DRAF JUKNIS BOS 2017
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara yang
berusia 7-15 (tujuh sampai dengan lima belas) tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah
dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam
ayat (3) menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undangundang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan
bagi seluruh siswa pada tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP) serta sekolah lain yang sederajat.
Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun
dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada
tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun
2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar 9 (sembilan)
tahun telah tuntas 7 (tujuh) tahun lebih awal dari target deklarasi
Education For All (EFA) di Dakar.
Konsekuensi selanjutnya dari keberhasilan program wajib belajar 9 tahun
tersebut adalah meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP
ditampung oleh sekolah jenjang menengah.
yang harus
-2-
Namun kondisi yang ada saat ini, partisipasi pendidikan masyarakat
cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan.
Angka partisipasi masyarakat pada jenjang pendidikan dasar lebih tinggi
dibandingkan dengan jenjang pendidikan menengah.
Demikian pula
angka partisipasi masyarakat pada pendidikan tinggi lebih rendah
dibandingkan dengan partisipasi pendidikan menengah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengembangkan rintisan program wajib belajar 12 tahun.
Salah satu tujuan program tersebut adalah memberikan kesempatan
kepada seluruh masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi
untuk mendapatkan layanan pendidikan jenjang menengah.
Untuk mencapai tujuan di atas, Pemerintah telah menyiapkan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan ke sekolah negeri dan
swasta pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.
B.
Pengertian Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia
bagi sekolah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll.
Namun demikian, ada
beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang boleh dibiayai
dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari
dana BOS dibahas pada bab selanjutnya.
C.
Tujuan BOS
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka pembelajaran
yang bermutu, serta berperan dalam mempercepat pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah yang belum memenuhi SPM, dan
pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah yang sudah
memenuhi SPM.
-3-
Tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan dasar adalah:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh
siswa di sekolah negeri
terhadap biaya operasi sekolah;
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Sementara tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan menengah
adalah:
1. Membantu biaya operasional sekolah non personalia;
2. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK);
3. Mengurangi angka putus sekolah;
4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa
miskin
dengan
membebaskan
(fee
waive)
dan/atau
membantu
(discount fee) tagihan biaya sekolah dan biaya lainnya di sekolah;
5. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa
miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan
bermutu;
6. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
D.
Aturan Pelaksanaan BOS
Pelaksanaan program BOS diatur dengan beberapa peraturan, yaitu:
1. Peraturan Presiden yang mengatur Rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
2. Peraturan dari Kementerian Keuangan yang mengatur mekanisme
penyaluran dana BOS dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah dan perpajakan.
3. Peraturan dari Kementerian Dalam Negeri yang mengatur mekanisme
penyaluran dari kas daerah ke sekolah dan mekanisme pengelolaan
(perencanaan dan pelaporan) dana BOS di daerah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk
teknis Bantuan Operasional Sekolah.
Hal-hal yang telah diatur dalam peraturan dari Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri tentang Program BOS tidak dibahas
kembali dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
-4-
BAB II
KETENTUAN UMUM
A.
Sasaran Program
1. Sekolah negeri
a.
Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/
SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
(Dapodikdasmen)
berhak
menerima dana BOS;
b.
Sekolah negeri yang telah masuk dalam kriteria penerima dana
BOS tidak diperkenankan untuk menolak dana BOS yang telah
dialokasikan.
2. Sekolah swasta
a.
Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/
SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) dan sudah
memiliki izin operasional berhak menerima dana BOS;
a. Sekolah swasta yang telah memenuhi kriteria sebagai penerima
dana BOS, berhak menolak dana BOS.
Akan tetapi penolakan
tersebut harus memperoleh persetujuan orang tua siswa melalui
Komite Sekolah, dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan
siswa miskin di sekolah tersebut.
B.
Besar Bantuan
Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah
siswa yang ada di sekolah.
Data jumlah siswa yang digunakan dalam
perhitungan
BOS
besar
dana
bagi
sekolah
adalah
data
dari
Dapodikdasmen dengan kriteria tertentu yang akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.
Adapun satuan biaya untuk perhitungan besar dana BOS yang diberikan
ke sekolah adalah:
1. Jenjang SD
: Rp
800.000,-/siswa/tahun
2. Jenjang SMP
: Rp 1.000.000,-/siswa/tahun
3. Jenjang SMA dan SMK : Rp 1.400.000,-/siswa/tahun
-5-
C.
Waktu Penyaluran
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 (tiga) bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.
Bagi
wilayah
pengambilan
yang
dana
secara
BOS
geografis
oleh
sangat
sekolah
sulit
mengalami
sehingga
hambatan
proses
atau
memerlukan biaya pengambilan yang mahal, atas usulan pemerintah
daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
penyaluran dana BOS kepada sekolah dilakukan setiap semester, yaitu
Januari- Juni dan Juli-Desember.
D.
Ketentuan Bagi Sekolah Penerima BOS
1. Semua sekolah yang menerima dana BOS harus mengikuti petunjuk
teknis BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
2. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMP Satap harus memenuhi
ketentuan pungutan sebagai berikut:
a. Semua sekolah negeri dilarang melakukan pungutan kepada orang
tua/wali siswa;
b. Sekolah swasta yang memungut biaya pendidikan harus mengikuti
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun
2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada
Sekolah Dasar;
c. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang
tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya
yang diperlukan oleh sekolah.
Sumbangan dapat berupa uang
dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,
tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya;
3. Semua
sekolah
SMA/SMALB/SMK
harus
memenuhi
ketentuan
pungutan sebagai berikut:
a. Sebagai
wujud
keberpihakan
terhadap
siswa
miskin
atas
pengalokasian dana BOS, sekolah diwajibkan untuk membebaskan
(fee waive) dan atau meringankan (discount fee) siswa miskin dari
kewajiban
membayar
iuran
sekolah
kegiatan ekstrakurikuler siswa.
dan
biaya-biaya
untuk
Dengan demikian pemerintah
-6-
tidak meninggalkan anak dari kelompok masyarakat yang kurang
beruntung di sisi ekonomi, namun sebaliknya membawa mereka
masuk ke dalam sistem pendidikan dalam rangka menyukseskan
program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun.
b. Khusus
bagi
sekolah
yang
berada
di
provinsi
yang
telah
menerapkan kebijakan lokal terkait pendidikan gratis/tidak boleh
menghimpun partisipasi pembiayaan dari masyarakat, sekolah
tidak diwajibkan memberikan pembebasan (fee waive) dan atau
meringankan (discount fee) biaya pendidikan bagi siswa miskin;
c. Agar kebijakan pembebasan atau pemberian keringanan biaya
sekolah bagi siswa miskin di jenjang menengah ini tepat dalam
implementasinya, maka mekanismenya mengikuti langkah sebagai
berikut:
i.
Kepala Sekolah mengadakan rapat di tingkat sekolah bersama
dengan Komite Sekolah dan atau perwakilan orang tua, guru
pembimbing/bimbingan konseling, wali kelas dan bagian Tata
Usaha
sekolah
diberikan
untuk
manfaat
menentukan
pembebasan
sasaran
dan
siswa
atau
yang
pemberian
keringanan biaya sekolah. Penentuan sasaran siswa penerima
manfaat sepenuhnya menjadi kebijakan sekolah sesuai konsep
MBS;
ii. Pertimbangan
penetapan
sasaran
siswa
miskin
penerima
manfaat didasarkan pada kondisi antara lain:
1) Siswa yang termasuk penerima Program Indonesia Pintar
(PIP) dan Program Keluarga Harapan (PKH);
2) Siswa yang terancam putus sekolah karena tidak mampu
membayar tagihan biaya sekolah dan atau;
3) Siswa yang tingkat kemampuan ekonomi orangtuanya
paling rendah di sekolah.
iii. Selanjutnya Kepala Sekolah menetapkan daftar siswa penerima
manfaat pembebasan dan atau pemberian keringanan biaya
sekolah.
iv. Dalam penentuan besaran pemberian pembebasan dan atau
pemberian
keringanan
biaya
bagi siswa
miskin, sekolah
memperhatikan beberapa faktor di sekolah masing-masing,
antara lain biaya pendidikan tiap siswa selama satu tahun,
jumlah siswa miskin yang ada di sekolah, kebutuhan program
-7-
dan anggaran sekolah per tahun, besar dana BOS yang
diterima sekolah dan dana dari sumber lainnya.
d. Untuk mencapai tujuan Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun pada
jenjang pendidikan menengah, khususnya untuk mengurangi
siswa putus sekolah pada saat transisi dari jenjang pendidikan
dasar, sekolah negeri berupaya menerapkan program ramah sosial
dengan cara melakukan identifikasi dan merekrut siswa miskin
lulusan SMP yang memiliki minat bersekolah dan berpotensi baik
dalam bidang akademik/non akademik dan membebaskan biaya
pendidikannya di sekolah;
e. Sekolah penerima BOS menerapkan mekanisme subsidi silang
dan/atau mencari sumber dana sejenis dari pemerintah daerah,
masyarakat, dan sumber lain yang tidak mengikat dan sukarela
bagi siswa miskin untuk memenuhi tagihan biaya sekolah lainnya
yang belum bisa dipenuhi melalui program BOS;
f.
Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang
tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya
yang diperlukan oleh sekolah.
Sumbangan dapat berupa uang
dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,
tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya;
4. Pemerintah
daerah
harus
ikut
mengendalikan
dan
mengawasi
pungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan sumbangan yang diterima
dari masyarakat/orang tua/wali siswa tersebut mengikuti prinsip
nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparan dan akuntabel;
5. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang
dilakukan
oleh
sekolah
apabila
sekolah
melanggar
peraturan
perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.
E.
Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu
Melalui program BOS SD dan SMP yang terkait pendidikan dasar 9 tahun,
setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses
pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu;
-8-
2. BOS
harus
menjamin
kepastian
lulusan
setingkat
SD
dapat
melanjutkan ke tingkat SMP;
3. Kepala Sekolah SD/SDLB menjamin semua siswa yang akan lulus
dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;
4. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
5. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
6. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan
sekolah.
sumbangan
sukarela
yang tidak mengikat
kepada
Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat
ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta
tidak
mendiskriminasikan
mereka
yang
tidak
memberikan
sumbangan.
