T1 692010019 Full text

Perancangan Video Dokumenter
Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang

Artikel Ilmiah

Peneliti :
Bhe, Vincent Kristandi (692010019)
T. Arie Setiawan Prasida, S.T., M.Cs.
Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Maret 2015

Perancangan Video Dokumenter
Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang
1)

Bhe, Vincent Kristandi, 2) T. Arie Setiawan P., 3) Michael Bezaleel W.

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Email: 1) [email protected], 2)[email protected],
3)
[email protected]
Abstract

Mr. Rusman Pujiono (64 years) is a craftsman who fight for the existence of
handmade, especially lukisan pelepah pisang. However, there are still many people who
do not know the existence of the lukisan pelepah pisang. This is because as time goes by
young people begin to leave the handmade with many reasons, so the existence of
handmade and craftsmen decrease. In this research is made a video documentary as a
media of information which is aimed for the society, especially for the young generations.
This video documentary contains information about the profile of Mr. Rusman as a
craftsman of lukisan pelepah pisang. The results of this video documentary is society
more knowing the existence of lukisan pelepah pisang and the craftsmen.
Keywords: Profile, Craftsmen, Documenter, Video, Lukisan Pelepah Pisang.
Abstrak
Rusman Pujiono (64 tahun) merupakan seorang pengrajin yang memperjuangkan

eksistensi kerajinan tangan terutama lukisan pelepah pisang. Meskipun demikian, masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan lukisan pelepah pisang tersebut.
Hal ini dikarenakan seiring berjalannya waktu generasi muda mulai meninggalkan
kerajinan tangan dengan berbagai macam alasan, sehingga keberadaan kerajinan tangan
maupun pengrajin semakin berkurang. Dalam penelitian ini, dirancang sebuah video
dokumenter sebagai media informasi yang ditujukan kepada masyarakat terutama
generasi muda. Video dokumenter ini berisi informasi mengenai profil Bapak Rusman
sebagai pengrajin lukisan pelepah pisang. Hasil dari video dokumenter ini supaya
masyarakat semakin mengetahui keberadaan lukisan pelepah pisang serta pengrajinnya.
Kata Kunci: Profil, Pengrajin, Dokumenter, Video, Lukisan Pelepah Pisang.
1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

1.

Pendahuluan


Generasi muda jaman sekarang mulai diterpa arus globalisasi sehingga
banyak yang mulai meninggalkan kerajinan tangan. Ada beberapa alasan generasi
muda meninggalkan kerajinan tangan seperti penghasilan yang didapat tidak
sebanyak upah bekerja di pabrik, harus memiliki keterampilan khusus dan tidak
bergengsi memiliki pekerjaan sebagai pengrajin, salah satunya kerajinan tangan
kriya. Kejayaan kerajinan kriya berangsur-angsur padam. Sebab, pengrajin sudah
kehilangan generasi penerusnya. Kini, tak ada lagi para pemuda yang berminat
menekuni kerajinan ini. Sebab, generasi muda lebih memilih profesi lain,
misalnya menjadi buruh pabrik atau TKI [1]. Hal tersebut didukung dengan hasil
wawancara kepada 29 siswa SMA Kebon Dalem dan 13 mahasiswa Universitas
Kristen Satya Wacana yang menyatakan bahwa tidak tertarik menjadi pengrajin
karena tidak tahu ada kesuksesan yang dapat diraih jika menjadi pengrajin, dan
tidak ada jenjang karier yang jelas. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Rusman yang menyatakan bahwa merasa ironis karena jarang ada
generasi muda yang mau belajar membuat kerajinan tangan sebagai salah satu
upaya untuk melestarikan kerajinan tangan.
Walau kerajinan tangan mulai ditinggalkan generasi muda, Bapak Rusman
tetap memperjuangkan eksistensi kerajinan tangan di Kota Semarang. Bapak
Rusman tetap dapat menyalurkan jiwa seninya dan berkreasi meski usianya sudah

tergolong tidak produktif lagi (64 tahun). Bapak Rusman membuktikan hal
tersebut melalui pemikiran inovatifnya yaitu memanfaatkan limbah batang atau
pelepah pisang batu menjadi lukisan indah yang memiliki nilai jual tinggi.
Pemikiran itu timbul saat Bapak Rusman menemukan masalah di lingkungan
sekitar rumahnya, yaitu banyaknya limbah pelepah pisang batu. Meskipun
demikian, jika limbah diolah secara benar maka dapat menjadi bermanfaat, salah
satunya adalah sebagai bahan baku kerajinan. Kreasi kerajinan dari pelepah pisang
sungguh tak terbatas karena sangat tergantung dari ide-ide pengrajin. Seperti
pengaplikasian dibidang handycraft juga bermacam-macam, mulai dari tas,
dompet, tempat tisu, kap lampu, bahkan lukisan [2]. Bapak Rusman mampu
memanfaatkan limbah menjadi sebuah karya seni yang unik dan dapat membuat
lukisan tanpa menggunakan sketsa (seni tempel atau kolase).
Meskipun Bapak Rusman memperjuangkan eksistensi lukisan pelepah
pisang, namun tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan dari lukisan
pelepah pisang tersebut. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara kepada
13 mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana dan 18 mahasiswa Universitas
Katolik Soegijapranata, Semarang yang menyatakan bahwa media informasi atau
publikasi terhadap masyarakat masih kurang. Ada 14 mahasiswa yang
menyatakan tertarik untuk membuat kerajinan tangan, namun tidak tahu harus
belajar dengan siapa dan dimana, karena kurangnya media informasi mengenai

