Jurnal Sulton( Publish UM Malang)

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS CHALLENGE BASED
LEARNING MATERI LINGKUNGAN UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS
Sulton Nawawi1, Sutarno 12 dan Baskoro Adi Prayitno3
1

Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57126, Indonesia
sulton.bio@gmail.com
2

Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57126, Indonesia
nnsutarno@yahoo.com

3Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57126, Indonesia
baskoro_ap@uns.ac.id

Abstrak: Pengembangan Modul Berbasis Challenge Based Learning Materi Lingkungan

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun
produk pengembangan, mengetahui kelayakan, dan mengetahui efektifitas modul berbasis Challenge
Based Learning materi Lingkungan terhadap kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan Borg & Gall.Validasi produk pengembangan ini dilakukan oleh ahli materi,
ahli pengembangan dan desain modul, ahli perangkat dan evaluasi pembelajaran, ahli bahasa serta
praktisi pembelajaran Biologi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA MA Negeri
Karanganyar. Hasil penelitian ini adalah : 1) produk modul berupa modul guru dan modul siswa
berbasis CBL materi Lingkungan dikembangkan berdasarkan sintaks CBL dan indikator berpikir kritis
Fascione yang divisualisasikan pada tujuan, materi, kegiatan, dan soal evaluasi; 2) kelayakan modul
guru dan modul siswa berbasis CBL materi Lingkungan berdasarkan hasil validasi berkualifikasi baik
sampai dengan sangat baik; 3) Modul berbasis CBL materi Lingkungan efektif meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Kata Kunci: Modul, Challenge Based Learning, kemampuan berpikir kritis, lingkungan.

Abstract: The Development of Module Based on Challenge Based Learning in Environmental
Material to Empower Critical Thinking Ability. This research aims to draw up a product
development , knowing the feasibility of , and knowing the effectiveness of modules based challenge
based learning material environmental to empower critical thinking ability. The research is research
the development of Borg & Gall. Validation the product of development was carried out by the
material , the development and design expert module , the device and evaluation of learning , a

linguist and practitioner learning Biology. The subject of this research is a student in grade X MIA
State Senior High School Karanganyar. This research result is: 1 ) Module in the form of product
module teachers and students based CBL on material environmental developed based on CBL syntax
and indicators think critically Fascione that visualized on the objective , matter , activities , and about
evaluation; 2) Feasibility teachers and student based on CBL material environment on the results
qualified validation well until very well; 3) Modules based CBL material environment effectively
improve the ability of students think criticall.
Keywords: Module, Challenge Based Learning, and Critical thinking ability, Environmental Material.

menangani masalah sosial, ilmiah, dan

PENDAHULUAN

praktis secara efektif di masa mendatang
Tantangan di era pengetahuan yang
semakin

dinamis,

berkembang,


dan

semakin maju memerlukan sumber daya
manusia

yang

intelektual

memiliki

tingkat

keterampilan

tinggi. Keterampilan

intelektual tinggi ditandai kemampuan
penalaran yang logis, sistematis, kritis,

cermat,

dan

kompetisi

kreatif

sikap

serta

yang

mengkomunikasikan
memecahkan

memiliki

baik


dalam

gagasan

dan

masalah.

(Snyder dan Snyder, 2008).

Kemampuan-

kemampuan yang membekali intelektual
peserta didik tersebut dapat dikembangkan

Kemampuan berpikir kritis adalah
proses
konsep,


berpikir

tingkat

tinggi

(higher

order

thinking) merupakan kebutuhan sebagai
tenaga kerja yang andal di abad 21
(Galbreath, 1999).
Kemampuan
merupakan

salah

dalam


mensintesis,

mengaplikasikan,

pembuatan
menganalisis,

dan

mengevaluasi

berbagai informasi yang didapat dari hasil
observasi, pengalaman, refleksi, dimana
hasil proses ini digunakan sebagai dasar
saat mengambil tindakan (Walker, 2006).
Kemampuan

berpikir

kritis


berperan

penting dalam kesuksesan hidup peserta
didik di masa yang akan datang dan
mampu memecahkan permasalahan.