F.
Program BOS dan Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun
Program BOS merupakan salah satu program utama pemerintah yang
bertujuan mendukung Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun. Oleh
karena
itu
seluruh
pemangku
kepentingan
pendidikan
wajib
memperhatikan pentingnya program BOS yaitu:
1. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa
miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang
terjangkau dan bermutu;
2. Merupakan sarana penting untuk meningkatkan akses layanan
pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu;
3. Mempersempit kesenjangan angka partisipasi sekolah antar kelompok
penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa);
4. Menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin
putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan
biaya ekstrakurikuler sekolah;
-9-
5. Mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah serta
masyarakat yang mampu, untuk memberikan subsidi pembiayaan
kepada siswa miskin (subsidi silang);
6. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
7. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
8. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan
sekolah.
sumbangan
sukarela
yang tidak mengikat
kepada
Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat
ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta
tidak menimbulkan adanya diskriminasi bagi mereka yang tidak
memberikan sumbangan.
G.
Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Program BOS memberikan dukungan kepada sekolah dalam menerapkan
konsep MBS, yaitu kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan dan
pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing sekolah. Penggunaan dana semata-mata ditujukan hanya
untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada
intervensi atau pemotongan dana dari pihak manapun dan untuk
kepentingan apapun.
Pengelolaan program BOS menjadi kewenangan sekolah secara mandiri
dengan mengikutsertakan Dewan Guru dan Komite Sekolah dengan
menerapkan MBS sebagai berikut:
1. Sekolah mengelola dana secara profesional dengan menerapkan
prinsip efisien, efektif, akuntabel dan transparan;
2. Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah secara rutin;
3. Sekolah harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang
disusun 4 (empat) tahunan;
4. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM),
Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan
- 10 -
Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian
integral dari RKAS tersebut;
5. RKJM, RKT dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah;
6. RKJM, RKT dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik
setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan
oleh
SKPD Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota
(sesuai dengan
kewenangan daerah) untuk sekolah negeri atau yayasan untuk
sekolah swasta.
H.
Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, biaya pendidikan sekolah menjadi tanggung jawab
bersama
antara
Pemerintah
pemerintah,
mengalokasikan
pemerintah
dana
memenuhi biaya operasionalnya.
pemerintah
untuk
BOS
daerah
untuk
dan
masyarakat.
membantu
sekolah
Sampai dengan saat ini kemampuan
menyediakan
pembiayaan
pendidikan
secara
keseluruhan belum dapat direalisasikan, sehingga masih diperlukan
peran serta pemerintah daerah dan masyarakat untuk memenuhi
kekurangan biaya pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah.
Jenis biaya operasional aktual yang dibelanjakan oleh sekolah sangat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan biaya operasional tiap sekolah.
Sementara itu, jenis peruntukan yang diakomodasi dalam BOS saat ini
belum seluruhnya dapat dipenuhi.
Menyikapi hal tersebut, diperlukan adanya sinergi pendanaan melalui
BOS pusat dan BOS daerah provinsi/kabupaten/kota, baik melalui
peningkatan besaran dana yang diberikan maupun jenis peruntukannya.
Adapun jenis pemanfaatan dana yang dialokasikan oleh pemerintah
daerah/masyarakat
pusat.
diharapkan
dapat
melengkapi peruntukan
BOS
- 11 -
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
A.
Tim BOS Pusat
1. Tim Pengarah
a. Menteri
Koordinator
Bidang
Pembangunan
Manusia
dan
Kebudayaan;
b. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas;
c. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Menteri Keuangan;
e. Menteri Dalam Negeri.
2. Penanggung Jawab Umum
a. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud
(Ketua);
b. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Anggota);
c. Deputi
Bidang
Pembangunan
Manusia,
Masyarakat
dan
Kebudayaan, Bappenas (Anggota);
d. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko Bidang
PMK (Anggota);
e. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemdagri (Anggota);
f.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu (Anggota).
3. Penanggung Jawab Program BOS
a. Direktur Pembinaan SMP, Kemdikbud (Ketua);
b. Direktur Pembinaan SD, Kemdikbud (Anggota);
c. Direktur Pembinaan SMA, Kemdikbud (Anggota);
d. Direktur Pembinaan SMK, Kemdikbud (Anggota);
e. Direktur Dana Perimbangan, Kemenkeu (Anggota);
f.
Direktur Fasilitas Dana Perimbangan, Kemdagri (Anggota);
g. Direktur Pendidikan, Bappenas (Anggota);
h. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kemdikbud
(Anggota);
i.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kemdikbud (Anggota);
- 12 -
j.
Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan,
Kemdikbud (Anggota).
4. Tim Pelaksana Program BOS
a. Ketua Tim Pelaksana;
i.
Ketua tim pelaksana SD;
ii. Ketua tim pelaksana SMP;
iii. Ketua tim pelaksana SMA;
iv. Ketua tim pelaksana SMK.
b. Sekretaris Tim Pelaksana
i.
Sekretaris tim pelaksana SD;
ii. Sekretaris tim pelaksana SMP;
iii. Sekretaris tim pelaksana SMA;
iv. Sekretaris tim pelaksana SMK.
c. Penanggung Jawab Sekretariat
i.
Penanggung jawab sekretariat SD;
ii. Penanggung jawab sekretariat SMP;
iii. Penanggung jawab sekretariat SMA;
iv. Penanggung jawab sekretariat SMK;
d. Bendahara
i.
Bendahara SD;
ii. Bendahara SMP;
iii. Bendahara SMA;
iv. Bendahara SMK;
e. Penanggung Jawab Data
i.
Penanggung jawab data SD;
ii. Penanggung jawab data SMP;
iii. Penanggung jawab data SMA;
iv. Penanggung jawab data SMK;
f.
Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah
g. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat
i.
Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SD;
ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMP;
- 13 -
iii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMA;
iv. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMK;
v. Unit
Layanan
Terpadu
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan;
h. Unit Publikasi/Humas
B.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Pusat
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Pusat adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun rancangan program;
2. Melakukan kompilasi data jumlah siswa tiap sekolah dari data yang
diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;
3. Menyusun
dan
menyiapkan
peraturan
yang
terkait
dengan
pelaksanaan program BOS;
4. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program;
5. Melatih dan memberikan sosialisasi kepada Tim BOS Provinsi/
Kabupaten/Kota;
6. Menyalurkan dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
7. Menyediakan media informasi BOS melalui situs resmi Kemdikbud;
8. Merencanakan
dan
melaksanakan
monitoring
sesuai
dengan
ketentutan yang diatur pada bab selanjutnya;
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
10. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang
dilakukan oleh Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota;
11. Memantau laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah;
12. Menyusun laporan pelaksanaan BOS.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Tim BOS Pusat
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
kepada Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota/Sekolah;
2. Mengelola dana operasional dan manajemen secara transparan dan
akuntabel;
- 14 -
3. Dilarang
bertindak
menjadi
distributor/pengecer
dalam
proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Tim BOS Pusat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan.
C.
Tim BOS Provinsi
1. Tim Pengarah
Gubernur.
2. Penanggung Jawab
a. Sekretaris Daerah Provinsi (Ketua);
b. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi (anggota);
c. Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan Daerah (anggota).
3. Tim Pelaksana Program BOS
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Sekretaris Tim Pelaksana;
c. Bendahara;
d. Penanggung Jawab Data;
i.
Penanggung Jawab data BOS Dikdas;
ii. Penanggung Jawab data BOS Dikmen;
e. Tim Dapodikdasmen dari unsur SKPD pendidikan;
f.
Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat;
i.
Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikdas;
ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikmen;
g. Unit Publikasi/Humas (dari unsur Dinas Pendidikan).
D.
Tugas Dan Tanggung Jawab Tim BOS Provinsi
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Provinsi adalah
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan DPA-PPKD berdasarkan alokasi dana BOS untuk
semua jenjang yang ditetapkan dari pusat, dengan mengacu kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku;
- 15 -
2. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan lembaga
penyalur dana BOS yang telah ditunjuk dengan mencantumkan hak
dan kewajiban masing-masing pihak;
3. Melakukan
koordinasi/sosialisasi/pelatihan
kepada
Tim
BOS
Kabupaten/Kota;
4. Melakukan kompilasi data jumlah siswa di tiap sekolah dari data yang
diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;
5. Mempersiapkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) antara provinsi
dengan sekolah yang dilampiri dengan alokasi dana BOS tiap sekolah
berdasarkan Dapodikdasmen;
6. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sebagai penanggung jawab Tim BOS
Provinsi menandatangani NPH atas nama gubernur;
7. Melakukan pencairan dan penyaluran dana BOS ke sekolah tepat
waktu sesuai dengan jumlah siswa di tiap sekolah;
8. Menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim BOS
Pusat yang terdiri atas soft copy SP2D, soft copy rincian dana per
jenjang tiap kabupaten/kota, dan soft copy data pencairan tiap
sekolah;
9. Memerintah lembaga penyalur yang ditunjuk untuk melaporkan hasil
penyaluran dana ke laman BOS Kemdikbud secara online;
10. Memonitor laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah yang dikirim ke laman BOS Kemdikbud;
11. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program BOS di
sekolah sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
12. Melakukan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
13. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang
dilakukan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota;
14. Mengupayakan penambahan dana dari APBD untuk operasional
sekolah dan operasional Tim BOS Provinsi;
15. Membuat dan menyampaikan laporan rekapitulasi pencairan dan
penggunaan dana ke Tim BOS Pusat sesuai ketentuan yang diatur
pada bab selanjutnya.