pengrajin yang mau berbagi ilmu tentang bagaimana cara membuat kerajinan
tangan.
Berdasarkan latar belakang yang ada maka akan dibuat Video Dokumenter
Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang. Video dokumenter ini termasuk genre
profil, karena menyajikan profil dan aspek-aspek positif Bapak Rusman sebagai
pengrajin lukisan pelepah pisang beserta aktivitasnya. Melalui video dokumenter

ini, diharapkan isi dari video yang disampaikan dapat menambah pengetahuan,
diterima dengan baik dan cermat, sehingga ke depannya, masyarakat terutama
generasi muda dapat mencontoh apa yang dilakukan Bapak Rusman Pujiono.

2.

Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berjudul “Pembuatan Film Dokumenter Wanita Tangguh
Dengan Kamera DSLR Berbasis Multimedia” menghasilkan sebuah film
dokumenter, dimana dalam penelitian tersebut menyajikan aktivitas Ibu Samikem
setiap harinya. Permasalahan dari penelitian tersebut adalah masyarakat harus
mengetahui perjuangan hidup, perjuangan seorang ibu sesungguhnya. Film

dokumenter tersebut menyajikan realita keseharian Ibu Samikem berjualan nasi
bungkus di sekitar Stasiun Balapan, Solo [3]. Kelebihan film dokumenter ini
terletak pada konsep alur ceritanya.
Penelitian yang berjudul “Perancangan Video Dokumenter Batik Khas Di
Pekalongan, Menggunakan Analisa SWOT” menyajikan sebuah film dokumenter
berupa media promosi mengenai batik khas Pekalongan [4]. Kelebihan film
dokumenter ini terletak pada kegunaannya yaitu sebagai media informasi.
Dari kedua penelitian tersebut, munculah ide untuk menghasilkan video
dokumenter dengan menggabungkan kelebihan kedua penelitian terdahulu
menjadi sebuah video dokumenter. Dalam video dokumenter ini
mempresentasikan aktivitas Bapak Rusman yang telah berumur 64 tahun, namun
semangat juangnya masih tinggi dengan usahanya dalam mengolah limbah
pelepah pisang menjadi sebuah kerajinan tangan berupa lukisan. Selain itu, video
dokumenter ini juga memberikan pengetahuan/informasi dan menjadi media
informasi mengenai Bapak Rusman beserta karya lukisannya. Kelebihan video
dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang dari kedua penelitian
terdahulu adalah angle pengambilan gambar lebih bervariasi dan suara narator
lebih jelas serta mudah dimengerti.
Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat
cultural education atau pendidikan budaya. Meski pada awalnya film

diperlakukan sebagai komoditi yang diperjual-belikan sebagai media hiburan,
namun pada perkembangannya film juga kerap digunakan sebagai media
propaganda, alat penerangan bahkan pendidikan. Dengan demikian film juga
efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya [5]. Film juga sebagai penyampai
pesan moral, informatif, sejarah maupun solusi atas tema-tema yang berkembang
di masyarakat [6].
Film dokumenter adalah adegan nyata dan faktual (tidak boleh
merekayasanya sedikitpun) yang direkam untuk kemudian dibentuk menjadi
sefiksi mungkin menjadi sebuah cerita yang menarik, perlakuan inilah yang
disebut creative treatment [7].
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang
berasal dari bahasa latin kinema ‘gambar‘. Pengambilan gambar adalah proses
yang paling penting dalam produksi film dokumenter, maka diperlukan teknikteknik sinematografi yang baik seperti mengatur komposisi, pergerakan kamera
dan ukuran shot [8].
Genre dokumenter dibagi menjadi 12 jenis, antara lain [9]:

1. Laporan Perjalanan adalah dokumentasi antropologi dari para ahli
etnolog dan etnografi, dalam perkembangannya bisa membahas
banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-remeh, sesuai
dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain dari genre dokumenter

ini adalah travelogue dan travel documentary.
2. Sejarah adalah genre dokumenter yang memiliki keakuratan data yang
sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan
datanya maupun penafsirannya.
3. Biografi dibagi menjadi 3 sub-genre, antara lain:
a. Potret adalah genre dokumenter yang lebih berkaitan dengan sosok
seseorang, mengupas human interest seseorang. Biasanya berisi
sanjungan atau simpati atau kritik pedas.
b. Biografi adalah genre dokumenter yang cenderung mengupas
kronologis penceritaan dari awal tokoh dilahirkan hingga saat
tertentu (masa sekarang, saat tokoh meninggal atau saat kesuksesan
tokoh).
c. Profil adalah genre dokumenter yang menceritakan kehidupan
tokoh secara kronologis tapi tidak mendalam, hanya untuk awalan.
Memiliki banyak persamaan dengan kedua sub-genre yang lain
namun juga memiliki perbedaan, terutama karena adanya unsur
pariwara yang membahas aspek-aspek positif tokoh seperti
keberhasilan yang diraih atau kebaikan yang dilakukan dan
kegiatan dari tokoh tersebut.
4. Nostalgia adalah genre dokumenter yang hampir mirip dengan sejarah,

namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik kejadian dari
seseorang atau satu kelompok.
5. Rekontruksi adalah genre dokumenter yang memberikan gambaran
ulang terhadap peristiwa terjadi secara utuh, seperti peristiwa kriminal
dan bencana.
6. Investigasi adalah genre dokumenter yang berhubungan dengan
jurnalistik, biasanya aspek visual yang ditonjolkan, seperti kasus
korupsi, penanganan bencana dan kartel atau mafia di sebuah negara.
7. Perbandingan dan Kontradiksi adalah genre dokumenter yang
mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau
permasalahan Negara.
8. Ilmu Pengetahuan adalah genre dokumenter yang menjelaskan suatu
ilmu pengetahuan mengenai dunia binatang, teknologi, kebudayaan,
tata kota, maupun kuliner.
9. Buku Harian adalah genre dokumenter yang mengacu pada catatan
perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain.
Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, seringkali
mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil.
10. Musik adalah genre dokumenter yang mendokumentasikan
pertunjukan musik ataupun perjalanan tur keliling untuk

mempromosikan album.

11. Association Picture Story adalah genre dokumenter yang
mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan namun ketika
disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap
penonton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak penonton.
12. Dokudrama adalah genre dokumenter yang menafsirkan ulang
terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh
aspek filmya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkontruksi.
Bapak Rusman Pujiono lahir di Tuban, 28 November 1950. Beliau
mendapat kesempatan dari pemerintah kota untuk menuntut ilmu di Filipina
bidang rotan selama 1 tahun. Pengalaman pertama bekerjanya diperoleh saat
bekerja di pabrik rotan dan mebel kayu. Ketika berumur 50 tahun, Bapak Rusman
memutuskan untuk pensiun dan melanjutkan usaha sendiri di rumahnya. Awalnya
Bapak Rusman membuka usaha mebel, namun usahanya tersebut tidak bertahan
lama karena bahan bakunya tergolong mahal. Selain itu, keadaan ekonominya
sempat menurun drastis akibat uangnya habis digunakan untuk biaya operasi
ginjal dan prostat yang membuatnya tidak bisa bekerja untuk jangka waktu lama
karena harus beristirahat. Pada tahun 2005, Bapak Rusman mulai beralih profesi
menjadi pengrajin kayu dan limbah batang pisang, meskipun yang dapat bertahan

hingga saat ini hanya kerajinan tangan dari limbah batang pisang terutama lukisan
batang pisang. Bapak Rusman juga sering menjadi pembicara atau motivator
tentang usaha kerajinan tangan terutama lukisan limbah batang pisang. Semangat
Bapak Rusman untuk berkarya dan berkreasi masih tinggi hingga sekarang, akan
tetapi beliau sudah tidak dapat memproduksi kerajinan tangan dan lukisan limbah
batang pisang dalam jumlah yang besar karena kondisi fisiknya yang semakin
menurun dan usia yang terus bertambah.

3.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam film dokumenter mengenai
Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang adalah metode gabungan (mixed
methods). Metode gabungan adalah penggabungan antara metode kuantitatif dan
metode kualitatif. Metode gabungan merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan bentuk kuantitatif dan bentuk kualitatif. Pendekatan ini
melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif, dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu
penelitian. Metode gabungan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan
menganalisis dua jenis data, juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan ini secara
kolektif [10]. Strategi desain yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah
cyclic strategy. Cyclic strategy atau strategi berputar ini pada dasarnya memiliki
prinsip yang sama dengan linear strategy, hanya saja pada strategi ini ada kalanya
suatu tahap perlu diulang kembali untuk menampung umpan balik (feed back)
sebelum tahap berikutnya dilanjutkan [11].
Pengumpulan data yang digunakan dalam metode kualitatif meliputi
pengamatan dengan berpartisipasi, wawancara mendalam, penyelidikan sejarah
hidup, analisis konten. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi,
transkrip interview mendalam. Observasi penelitian akan langsung dilakukan di
Sumuradem, sedangkan wawancara dilakukan pada Bapak Rusman Pujiono,
keluarga Bapak Rusman Pujiono, warga Sumur Adem dan anak-anak remaja.