melalui pendidikan. Pada era pengetahuan,
modal intelektual, khususnya kecakapan

intelektual

Kemampuan berpikir kritis peserta
didik Indonesia masih rendah. Indikasinya
hasil

studi

PISA


dan

TIMSS

yang

mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Rata-rata skor PISA Indonesia pada tahun
2006 berada di peringkat ke-50 dari 57

berpikir
satu

bagian

kritis
dari

keterampilan yang dituntut pada abad ke21. Kemampuan berpikir kritis berperan
dalam membekali peserta didik untuk


negara,

pada

tahun

2009

berada

di

peringkat ke-60 dari 65 negara, dan pada
tahun

2012

Indonesia


berada

pada

peringkat 64 dari 65 negara. Hasil studi

untuk TIMSS peserta didik Indonesia

kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi

menempati peringkat 32 dari 38 negara

peserta

pada tahun1999, peringkat 37 dari 46

kemampuan berpikir kritis tingkat sedang

negara pada tahun 2003, dan peringkat 35

11% dan 82% kemampuan berpikir kritis

dari 49 negara pada tahun 2007 (Balitbang

peserta didik masih rendah. Dari tiap aspek

Kemendikbud, 2011).

berpikir kritis didapatkan aspek unterpretasi

Hal ini senada dengan penelitian yang

didik

hanya

sebesar

7%,

19,64%, aspek analisis 41,07%, aspek

dilakukan oleh Sadia (2008), menujukan

evaluasi

bahwa kemampuan berpikir kritis peserta

45,83%, aspek penjelasan 29,91%, dan

didik SMPN dan SMAN di provinsi Bali

aspek pengaturan diri 58,92%.

masih rendah. Hasil penelitian Priatna

48,21%,

Rendahnya

aspek

kesimpulan

kemampuan

berpikir

(2003), Suryadi (2005), menunjukan bahwa

kritis peserta didik juga terlihat pada hasil

kemampuan berpikir kritis peserta didik di

Ujian Nasional (UN), berdasarkan analisis

kota Bandung masih rendah dan hasil

hasil UN 2013/2014 menunjukkan bahwa

penelitian Hadi (2013), menunjukan bahwa

pada materi Lingkungan khususnya pada

kemampuan berpikir kritis peserta didik di

indikator “Lingkungan”, rata- rata skor

kota Malang masih rendah.

yang diperoleh peserta didik MA Negeri

Rendahnya

kemampuan

berpikir

Karanganyar adalah 66,03, untuk tingkat

kritis juga terjadi pada peserta didik di MA

Kota nilainya 79,00, dan untuk tingkat

Negeri Karanganyar. Berdasarkan hasil

provinsi 80,46, dari 156 peserta didik MA

pengamatan dan observasi enam aspek

Negeri Karanganyar IPA yang mengikuti

berpikir kritis (Fascione, 2013) di MA

Ujian Nasional tahun 2013/2014 66,03%

Negeri Karanganyar di dapatkan data

yang lulus dan 33,97% tidak lulus (BSNP,

bahwa kemampuan berpikir kritis peserta

2013).

didik masih rendah, dari 112 peserta didik,

3

Hasil observasi analisis 8 Standar

persentase

potensi

bahan

ajar

dalam

Nasional Pendidikan (SNP) di MA Negeri

melatihkan keterampilan berpikir kritis

Karanganyar diperoleh gap antara skor

Fascione (2013) sebagai berikut: 1) aspek

ideal dan skor ketercapaian sebesar 12,50

interpretasi 26,46 %, 46,59 % dan 24,26 %

%. Skor gap tersebut berasal dar beberapa

dengan kategori rendah; 2) aspek analisis

komponen SNP yang memperoleh skor 1

10,58%, 37,16 % dan 13,45 % dengan

dan 2. Komponen standar proses memiliki

kategori rendah; 3) aspek evaluasi 18,74 %,

gap

proses berkaitan

8,33 %, dan 12,5 dengan kategori rendah;

dengan aktifitas antara peserta didik dengan

4) aspek kesimpulan 14,42 %, 9,61 %, dan

pendidik serta lingkunganya selama proses

12,49 % dengan kategori rendah; 5) aspek

pembelajaran. Rendahnya standar proses

penjelasan 14,28 %, 85,70 %, 16,06 %

dipengaruhi oleh kurang optimalnya proses

dengan kategori rendah; dan 6) aspek

pembelajaran yang berlangsung di dalam

pengaturan diri 19,73, 19,73 %, dan 13,15

kelas.