Karena kewenangan sekolah jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK)
dan sekolah luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB/SLB) telah beralih ke
Pemerintah Daerah Provinsi, Tim BOS Provinsi memiliki tugas lain yang
- 16 -
terkait dengan pelaksanaan BOS di sekolah-sekolah yang menjadi
kewenangannya ini, yaitu:
1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah untuk memasukkan
data pokok pendidikan dalam sistem pendataan yang telah disediakan
oleh Kemdikbud;
2. Memonitor perkembangan pemasukan/updating data yang dilakukan
oleh sekolah secara online;
3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di
sekolah yang diragukan tingkat akurasinya. Selanjutnya meminta
sekolah
untuk
melakukan
perbaikan
data
melalui
sistem
Dapodikdasmen;
4. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah, Komite Sekolah dan
masyarakat tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan
pengawas sekolah;
5. Melakukan pembinaan terhadap sekolah dalam pengelolaan dan
pelaporan dana BOS;
6. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS dari
sekolah, baik yang disampaikan secara offline maupun online;
7. Menegur dan memerintahkan sekolah yang belum membuat laporan;
8. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan
dana BOS dari sekolah untuk disampaikan ke Tim BOS Pusat sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
9. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan
memberdayakan pengawas sekolah sebagai tim monitoring provinsi;
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Provinsi
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan menggunakan dana BOS yang telah ditransfer
dari RKUN ke RKUD untuk kepentingan selain BOS;
2. Dilarang dengan sengaja melakukan penundaan pencairan dana BOS
ke sekolah, kecuali dalam rangka pemberian sanksi kepada sekolah
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan BOS;
3. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
terhadap Tim BOS Kabupaten/Kota/Sekolah;
4. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang
dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS;
- 17 -
5. Tidak
diperkenankan
mendorong
sekolah
untuk
melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;
6. Dilarang
bertindak
menjadi
distributor/pengecer
dalam
proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Provinsi di atas dapat disesuaikan di daerah masingmasing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan
program BOS dan struktur kedinasan di provinsi.
ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur.
Tim BOS Provinsi
Sekretariat Tim BOS
Provinsi berada di kantor SKPD Pendidikan Provinsi.
E.
Tim BOS Kabupaten/Kota
1. Tim Pengarah
Bupati/Walikota.
2. Penanggung Jawab
Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota.
3. Tim Pelaksana (dari SKPD Pendidikan)
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Penanggung jawab data SD;
c. Penanggung jawab data SMP;
d. Tim Dapodikdas;
e. Unit monitoring dan evaluasi dan pelayanan dan penanganan
pengaduan masyarakat.
F.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Kabupaten/Kota
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut:
1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah jenjang pendidikan
dasar untuk memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem
pendataan yang telah disediakan oleh Kemdikbud;
2. Melakukan monitoring perkembangan pemasukan/updating data yang
dilakukan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara online;
3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di
sekolah jenjang pendidikan dasar yang diragukan tingkat akurasinya.
- 18 -
Selanjutnya meminta sekolah untuk melakukan perbaikan data
melalui sistem Dapodikdasmen;
4. Memverifikasi sekolah kecil yang memenuhi syarat/kriteria yang telah
ditetapkan untuk diusulkan ke Tim BOS Provinsi agar memperoleh
alokasi dana BOS minimal;
5. Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
Tim BOS Kabupaten/Kota menandatangani Naskah Perjanjian Hibah
(NPH) mewakili sekolah jenjang pendidikan dasar;
6. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah jenjang pendidikan
dasar, Komite Sekolah
dan
masyarakat
tentang program
BOS
termasuk melalui pemberdayaan pengawas sekolah;
7. Mengupayakan penambahan dana dari APBD Kabupaten/Kota untuk
operasional sekolah jenjang pendidikan dasar dan untuk operasional
Tim BOS Kabupaten/Kota;
8. Melakukan pembinaan terhadap sekolah jenjang pendidikan dasar
dalam pengelolaan dan pelaporan dana BOS;
9. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS
yang disampaikan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara offline
maupun secara online;
10. Menegur dan memerintahkan sekolah jenjang pendidikan dasar yang
belum membuat laporan;
11. Mengumpulkan dan merekapitulasi
laporan realisasi penggunaan
dana BOS dari sekolah jenjang pendidikan dasar untuk disampaikan
kepada Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sesuai ketentuan yang
diatur pada bab selanjutnya;
12. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan
memberdayakan
pengawas
sekolah
sebagai
tim
monitoring
kabupaten/kota;
13. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Kabupaten/
Kota harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
terhadap sekolah;
2. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang
dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS;
- 19 -
3. Tidak
diperkenankan
mendorong
sekolah
untuk
melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;
4. Dilarang
bertindak
menjadi
distributor/pengecer
dalam
proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Kabupaten/Kota di atas dapat disesuaikan di daerah
masing-masing,
dengan
mempertimbangkan
beban
kerja
dalam
pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di kabupaten/kota. Tim
BOS
Kabupaten/Kota
Walikota.
ditetapkan
dengan
Surat
Keputusan
Bupati/
Sekretariat Tim BOS Kabupaten/Kota berada di kantor SKPD
pendidikan kabupaten/kota.
G.
Tim BOS Sekolah
1. Penanggung Jawab
Kepala Sekolah
2. Anggota
a. Pemegang Kas Sekolah;
b. Satu orang dari unsur orang tua siswa di luar Komite Sekolah yang
dipilih
oleh
Kepala
Sekolah
dan
Komite
Sekolah
dengan
mempertimbangkan kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya
konflik kepentingan;
c. Penanggung jawab pendataan.
H.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Sekolah
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Mengisi, mengirim dan meng-update data pokok pendidikan secara
lengkap ke dalam sistem Dapodikdasmen sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan;
2. Memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sesuai dengan
kondisi riil di sekolah;
3. Memverifikasi kesesuaian jumlah dana yang diterima dengan data
siswa yang ada;
4. Menyelenggarakan pembukuan secara lengkap sesuai ketentuan yang
diatur pada bab selanjutnya;
- 20 -
5. Memenuhi ketentuan transparansi pengelolaan dan penggunaan dana
BOS sebagaimana diatur pada bab selanjutnya;
6. Menyusun
dan
menyampaikan
laporan
secara
lengkap
sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
7. Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana
BOS yang diterima;
8. Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan
bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS;
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
10. Untuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar, memasang spanduk di
sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan, menjelang dan
selama masa penerimaan siswa baru;
11. Perwakilan orang tua dalam Tim BOS Sekolah memiliki fungsi kontrol,
pengawasan, dan memberi masukan dalam pelaksanaan tanggung
jawab Tim BOS Sekolah.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Sekolah
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Bersedia diaudit oleh lembaga yang memiliki kewenangan melakukan
audit sesuai peraturan perundangan yang belaku terhadap seluruh
dana yang dikelola sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun
dari sumber lain;
2. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer pembelian buku
kepada siswa di sekolah yang bersangkutan.
Tim BOS Sekolah ditetapkan dengan Surat Keputusan dari Kepala Sekolah.
- 21 -
BAB IV
PENETAPAN ALOKASI
A.
Pendataan
Tahapan pendataan melalui sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dapodikdasmen) merupakan langkah awal dalam proses
pengalokasian
dan
penyaluran
dana
BOS.
Tahapan
pendataan
Dapodikdasmen adalah sebagai berikut:
1. Sekolah menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan
sesuai dengan kebutuhan;
2. Sekolah melakukan sosialisasi ke seluruh siswa, pendidik dan tenaga
kependidikan tentang cara pengisian formulir pendataan;
3. Sekolah membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk
diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;
4. Sekolah memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data
profil sekolah, rombongan belajar, individu siswa, pendidik dan tenaga
kependidikan, serta sarana dan prasarana;
5. Sekolah
memasukkan/meng-update
data
ke
dalam
aplikasi
Dapodikdasmen secara offline yang telah disiapkan oleh Kemdikbud,
kemudian mengirim ke server Kemdikbud secara online;
6. Sekolah harus mem-backup seluruh data yang telah di-entry;
7. Formulir yang telah diisi secara manual oleh siswa/pendidik/tenaga
kependidikan/sekolah harus disimpan di sekolah masing-masing
untuk keperluan monitoring dan audit;
8. Melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data,
minimal satu kali dalam satu semester;
9. Sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat
mengenai penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan data yang
di-input sudah masuk ke dalam server Kemdikbud;
10. Sekolah memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sudah
sesuai dengan kondisi riil di sekolah;
- 22 -
11. Tim
BOS
Kabupaten/Kota
bertanggung
jawab
terhadap
proses
pendataan bagi sekolah jenjang pendidikan dasar yang memiliki
keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri. Sementara
di jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa tanggung
jawab ini ada pada Tim BOS Provinsi.
B.
Penetapan Alokasi BOS Tiap Provinsi/Kabupaten/Kota
1. Sebagai langkah awal, pada setiap awal tahun pelajaran baru, Tim
BOS Kabupaten/Kota bersama Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Pusat
melakukan rekonsiliasi perkembangan update data jumlah siswa di
tiap sekolah yang ada pada Dapodikdasmen sebagai persiapan
pengambilan data untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran
mendatang;
2. Sebagai tindak lanjutnya Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/
Kota melakukan kontrol terhadap data jumlah siswa di tiap sekolah
sesuai jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan masing-masing;
3. Apabila terdapat perbedaan dengan data riil di sekolah, maka Tim BOS
Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan jenjang
pendidikan
yang
menjadi
kewenangan
masing-masing
meminta
kepada sekolah untuk memperbaiki data yang ada pada sistem
Dapodikdasmen;
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengambilan
data jumlah siswa pada Dapodikdasmen untuk membuat usulan
alokasi dana BOS tiap provinsi/kabupaten/kota yang akan dikirim ke
Kementerian Keuangan untuk dijadikan dasar penetapan alokasi dana
BOS tiap provinsi/kabupaten/kota pada tahun anggaran berikutnya;
5. Alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota tersebut dihitung sebagai
hasil rekapitulasi dari data jumlah siswa di tiap sekolah yang ada di
Dapodikdasmen pada tahun pelajaran yang sedang berjalan ditambah
dengan perkiraan pertambahan jumlah siswa tahun pelajaran baru;
6. Pemerintah
menetapkan alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota
melalui peraturan yang berlaku.
- 23 -
C.
Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah
1. Provinsi
mengunduh
data
jumlah
siswa
di
tiap
sekolah
dari
Dapodikdasmen, yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan
alokasi dana BOS tiap sekolah. Data yang diunduh provinsi ini adalah
data dari Dapodikdasmen yang telah diambil (cut-off) oleh Tim
Dapodikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Alokasi BOS untuk sekolah ditetapkan dengan ketentuan berikut:
a. Data yang dijadikan sebagai acuan adalah:
i.