Pembuatan video dokumenter ini melalui beberapa tahapan perancangan
seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Permasalahan

Pengumpulan
Data

Pra Produksi
Film Statement

Storyline

Treatment

Storyborad

Produksi
Shooting

Recording Narasi

Pasca Produksi
Editing

Revisi
Evaluasi

Pengujian

Gambar 1 Bagan Tahapan Perancangan Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah
Pisang

Fase - fase yang terdapat dalam Gambar 1, antara lain :
A. Permasalahan
Fase permasalahan merupakan fase awal, karena pada fase ini
ditemukan permasalahan yang akan dirancang menjadi sebuah film
dokumenter.
B. Pengumpulan data
Setelah masalah diputuskan, masuk fase berikutnya yaitu
pengumpulan data. Pengumpulan data berupa informasi untuk
mendukung ide cerita film dokumenter tersebut, dengan cara
melakukan observasi di tempat tokoh, serta melakukan wawancara
dengan tokoh, keluarga tokoh, warga sekitar daerah tempat tinggal
tokoh, dan anak-anak remaja.

C. Pra Produksi
Informasi yang telah terkumpul akan diolah pada fase pra
produksi. Pra produksi meliputi beberapa sub-tahapan, yaitu film
statement, storyline, treatment, dan storyboard.
D. Produksi
Apabila fase pra produksi telah sesuai dengan konsep, masuklah
pada fase produksi. Produksi terdapat dua sub-tahapan, yaitu
pengambilan gambar (shooting) dan rekaman suara (recording
narasi)
E. Pasca Produksi
Hasil dari fase produksi, yaitu video dan narasi yang telah direkam
akan diproses pada tahapan editing yang termasuk dalam fase
pasca produksi.
F. Evaluasi
Setelah melalui fase pasca produksi, masuklah pada fase evaluasi
untuk menerima saran-saran perbaikan karya sebelum fase
pengujian.
G. Pengujian
Pada fase pengujian, dilakukan pengujian dengan menggunakan
media kuesioner. Setelah kuesioner dibagikan, hasil yang diperoleh
akan menjadi pertimbangan kelayakan film dokumenter tersebut.
Konsep dalam video dokumenter ini adalah sebagai berikut, menampilkan
permasalahan yang diangkat dan menyajikan video dokumenter bergenre biografi
profil yang berisi informasi mengenai usaha, rutinitas, profil dan aspek-aspek
positif dari seorang pengrajin lukisan pelepah pisang yang ingin mempertahankan
eksistensi handmade. Penonton dapat mengetahui bagaimana profil dari Bapak
Rusman Pujiono, kegiatan apa saja yang dilakukan dengan usahanya membuat
lukisan pelepah pisang sampai kesuksesan yang dicapainya.
Alur cerita dalam video dokumenter ini adalah sebagai berikut, bagian
opening menampilkan permasalahan yang diangkat berupa visualisasi generasi
muda yang mulai terbawa arus globalisasi, generasi muda lebih tertarik dengan
kehidupan modern seperti menghabiskan waktu di mall. Visualisasi tersebut
dijadikan sebagai opening supaya penonton mengetahui permasalahan utama yang
diangkat dalam film dokumenter ini.
Selanjutnya scene 1 menampilkan pengenalan lokasi tempat tinggal Bapak
Rusman dengan visualisasi berupa Gedung Lawang Sewu sebagai ciri khas Kota
Semarang, gapura Jalan Sumur Adem serta bagian depan rumah Bapak Rusman.
Melalui visualisasi ini masyarakat dapat mengetahui lokasi tempat tinggal Bapak
Rusman, sehingga apabila mereka berminat untuk belajar atau membeli lukisan
pelepah pisang, mereka dapat mengunjungi rumah Bapak Rusman. Visualisasi
tersebut dijadikan sebagai scene 1, supaya penonton mengetahui inti dari film
dokumenter ini adalah mengenai biografi seorang pengrajin lukisan pelepah
pisang yang bernama Bapak Rusman. Selain itu scene 1 juga menampilkan proses

