERAGA MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG KELAS VII SMP NEGERI 14 PEKALONGAN

0 1 12

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

1 1 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII MATERI PRISMA DAN LIMAS DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutional Reposit

1 1 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII MATERI PRISMA DAN LIMAS DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 13

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII MATERI PRISMA DAN LIMAS DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutional R

1 1 25