Data hasil cut off sebelum triwulan/semester berjalan, yang
digunakan sebagai dasar penyaluran awal. Penggunaan data
ini dengan mempertimbangkan agar proses pencairan dana
BOS sudah dapat dilakukan sebelum masuk triwulan/semester
sehingga
sekolah
dapat
menerima
dana
BOS
di
awal
triwulan/semester;
ii. Data hasil cut off pada triwulan/semester berjalan, yang
digunakan untuk informasi pelengkap dalam perhitungan
kelebihan atau kekurangan penyaluran dana BOS di triwulan/
semester berjalan yang sudah dilakukan menggunakan data
sebelum triwulan/semester berjalan.
b. Cut off data dilaksanakan dalam rangka pengembilan data untuk
penetapan alokasi di sekolah adalah sebagai berikut:
i.
Cut-off tanggal 15 Desember. Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;
ii. Cut-off tanggal 30 Januari.
Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Namun
apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa
semester II Tahun Pelajaran 2016/2017, maka data jumlah
siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester I Tahun
Pelajaran 2016/2017;
iii. Cut-off tanggal 30 April. Data yang diambil adalah data jumlah
siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017;
iv. Cut-off tanggal 21 September. Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Namun
apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa
semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, maka data jumlah
- 24 -
siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester II Tahun
Pelajaran 2016/2017;
v. Cut-off tanggal 30 Oktober.
Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
c. Untuk penyaluran dana BOS triwulanan, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i.
Triwulan I
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan I menggunakan data jumlah
siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15 Desember,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan I untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 15
Desember dan hasil cut off tanggal 30 Januari.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30
Januari,
maka
Tim
BOS
Provinsi
dapat
melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).
Hasil verifikasi
tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di
atas yang akan digunakan dalam penetapan alokasi final
sekolah di triwulan I.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan I sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
ii. Triwulan II
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan II menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30
Januari, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
- 25 -
2) Perhitungan alokasi final triwulan II untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30
Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April,
maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang
digunakan
dalam penetapan
alokasi final sekolah
di
triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan II sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
iii. Triwulan III
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan III menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan III untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April
dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober,
maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang
digunakan
triwulan III.
dalam penetapan
alokasi final sekolah
di
- 26 -
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan III sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
iv. Triwulan IV
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan IV menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 21
September, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan IV untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 21
September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 21 September dengan hasil cut off tanggal 30
Oktober,
maka
Tim
BOS
Provinsi
dapat
melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).
Hasil verifikasi
tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di
atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah
di triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan IV sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku.
d. Untuk penyaluran dana BOS semesteran, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i.
Semester I
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS semester I menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15
Desember, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
- 27 -
2) Perhitungan alokasi final semester I untuk tiap sekolah
tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu
dengan menggabungkan alokasi final triwulan I dan alokasi
final triwulan II. Alokasi final triwulan I dilakukan dengan
membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah
pada hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off
tanggal 30 Januari.
Sedangkan alokasi final triwulan II
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30
Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30
Januari untuk triwulan I, dan antara hasil cut off tanggal 30
Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April untuk triwulan
II, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off pada masingmasing triwulan di atas yang digunakan dalam penetapan
alokasi final sekolah di triwulan I dan triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan I dan triwulan II sesuai dengan
ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang
berlaku.
Adapun alokasi dana final semester I adalah
dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan I dan
triwulan II.
ii. Semester II
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS semester II menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final semester II untuk tiap sekolah
tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu
- 28 -
dengan menggabungkan alokasi final triwulan III dan
alokasi final triwulan IV.
Alokasi final triwulan III
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April
dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Sedangkan alokasi
final triwulan IV dilakukan dengan membandingkan data
jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off
tanggal 21 September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober
untuk triwulan III, dan antara hasil cut off tanggal 21
September dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober untuk
triwulan IV, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).
Hasil verifikasi
tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off
pada masing-masing triwulan di atas yang digunakan
dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan III dan
triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan III dan triwulan IV sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah
yang berlaku. Adapun alokasi dana final semester II adalah
dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan III dan
triwulan IV.
e. Pada
kasus-kasus
tertentu
dimana
terjadi
perbedaan
yang
signifikan antara data yang sudah diinput/disinkron sekolah
dengan data hasil cut off dari Dapodikdasmen, sekolah dapat
melakukan klarifikasi kepada pengelola Dapodikdasmen.
Apabila berdasarkan hasil klarifikasi tersebut ternyata perbedaan
data
terjadi
akibat
kesalahan
dalam
proses
pada
sistem
Dapodikdasmen, maka sekolah dapat meminta kepada pengelola
Dapodikdasmen untuk mengeluarkan surat keterangan resmi yang
menyatakan data jumlah siswa sebenarnya dari sekolah tersebut
yang seharusnya tertera dalam data hasil cut off.
- 29 -
Surat keterangan ini untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada
Tim BOS Provinsi untuk melakukan revisi terhadap data hasil cut
off Dapodikdasmen yang sudah diunduh oleh Tim BOS Provinsi.
Secara ringkas tahap pengambilan data Dapodikdasmen yang akan
dilakukan pada pelaksanaan BOS tahun 2016 dapat dilihat dalam
Gambar 1 di bawah.
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Triwulan 4
Ags Sep Okt Nop Des
15
Des
30
Jan
30
Apr
21
Sep
30
Okt
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
ST-2
+
BT-1
ST-1
ST-3
+
BT-2
BT-3
+
BT-4
ST-4
Gambar 1
Tahap Pendataan Untuk Pencairan Dana BOS
Keterangan:
D-1
: cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan I (tanggal 15 Desember);
D-2
: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran triwulan I dan untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan II (tanggal 30 Januari);
D-3
: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran
triwulan
II
dan
untuk
penetapan
alokasi
sementara penyaluran triwulan III (tanggal 30 April);
D-4
: cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan IV (tanggal 21 September);
D-5
: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran triwulan III dan triwulan IV (tanggal 30 Oktober);
ST-1 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan I;
ST-2 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan II;
ST-3 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan III;
ST-4 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan IV;
BT-1 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan I;
- 30 -
BT-2 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan II;
BT-3 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan III;
BT-4 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan IV.
Data
Dapodikdasmen
yang
digunakan
sebagai
acuan
dalam
perhitungan alokasi BOS tiap sekolah adalah data individu siswa yang
telah diinputkan ke dalam aplikasi Dapodikdasmen secara valid, yaitu
yang telah terisi lengkap variabel inputnya dan difinalkan oleh Tim
Dapodikdasmen Pusat dalam bentuk data hasil cut-off. Khusus untuk
SMA, data jumlah siswa yang diperhitungkan dalam alokasi BOS
bersumber dari isian data individu siswa yang telah dilengkapi dengan
Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan lolos proses verifikasi dan
validasi di basis data Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Untuk sekolah jenjang pendidikan dasar dan sekolah luar biasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai kebijakan
khusus terkait perhitungan alokasi BOS bagi sekolah-sekolah dengan
jumlah siswa kurang dari 60 siswa, yaitu kebijakan dana BOS untuk
sekolah
kecil
dengan
sebanyak 60 siswa.
memberikan
alokasi
dana
BOS
minimal
Kebijakan ini didasar
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara yang
berusia 7-15 (tujuh sampai dengan lima belas) tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 34 ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah
dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam
ayat (3) menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undangundang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan pendidikan
bagi seluruh siswa pada tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP) serta sekolah lain yang sederajat.
Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun
dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada
tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun
2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar 9 (sembilan)
tahun telah tuntas 7 (tujuh) tahun lebih awal dari target deklarasi
Education For All (EFA) di Dakar.
Konsekuensi selanjutnya dari keberhasilan program wajib belajar 9 tahun
tersebut adalah meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP
ditampung oleh sekolah jenjang menengah.
yang harus
-2-
Namun kondisi yang ada saat ini, partisipasi pendidikan masyarakat
cenderung menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan.
Angka partisipasi masyarakat pada jenjang pendidikan dasar lebih tinggi
dibandingkan dengan jenjang pendidikan menengah.
Demikian pula
angka partisipasi masyarakat pada pendidikan tinggi lebih rendah
dibandingkan dengan partisipasi pendidikan menengah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengembangkan rintisan program wajib belajar 12 tahun.
Salah satu tujuan program tersebut adalah memberikan kesempatan
kepada seluruh masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi
untuk mendapatkan layanan pendidikan jenjang menengah.
Untuk mencapai tujuan di atas, Pemerintah telah menyiapkan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang akan disalurkan ke sekolah negeri dan
swasta pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.
B.
Pengertian Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia
bagi sekolah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll.
Namun demikian, ada
beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang boleh dibiayai
dengan dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari
dana BOS dibahas pada bab selanjutnya.
C.
Tujuan BOS
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka pembelajaran
yang bermutu, serta berperan dalam mempercepat pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) pada sekolah yang belum memenuhi SPM, dan
pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada sekolah yang sudah
memenuhi SPM.
-3-
Tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan dasar adalah:
1. Membebaskan pungutan bagi seluruh
siswa di sekolah negeri
terhadap biaya operasi sekolah;
2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Sementara tujuan khusus BOS pada jenjang pendidikan menengah
adalah:
1. Membantu biaya operasional sekolah non personalia;
2. Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK);
3. Mengurangi angka putus sekolah;
4. Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affimative action) bagi siswa
miskin
dengan
membebaskan
(fee
waive)
dan/atau
membantu
(discount fee) tagihan biaya sekolah dan biaya lainnya di sekolah;
5. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa
miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan
bermutu;
6. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
D.
Aturan Pelaksanaan BOS
Pelaksanaan program BOS diatur dengan beberapa peraturan, yaitu:
1. Peraturan Presiden yang mengatur Rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
2. Peraturan dari Kementerian Keuangan yang mengatur mekanisme
penyaluran dana BOS dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah dan perpajakan.