pemilihan bahan baku untuk membuat lukisan pelepah pisang dengan visualisasi
berupa kegiatan Bapak Rusman memilih bahan baku di kebun pisang dekat
rumahnya. Visualisasi tersebut ditampilkan setelah pengenalan profil Bapak
Rusman, supaya penonton mengetahui rutinitas Bapak Rusman. Setelah itu bagian
terakhir dari scene 1 adalah visualisasi proses pembuatan lukisan pelepah pisang.
Visualisasi tersebut ditampilkan setelah proses pemilihan bahan baku untuk
menampilkan kegiatan Bapak Rusman setelah memilih bahan baku lukisan.
Pada scene 2 menampilkan prestasi yang telah dicapai oleh Bapak
Rusman, berupa sertifikat, penghargaan, dan dipercaya sebagai motivator dalam
beberapa seminar. Melalui visualisasi ini penonton dapat mengetahui kesuksesan
yang telah diraih Bapak Rusman selama menjadi pengrajin lukisan pelepah pisang
dan termotivasi untuk ikut membuat lukisan pelepah pisang. Visualisasi tersebut
ditampilkan sebagai kesinambungan profil Bapak Rusman sebelum masuk ke
visualisasi mengenai kegiatan Bapak Rusman lainnya.
Berikutnya scene 3 menampilkan kegiatan Rusman lainnya, yaitu
mengajari cara pembuatan lukisan pelepah pisang kepada Rizky dan Rani (anak
penderita polio). Melalui visualisasi ini penonton dapat mengetahui dan
menyadari bahwa kita memiliki potensi lebih untuk membuat lukisan pelepah
pisang dibandingkan dengan Rizky dan Rani. Kemudian pada bagian closing
menampilkan Rusman yang berharap supaya didirikan galeri handmade di Kota
Semarang agar dapat menarik minat masyarakat khususnya generasi muda untuk
membuat handmade.
Film statement dalam video dokumenter ini adalah rutinitas Bapak
Rusman Pujiono, pencapaian Bapak Rusman dalam mengolah limbah menjadi
lukisan serta kerajinan tangan yang mulai ditinggalkan generasi muda akibat
terpaan era globalisasi.
Storyline dalam video dokumenter Biografi Pengrajin Pelepah Pisang
memaparkan suasana mall di Semarang yang dipenuhi dengan anak-anak muda.
Disalah satu konter, ada seorang remaja putri yang sedang sibuk menggunakan
gadgetnya. Sementara itu di Jalan Sumur Adem, Semarang, tinggallah seorang
bapak yang berprofesi sebagai pengrajin lukisan pelepah pisang yang bernama
Rusman Pujiono. Selama musim panas, beliau mencari pelepah pisang yang telah
mengering untuk dijadikan lukisan. Berkat usahanya, Bapak Rusman
mendapatkan banyak penghargaan, serta dapat mengikuti berbagai pameran.
Disela-sela kesibukannya tersebut, Bapak Rusman meluangkan waktu untuk
mengajari Rizky dan Rani membuat lukisan pelepah pisang.
Berikut treatment yang digunakan dalam video dokumenter ini:
1. Opening
Menampilkan kehidupan modern generasi muda.
2. Scene 1
• Pengenalan mengenai tempat tinggal dan profil Bapak Rusman.
• Wawancara dengan Bapak Rusman tentang kehidupan generasi muda
jaman sekarang.
• Mempresentasikan proses pemilihan bahan baku lukisan pelepah pisang.
• Wawancara dengan Bapak Rusman tentang awal mula pembuatan lukisan
pelepah pisang.

• Menampilkan proses pembuatan lukisan pelepah pisang.
• Wawancara dengan Bapak Rusman tentang tujuan pembuatan lukisan
pelepah pisang.
3. Scene 2
• Mempresentasikan pencapaian Bapak Rusman berkat usahanya dalam
membuat lukisan pelepah pisang.
• Aktivitas Bapak Rusman ketika pameran.
• Wawancara dengan Bapak Rusman tentang lukisan yang diminati
masyarakat.
4. Scene 3
• Menampilkan kegiatan lain Bapak Rusman yaitu mengajari anak didiknya
membuat lukisan pelepah pisang.
• Wawancara dengan anak didik Bapak Rusman.
5. Closing
Wawancara mengenai pesan dan harapan Bapak Rusman kepada
masyarakat terutama generasi muda.
Storyboard dalam Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah
Pisang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Storyboard Bagian Opening.

Gambar 3. Storyboard Scene 2 dan 3.

Gambar 4. Storyboard Scene 4 dan Closing.

Pada proses produksi dilakukan shooting dan recording untuk narasi.
Seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 merupakan proses shooting.

Gambar 5 Hasil Shooting

Gambar 6 Hasil Shooting

Pada proses pasca produksi terdapat proses video editing, sound editing
dan producing. Video yang sudah direkam akan digabungkan menjadi sebuah satu
kesatuan. Dalam proses video editing ini, juga terdapat proses pengaturan cahaya
dan warna video, agar kualitas gambar menjadi lebih baik. Selain itu, dalam
proses video editing juga terdapat proses penulisan nama (identitas) narasumber.
Sound editing adalah proses editing pada narasi yang telah direkam
sebelumnya, meliputi noise reduction dan boost. Noise reduction berfungsi untuk
mengurangi suara yang mengganggu suara narator, sehingga suara dari narator
dapat terdengar lebih jelas dan jernih. Sedangkan boost berfungsi untuk
menambah atau mengurangi frekuensi dari suara narator, sehingga suara yang
dihasilkan tidak terlalu keras maupun pelan.
Berikutnya ada proses penambahan backsound pada video dokumenter
profil pengrajin lukisan pelepah pisang. Volume backsound akan disesuaikan
dengan visualisasi dan narasi yang ada, sehingga audio dari backsound dan video
maupun narrator akan lebih selaras. Proses terakhir adalah proses producing,
setelah video dan audio selesai pada proses editing.
Tahap evaluasi dilakukan untuk menerima saran-saran, dan perbaikan
karya. Setelah tahap ini selesai akan dilaksanakan pengujian. Evaluasi dilakukan
oleh Bapak George Nicholas Huawei. Hasil evaluasi video dokumenter profil
pengrajin lukisan pelepah pisang mencakup visualisasi wawancara yang pertama
disesuaikan dengan ucapan narasumber, narasi sudah bagus karena dapat
menjelaskan visualisasi yang ditampilkan, namun suaranya kurang jernih. Selain
itu, narasi opening dimulai saat visualisasi penggunaan gadget oleh generasi muda
agar lebih sesuai, narasi dengan backsound sudah selaras dan cocok, alur video
sudah jelas dan bagus, karena jalan ceritanya dapat dimengerti dan pesan
tersampaikan. Kualitas video sudah bagus dan cocok untuk presentasi karena
video terlihat jelas, angle kamera menarik karena terdapat bermacam-macam
angle. Pada bagian pemilihan bahan baku pelepah pisang tidak terlalu lama, masih
tergolong normal.
Revisi dilakukan setelah mendapatkan saran dari tahap evaluasi. Ada 3 hal
yang perlu direvisi dalam film dokumenter ini, antara lain pada wawancara yang
pertama, visualisasi yang awalnya menampilkan seorang remaja yang sedang
bermain permainan menari disebuah mall direvisi menjadi visualisasi seorang
remaja sedang bermain playstation. Selanjutnya suara narator yang sebelumnya
terdengar kurang jernih karena tidak memakai mic saat proses recording narasi,