% dengan kategori rendah. Berdasarkan

2.31%. Standar

Hasil analisis bahan ajar materi
biologi

di

MA

Negeri

persentase analisis bahan ajar di MA

Karanganyar

Negeri Karanganyar dapat disimpulkan

khususnya KD “Lingkungan” menunjukan

belum memenuhi aspek berpikir kritis

bahwa isi bahan ajar hanya berisi kumpulan

secara

materi dan latihan soal-soal yang kurang

berpotensi membantu keberhasilan belajar

memberdayakan kemampuan berpikir kritis

peserta didik dan kesuksesan di masa depan

peserta didik, selain itu gambar belum

sehingga perlu adanya pengembangan.

menarik, gambar tidak jelas, belum adanya

Bahan ajar yang dapat digunakan dalam

kesimpulan, penilaian diri dan belum

memberdayakan kemampuan berpikir kritis

memenuhi enam aspek berpikir kritis

dan bersifat mandiri adalah modul.

secara maksimal. Ditinjau dari analisis

4

maksimal,

diprediksi

kurang

Modul

merupakan

solusi

untuk

modul

yang

bercirikan

pembelajaran

Karanganyar karena memuat serangkaian

pemberian ide besar atau gagasan utama,

kegiatan sistematis sehingga sesuai dengan

pemberian pertanyaan penting, tantangan,

karakter

pertanyaan pemandu, aktivitas pemandu,

kritis

yang

dapat

meliputi

dipelajari melalui instruksi dan praktek

sumber

yang dirancang secara khusus.Modul yang

publikasi (Johnson et al., 2009).

berpotensi dapat memberdayakan berpikir

pemandu,

yang

dari

permasalahan bahan ajar di MA Negeri

berpikir

CBL

sintaks

Keunggulan

solusi,

kemudian

integrasi

model

kritis adalah modul yang dilengkapi dengan

pembelajaran CBL antara lain peserta didik

aktifitas,

yang

aktif dalam pembelajaran, sebab peserta

mengintegrasikan aktifitas pembelajaran ke

didik berpikir bagaimana memecahkan

dalam

materi

masalah yang dihadapi, masalah muncul

Lingkungan dapat di integrasikan dengan

dari kehidupan sehari-hari maupun berakar

model Challenge Based Learning (CBL).

dari permasalahan atau isu-isu global, dan

salah

modul.

satunya

Modul

pada

Model CBL merupakan pembelajaran

dilakukan

sebuah

perencanaan

untuk

baru yang menggabungkan pembelajaran

menyelesaikannya. Peserta didik ditantang

berbasis masalah, pembelajaran berbasis

untuk menyelesaikan permasalahan yang

proyek, dan pembelajaran konstekstual

dihadirkan atau proyek yang

yang difokuskan pada penyelesaian dari

diselesaikan. Penyelesaian yang dilakukan

permasalahan yang ada

berupa tindakan nyata dan

di kehidupan

harus

solusi yang

sehari-hari. Pembelajaran ini menciptakan

berasal dari hal-hal sederhana yang biasa

ruang dimana peserta didik berpikir kritis

mereka temukan dalam kehidupan mereka

dan

sehari-hari,

aktif

mencari

solusi

untuk

dalam

proses

pemecahan

memecahkan tantangan yang ada. Modul

masalah terjadi suatu proses berpikir

berbasis Challenge Based Learning adalah

tingkat tinggi yaitu berpikir kritis.