3. Peraturan dari Kementerian Dalam Negeri yang mengatur mekanisme
penyaluran dari kas daerah ke sekolah dan mekanisme pengelolaan
(perencanaan dan pelaporan) dana BOS di daerah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang petunjuk
teknis Bantuan Operasional Sekolah.
Hal-hal yang telah diatur dalam peraturan dari Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri tentang Program BOS tidak dibahas
kembali dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
-4-
BAB II
KETENTUAN UMUM
A.
Sasaran Program
1. Sekolah negeri
a.
Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/
SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
(Dapodikdasmen)
berhak
menerima dana BOS;
b.
Sekolah negeri yang telah masuk dalam kriteria penerima dana
BOS tidak diperkenankan untuk menolak dana BOS yang telah
dialokasikan.
2. Sekolah swasta
a.
Seluruh SD/SMP/SMP Satap/SMA/SMA Satap/SMK, dan SDLB/
SMPLB/SMALB/SLB yang sudah terdata dalam sistem Data Pokok
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dapodikdasmen) dan sudah
memiliki izin operasional berhak menerima dana BOS;
a. Sekolah swasta yang telah memenuhi kriteria sebagai penerima
dana BOS, berhak menolak dana BOS.
Akan tetapi penolakan
tersebut harus memperoleh persetujuan orang tua siswa melalui
Komite Sekolah, dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan
siswa miskin di sekolah tersebut.
B.
Besar Bantuan
Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah
siswa yang ada di sekolah.
Data jumlah siswa yang digunakan dalam
perhitungan
BOS
besar
dana
bagi
sekolah
adalah
data
dari
Dapodikdasmen dengan kriteria tertentu yang akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.
Adapun satuan biaya untuk perhitungan besar dana BOS yang diberikan
ke sekolah adalah:
1. Jenjang SD
: Rp
800.000,-/siswa/tahun
2. Jenjang SMP
: Rp 1.000.000,-/siswa/tahun
3. Jenjang SMA dan SMK : Rp 1.400.000,-/siswa/tahun
-5-
C.
Waktu Penyaluran
Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 (tiga) bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember.
Bagi
wilayah
pengambilan
yang
dana
secara
BOS
geografis
oleh
sangat
sekolah
sulit
mengalami
sehingga
hambatan
proses
atau
memerlukan biaya pengambilan yang mahal, atas usulan pemerintah
daerah dan persetujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
penyaluran dana BOS kepada sekolah dilakukan setiap semester, yaitu
Januari- Juni dan Juli-Desember.
D.
Ketentuan Bagi Sekolah Penerima BOS
1. Semua sekolah yang menerima dana BOS harus mengikuti petunjuk
teknis BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
2. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMP Satap harus memenuhi
ketentuan pungutan sebagai berikut:
a. Semua sekolah negeri dilarang melakukan pungutan kepada orang
tua/wali siswa;
b. Sekolah swasta yang memungut biaya pendidikan harus mengikuti
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun
2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada
Sekolah Dasar;
c. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang
tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya
yang diperlukan oleh sekolah.
Sumbangan dapat berupa uang
dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,
tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya;
3. Semua
sekolah
SMA/SMALB/SMK
harus
memenuhi
ketentuan
pungutan sebagai berikut:
a. Sebagai
wujud
keberpihakan
terhadap
siswa
miskin
atas
pengalokasian dana BOS, sekolah diwajibkan untuk membebaskan
(fee waive) dan atau meringankan (discount fee) siswa miskin dari
kewajiban
membayar
iuran
sekolah
kegiatan ekstrakurikuler siswa.
dan
biaya-biaya
untuk
Dengan demikian pemerintah
-6-
tidak meninggalkan anak dari kelompok masyarakat yang kurang
beruntung di sisi ekonomi, namun sebaliknya membawa mereka
masuk ke dalam sistem pendidikan dalam rangka menyukseskan
program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun.
b. Khusus
bagi
sekolah
yang
berada
di
provinsi
yang
telah
menerapkan kebijakan lokal terkait pendidikan gratis/tidak boleh
menghimpun partisipasi pembiayaan dari masyarakat, sekolah
tidak diwajibkan memberikan pembebasan (fee waive) dan atau
meringankan (discount fee) biaya pendidikan bagi siswa miskin;
c. Agar kebijakan pembebasan atau pemberian keringanan biaya
sekolah bagi siswa miskin di jenjang menengah ini tepat dalam
implementasinya, maka mekanismenya mengikuti langkah sebagai
berikut:
i.
Kepala Sekolah mengadakan rapat di tingkat sekolah bersama
dengan Komite Sekolah dan atau perwakilan orang tua, guru
pembimbing/bimbingan konseling, wali kelas dan bagian Tata
Usaha
sekolah
diberikan
untuk
manfaat
menentukan
pembebasan
sasaran
dan
siswa
atau
yang
pemberian
keringanan biaya sekolah. Penentuan sasaran siswa penerima
manfaat sepenuhnya menjadi kebijakan sekolah sesuai konsep
MBS;
ii. Pertimbangan
penetapan
sasaran
siswa
miskin
penerima
manfaat didasarkan pada kondisi antara lain:
1) Siswa yang termasuk penerima Program Indonesia Pintar
(PIP) dan Program Keluarga Harapan (PKH);
2) Siswa yang terancam putus sekolah karena tidak mampu
membayar tagihan biaya sekolah dan atau;
3) Siswa yang tingkat kemampuan ekonomi orangtuanya
paling rendah di sekolah.
iii. Selanjutnya Kepala Sekolah menetapkan daftar siswa penerima
manfaat pembebasan dan atau pemberian keringanan biaya
sekolah.
iv. Dalam penentuan besaran pemberian pembebasan dan atau
pemberian
keringanan
biaya
bagi siswa
miskin, sekolah
memperhatikan beberapa faktor di sekolah masing-masing,
antara lain biaya pendidikan tiap siswa selama satu tahun,
jumlah siswa miskin yang ada di sekolah, kebutuhan program
-7-
dan anggaran sekolah per tahun, besar dana BOS yang
diterima sekolah dan dana dari sumber lainnya.
d. Untuk mencapai tujuan Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun pada
jenjang pendidikan menengah, khususnya untuk mengurangi
siswa putus sekolah pada saat transisi dari jenjang pendidikan
dasar, sekolah negeri berupaya menerapkan program ramah sosial
dengan cara melakukan identifikasi dan merekrut siswa miskin
lulusan SMP yang memiliki minat bersekolah dan berpotensi baik
dalam bidang akademik/non akademik dan membebaskan biaya
pendidikannya di sekolah;
e. Sekolah penerima BOS menerapkan mekanisme subsidi silang
dan/atau mencari sumber dana sejenis dari pemerintah daerah,
masyarakat, dan sumber lain yang tidak mengikat dan sukarela
bagi siswa miskin untuk memenuhi tagihan biaya sekolah lainnya
yang belum bisa dipenuhi melalui program BOS;
f.
Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang
tua/wali siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya
yang diperlukan oleh sekolah.
Sumbangan dapat berupa uang
dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,
tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya;
4. Pemerintah
daerah
harus
ikut
mengendalikan
dan
mengawasi
pungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan sumbangan yang diterima
dari masyarakat/orang tua/wali siswa tersebut mengikuti prinsip
nirlaba dan dikelola dengan prinsip transparan dan akuntabel;
5. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang
dilakukan
oleh
sekolah
apabila
sekolah
melanggar
peraturan
perundang-undangan dan dinilai meresahkan masyarakat.
E.
Program BOS dan Wajib Belajar 9 Tahun yang Bermutu
Melalui program BOS SD dan SMP yang terkait pendidikan dasar 9 tahun,
setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses
pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu;
-8-
2. BOS
harus
menjamin
kepastian
lulusan
setingkat
SD
dapat
melanjutkan ke tingkat SMP;
3. Kepala Sekolah SD/SDLB menjamin semua siswa yang akan lulus
dapat melanjutkan ke tingkat SMP/SMPLB;
4. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
5. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
6. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan
sekolah.
sumbangan
sukarela
yang tidak mengikat
kepada
Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat
ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta
tidak
mendiskriminasikan
mereka
yang
tidak
memberikan
sumbangan.
F.
Program BOS dan Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun
Program BOS merupakan salah satu program utama pemerintah yang
bertujuan mendukung Rintisan Program Wajib Belajar 12 Tahun. Oleh
karena
itu
seluruh
pemangku
kepentingan
pendidikan
wajib
memperhatikan pentingnya program BOS yaitu:
1. Memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi siswa
miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan menengah yang
terjangkau dan bermutu;
2. Merupakan sarana penting untuk meningkatkan akses layanan
pendidikan menengah yang terjangkau dan bermutu;
3. Mempersempit kesenjangan angka partisipasi sekolah antar kelompok
penghasilan (kaya-miskin), dan antar wilayah (kota-desa);
4. Menyediakan sumber dana bagi sekolah untuk mencegah siswa miskin
putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah dan
biaya ekstrakurikuler sekolah;
-9-
5. Mendorong dan memberikan motivasi kepada pemerintah daerah serta
masyarakat yang mampu, untuk memberikan subsidi pembiayaan
kepada siswa miskin (subsidi silang);
6. Kepala Sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di
lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;
7. Kepala Sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan
akuntabel;
8. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya
memberikan
sekolah.
sumbangan
sukarela
yang tidak mengikat
kepada
Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat
ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta
tidak menimbulkan adanya diskriminasi bagi mereka yang tidak
memberikan sumbangan.
G.
Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Program BOS memberikan dukungan kepada sekolah dalam menerapkan
konsep MBS, yaitu kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan dan
pengawasan program yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing sekolah. Penggunaan dana semata-mata ditujukan hanya
untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada
intervensi atau pemotongan dana dari pihak manapun dan untuk
kepentingan apapun.
Pengelolaan program BOS menjadi kewenangan sekolah secara mandiri
dengan mengikutsertakan Dewan Guru dan Komite Sekolah dengan
menerapkan MBS sebagai berikut:
1. Sekolah mengelola dana secara profesional dengan menerapkan
prinsip efisien, efektif, akuntabel dan transparan;
2. Sekolah melakukan evaluasi diri sekolah secara rutin;
3. Sekolah harus memiliki Rencana Kerja Jangka Menengah yang
disusun 4 (empat) tahunan;
4. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM),
Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kegiatan dan
- 10 -
Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian
integral dari RKAS tersebut;
5. RKJM, RKT dan RKAS harus didasarkan hasil evaluasi diri sekolah;
6. RKJM, RKT dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan pendidik
setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan
oleh
SKPD Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota
(sesuai dengan
kewenangan daerah) untuk sekolah negeri atau yayasan untuk
sekolah swasta.
H.
Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, biaya pendidikan sekolah menjadi tanggung jawab
bersama
antara
Pemerintah
pemerintah,
mengalokasikan
pemerintah
dana
memenuhi biaya operasionalnya.
pemerintah
untuk
BOS
daerah
untuk
dan
masyarakat.
membantu
sekolah
Sampai dengan saat ini kemampuan
menyediakan
pembiayaan
pendidikan
secara
keseluruhan belum dapat direalisasikan, sehingga masih diperlukan
peran serta pemerintah daerah dan masyarakat untuk memenuhi
kekurangan biaya pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah.
Jenis biaya operasional aktual yang dibelanjakan oleh sekolah sangat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan biaya operasional tiap sekolah.
Sementara itu, jenis peruntukan yang diakomodasi dalam BOS saat ini
belum seluruhnya dapat dipenuhi.
Menyikapi hal tersebut, diperlukan adanya sinergi pendanaan melalui
BOS pusat dan BOS daerah provinsi/kabupaten/kota, baik melalui
peningkatan besaran dana yang diberikan maupun jenis peruntukannya.
Adapun jenis pemanfaatan dana yang dialokasikan oleh pemerintah
daerah/masyarakat
pusat.
diharapkan
dapat
melengkapi peruntukan
BOS
- 11 -
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
A.
Tim BOS Pusat
1. Tim Pengarah
a. Menteri
Koordinator
Bidang
Pembangunan
Manusia
dan
Kebudayaan;
b. Menteri Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas;
c. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Menteri Keuangan;
e. Menteri Dalam Negeri.
2. Penanggung Jawab Umum
a. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud
(Ketua);
b. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Anggota);
c. Deputi
Bidang
Pembangunan
Manusia,
Masyarakat
dan
Kebudayaan, Bappenas (Anggota);
d. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko Bidang
PMK (Anggota);
e. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemdagri (Anggota);
f.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu (Anggota).
3. Penanggung Jawab Program BOS
a. Direktur Pembinaan SMP, Kemdikbud (Ketua);
b. Direktur Pembinaan SD, Kemdikbud (Anggota);
c. Direktur Pembinaan SMA, Kemdikbud (Anggota);
d. Direktur Pembinaan SMK, Kemdikbud (Anggota);
e. Direktur Dana Perimbangan, Kemenkeu (Anggota);
f.
Direktur Fasilitas Dana Perimbangan, Kemdagri (Anggota);
g. Direktur Pendidikan, Bappenas (Anggota);
h. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kemdikbud
(Anggota);
i.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kemdikbud (Anggota);
- 12 -
j.
Kepala Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan,
Kemdikbud (Anggota).
4. Tim Pelaksana Program BOS
a. Ketua Tim Pelaksana;
i.
Ketua tim pelaksana SD;
ii. Ketua tim pelaksana SMP;
iii. Ketua tim pelaksana SMA;
iv. Ketua tim pelaksana SMK.
b. Sekretaris Tim Pelaksana
i.
Sekretaris tim pelaksana SD;
ii. Sekretaris tim pelaksana SMP;
iii. Sekretaris tim pelaksana SMA;
iv. Sekretaris tim pelaksana SMK.
c. Penanggung Jawab Sekretariat
i.
Penanggung jawab sekretariat SD;
ii. Penanggung jawab sekretariat SMP;
iii. Penanggung jawab sekretariat SMA;
iv. Penanggung jawab sekretariat SMK;
d. Bendahara
i.
Bendahara SD;
ii. Bendahara SMP;
iii. Bendahara SMA;
iv. Bendahara SMK;
e. Penanggung Jawab Data
i.
Penanggung jawab data SD;
ii. Penanggung jawab data SMP;
iii. Penanggung jawab data SMA;
iv. Penanggung jawab data SMK;
f.
Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah
g. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat
i.
Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SD;
ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMP;
- 13 -
iii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMA;
iv. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat SMK;
v. Unit
Layanan
Terpadu
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan;
h. Unit Publikasi/Humas
B.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Pusat
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Pusat adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun rancangan program;
2. Melakukan kompilasi data jumlah siswa tiap sekolah dari data yang
diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;
3. Menyusun
dan
menyiapkan
peraturan
yang
terkait
dengan
pelaksanaan program BOS;
4. Merencanakan dan melakukan sosialisasi program;
5. Melatih dan memberikan sosialisasi kepada Tim BOS Provinsi/
Kabupaten/Kota;
6. Menyalurkan dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
7. Menyediakan media informasi BOS melalui situs resmi Kemdikbud;
8. Merencanakan
dan
melaksanakan
monitoring
sesuai
dengan
ketentutan yang diatur pada bab selanjutnya;
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
10. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang
dilakukan oleh Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota;
11. Memantau laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah;
12. Menyusun laporan pelaksanaan BOS.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Tim BOS Pusat
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
kepada Tim BOS Provinsi/Kabupaten/Kota/Sekolah;
2. Mengelola dana operasional dan manajemen secara transparan dan
akuntabel;
- 14 -
3. Dilarang
bertindak
menjadi
distributor/pengecer
dalam
proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Tim BOS Pusat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan.
C.
Tim BOS Provinsi
1. Tim Pengarah
Gubernur.
2. Penanggung Jawab
a. Sekretaris Daerah Provinsi (Ketua);
b. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi (anggota);
c. Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan Daerah (anggota).
3. Tim Pelaksana Program BOS
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Sekretaris Tim Pelaksana;
c. Bendahara;
d. Penanggung Jawab Data;
i.
Penanggung Jawab data BOS Dikdas;
ii. Penanggung Jawab data BOS Dikmen;
e. Tim Dapodikdasmen dari unsur SKPD pendidikan;
f.
Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat;
i.
Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikdas;
ii. Unit Monitoring dan Evaluasi, serta Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat untuk jenjang Dikmen;
g. Unit Publikasi/Humas (dari unsur Dinas Pendidikan).
D.
Tugas Dan Tanggung Jawab Tim BOS Provinsi
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Provinsi adalah
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan DPA-PPKD berdasarkan alokasi dana BOS untuk
semua jenjang yang ditetapkan dari pusat, dengan mengacu kepada
ketentuan dan peraturan yang berlaku;
- 15 -
2. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan lembaga
penyalur dana BOS yang telah ditunjuk dengan mencantumkan hak
dan kewajiban masing-masing pihak;
3. Melakukan
koordinasi/sosialisasi/pelatihan
kepada
Tim
BOS
Kabupaten/Kota;
4. Melakukan kompilasi data jumlah siswa di tiap sekolah dari data yang
diberikan oleh Tim Dapodikdasmen;
5. Mempersiapkan Naskah Perjanjian Hibah (NPH) antara provinsi
dengan sekolah yang dilampiri dengan alokasi dana BOS tiap sekolah
berdasarkan Dapodikdasmen;
6. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sebagai penanggung jawab Tim BOS
Provinsi menandatangani NPH atas nama gubernur;
7. Melakukan pencairan dan penyaluran dana BOS ke sekolah tepat
waktu sesuai dengan jumlah siswa di tiap sekolah;
8. Menyampaikan laporan pencairan tiap triwulan kepada Tim BOS
Pusat yang terdiri atas soft copy SP2D, soft copy rincian dana per
jenjang tiap kabupaten/kota, dan soft copy data pencairan tiap
sekolah;
9. Memerintah lembaga penyalur yang ditunjuk untuk melaporkan hasil
penyaluran dana ke laman BOS Kemdikbud secara online;
10. Memonitor laporan penyaluran dana BOS dari lembaga penyalur ke
sekolah yang dikirim ke laman BOS Kemdikbud;
11. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program BOS di
sekolah sesuai ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
12. Melakukan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
13. Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang
dilakukan oleh Tim BOS Kabupaten/Kota;
14. Mengupayakan penambahan dana dari APBD untuk operasional
sekolah dan operasional Tim BOS Provinsi;
15. Membuat dan menyampaikan laporan rekapitulasi pencairan dan
penggunaan dana ke Tim BOS Pusat sesuai ketentuan yang diatur
pada bab selanjutnya.
Karena kewenangan sekolah jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK)
dan sekolah luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB/SLB) telah beralih ke
Pemerintah Daerah Provinsi, Tim BOS Provinsi memiliki tugas lain yang
- 16 -
terkait dengan pelaksanaan BOS di sekolah-sekolah yang menjadi
kewenangannya ini, yaitu:
1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah untuk memasukkan
data pokok pendidikan dalam sistem pendataan yang telah disediakan
oleh Kemdikbud;
2. Memonitor perkembangan pemasukan/updating data yang dilakukan
oleh sekolah secara online;
3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di
sekolah yang diragukan tingkat akurasinya. Selanjutnya meminta
sekolah
untuk
melakukan
perbaikan
data
melalui
sistem
Dapodikdasmen;
4. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah, Komite Sekolah dan
masyarakat tentang program BOS termasuk melalui pemberdayaan
pengawas sekolah;
5. Melakukan pembinaan terhadap sekolah dalam pengelolaan dan
pelaporan dana BOS;
6. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS dari
sekolah, baik yang disampaikan secara offline maupun online;
7. Menegur dan memerintahkan sekolah yang belum membuat laporan;
8. Mengumpulkan dan merekapitulasi laporan realisasi penggunaan
dana BOS dari sekolah untuk disampaikan ke Tim BOS Pusat sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
9. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan
memberdayakan pengawas sekolah sebagai tim monitoring provinsi;
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Provinsi
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan menggunakan dana BOS yang telah ditransfer
dari RKUN ke RKUD untuk kepentingan selain BOS;
2. Dilarang dengan sengaja melakukan penundaan pencairan dana BOS
ke sekolah, kecuali dalam rangka pemberian sanksi kepada sekolah
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan BOS;
3. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
terhadap Tim BOS Kabupaten/Kota/Sekolah;
4. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang
dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS;
- 17 -
5. Tidak
diperkenankan
mendorong
sekolah
untuk
melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;
6. Dilarang
bertindak
menjadi
distributor/pengecer
dalam
proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Provinsi di atas dapat disesuaikan di daerah masingmasing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan
program BOS dan struktur kedinasan di provinsi.
ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur.
Tim BOS Provinsi
Sekretariat Tim BOS
Provinsi berada di kantor SKPD Pendidikan Provinsi.
E.
Tim BOS Kabupaten/Kota
1. Tim Pengarah
Bupati/Walikota.
2. Penanggung Jawab
Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota.
3. Tim Pelaksana (dari SKPD Pendidikan)
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Penanggung jawab data SD;
c. Penanggung jawab data SMP;
d. Tim Dapodikdas;
e. Unit monitoring dan evaluasi dan pelayanan dan penanganan
pengaduan masyarakat.
F.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Kabupaten/Kota
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut:
1. Melatih, membimbing dan mendorong sekolah jenjang pendidikan
dasar untuk memasukkan data pokok pendidikan dalam sistem
pendataan yang telah disediakan oleh Kemdikbud;
2. Melakukan monitoring perkembangan pemasukan/updating data yang
dilakukan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara online;
3. Memverifikasi kelengkapan data (jumlah siswa dan nomor rekening) di
sekolah jenjang pendidikan dasar yang diragukan tingkat akurasinya.
- 18 -
Selanjutnya meminta sekolah untuk melakukan perbaikan data
melalui sistem Dapodikdasmen;
4. Memverifikasi sekolah kecil yang memenuhi syarat/kriteria yang telah
ditetapkan untuk diusulkan ke Tim BOS Provinsi agar memperoleh
alokasi dana BOS minimal;
5. Kepala SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
Tim BOS Kabupaten/Kota menandatangani Naskah Perjanjian Hibah
(NPH) mewakili sekolah jenjang pendidikan dasar;
6. Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada sekolah jenjang pendidikan
dasar, Komite Sekolah
dan
masyarakat
tentang program
BOS
termasuk melalui pemberdayaan pengawas sekolah;
7. Mengupayakan penambahan dana dari APBD Kabupaten/Kota untuk
operasional sekolah jenjang pendidikan dasar dan untuk operasional
Tim BOS Kabupaten/Kota;
8. Melakukan pembinaan terhadap sekolah jenjang pendidikan dasar
dalam pengelolaan dan pelaporan dana BOS;
9. Memantau pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS
yang disampaikan oleh sekolah jenjang pendidikan dasar secara offline
maupun secara online;
10. Menegur dan memerintahkan sekolah jenjang pendidikan dasar yang
belum membuat laporan;
11. Mengumpulkan dan merekapitulasi
laporan realisasi penggunaan
dana BOS dari sekolah jenjang pendidikan dasar untuk disampaikan
kepada Kepala SKPD Pendidikan Provinsi sesuai ketentuan yang
diatur pada bab selanjutnya;
12. Melakukan monitoring pelaksanaan program BOS di sekolah sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya, termasuk dengan
memberdayakan
pengawas
sekolah
sebagai
tim
monitoring
kabupaten/kota;
13. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Kabupaten/
Kota harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun
terhadap sekolah;
2. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang
dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS;
- 19 -
3. Tidak
diperkenankan
mendorong
sekolah
untuk
melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS;
4. Dilarang
bertindak
menjadi
distributor/pengecer
dalam
proses
pembelian/pengadaan buku/barang.
Struktur Tim BOS Kabupaten/Kota di atas dapat disesuaikan di daerah
masing-masing,
dengan
mempertimbangkan
beban
kerja
dalam
pengelolaan program BOS dan struktur kedinasan di kabupaten/kota. Tim
BOS
Kabupaten/Kota
Walikota.
ditetapkan
dengan
Surat
Keputusan
Bupati/
Sekretariat Tim BOS Kabupaten/Kota berada di kantor SKPD
pendidikan kabupaten/kota.
G.
Tim BOS Sekolah
1. Penanggung Jawab
Kepala Sekolah
2. Anggota
a. Pemegang Kas Sekolah;
b. Satu orang dari unsur orang tua siswa di luar Komite Sekolah yang
dipilih
oleh
Kepala
Sekolah
dan
Komite
Sekolah
dengan
mempertimbangkan kredibilitasnya, serta menghindari terjadinya
konflik kepentingan;
c. Penanggung jawab pendataan.
H.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim BOS Sekolah
Tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh Tim BOS Sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Mengisi, mengirim dan meng-update data pokok pendidikan secara
lengkap ke dalam sistem Dapodikdasmen sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan;
2. Memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sesuai dengan
kondisi riil di sekolah;
3. Memverifikasi kesesuaian jumlah dana yang diterima dengan data
siswa yang ada;
4. Menyelenggarakan pembukuan secara lengkap sesuai ketentuan yang
diatur pada bab selanjutnya;
- 20 -
5. Memenuhi ketentuan transparansi pengelolaan dan penggunaan dana
BOS sebagaimana diatur pada bab selanjutnya;
6. Menyusun
dan
menyampaikan
laporan
secara
lengkap
sesuai
ketentuan yang diatur pada bab selanjutnya;
7. Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana
BOS yang diterima;
8. Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan
bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS;
9. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;
10. Untuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar, memasang spanduk di
sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan, menjelang dan
selama masa penerimaan siswa baru;
11. Perwakilan orang tua dalam Tim BOS Sekolah memiliki fungsi kontrol,
pengawasan, dan memberi masukan dalam pelaksanaan tanggung
jawab Tim BOS Sekolah.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Tim BOS Sekolah
harus mengikuti tata tertib sebagai berikut:
1. Bersedia diaudit oleh lembaga yang memiliki kewenangan melakukan
audit sesuai peraturan perundangan yang belaku terhadap seluruh
dana yang dikelola sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun
dari sumber lain;
2. Dilarang bertindak menjadi distributor/pengecer pembelian buku
kepada siswa di sekolah yang bersangkutan.
Tim BOS Sekolah ditetapkan dengan Surat Keputusan dari Kepala Sekolah.
- 21 -
BAB IV
PENETAPAN ALOKASI
A.
Pendataan
Tahapan pendataan melalui sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dapodikdasmen) merupakan langkah awal dalam proses
pengalokasian
dan
penyaluran
dana
BOS.
Tahapan
pendataan
Dapodikdasmen adalah sebagai berikut:
1. Sekolah menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan
sesuai dengan kebutuhan;
2. Sekolah melakukan sosialisasi ke seluruh siswa, pendidik dan tenaga
kependidikan tentang cara pengisian formulir pendataan;
3. Sekolah membagi formulir kepada individu yang bersangkutan untuk
diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah diisi;
4. Sekolah memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data
profil sekolah, rombongan belajar, individu siswa, pendidik dan tenaga
kependidikan, serta sarana dan prasarana;
5. Sekolah
memasukkan/meng-update
data
ke
dalam
aplikasi
Dapodikdasmen secara offline yang telah disiapkan oleh Kemdikbud,
kemudian mengirim ke server Kemdikbud secara online;
6. Sekolah harus mem-backup seluruh data yang telah di-entry;
7. Formulir yang telah diisi secara manual oleh siswa/pendidik/tenaga
kependidikan/sekolah harus disimpan di sekolah masing-masing
untuk keperluan monitoring dan audit;
8. Melakukan update data secara reguler ketika ada perubahan data,
minimal satu kali dalam satu semester;
9. Sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat
mengenai penggunaan aplikasi pendataan dan memastikan data yang
di-input sudah masuk ke dalam server Kemdikbud;
10. Sekolah memastikan data yang masuk dalam Dapodikdasmen sudah
sesuai dengan kondisi riil di sekolah;
- 22 -
11. Tim
BOS
Kabupaten/Kota
bertanggung
jawab
terhadap
proses
pendataan bagi sekolah jenjang pendidikan dasar yang memiliki
keterbatasan untuk melakukan pendataan secara mandiri. Sementara
di jenjang pendidikan menengah dan sekolah luar biasa tanggung
jawab ini ada pada Tim BOS Provinsi.
B.
Penetapan Alokasi BOS Tiap Provinsi/Kabupaten/Kota
1. Sebagai langkah awal, pada setiap awal tahun pelajaran baru, Tim
BOS Kabupaten/Kota bersama Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Pusat
melakukan rekonsiliasi perkembangan update data jumlah siswa di
tiap sekolah yang ada pada Dapodikdasmen sebagai persiapan
pengambilan data untuk penetapan alokasi BOS tahun anggaran
mendatang;
2. Sebagai tindak lanjutnya Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/
Kota melakukan kontrol terhadap data jumlah siswa di tiap sekolah
sesuai jenjang pendidikan yang menjadi kewenangan masing-masing;
3. Apabila terdapat perbedaan dengan data riil di sekolah, maka Tim BOS
Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan jenjang
pendidikan
yang
menjadi
kewenangan
masing-masing
meminta
kepada sekolah untuk memperbaiki data yang ada pada sistem
Dapodikdasmen;
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengambilan
data jumlah siswa pada Dapodikdasmen untuk membuat usulan
alokasi dana BOS tiap provinsi/kabupaten/kota yang akan dikirim ke
Kementerian Keuangan untuk dijadikan dasar penetapan alokasi dana
BOS tiap provinsi/kabupaten/kota pada tahun anggaran berikutnya;
5. Alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota tersebut dihitung sebagai
hasil rekapitulasi dari data jumlah siswa di tiap sekolah yang ada di
Dapodikdasmen pada tahun pelajaran yang sedang berjalan ditambah
dengan perkiraan pertambahan jumlah siswa tahun pelajaran baru;
6. Pemerintah
menetapkan alokasi BOS tiap provinsi/kabupaten/kota
melalui peraturan yang berlaku.
- 23 -
C.
Penetapan Alokasi BOS Tiap Sekolah
1. Provinsi
mengunduh
data
jumlah
siswa
di
tiap
sekolah
dari
Dapodikdasmen, yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan
alokasi dana BOS tiap sekolah. Data yang diunduh provinsi ini adalah
data dari Dapodikdasmen yang telah diambil (cut-off) oleh Tim
Dapodikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Alokasi BOS untuk sekolah ditetapkan dengan ketentuan berikut:
a. Data yang dijadikan sebagai acuan adalah:
i.
Data hasil cut off sebelum triwulan/semester berjalan, yang
digunakan sebagai dasar penyaluran awal. Penggunaan data
ini dengan mempertimbangkan agar proses pencairan dana
BOS sudah dapat dilakukan sebelum masuk triwulan/semester
sehingga
sekolah
dapat
menerima
dana
BOS
di
awal
triwulan/semester;
ii. Data hasil cut off pada triwulan/semester berjalan, yang
digunakan untuk informasi pelengkap dalam perhitungan
kelebihan atau kekurangan penyaluran dana BOS di triwulan/
semester berjalan yang sudah dilakukan menggunakan data
sebelum triwulan/semester berjalan.
b. Cut off data dilaksanakan dalam rangka pengembilan data untuk
penetapan alokasi di sekolah adalah sebagai berikut:
i.
Cut-off tanggal 15 Desember. Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2016/2017;
ii. Cut-off tanggal 30 Januari.
Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Namun
apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa
semester II Tahun Pelajaran 2016/2017, maka data jumlah
siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester I Tahun
Pelajaran 2016/2017;
iii. Cut-off tanggal 30 April. Data yang diambil adalah data jumlah
siswa semester II Tahun Pelajaran 2016/2017;
iv. Cut-off tanggal 21 September. Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Namun
apabila sekolah belum melakukan update data jumlah siswa
semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, maka data jumlah
- 24 -
siswa yang diambil adalah data jumlah siswa semester II Tahun
Pelajaran 2016/2017;
v. Cut-off tanggal 30 Oktober.
Data yang diambil adalah data
jumlah siswa semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
c. Untuk penyaluran dana BOS triwulanan, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i.
Triwulan I
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan I menggunakan data jumlah
siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15 Desember,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan I untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 15
Desember dan hasil cut off tanggal 30 Januari.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30
Januari,
maka
Tim
BOS
Provinsi
dapat
melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).
Hasil verifikasi
tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di
atas yang akan digunakan dalam penetapan alokasi final
sekolah di triwulan I.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan I sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
ii. Triwulan II
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan II menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30
Januari, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
- 25 -
2) Perhitungan alokasi final triwulan II untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30
Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April,
maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang
digunakan
dalam penetapan
alokasi final sekolah
di
triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan II sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
iii. Triwulan III
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan III menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan III untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April
dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober,
maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off di atas yang
digunakan
triwulan III.
dalam penetapan
alokasi final sekolah
di
- 26 -
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan III sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
iv. Triwulan IV
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS triwulan IV menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 21
September, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final triwulan IV untuk tiap sekolah
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 21
September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 21 September dengan hasil cut off tanggal 30
Oktober,
maka
Tim
BOS
Provinsi
dapat
melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).
Hasil verifikasi
tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off di
atas yang digunakan dalam penetapan alokasi final sekolah
di triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan IV sesuai dengan ketentuan/
kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang berlaku.
d. Untuk penyaluran dana BOS semesteran, perhitungan alokasi tiap
sekolah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i.
Semester I
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS semester I menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 15
Desember, dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan
perhitungan alokasi sekolah yang berlaku;
- 27 -
2) Perhitungan alokasi final semester I untuk tiap sekolah
tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu
dengan menggabungkan alokasi final triwulan I dan alokasi
final triwulan II. Alokasi final triwulan I dilakukan dengan
membandingkan data jumlah siswa masing-masing sekolah
pada hasil cut off tanggal 15 Desember dan hasil cut off
tanggal 30 Januari.
Sedangkan alokasi final triwulan II
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30
Januari dan hasil cut off tanggal 30 April.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 15 Desember dengan hasil cut off tanggal 30
Januari untuk triwulan I, dan antara hasil cut off tanggal 30
Januari dengan hasil cut off tanggal 30 April untuk triwulan
II, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan verifikasi ke
sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan dasar melalui
Tim BOS Kabupaten/Kota). Hasil verifikasi tersebut akan
menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk menetapkan
salah satu diantara 2 data hasil data cut off pada masingmasing triwulan di atas yang digunakan dalam penetapan
alokasi final sekolah di triwulan I dan triwulan II.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan I dan triwulan II sesuai dengan
ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah yang
berlaku.
Adapun alokasi dana final semester I adalah
dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan I dan
triwulan II.
ii. Semester II
1) Perhitungan
alokasi
sementara
tiap
sekolah
untuk
penyaluran dana BOS semester II menggunakan data
jumlah siswa hasil cut off Dapodikdasmen tanggal 30 April,
dan disesuaikan dengan ketentuan/kebijakan perhitungan
alokasi sekolah yang berlaku;
2) Perhitungan alokasi final semester II untuk tiap sekolah
tetap didasarkan pada alokasi final tiap triwulan, yaitu
- 28 -
dengan menggabungkan alokasi final triwulan III dan
alokasi final triwulan IV.
Alokasi final triwulan III
dilakukan dengan membandingkan data jumlah siswa
masing-masing sekolah pada hasil cut off tanggal 30 April
dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Sedangkan alokasi
final triwulan IV dilakukan dengan membandingkan data
jumlah siswa masing-masing sekolah pada hasil cut off
tanggal 21 September dan hasil cut off tanggal 30 Oktober.
Apabila ada perbedaan yang signifikan antara hasil cut off
tanggal 30 April dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober
untuk triwulan III, dan antara hasil cut off tanggal 21
September dengan hasil cut off tanggal 30 Oktober untuk
triwulan IV, maka Tim BOS Provinsi dapat melakukan
verifikasi ke sekolah (untuk sekolah jenjang pendidikan
dasar melalui Tim BOS Kabupaten/Kota).
Hasil verifikasi
tersebut akan menjadi dasar bagi Tim BOS Provinsi untuk
menetapkan salah satu diantara 2 data hasil data cut off
pada masing-masing triwulan di atas yang digunakan
dalam penetapan alokasi final sekolah di triwulan III dan
triwulan IV.
Data yang dipilih selanjutnya digunakan untuk menghitung
alokasi sekolah di triwulan III dan triwulan IV sesuai
dengan ketentuan/kebijakan perhitungan alokasi sekolah
yang berlaku. Adapun alokasi dana final semester II adalah
dengan menjumlahkan alokasi dana final triwulan III dan
triwulan IV.
e. Pada
kasus-kasus
tertentu
dimana
terjadi
perbedaan
yang
signifikan antara data yang sudah diinput/disinkron sekolah
dengan data hasil cut off dari Dapodikdasmen, sekolah dapat
melakukan klarifikasi kepada pengelola Dapodikdasmen.
Apabila berdasarkan hasil klarifikasi tersebut ternyata perbedaan
data
terjadi
akibat
kesalahan
dalam
proses
pada
sistem
Dapodikdasmen, maka sekolah dapat meminta kepada pengelola
Dapodikdasmen untuk mengeluarkan surat keterangan resmi yang
menyatakan data jumlah siswa sebenarnya dari sekolah tersebut
yang seharusnya tertera dalam data hasil cut off.
- 29 -
Surat keterangan ini untuk selanjutnya dapat disampaikan kepada
Tim BOS Provinsi untuk melakukan revisi terhadap data hasil cut
off Dapodikdasmen yang sudah diunduh oleh Tim BOS Provinsi.
Secara ringkas tahap pengambilan data Dapodikdasmen yang akan
dilakukan pada pelaksanaan BOS tahun 2016 dapat dilihat dalam
Gambar 1 di bawah.
Triwulan 1
Triwulan 2
Triwulan 3
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Triwulan 4
Ags Sep Okt Nop Des
15
Des
30
Jan
30
Apr
21
Sep
30
Okt
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
ST-2
+
BT-1
ST-1
ST-3
+
BT-2
BT-3
+
BT-4
ST-4
Gambar 1
Tahap Pendataan Untuk Pencairan Dana BOS
Keterangan:
D-1
: cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan I (tanggal 15 Desember);
D-2
: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran triwulan I dan untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan II (tanggal 30 Januari);
D-3
: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran
triwulan
II
dan
untuk
penetapan
alokasi
sementara penyaluran triwulan III (tanggal 30 April);
D-4
: cut off Dapodikdasmen untuk penetapan alokasi sementara
penyaluran triwulan IV (tanggal 21 September);
D-5
: cut off Dapodikdasmen untuk perhitungan lebih/kurang
penyaluran triwulan III dan triwulan IV (tanggal 30 Oktober);
ST-1 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan I;
ST-2 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan II;
ST-3 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan III;
ST-4 : pencairan/penyaluran dana ke sekolah triwulan IV;
BT-1 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan I;
- 30 -
BT-2 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan II;
BT-3 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan III;
BT-4 : pencairan/penyaluran dana buffer ke sekolah triwulan IV.
Data
Dapodikdasmen
yang
digunakan
sebagai
acuan
dalam
perhitungan alokasi BOS tiap sekolah adalah data individu siswa yang
telah diinputkan ke dalam aplikasi Dapodikdasmen secara valid, yaitu
yang telah terisi lengkap variabel inputnya dan difinalkan oleh Tim
Dapodikdasmen Pusat dalam bentuk data hasil cut-off. Khusus untuk
SMA, data jumlah siswa yang diperhitungkan dalam alokasi BOS
bersumber dari isian data individu siswa yang telah dilengkapi dengan
Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan lolos proses verifikasi dan
validasi di basis data Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Untuk sekolah jenjang pendidikan dasar dan sekolah luar biasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai kebijakan
khusus terkait perhitungan alokasi BOS bagi sekolah-sekolah dengan
jumlah siswa kurang dari 60 siswa, yaitu kebijakan dana BOS untuk
sekolah
kecil
dengan
sebanyak 60 siswa.
memberikan
alokasi
dana
BOS
minimal
Kebijakan ini didasar