telah direcording ulang menggunakan mic dan hasilnya suara narator terdengar
lebih jelas. Selain itu, penempatan narasi opening yang sebelumnya kurang sesuai
dengan visualisasi yang ditampilkan, direvisi menjadi narasi opening ditempatkan
pada saat visualisasi penggunaan gadget oleh generasi muda.

4.

Hasil Film Dokumenter

Gambar 7 merupakan potongan scene dari bagian adegan opening Video
Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang.

Gambar 7. Opening

Gambar 7 menampilkan suasana mall di Kota Semarang yang banyak
dikunjungi generasi muda dan menampilkan seorang remaja putri yang sedang
sibuk dengan gadgetnya disalah satu konter mall. Pengambilan video
menggunakan beberapa jenis shot, antara lain medium close up, long shot dan
close up, sehingga penonton dapat melihat suasana mall dan yang sedang
dilakukan oleh remaja putri.

Gambar 8 Scene 1

Gambar 8 merupakan beberapa potongan adegan scene 1, yang pertama
menunjukkan tempat tinggal dari pengrajin lukisan pelepah pisang dengan
pengambilan video jenis shot long shot, agar penonton dapat melihat dan
mengetahui dimana lokasi tempat tinggal pengrajin lukisan pelepah pisang.
Kedua, menggunakan jenis shot, medium close up dan menggunakan jenis angle,
high angle pada saat menampilkan tentang pengenalan Rusman Pujiono, agar
penonton dapat melihat Bapak Rusman dan apa yang dilakukannya. Ketiga,
menunjukkan hasil jadi lukisan pelepah pisang supaya penonton semakin tertarik
dan penasaran dengan proses pembuatannya dengan menggunakan pengambilan
video jenis angle, low angle. Keempat, menggunakan pengambilan video jenis
shot, eye level yang menampilkan wawancara dengan Bapak Rusman Pujiono
tentang tanggapannya terhadap generasi muda sekarang, supaya penonton seperti
berbincang langsung dengan narasumber.

Gambar 9 Scene 1

Gambar 9 berisi penjelasan tentang proses pemilihan bahan baku utama
lukisan pelepah pisang, dan wawancara dengan Bapak Rusman tentang alasannya
memulai usaha lukisan pelepah pisang. Pengambilan video menggunakan jenis
shot, long shot, medium close up dan extreme close up, serta menggunakan jenis
angle, eye angle, sehingga penonton dapat melihat suasana kebun, proses
pemilihan bahan baku dan pengelupasan bahan baku.

Gambar 10 Scene 1

Gambar 10 merupakan penjelasan tentang proses pembuatan lukisan
pelepah pisang dengan menggunakan jenis angle, high angle dan low angle, serta
menggunakan jenis shot, close up dan extreme close up, supaya penonton dapat
melihat dengan jelas pengrajin saat proses pembuatan dari lukisan pelepah pisang.
Pada bagian wawancara menggunakan jenis shot, eye level dan close up dan
komposisi sepertiga, agar penonton tidak terganggu dengan latar dari Bapak
Rusman dan dapat mengerti apa yang diucapkan tentang kisahnya ketika
mendidik generasi muda membuat lukisan pelepah pisang dan tidak ada anak
didiknya yang mau melanjutkan.

Gambar 11 Scene 2

Gambar 11 merupakan potongan adegan scene 2 yang mempresentasikan
berbagai macam prestasi dan penghargaan yang diperoleh Bapak Rusman berkat
usaha lukisan pelepah pisangnya dan penjelasan Bapak Rusman tentang
penghargaan yang telah didapatkan. Pengambilan video menggunakan pergerakan
kamera tilt down, dengan jenis angle, high angle dan jenis shot, close up, supaya
penonton dapat melihat apa yang tertulis di surat kabar dan sertifikat.

The image part with relationship I D rI d48 was not found in the file.