5

Hal ini senada dengan penelitian yang

Tahap pengembangan dan validasi produk

dilakukan oleh Swiden (2013), Baloian et

awal dilakukan di Universitas Sebelas

al (2006), Jou et al (2010), dan Sodikin

Maret. Uji coba terbatas dan uji coba

(2013)

lapangan

menunjukan

bahwa

model

dilakukan

di

MA

Negeri

pembelajaran CBL dapat meningkatkan

Karanganyar. Penelitian dilaksanakan dari

motivasi dan prestasi belajar peserta didik,

tahap persiapan sampai selesainya tahap

serta hasil penelitian O’Mahony et al

pelaksanaan yaitu pada Desember 2014

(2012), Luis dan Marrero (2013), Tajuddin

sampai dengan Juni 2015.

dan Jailani (2013) menunjukan bahwa
model

pembelajaran

pengembangan

dari

dapat

penelitian ini adalah pengembangan dari

meningkatkan hasil belajar belajar peserta

model pengembangan Borg & Gall yang

didik.

dimodifikasi menjadi sembilan tahapan.

Penelitian

CBL

Prosedur

ini

bertujuan:

1)

Menyusun produk pengembangan modul

Penjelasan

Biologi berbasis Challenge Based Learning

pengembangan

materi

sebagai berikut.

Lingkungan;

kelayakan
Challenge

modul
Based

2)

Mengetahui

Biologi

Lingkungan; 3) Mengetahui

adalah

efektivitas

berbasis

Pendahuluan

studi

meliputi

Learning

pemberian

Lingkungan

kegiatan
CBL

dan

pengumpulan data pada penelitaian ini

materi

modul Biologi berbasis Challenge Based
materi

modul

Tahap

berbasis

Learning

langkah-langkah

terhadap

kemampuan berpikir kritis.

pustaka,

wawancara,
angket,

studi

lapangan

observasi,

analisis

dan

kebutuhan

meliputi analisis bahan ajar dan analisis
hasil UN dan 8 SNP.

METODE PENELITIAN

Tahap
penyiapan

Penelitian ini merupakan bagian dari

perencanaan
segala

hal

yang

merupakan
berkaitan

dengan draft modul berbasis Challenge

Penelitian dan Pengembangan (R&D).

6

Based Learning, kegiatan yang dilakukan

pembelajaran

pada

meliputi:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

menyusun matriks, menentukan tujuan

dan instrumen penilaian yang mengacu

pembelajaran modul berdasarkan indikator,

pada aspek model CBL.

tahap

perencanaan

menentukan sub pokok bahasan materi
Lingkungan,

menentukan

mencakup

silabus,

Tahap uji coba lapangan awal validasi

dan

dilakukan oleh validator ahli materi modul,

visualisasi isi modul berbasis berbasis

ahli validasi pengembangan, desain dan

CBL,

keterbacaan

menentukan

format

yang

format

perangkat

modul,

ahli

perangkat

pembelajaran, menentukan prosedur yang

pembelajaran dan evaluasi modul, serta

dilakukan penelitian mulai dari prosedur

validasi bahasa. Hasil uji validasi ahli

pengembangan draft produk, validasi uji,

dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk

uji coba analisis data.

data pendapat dan saran serta deskriptif

Tahap pengembangan modul awal

kuantitatif untuk analisis skor penilaian dari

berfokus pada kesesuaian karakteristik

masing-masing ahli.

modul seperti petunjuk mandiri, kesatuan

Tahap selanjutnya yaitu revisi I. Data

isi, berdiri sendiri, adaptif. Pengembangan

yang diperoleh dari uji coba lapangan awal

modul memperhatikan model Challenge

kemudian

Based Learning dan berpikir kritis Fascione

perbaikan untuk revisi I.

dilanjutkan

bahan

Tahap uji coba lapangan terbatas

meliputi identifikasi materi yang akan

dilakukan sebelum modul digunakan dalam

dikembangkan dan batasan materi dan

skala lebih luas. Uji coba lapangan terbatas

urutan penyajian materi, merancang latihan

dilakukan oleh validasi perorangan praktisi

atau soal evaluasi serta mencari bahan

pendidikan

pendukung modul seperti gambar. Draft

kelompok kecil (peserta didik).