Gambar 12 Scene 2

Gambar 12 mempresentasikan aktivitas Bapak Rusman ketika mengikuti
pameran di Kawasan Simpang Lima Semarang, stand pameran Bapak Rusman
ramai dikunjungi masyarakat yang tertarik dengan karyanya, dan aktivitas lain
Rusman ketika pameran yaitu membuat lukisan pelepah pisang. Serta wawancara
dengan Bapak Rusman tentang tema lukisan pelepah pisang yang paling diminati
masyarakat. Pengambilan video menggunakan jenis shot, extreme long shot,
medium close up, close up dan menggunakan jenis angle, high angle, agar
penonton dapat melihat dimana tepatnya bazaar yang diikuti dan mengetahui
suasana dari bazaar, serta penonton dapat melihat pengunjung yang mengunjungi

stand pameran Bapak Rusman dan apa yang dilakukan Bapak Rusman sewaktu
pameran.

Gambar 13 Scene 3

Gambar 13 merupakan potongan adegan scene 3 menunjukkan aktifitas
lain Bapak Rusman ketika mengajari anak penderita polio yang merupakan satusatunya anak didik Bapak Rusman sekarang, dengan pengambilan video jenis
shot, eye level, medium close up dan menggunakan jenis angle, high angle dan
low angle, agar penonton dapat melihat Bapak Rusman serta ekspresinya saat
memberi pengarahan dan pelajaran kepada anak didiknya yaitu Rizky dan Rani.
Scene ini juga menunjukkan karya lukisan yang telah dibuat oleh anak didik
Bapak Rusman dan wawancara dengan Rani tentang pendapatnya terhadap
lukisan pelepah pisang Bapak Rusman serta keinginannya untuk meneruskan
usaha lukisan pelepah pisang, dengan menggunakan jenis shot eye level, agar
penonton dapat mengerti dengan jelas apa yang disampaikan.

Gambar 14 Closing

Scene terakhir merupakan bagian closing, dengan menggunakan jenis shot
eye level dan close up, supaya penonton dapat menyimak dengan baik dan
memahami yang disampaikan Bapak Rusman tentang harapan Bapak Rusman
terhadap generasi muda dan handmade, serta karyanya lukisan pelepah pisang.
Perancangan media dalam Perancangan Film Dokumenter Mengenai
Biografi Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang digunakan sebagai video informasi
bagi generasi muda terutama mahasiswa mengenai proses pembuatan dan
keberadaan kerajinan tangan baru yang tergolong unik beserta pengrajinnya,

sehingga dapat menambah pengetahuan dan tertarik untuk mempelajarinya dan
melestarikan kerajinan tangan.
Target Audience dari video dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah
Pisang adalah masyarakat, terutama mahasiswa dan karyawan Fakultas Teknologi
Informasi Universitas Kristen Satya Wacana dengan range usia 18 – 40 tahun.
Masa dewasa awal pada umumnya dimulai pada umur 18 sampai 40 tahun saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan reproduktif. Individu dewasa awal dituntut memulai kehidupannya
memerankan peran ganda seperti suami/istri, orang tua dan peran dalam dunia
kerja (berkarir), dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan
nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Perkembangan pada individu
dewasa awal dibagi menjadi beberapa tugas, antara lain, mulai bekerja, memilih
pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga,
mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial
yang menyenangkan [12].
Pengujian video dokumenter Profil Pengrajin Pelepah Pisang
menggunakan metode Kuantitatif dengan media kuesioner dan melibatkan 55
orang responden. Berikut hasil kuesioner yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel Hasil Kuesioner

No.

Pernyataan
A

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Angle (sudut pengambilan gambar) dalam
video ini bagus
Pergerekan kamera (pengambilan gambar)
dari video ini bagus
Kualitas gambar dalam video ini bagus
Penempatan kamera diatur dengan tepat
sehingga mendapatkan pencahayaan yang
baik
Pengaturan cahaya video diatur dengan
baik
Transisi (pergantian scene) yang digunakan
dalam video ini bagus
Backsound yang digunakan sesuai dengan
visualisasi (video yang ditampilkan)
Backsound dalam video ini menggunakan
banyak lagu
Volume backsound diatur lebih rendah
ketika suara narator muncul
Narator membacakan narasi dengan jelas
Nada bicara narator sudah sesuai dengan
visualisasi (video yang ditampilkan)
Kecepatan bicara narator sesuai dengan
visualisasi
Video ini mengandung pesan mengenai
pentingnya melestarikan handmade
Pesan dalam video ini sudah sesuai dengan
permasalahan (generasi muda mulai
meninggalkan handmade) yang diangkat

B

Jawaban
C
D

Total
E

10

37

6

2

0

55

8

36

9

2

0

55

6
18

36
30

12
7

1
0

0
0

55
55

19

28

6

2

0

55

12

31

10

2

0

55

13

29

8

5

0

55

14

23

8

8

2

55

13

25

12

4

1

55

18
12

30
35

4
6

3
2

0
0

55
55

11

37

6

1

0

55

23

22

8

2

0

55

12

21

15

4

3

55

15

Video ini memberikan pengetahuan baru
mengenai cara pembuatan lukisan dari
limbah pelepah pisang
Total

24

24

4

3

0

55

213

444

121

41

6

825

Dari hasil yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan menggunakan
skala likert yang diperoleh menggunakan prensentase dari masing–masing
jawaban yang ada, adapun rumus perhitungan adalah sebagai berikut:

Tk =

��
� 100%
(�� � ��)