dilengkapi

penentuan

sebagai

desain,

modul

dengan

dijadikan

dengan

perangkat

7

(guru

Biologi)

dan

uji

pembelajaran biologi berbasis Challenge

Tahap selanjutnya yaitu revisi II. Data
yang diperoleh dari uji coba lapangan

Based Learning

kemudian

untuk meningkatkan kemampuan berpikir

dijadikan

sebagai

bahan

perbaikan untuk revisi II.
Tahap

uji

pada materi lingkungan

kritis.

coba

operasional

Tahap penelitian dan pengumpulan

dilakukan untuk mengetahui efektifitas

data dalam pengembangan modul berbasis

produk modul berbasis Challenge Based

CBL untuk meningkatkan

Learning untuk peserta didik kelas X pada

berpikir kritis mencakup beberapa tahap

materi Lingkungan. Desain yang digunakan

meliputi studi pustaka, studi lapangan, dan

dalam uji coba operasional adalah Pretest-

analisis kebutuhan.

Posttest Non equivalent Control Group

Studi

pustaka

kemampuan

yang

dilakukan

Design menggunakan satu kelas kontrol

meliputi

dan satu kelas eksperimen. Subyek uji coba

Challenge Based Learning, modul berbasis

siswa kelas X MA Negeri Karanganyar dan

Challenge

dipilih secara cluster random sampling.

kemampuan berpikir kritis.

Tahap terakhir yaitu revis III. Revisi

modul,

model

Based

Studi

lapangan

pembelajaran

Learning,

dan

yang dilakukan

produk ketiga dilakukan berdasarkan hasil

meliputi kegiatan observasi, wawancara

uji

data

dan pemberian angket. Tahap wawancara

kualitatif dan hasil analisis dijadikan bahan

ditujukan kepada peserta didik dan guru

perbaikan untuk revisi sehingga didapatkan

mata pelajaran Biologi, sedangkan angket

modul yang layak pakai.

penguasaan kelompok materi Biologi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

observasi awal kemampuan berpikir kritis

Hasil

ditujukan kepada peserta didik.

coba

operasional.

Informasi

Hasil dari penelitian pengembangan

Hasil observasi awal kemampuan

yang telah dilaksanakan berupa modul

berpikir

8

kritis

(Fascione,

2013)

pada

Hasil

peserta didik di MA Negeri Karanganyar

persentase

observasi

pembelajaran biologi menunjukan bahwa

diperoleh hasil:
Tabel 1. Hasil observasi awal kemampuan berpikir
kritis

komponen guru menduduki persentase
paling rendah yaitu 58.25%, sedangkan

Aspek
Kemampuan
Bepikir Kritis
Fascione (2013)

Hasil

1

Interpretasi

19,64

Rendah

2

Analisis

41,07

Cukup

Hasil wawancara dengan guru dan

3

Evaluasi

48,21

Cukup

siswa terkait proses pembelajaran biologi

4

Kesimpulan

45,83

Cukup

5

Penjelasan

29,91

Rendah

6

Pengaturan Diri

58,92

Cukup

guru dalam proses pembelajaran masih

Rata-rata

40,59

Cukup

metode ceramah yang diselingi diskusi dan

No

Kategori

persentase

(%)

paling

tinggi

komponen

lingkungan yaitu 81%.

adalah model atau metode yang digunakan

tanya jawab. Respon peserta didik terhadap
Berdasarkan tabel 1 hasil observasi
model atau pembelajaran yang digunakan
awal kemampuan berpikir kritis Fascione
peserta

didik

kurang

aktif,

tidak

(2013) menunjukan bahwa kemampuan
memperhatikan, dan bosan. Bahan ajar
berpikir kritis peserta didik di MA Negeri
yang digunakan kurang menarik perhatian
Karanganyar belum diberdayakan secara
peserta didik karena gambar tidak menarik
optimal.
dan tidak jelas, materi sangat sedikit dan
Hasil observasi analisis 8 Standar
tidak kompleks, tidak ada kegiatan dalam
Nasional Pendidikan (SNP) di MA Negeri
modul dan belum mengarahakan peserta
Karanganyar diperoleh gap antara skor
didik untuk berpikir kritis.
ideal dan skor ketercapaian sebesar 12,50
Hasil pemberian angket pendapat
%. Skor gap tersebut berasal dari beberapa
secara umum guru peserta didik adalah
komponen SNP yang memperoleh skor 1
belajar

dengan

cara

hafalan,

metode

dan 2. Komponen standar proses memiliki
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
gap 2.31%.

9

cenderung menggunakan metode ceramah,

26,46 %, 46,59 % dan 24,26 % dengan

diskusi, dan tanya jawab,

peserta didik

kategori rendah; 2) aspek analisis 10,58%,

tidak diwajibkan memiliki buku wajib

37,16 % dan 13,45 % dengan kategori

pelajaran biologi, modul yang digunakan

rendah; 3) aspek evaluasi 18,74 %, 8,33 %,

disekolah biasa dan kurang lengkap dan

dan 12,5 dengan kategori rendah; 4) aspek

soal yang digunakan hanya sebatas C1-C3.

kesimpulan 14,42 %, 9,61 %, dan 12,49 %
dengan

Analisis kebutuhan yang dilakukan

kategori

rendah;

5)

aspek

meliputi analisis bahan ajar cetak yang

penjelasan 14,28 %, 85,70 %, 16,06 %

menggunakan indikator berpikir kritis dan

dengan kategori rendah; dan 6) aspek

analisis Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran

pengaturan diri 19,73, 19,73 %, dan 13,15

2013/2014.

% dengan kategori rendah.
Hasil analisis Ujian Nasional (UN)

Hasil analisis bahan ajar di MA
Negeri

Karanganyar

khususnya

Tahun Ajaran 2013/2014 pada materi

KD

“Lingkungan” menunjukan bahwa isi buku

Lingkungan

hanya berisi kumpulan materi dan latihan

“Lingkungan”,

soal-soal yang kurang memberdayakan

diperoleh

kemampuan berpikir kritis peserta didik,

Karanganyar adalah 66,03, untuk tingkat

selain itu gambar belum menarik, belum

Kota nilainya 79,00, dan untuk tingkat

adanya kesimpulan, penilaian diri dan

provinsi 80,46, dari 156 peserta didik MA

belum memenuhi enam aspek berpikir

Negeri Karanganyar IPA yang mengikuti

kritis secara maksimal.

Ujian Nasional tahun 2013/2014 66,03%

Ditinjau dari analisis persentase

berpikir

kritis

rata-

peserta

pada
rata

didik

indikator

skor
MA

yang
Negeri

yang lulus dan 33,97% tidak lulus (BSNP,

potensi bahan ajar dalam melatihkan
keterampilan

khususnya

2013).

Fascione

Tahap

perencanaan

disusun

berdasarkan hasil tahap penelitian dan

(2013)sebagai berikut: 1) aspek interpretasi

10

pengumpulan

Tahap

pembelajaran Lingkungan yang disesuaikan

dasar

dengan sintaks CBL, rangkuman materi,

penyiapan rancangan awal penyusunan

latihan soal tiap bab, uji kompetensi akhir,

modul berbasis Challenge Based Learning

proses

yang menggunakan indikator berpikir kritis

jawaban, daftar pustaka dan glosarium.

perencanaan

informasi.
digunakan

sebagai

penilaian

pembelajaran,

kunci

Hasil uji coba lapangan awal yang

dan menyiapkan prosedur penelitian untuk

dilakukan

uji kelayakan produk.

terdiri

dari

validasi

ahli,

selengkapanya pada tabel 2.

Hasil pengembangan draft awal

Tabel 2. Hasil Coba Lapangan Awal

modul terdiri dari modul siswa dan modul

Validasi Ahli

guru. Untuk spesifikasi modul siswa yang

Rata-Rata
(%)
92,18

Validasi Materi Modul
Guru
Validasi Materi Modul
Guru
Validasi Pengembangan,
desain dan keterbacaan
modul Guru dan Siswa
Validasi Perangkat
Pembelajaran dan
Evaluasi Modul Guru
Validasi Perangkat
Pembelajaran dan
Evaluasi Modul Siswa
Validasi bahasa Modul
Guru dan Siswa

dikembangkan meliputi judul, karateristik
modul berbasis CBL, pedoman penggunaan
modul siswa, kegiatan pembelajaran yang
berisi materi pembelajaran Lingkungan
yang disesuaikan dengan sintaks CBL,
rangkuman materi, latihan soal tiap bab, uji

Kualif
ikasi
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

88,88
83,69

90,24

Sangat
Baik

97,71

Sangat
Baik

79,16

Baik

kompetensi akhir, lembar penilaian diri,
Hasil revisi produk tahap pertama
kunci

jawaban,

daftar pustaka dan
adalah

revisi

materi

ahli

modul,

glosarium.
pengembangan, desain dan keterbacaan
Spesifikasi

modul

guru

yang
modul,

perangkat

pembelajaran

dan

dikembangkan meliputi judul, karateristik
evaluasi modul, serta bahasa diperoleh
modul berbasis CBL, pedoman penggunaan
produk
modul

CBL,

rancangan

modul

tahap

pertama

layak

pelaksaan
digunakan. Berdasarkan hasil revisi ahli

pembelajaran (RPP), konfirmasi kegiatan
disimpulkan bahwa modul tahap pertama
pembelajaran

yang

berisi

materi

11

siap diuji cobakan ke tahapan uji coba

Challenge Based Learning memperoleh

lapangan.

rata-rata pretest dan postest yang tinggi

Hasil uji coba lapangan

yaitu

dibandingkan kelas yang menggunakan

validasi dari praktisi pendidikan dan dan uji

modul sekolah.
Tabel 5. Uji Anacova

coba terbatas pada 15 siswa.
Tabel 3. Hasil Coba Lapangan Terbatas
Validasi Ahli

Praktisi Pendidikan 1
Praktisi Pendidikan 1
15 Siswa

RataRata
(%)
98,00
93,00
81,55

Berdasarkan

hasil

Kualifikasi

Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik

Variabe
l

F

Kelas
eksperim
en,
control

83,4
7

Taraf
signifik
asi
0.000
(sig <
0.05)

Partial
eta
Squared
0.517

Keputusa
n
H0 ditolak

Uji Anacova yang digunakan adalah
uji

lapangan
Univariate Analysis of Variance bertujuan

terbatas kemudian dilanjutkan revisi produk
untuk mengetahui perbedaan nilai postes
kedua dan disimpulkan bahwa modul
terhadap kelas eksperimen dengan kontrol.
berbasis CBL tidak perlu direvisi tetapi
Berdasarkan

hasil

menunjukkan

terdapat

uji

Anacova

masih diperlukan perbaikan pada cetakan
kata/kalimat,

kejelasan

gambar

perbedaan

nilai

dan
postes antara kelas eksperimen dengan

keterangan gambar untuk dilengkapi.
kontrol karena taraf signifikasi lebih kecil
Tabel 4. Hasil Deskriptif Statistik Nilai

0.05, sehingga disimpulkan bahwa terdapat

Pretest & Postest Kelas X MIA 1 (Eksperimen) dan
X MIA5 (kontrol)
Kelas

Rentang

perbedaan nilai postes antara kelas yang

Pretes X
MIA 1
Postes X
MIA 1

43

Nilai
minimum
30

Nilai
maksimum
73

Ratarata
54,42

menggunakan modul berbasis Challenge

26

60

86

71,70

Based Learning dengan modul sekolah.

Pretes X
MIA 5
Postes X
MIA 5

44

26

70

53,14

33

43

76

61,04

Berdasarkan uji deskriptif statistik
lelas yang menggunakan modul berbasis

12

Tabel

6.

Parameter

Estimasi

Kelas

Pembahasan

Eksperimen dengan Kelas Kontrol
Nilai
Rata-rata
postest

Kelas
Kelas
eksperimen
Kelas kontrol
Kelas
eksperimen
Kelas kontrol

Estimasi

1. Pengembangan

Hasil
71,70

Sig
-

61,04
9,96

0,00(