Keterangan :
Tk : total keseluruhan jawaban (dalam %)
Tj : total dari setiap jawaban
Tr : total responden
Ts : total soal

KUESIONER
0.7%
5%

18.2%

22.3%

Jawaban A
Jawaban B
Jawaban C
53.8%

Jawaban D
Jawaban E

Diagaram 15 Diagram Hasil Kuesioner

Perhitungan persentase dari diagram seperti berikut:
• Jawaban A didapatkan dari perhitungan:
213
� 100% = 25,8%
(55 � 15)

• Jawaban B didapatkan dari perhitungan:
444
� 100% = 53,8%
(55 � 15)
• Jawaban C didapatkan dari perhitungan:
121
� 100% = 14,7%
(55 � 15)
• Jawaban D didapatkan dari perhitungan:
41
� 100% = 5%
(55 � 15)
• Jawaban E didapatkan dari perhitungan:
6
� 100% = 0.7%
(55 � 15)
Berdasarkan hasil yang didapat, 53,8% responden menilai kualitas video
dan kualitas suara narator dalam video dokumenter ini tergolong baik, karena
angle pengambilan gambar dalam video ini bervariasi, kreatif, bagus dan
pencahayaan dalam video ini tidak over ataupun under. Serta suara narator
terdengar dengan jelas dan mudah dimengerti. 14,7% responden lain menilai
kualitas suara dari backsound video dokumenter ini tergolong cukup, karena
penggunaan backsound dinilai cukup sesuai dengan visualisasi yang ditampilkan.
5% responden lain menilai pesan yang terkandung dalam video dokumenter ini
tergolong kurang, karena pesan yang disampaikan lewat video kurang mudah
ditangkap atau dimengerti, namun 95% responden lain menilai pesan dalam video
dokumenter ini sudah tersampaikan dengan baik dan mudah dimengerti.
Secara keseluruhan responden setuju jika kualitas gambar sudah cukup
bagus, namun responden menilai beberapa bagian dalam video ini
pencahayaannya masih terlalu terang, tetapi tidak terlalu mengganggu atau
menurunkan kualitas pencahayaan. Menurut responden, transisi yang digunakan
masih kurang bervariasi, namun pemilihan dan penempatannya dinilai sudah
bagus. Selain itu, responden menilai jumlah backsound dalam video ini masih
kurang, namun pengaturan dan pemilihan backsound sudah baik.
Menurut responden, ada beberapa bagian dalam video dimana suara
narator terdengar kurang jelas, akan tetapi responden masih dapat mengerti apa
yang diucapkan narator. Responden sangat setuju dengan pesan yang terkandung

dalam video ini, tetapi beberapa responden beranggapan bahwa pesan dalam video
ini sedikit kurang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Responden juga
beranggapan bahwa video ini dapat menjadi media informasi dengan memberikan
pengetahuan baru.

5.

Simpulan

Dari hasil penelitian, perancangan serta pengujian video dokumenter
mengenai Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang, didapatkan kesimpulan bahwa
video dokumenter yang telah diimplementasi dapat menjadi salah satu alternatif
media informasi lukisan pelepah pisang, karena didukung dengan sinematografi
yang bagus, backsound yang sesuai dengan visualiasi serta narasi yang terdengar
jelas, sehingga keberadaan lukisan pelepah pisang semakin dikenal masyarakat,
khususnya generasi muda. Selain itu, juga didapatkan kesimpulan bahwa pesan
yang terkandung dalam video dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah
Pisang tersampaikan dengan baik kepada responden.
Adapun saran untuk pengembangan video dokumenter Profil Pengrajin
Lukisan Pelepah Pisang ini adalah perancangan video dokumenter baru dengan
kegunaan sebagai media promosi lukisan pelepah pisang agar masyarakat semakin
berminat untuk melestarikan kerajinan tangan, termasuk lukisan pelepah pisang.
6.
Daftar Pustaka
[1] Winarsih, Ita Nina. 2012. Kerajinan Kriya Ditinggalkan Generasi Muda.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-baratnasional/14/05/05/n53xjk-kerajinan-kriya-ditinggalkan-generasi-muda.
Diakses tanggal 26 Juni 2014.
[2] Kaleka, Nobertus dan Hartono, Edi Tri. 2013. Kerajinan Pelepah Pisang.
Surakarta : ARCITA.
[3] Hapsari, Diana Ayu & Urbani, Yunan H. 2013. Pembuatan Film
Dokumenter Wanita Tangguh Dengan Kamera DSLR Berbasis Multimedia.
Surakarta
[4] Putri, Intan, 2013, Perancangan Video Dokumenter Batik Khas Di
Pekalongan, Menggunakan Analisa SWOT.
[5] Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
[6] Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
[7] Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta:
Indonesia Cerdas.
[8] Bayu Tapa Brata, Vincent. 2007. Videografi dan Sinematografi Praktis.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
[9] Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi.
Jakarta: FFTV-Institute Kesenian Jakarta Press.
[10] Creswell, John W., 2010, Research Design Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[11] Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary. 2007. Metode Riset untuk Desain
Komunikasi Visual. Yogyakarta : ANDI
[12] Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka