T1 802010057 Full text

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN

PERFORMANCE

PADA PADA PEMAIN BASKET DI SALATIGA

OLEH

SEKARING PAMBAYUN WIDYANINGTYAS 802010 057

TUGAS AKHIR

Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Mememenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Progam Studi Psikologi

F

AKULTAS

P

SIKOLOGI

U

NIVERSITAS

K

RISTEN

S

ATYA

W

ACANA

S

ALATIGA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI OLAHRAGA DENGAN PERFORMANCE PADA PEMAIN BASKET DI SALATIGA

Sekaring Pambayun Widyaningtyas Berta Esti Ari P.

Jusuf Tjahjo P.

Progam Studi Psikologi

F

AKULTAS

P

SIKOLOGI

U

NIVERSITAS

K

RISTEN

S

ATYA

W

ACANA

S

ALATIGA


(8)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi olahraga terhadap

performance pemain basket di Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data purposive sampling dan metode analisis korelasi Spearman rho. Partisipan penelitian ini melibatkan 79 pemain basket di Salatiga dengan kriteria subjek yaitu laki-laki atau perempuan, berusia 15-30 tahun, tergabung dalam tim, pernah mempunyai pelatih atau pernah di latih, dan memiliki pengalaman bertanding 2-3 kali baik kejuaraan antar SMA, antar Universitas, provinsi, kabupaten atau tingkat nasional. Dalam penelitian ini diskriminasi item yang digunakan adalah 0,25. Kedua alat ukur ini memiliki normalitas yang baik namun tidak memiliki hubungan yang linear. Skala motivasi olahraga dan penilaian

performance memiliki reliabilitas yang baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi olahraga terhadap performance tidak ada korelasi negatif yang signifikan.


(9)

Abstract

This study assesses the correlation about the sport motivation towards basketball player’s

performance in Salatiga. The quantitative method is used in this study with purposive sampling technique as the data collection method and Spearman Rho as data analysis method. The participant of this study involved 79 basketball players in Salatiga with characteristic i.e male or female by age about 15-30 years old, incorporeted in team, has a coach or ever has been trained and has match experience about 2-3 times, whether among high schools, universities, provinces, districts, or nasional level. In this study aitem discrimination used 0,25. Sport motivation and performance rating have a good normality but no linearity corellation. Sport motivation and performance rating scale is reliability. The resultindicatesthatsport motivation has no significant negative corelation towards basketball

player’s performance.


(10)

1

PENDAHULUAN

Dalam berolahraga manusia sering menunjukkan tingkah laku yang berbeda dengan yang lainnya yang tidak berolahraga (Husdarta, 2011). Menurut Husdarta (2011) dampak olahraga terhadap individu yang satu dengan lainnya berbeda, contohnya ada orang yang berolahraga untuk kesehatan, ada yang untuk kesenangan dan ada orang yang berolahraga untuk melepaskan atau melampiaskan stres. Hal ini tergantung dan disebabkan karena sifat-sifat individual yang berbeda. Seperti bakat, minat, dan motif-motif yang berbeda menyebabkan individu memilih cabang olahraga tertentu.

Ada berbagai jenis olahraga di dunia, salah satunya adalah olahraga basket. Permainan bolabasket merupakan permainan yang membutuhkan teknik agar dalam bermain kita dapat bermain dengan baik dan benar.Dinata dalam Arifin (2013) dalam penelitiannya menyebutkan beberapa teknik yang digunakan adalah shooting, dribble,dan passing. Dalam permainan basket ini tiap pemain harus dapat menempatkan diri sesuai dengan posisinya, mengkoordinasikan setiap tindakan, dan dituntut untuk dapat bekerjasama dengan tim.Selain itu pemain juga harus dapat membaca situasi di lapangan dan mengetahui waktu yang tepat dalam memberi operan kepada rekannya(Novarida, dkk (2011)).

Dalamolahraga tim, performancesangat penting karena dengan

performance tim dapat mencapai tujuan dan memperbaiki skill sehingga dapat menghasilkan performance yang tinggi (Starkes & Ericsson, 2003).


(11)

2 (Vallerand, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa variabel internal dan eksternal memberi efek pada performance pemain.Aspek psikologis yang menunjang performance adalah motivasi yang tinggi, aspirasi yang kuat, dan kematangan kepribadian. Sedangkan aspek yang menggaggu performance adalah ketegangan dan kecemasan, motivasi rendah, absesi, gangguan emosional, dan keraguan atau takut (Husdarta, 2011).

Performance tidak terlepas dari motivasi,dalam hal ini motivasi yang digunakan adalah motivasi olahraga. Motivasi olahraga sangat penting karena motivasi merupakan salah satu kunci keberhasilan yang memfasilitasi bukan hanya performance namun juga pengalaman positif dalam olahraga (Vallerand, 2004). Dalam motivasi olahraga ini juga terdapat motivasi yang ada dalam diri sendiri atau yang biasa disebut dengan motivasi intrinsik dan motivasi dari luar seperti dari pelatih, teman setim, tim official, penonton, keluarga atau bisa juga berupa hadiah dan pujian atau yang biasa disebut dengan motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari lingkungan.Jadi motivasi adalah untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, dilandasi oleh adanya keinginan untuk mencapai atau memuaskan suatu kebutuhan (Gunarsa, 2004).

Sarlito (2006) juga menjelaskan motivasi merupakan istilah umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi dan keikutsertaan individu dalam setting


(12)

3

performanceyang berbeda-beda baik untuk dicoba individu agar dapat meningkatkan hasil dalam olahraga dan musik, dan untuk meningkatkan hasilnya maka perlu mengandalkan kognitif, afeksi, dan perilaku (Martin, 2007). Menurut George yang dikutip Husdarta (2011), motivasi adalah keinginan di dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertindak. Harold (Husdarta, 2011) menjelaskan bahwa motivasi menunjukkan dorongan atau usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi intrinsik adalah sumber utama bagi energi untuk perilaku manusia dan memudahkan perilaku individu untuk memelihara kehadiran dan kesetiaan dalam mengikuti latihan atau olahraga tertentu. Dan yang mendasari motivasi ekstrinsik adalah motif seseorang dalam mengikuti olahraga dan hadiah membuat individu berada dalam situasi kemungkinan atau ketidakmungkinan untuk memiliki kesetiaan dalam mengikuti latihan atau olahraga tertentu (Kilpatrick, Herbert, & Bartholomew, 2005).

Prestasi seringkali tidak dapat tercapai jika tekad diri dalam individu pemain rendah yang akan menghasilkan motivasi rendah dan pada akhirnya akan menghasilkan performance yang rendah (Gillet,Vallerand &Rosnet, 2009). Seperti dalam penelitian Gilet dkk, dapat disimpulkan dari hasil study

1 dan study 2 bahwa atlit tenis yang memiliki motivasi yang rendah adalah karena mereka kurang memiliki tekad diri yang positif dan keahlian yang cukup sehingga menyebabkan performance menjadi rendah.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah kita kurang mengetahui proses motivasi yang mendasari performance pemain basket, sehingga performance


(13)

4 yang ditampilkan tidak selalu mencapai tujuan yang di inginkan (Gillet, dkk (2009)).

Menurut Husdarta (2011), dalam olahraga setiap atlet selalu berinteraksi dengan orang lain, yaitu interaksi dengan sesama tim, interaksi dengan pelatih, interaksi dengan lawan, serta interaksi dengan penonton dan lingkungan sekitarnya. Hal inilah yang menimbulkan konflik-konflik psikologis tertentu. Jadi berdasarkan pernyataan di atas dan fenomena yang ada di lapangan, bahwa prestasi pemain adalah sesuatu yang sangat diperlukan bukan hanya untuk diri para pemain sendiri tetapi juga untuk anggota tim dan pelatih. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui apakah motivasi olahraga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

performanceyang nantinya akan memunculkan prestasi pada pemain basket.

TINJAUAN PUSTAKA

Performance

Menurut Gunarsa (2004) performance atau penampilan adalah apa yang terlihat atau apa yang diperlihatkan pemain dalam suatu permainan atau pertandingan. Performance merupakan hasil interaksi atau berfungsinya antara motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang.

Dalam sebuah studi kasus, performance dapat ditingkatkan dengan

psycho-educational workshops dan dukungan secara psikologi. Dalam studi ini orang tua diberikan workshop sehingga mereka mengerti apa yang dibutuhkan anak sebagai atlit dan untuk pelatih diberikan pendidikan mengenai atlit secara psikologi, agar lebih mengenal latar belakang atlit


(14)

5 sehingga dapat memahami atlit. Dan alit juga diberikan pendidikan psikologi agar lebih berkomitmen, berkomunikasi, memiliki kontrol, kepercayaan dan konsentrasi (Steptoe, 2013).

Ada beberapa faktor yang berpengaruh besar pada performance atau penampilan atau kemampuan bermain seorang pemain (Gunarsa, 2004) :

1. Fisik

Faktor fisik terdiri dari stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Jika membicarakan mengenai faktor fisik, maka tidak dapat disangkal perlunya proses untuk membentuk suatu kondisi fisik menjadi seperti apa yang ditargetkan. Hal ini dicapai melalui suatu prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis, dan terencana, sehingga dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau untuk berpenampilan sebaik-baiknya.

Namun demikian, perlu diingat bahwa ada kondisi fisik yang berkaitan dengan bakat atau kondisi khusus yang ada, yang merupakan faktor bawaan sejak lahir atau faktor keturunan (gen,

gene factors). Artinya, ada faktor-faktor yang bisa dikembangkan, tetapi dalam mengembangkan faktor-faktor tertentu, tentu tidak dapat melewati kerangka batas dari faktor keturunan yang diperoleh sejak lahir. Misalnya, stamina yang berkaitan dengan kapasitas vital paru-paru yang dimiliki menjadi sesuatu yang khas bagi diri seorang pemain atau atlet, yang membedakannya dengan atlet lain.


(15)

6 Pada kondisi fisik ini juga, sering kali tampak adanya faktor dominan yang dimiliki seorang atlet, yang merupakan gabungan antara bakat dan latihan.

2. Teknik

Penampilan seorang pemain atau atlet juga dipengaruhi oleh faktor keterampilan khusus yang dimiliki, yang harus dikembangkan menajdi suatu tampilan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Psikis

Seseorang tidak mungkin mencapai prestasi yang luar biasa apabila tidak memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya untuk berprestasi sebaik-baiknya. Sering kali, kemauan yang kuat saja masih belum dapat menajmin seorang pemain meraih prestasi yang baik. Hal ini harus disertai dengan berfungsinya akal sebagai taktik dan strategi bermain. Ini merupakan faktor kecerdasan atau kecerdikan yang harus ditampilkan dalam suatu permainan atau pertandingan yang menjadi faktor penentu untuk meraih prestasi. Menurut hsu ching-tze (2004), tsai yi-chuan (2004),Trninics ( 2000 ), dan john &Joseph (1999), kondisi psikologis pemain, keterampilan dasar, kondisi fisik, dan kecerdasannya akan lebih terlihat dari catatan ofensif dan defensif dalam setiap permainan. Maka dari pernyataan di atas maka dihasilkan kriteria untuk evaluasi performancepadapemain (Kun-Tzu Yu, Zhong-Xin Su, Rui-Chen Zhuang; 2008)yaitu:


(16)

7 1. Poin per musim pertandingan (PPG)

2. Point yang dibuat dalamlapangan(FGM)

3. Rebound yaitu usaha untuk mendapatkan penguasaan bola dari lawan setelah teman se tim melakukan shoot, lay up, atau free throw yang gagal

4. Assists yaitu memeberi umpan kepada teman se tim untuk mencetak poin

5. Blok yaitu menghalau shoot atau passing lawan

6. Steals yaitu mengambil bola dari lawan untuk di kuasai

7. Turnovers yaitu pemain kehilangan pengendalian bola saat sedang menguasai bola

8. Foul yaitu banyaknya pelanggaran yang dibuat oleh pemain

Motivasi Olahraga

Sarlito (2006)menjelaskan bahwa motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.

Menurut George dalam Moekijat (2004), motivasi adalah keinginan di dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertindak. Harold (Moekijat, 2004) menjelaskan bahwa, motivasi menunjukkan doronganatau usaha untuk memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan.


(17)

8 Jadi motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif-motif) di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Gunarsa, 2004).

Pelletier, dkk (1995) mengemukakan beberapa tipe motivasi atlet, yaitu: 1. Motivasi intrinsik untuk mengetahui adalah motivasi intrinsik yang

melibatkan atlit untuk terlibat dalam aktifitas untuk kesenangan akan belajar atau berusaha untuk mengetahui hal baru.

2. Motivasi intrinsik untuk mencapai atau menyelesaikan adalah motivasi intrinsik yang melibatkan atlit dalam aktifitas untuk kesenangan akan mencoba untuk melampaui diri sendiri untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan masalah.

3. Motivasi intrinsik untuk mendorong pengalaman adalah motivasi intrinsik yang melibatkan atlit dalam aktifitas yang berhubungan dengan panca indera dan kesenangan estetis.

4. Motivasi ekstrinsik untuk mengenal regulasi adalah motivasi ekstrinsik yang melibatkan partisipasi di dalam aktifitas, yang bertujuan untuk kepentingan hasil dari perilaku.

5. Motivasi ekstrinsik untuk introjected adalah motivasi ekstrinsik yang memulai atlet berpikir alasan apa yang membuat atlet melakukan aksi dalam olahraga.

6. Motivasi ekstrinsik untuk regulasi eksternal adalah motivasi ekstrinsik yang berupa memperoleh hadiah (medali, piala, pujian, uang) dan


(18)

9 menghindari paksaan (tekanan sosial, seperti dari pelatih, teman se-tim, dan penonton).

7. Tidak termotivasi adalah keadaan dimana atlet merasa tidak mampu dan tidak mampu mengendalikan bakat dan pada akhirnya kehilangan motivasi yang sangat penting.

METODE PENELITIAN A. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah pemain basket di Salatiga. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Jumlah populasi pemain basket berjumalah kurang lebih 100 orang pemain. Maka penelitian ini melibatkan sejumlah 79 pemain, dari tim SMA 9 pemain, tim Fakultas Psikologi 20 pemain, tim Fakultas Bahasa dan Sastra 16 pemain, Fakultas Fiskom 17 pemain, dan tim Umum 17 pemain seluruhnya berjenis kelamin pria dan wanita, berusia antara 17 sampai 30 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive samplingkarena karakteristik sampelnya sudah ditentukan atau diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya.Kriteria subjek adalah laki-laki atau perempuan, berusia 15-30 tahun, tergabung dalam tim, pernah mempunyai pelatih atau pernah di latih, dan memiliki pengalaman bertanding 2-3 kali baik kejuaraan antar SMA, antar Universitas, provinsi, kabupaten atau tingkat nasional.


(19)

10 Dalam penellitian ini subjek yang digunakan sebanyak 79 pemain basket yang tergabung dalam tim, rata-rata mereka telah mengikuti pertandingan kurang lebih 5-10 kali. Dan mereka sudah bermain basket 4-7 tahun. Tim-tim ini terdiri dari pemain laki-laki dan perempuan yang berusia antara 15-27 tahun. Pengambilan data dilakukan pada saat pemain selesai mengikuti latihan di Gor Putra Abadi dan Gor Hebat SMA Lab. Untuk penilaian performance pemain di isi oleh pelatih berlisensi B yaitu Aditya Krisnha P dan asisten pelatih yang berlisensi C yaitu Putra Pamungkas. Para pelatih dan asisten pelatih ini cukup berpengalaman dalam dunia basket dan cukup mengenal pemain-pemain yang dinilai oleh mereka. Pengambilan data ini di lakukan pada tanggal 25 Februari sampai 6 Maret 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala untuk mengungkap respon pribadi subjek dan penilaian kemampuan dalam bermain basket. Skala yang digunakan yaitu skala motivasi olahraga, dan skala penilaian performance :

1. Skala Motivasi Olahraga

Untuk mengukur motivasi olahraga peneliti menggunakan The Sport Motivation Scale (SMS-28) berupa skala likert dari Pelletier,Fortier, Vallerand, Tuson, Briere, & Blais (1996) dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang


(20)

11 terdiri dari 28 item. Skala ini terdiri dari 7 pilihan jawaban yang dapat di pilih oleh responden, yaitu (1) Sangat Tidak Sesuai, (2-3) Sedikit Sesuai, (4) Agak Sesuai, (5-6) Sesuai, dan (7) Sangat Sesuai. Karena nilai 2-3 dan 5-6 memiliki skor yang sama maka peneliti memodifikasi pilihan jawaban menjadi 5 pilihan jawaban menjadi (1) Sangat Tidak Sesuai, (2) Sedikit Sesuai, (3) Cukup Sesuai, (4) Sesuai, dan (5) Sangat Sesuai. Berikut ini merupakan aspek-aspek beserta contoh item untuk tiap-tiap aspeknya. Motivasi intrinsik untuk mengetahui (Saya merasa puas jika saya berusaha untuk tahu lebih banyak tentang olahraga basket), motivasi intrinsik untuk mencapai atau menyelesaikan (Saya merasa puas jika menguasai teknik latihan yang sulit), motivasi intrinsik untuk mendorong pengalaman (Saya merasa puas jika saya hidup dalam pengalaman yang menarik), motivasi ekstrinsik untuk mengenal regulasi (Menurut saya, bermain basket adalah kebiasaan yang baik untuk bertemu dengan orang lain), motivasi ekstrinsik untuk introjected

(Saya harus melakukan olahraga untuk merasa baik), motivasi ekstrinsik untuk regulasi eksternal (Saya merasa dihargai jika orang-orang yang saya kenal menghormati saya), dan tidak termotivasi (Saya pernah memiliki alasan yang baik untuk bermain basket, tetapi sekarang saya bertanya pada diri saya sendiri apakah saya harus terus bermain basket).

Untuk mengetahui apakah item dalam alat ukur ini memiliki koefisien diskriminasi item yang memadai dan reliabilitas yang


(21)

12 cukup, maka digunakan try out terpakai. Skala ini telah di uji cobakan pada 10 orang pemain basket yang biasa bermain di lapangan basket UKSW. Uji coba ini di lakukan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan mudah di pahami dan apakah ada kesulitan untuk menentukan pilihan jawaban. Hasilnya adalah mereka dapat mengisi skala ini tanpa kesulitan dan 7 orang memiliki motivasi yang tinggi sedangkan sisanya memiliki motivasi yang sedang. Dalam penelitian ini standar untuk diskriminasi item adalah sebesar 0,25. Setelah dilakukan penghitungan menggunakan spss didapatkan bahwa sebanyak 3 item (no 16, 18 dan 28) gugur karena memiliki diskriminasi item di bawah 0,25, yaitu untuk no 16 sebesar 0,236, no 18 sebesar 0,162 dan untuk no 28 adalah sebesar -0,054. Sedangkan yang lain sudah memennuhi standar diskriminasi item yang digunakan. Dan untuk reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar 0,781 > 0,5. Yang berarti bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi.

2. Skala Performance

Untuk mengukur performance pada pemain, peneliti terdahulu menggunakan alat ukur yang dimodifikasi antaraAnalytic Hierarchy Process (AHP)dengantechnical performance Indices (TPI). Dengan 9 pilihan jawaban, karena terlalu banyak pilihan jawaban, maka peneliti memodifikasi pilihan jawaban menjadi 7 pilihan jawaban. Pola dasar pengukuran penilaian performance ini mengikuti pola


(22)

13 metode skala likert. Pilihan jawaban memiliki 7 alternatif yaitu (1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Agak Buruk, (4) Baik, (5) Sangat Baik, (6) Hampir Sempurna, (7) Sempurna. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin baik performance nya dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah performance nya.

Dalam TPIadabeberapa kriteriaperformance yang akandinilaiolehpelatihatauasistenpelatihyaitupoin per musim pertandingan (PPG), point yang dibuat dalamlapangan(FGM),

rebound, assists, blok,steals, turnovers, dan fouls (Kun-Tzu Yu, Zhong-Xin Su, Rui-Chen Zhuang; 2008). Forminiakandinilaisesuaidengankemampuanparapemainbasket.

Skala penilaian pemain ini di uji cobakan oleh salah satu pelatih yang belum mendapatkan lisensi namun sudah pernah melatih beberapa tim di Salatiga sehingga di anggap mampu untuk menilai performance pemain. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah penilaian untuk pemain membingungkan pelatih atau tidak. Setelah dilakukan uji coba maka didapatkan bahwa pelatih mampu untuk memahami penilaian yang di modifikasi oleh peneliti. Setelah dilakukan pengujian diskriminasi item maka didapatkan bahwa salah satu item gugur yaitu item no 8 dengan hasil uji diskriminasi item sebesar -0,254< 0,25. Sedangkan untuk reliabilitas didapatkan sebesar 0,860 > 0,5 yang berarti bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi.


(23)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kedua variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel motivasi olahraga dengan K-S Z 0,860 yang memiliki signifikansi 0,451 (p>0,05), dan variabel performance dengan K-S Z 0,771 yang memiliki signifikansi 0,592 (p > 0,05).

Uji Linearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel motivasi olahraga dengan performance maka peneliti melakukan uji linearitas (p<0,05). Dari hubungan tersebut kedua variabel motivasi dengan

performance tidak memiliki hubungan yang bersifat linear, yaitu uji linearitas antara motivasi olahraga terhadap performance (F = 0.032) yang memiliki signifikansi sebesar 0,859 (p > 0,05).

Analisis Data Deskriptif

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi rendah nilai sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam penelitian ini.


(24)

15 Tabel 1

Kategorisasi Skor Skala Motivasi Olahraga

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Sangat Tinggi

82 > 125 69 79,7%

Tinggi 63 ≤ X < 82 10 12,6%

Sedang 44 ≤ X < 63 97,32 10,87 Rendah 25 ≤ X < 44

Sangat Rendah

X <25

Keterangan : x : skor subjek

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat69 pemain (79,7%) menyatakan bahwa motivasi olahraga dalam kriteria sangat tinggi dan 10 pemain (12,6%) menyatakan bahwa motivasi olahraga dalam kriteria tinggi. Rata-rata dari skor motivasi olahraga sebesar 97,32 dengan SD 10,87. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki motivasi olahraga yang masuk dalam kategori sangat tinggi.


(25)

16 Tabel 2

Kategori Skor Skala Penilaian Performance

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD

Sangat Tinggi

38,5 ≥ 49 6 7,5%

Tinggi 28 ≤ X < 38,5 44 55,6%

Sedang 17,5 ≤ X < 28 29 36,7% 24,83 4,98 Rendah 7 ≤ X < 17,5

Sangat Rendah

X< 7

Keterangan : x : skor subjek

Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 6 pemain (7,5%) menyatakan bahwa performance pemain dalam kriteria sangat tinggi, 44 pemain (55,6%) menyatakan bahwa performance dalam kriteria tinggi. Dan 29 pemain (36,7%) menyatakan bahwa performance dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor performance sebesar 24,83 dengan SD 4,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki performance yang masuk dalam kategori tinggi.


(26)

17

Uji Korelasi

Setelah dilakukannya uji asumsi, peneliti melakukan uji korelasi dari masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat hubungan masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan Spearman correlation. Mengapa menggunakan Spearman correlation karena hasil dari uji asumsi menunjukkan bahwa ke dua alat ukur memiliki normalitas yang sesuai namun tidak linearitas. Besarnya hubungan antara variabel performance dengan motivasi olahraga sebesar r = -0,50 dengan sig = 0,662 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel negatif dan tidak signifikan artinya jika jumlah motivasi meningkat maka performance tidak meningkat juga.

Correlations

motivasi performance

Spearman's rho motivasi Correlation Coefficient 1.000 -.050

Sig. (2-tailed) . .662

N 78 78

performance Correlation Coefficient -.050 1.000

Sig. (2-tailed) .662 .

N 78 78

Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian dan dari hasil uji korelasi penelitianini di dapatkan bahwa hubungan antara motivasi olahraga dengan


(27)

18

performanceadalah tidak ada korelasi negatif yang signifikan, karena r = -0,50 dengan sig = 0,662 (p < 0,05). Hasil ini tampaknya menunjukkan bahwa motivasi olahraga saja tidak cukup dalam memunculkan adanya

performancepada individutetapi ada juga hal lain.

Tujuan awal dari dilaksanakannya penelitian ini adalah meneliti apakah motivasi olahragadapat memunculkanperformance pada pemain basket di Salatiga.Peneliti sebelumnya mengatakan bahwa adanya hubungan antara motivasi dengan performance pada atlet (Gillet,Vallerand &Rosnet, 2009).

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa variabel internal dan eksternal memberi efek pada performance pemain. Menurut Husdarta (2011) aspek psikologis yang menunjang performance adalah motivasi yang tinggi, aspirasi yang kuat, dan kematangan kepribadian. Sedangkan aspek yang mengganggu performance adalah ketegangan dan kecemasan, motivasi rendah, absesi, gangguan emosional, dan keraguan atau takut. Jelas bahwa pada penelitian sebelumnya banyakyang mendukung bahwa motivasi merupakan faktor munculnya performance.

Namun menurut penelitian sebelumnya yakni Ericsson, Krampe, dan Romer (1993) bakat yang diimbangi dengan latihan dapat menghasilkan

performance yang baik. Hal ini di dukung juga olehWolstencroft (2002) bahwabakat merupakan salah satu faktor munculnya performanceselain motivasi. Dalam penelitiannya di Skotlandia semua atlet-atlet yang memiliki bakat di latih lebih keras agar dapat mencapai performance yang di inginkan selain itu dalam penelitiannya disebutkan pentingnya dukungan teman


(28)

19 sebaya atau teman se tim serta pentingnya dukungan sosial. Begitu pula menurut Bush dan Salmela (2001) bahwa motivasi bukanlah satu-satunya yang menyebabkan performance pemain menjadi lebih baik, tetapi ada hal-hal yang lebih utama dibandingkan dengan motivasi itu sendiri, seperti latihan yang keras, dukungan keluarga, pelatih dan guru yang kompeten dan fisik yang memadai.

Bakat juga membutuhkan komitmen yang kuat pada olahraga maupun dunia seni yang akan berdampak pada performance. Keputusan dalam membuat komitmen untuk mengikuti suatu aktifitas berhubungan dengan tingkat kemampuan dan karakteristik motivasi pada diri individu. Jika seorang individu memiliki komitmen yang kuat pada kegiatan yang individu tersebut ikuti maka individu tersebut akan termotivasi agar lebih giat berlatih sehingga kemampuan dalam diri individu tersebut meningkat (Patrick, Ryan, Liro, Fredricks, Hruda, dan Eccles(1999)). Banyak juga penelitian yang mendukung bukan hanya bakat yang menjadi salah satu faktor muculnya performance namun ada juga latihan. Bahkan banyak orang sudah mengetahui bahwa latihan merupakan salah satu cara untuk membantu mengembangkan kemampuan individu agar tampil lebih baik. Seperti dalam penelitian Plucker (2010) bahwa bakat saja tanpa latihan adalah tugas yang sangat berat. Karena bakat harus diiringi dengan latihan agar mencapai performance yang diinginkan. Ericsson (1993) mengatakan bahwa untuk menjadi pemenang dibutuhkan 10 tahun atau 10.000 jam latihan. Oleh sebab itu motivasi saja belum cukup untuk meningkatkan


(29)

20 terwujud dalam tindakan sehingga jika individu ingin performanceberhasil maka diperlukan bakat serta latihan yang keras yang nyata. Misalnya saja pada pemain basket yang ingin menguasai berbagai teknik tetapi tidak pernah hadir untuk mengikuti latihan dan tidak memiliki bakat, atau pemain ini hanya menonton video tentang teknik bermain basket atau melihat temannya bermain basket dan tidak pernah mempraktekannya maka

performance yang baik itu tidak akan muncul hanya karena keinginan atau dorongan tetapi memang harus diikuti dengan bakat dan komitmen sehingga menghasillkan performance yang baik.

Menurut Elferink-Gemser & Visscher (2012) regulasi diri juga berpengaruh pada performance pemain. Dalam masa menuju kedewasan seseorang akan banyak belajar dan berlatih tentang sesuatu yang ingin di tekuninya sehingga diharapkan setiap tahunnya individu dapat meningkatkan performance. Individu dalam “waktu” nya tidak hanya

berkembang dalam hal fisik saja tetapi juga dalam kognitif, emosional dan sosial. Dalam prosesnya seseorang akan mengalami anthropometry (tinggi badan, berat badan, dan presentase lemak tubuh), karakteristik fisiologikal (sistem energi aerobik dan anaerobik), keterampilan teknis (seperti drible,

shooting, passing jika dalam olahraga basket), keterampilan taktis (keterampilan kognitif untuk membuat keputusan yang tepat di saat yang tepat), keterampilan psikologis (seperti bagaimana mengelola emosi di bawah tekanan saat bertanding). Dalam masa perkembangan individu tidak terlepas dari lingkungan yang mempengaruhi karakteristik individu terutama dalam tahap belajar dan latihan. Dalam lingkungan ini individu dapat


(30)

21 berlatih dan mengembangkan bakat yang dimiliki, pengembangan bakat ini adalah interaksi antara individu dengan lingkungan yang berarti orang tua dan pelatih atau guru sangat berperan. Orang tua dan guru atau pelatih harus sadar akan apa yang mampu di lakukan oleh seorang anak dan apa yang ingin di pelajari atau apa yang membuat anak tertarik. Dengan begitu seorang anak dapat meraih kesuksesan dalam performance nya. Untuk mencapai performance yang sempurna membutuhkan waktu yang sangat panjang. Ketika mereka menghadapi pertandingan dan apa pun hasilnya mereka tetap menganggap itu sebagai kesempatan untuk belajar dari pengalaman, dengan begitu mereka tahu dimana kesalahan mereka dan memperbaiki kesalahan mereka jika kalah dan jika menang mereka dapat mempertahankan dan meningkatkan pola permainan mereka. Menurut Elferink-Gemser (2013) inti dari semua proses untuk mencapai

performanceyaitu proses kedewasaan, belajar dan latihan.

Hal ini membuktikan bahwa antara bakat, motivasi olahraga, komitmen yang kuat, serta regulasi diri yang baik dapat meningkatkan kemampuan dan mencapai performance yang diinginkan. Dengan begitu motivasi yang tinggi namun tidak memiliki bakat, komitmen yang buruk, dan regulasi diri yang buruk maka belum tentu memiliki performance yang baik. Tetapi jika di iringi dengan bakat, komitmen, regulasi diri serta motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan performance yang baik.Hal ini berlaku untuk seluruh jenis cabang olahraga dan dalam dunia seni.


(31)

22

Kesimpulan, Kelemahan Penelitian dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi olahragaterhadapperformance tidak ada korelasi negatif signifikan. Bukan berarti motivasi tidak memiliki pengaruh bagi performancepemain, hanya saja motivasi olahraga bukan merupakan faktor utama untuk performance. Karena ada faktor lain yang mempengaruhi performance juga seperti bakat, dukungan dari orang-orang di lingkungan pemain, komitmen, dan regulasi diri. Namun jika seseorang memiliki bakat dan tidak memiliki motivasi olahraga maka performance yang diinginkan belum tentu mucul. Jadi antara motivasi olahraga dengan bakat dan faktor lain harus seimbang sehingga

performance yang diinginkan muncul.

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu kurangnya subjek yang sesuai dengan kriteria, subjektifitas yang tinggi dari pelatih sehingga belum tentu pemain yang di nilai tersebut memiliki performance

yang buruk. Karena ada banyak faktor juga yang mempengaruhi

performance yang buruk seperti kelelahan pada pemain karena padatnya aktifitas dan masalah yang dialami individu.


(32)

23

Saran

Penelitian Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengambil subjek dengan membedakan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, antar tim nasional atau budaya.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil atlet nasional agar mempermudah dalam pengambilan data performance. Karena jika mengambil atlet nasional biasanya sudah ada statistik performance

untuk setiap pemain yang sudah dinilai oleh pelatih atau asisten pelatih.

Pelatih

Pelatih diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi kekurangan-kekuranganperformance pemain di lapangan selanjutnya memperbaiki cara melatih secara berkelanjutan agar pemain dapat memiliki

performance yang baik.

Pemain Basket

Pemain diharapkan lebih memiliki komitmen agar dapat menumbuhkan bakat sehingga mampu untuk menunjukkan performance

yang baik di lapangan. Dan pemain juga diharapkan untuk meningkatkan kemampuan dan menerima teknik-teknik bermain basket dari pelatih serta belajar dari senior dalam tim. Karena dengan begitu pemain dapat mencapai tujuan bersama dalam tim.


(33)

24

DAFTAR PUSTAKA

Abdin, J. M. (2010). Imagery for sport performance; comprehensive literature review. Ball State Univeristy. Indiana.

Adler, E. S., Berry, M. J., & Doherty, D. (2012). Pushing “reset”: the conditional Effect of coaching replacements on college football performance. Review of European Studies, Vol 4 no 2,124- 137.

Arifin, S. (2012). Pengembangan Model Latihan Shooting (lay up, under ring, jump shoot) pada mahasiswa JPOK FKIP UNNLAM tahun akademik 2012/2013. Durand-Bush, N., & Salmela, J. H. (2001). The development of talent in sport.

Handbook of Research on Sport Psychology. Chapter 10, 269-284.

Elferink-Gemser, M. T. (2013). Olympia Exists Pushing Boundaries for Talented Athletes. Talent Identification and Development in Sports Research Group. ISBN 978-90-820030-1-7.

Ericsson, K. A., Krampe, R. T., & Tesch-Romer, C. (1993). The role of deliberate practice in the acquisition of expert performance. The American Psychological Association, Vol. 100. No. 3, 363-406.

Gillet, N., Vallerand, R. J., & Rosnet, E. (2009). Motivational clusters and performance in a real-life setting. Journal of Sport psychology. 33:49-62. Doi: 10.1007/s11031-008-9115-z.

Golby, J., Sheard, M., & Van Wersch, A. (2007). Evaluating the factor structure of the psychological performance inventory. Perceptual & Motor skills, 105, 309-325. Gray, H. J., & Plucker, J. A. (2010). “She’s a Natural”: Identifying and Developing

Athletic Talent. Journal for the Education of the Gifted. Vol. 33, No. 3, 361-380. Green, T. D., & Holeman, S. (2004). Athletes’ attributions for team performance: a

theoretical test across sports and gender. Journal ofSocial Behaviour and Personality, 32(2), 199-206.

Gunarsa, S., Zainuddin S., Henky E., Mudji H., Lidwina B., Mira R., Y. Singgih., Nitya W., &Abdul H. (1989). Psikologi olahraga. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunarsa, S. (2004). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.

Hidayat, Y., & Sukadiyanto. (2012). Instrumen strategi multiteknik mental atlet usia 11-13 tahun. Jurnl Iptek Olahraga, Volume 14, No 3, 268-287.

Husdarta. (2011). Psikologi Olahraga. Bandung. Alfabeta.

Kilpatrick, M, PhD., Hebert, E, PhD., & Bartholomew, J, PhD. (2005). College


(34)

25 motives for sport participation and exercise. Journal of American College Health, Vol 54, No.2, 87-94.

Mach, M., Dolan, S., & Tzafrir, S. (2010). The differential effect of team members trust on team performance: the mediation role of team cohesion. Journal of Occupational and Organizational Psychology, Volume 83 No 771-794.

Martin, A. J. (2007). Motivation and engagement in music and sport: testing a multidimensional framework in diverse performance settings. Journal of Personallity, 76:1, 136-170. Doi: 10. 1111/j. 1467-6494.2007.00482.x.

Martono. (2012). Metode penelitian kuantitatif: analisis iai dan analisis data sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Massey, W. V., Meyer, B. B., & Hatch, S. J. (2011). Transtheoritical model; examining readiness for psychological skills training. The Journal of Performance Psychology, Volume 50, 187-206

Novarida, T., Hardjono., & Agustin, R. W. (2011). Hubungan antara reguasi emosi dengan komunikasi interpersonal dengan kemampuan bekerjasama pada tim basket SMA di Surakarta yag mengikuti kompetisi Honda DBL (development basketball league). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

Patrick, H., Ryan, A. M., Alfeld-Liro, C., Fredricks, J. A., Hruda, L. Z., & Eccles, J. S. (1999). Adolescents' Commitment to Developing Talent:The Role of Peers in Continuing Motivationfor Sports and the Arts. Journal of Youth and Adolescence,

Vol. 28, No. 6, 741-762.

Pelletier, L., Fortier, M., Vallerand, R., Tuson,K., Briere, N., & Blais, R. (1995). Toward a new measure of intrinsic motivation, extrinsic motivation, and amotivation in sports: The Sport Motivation Scale (SMS). Journal of Sport and Exercise Psychology, 17, 35-53.

Puente-Diaz, R. (2012). The effect of achievment goals on enjoyment, effort, satisfaction and performance. International Journal of Psychology, Volume 47 No 2, 102-110.

Rmzninezhad, R., Keshtan, M. H., Shahamat, M. D., & Kordshooli, S. S. (2009).The relationship between collective efficacy, group cohesioin and team performance in profesionall volleyball teams. Brazilian Journal of Biomotricity. V.3, n.1, p.31-39. Sinulingga, A. (2011). Dampak olahraga kompetitif di kalangan pelajar dalam kaitannya dengan motivasi berprestasi (studi komparatif: atlet dan non atlet di PLPP Sumatra Utara). Edisi khusus No 1, 1-11..

Starkes, J. L., &Ericsson, K. A. (2003). Expert performance in sports: a champaign. IL:


(35)

26 Steptoe, K. (2013). Case study 2: Provision of sport psychology services to an

International High Performance Tennis Centre: Models of practice as a function of primary and secondary client needs. Sport & Exercise Psychology Review, Vol. 9 No. 1

Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trinic, S., & Dizdar, D. (2000). System of the performance evaluation criteria weighted per positions in the basketball game. Original scientific paper. 1:217-234.

Vallerand, R. J., Megeau, J. A., Elliot, A. J., Dumais, A., Demers, M. A., & Rousseau, F. (2008). Passion and performance atttainment in sport. Journal of Psychology of Sport and Exercise, 9 373-392.

Vallerand, R. J. (2004). Intrinsic and extrinsic motivation in sport. Encyclopedia of Applied Psychology, Volume 2.

Wolstencroft, E. (2002). Talent identification and development: an academic review. A report for sportscotland by The University of Edinburgh, ISBN 185060 418 5. Yu, K. T., Su, &Zhuang, Z. X. (2008).An Exploratory Study ofLong-Term Performance

Evaluation for Elite Basketball Players.International Journal of Sports Science and Engineering, Vol. 02 (2008) No. 04, pp. 195-203.


(1)

berlatih dan mengembangkan bakat yang dimiliki, pengembangan bakat ini adalah interaksi antara individu dengan lingkungan yang berarti orang tua dan pelatih atau guru sangat berperan. Orang tua dan guru atau pelatih harus sadar akan apa yang mampu di lakukan oleh seorang anak dan apa yang ingin di pelajari atau apa yang membuat anak tertarik. Dengan begitu seorang anak dapat meraih kesuksesan dalam performance nya. Untuk mencapai performance yang sempurna membutuhkan waktu yang sangat panjang. Ketika mereka menghadapi pertandingan dan apa pun hasilnya mereka tetap menganggap itu sebagai kesempatan untuk belajar dari pengalaman, dengan begitu mereka tahu dimana kesalahan mereka dan memperbaiki kesalahan mereka jika kalah dan jika menang mereka dapat mempertahankan dan meningkatkan pola permainan mereka. Menurut Elferink-Gemser (2013) inti dari semua proses untuk mencapai performanceyaitu proses kedewasaan, belajar dan latihan.

Hal ini membuktikan bahwa antara bakat, motivasi olahraga, komitmen yang kuat, serta regulasi diri yang baik dapat meningkatkan kemampuan dan mencapai performance yang diinginkan. Dengan begitu motivasi yang tinggi namun tidak memiliki bakat, komitmen yang buruk, dan regulasi diri yang buruk maka belum tentu memiliki performance yang baik. Tetapi jika di iringi dengan bakat, komitmen, regulasi diri serta motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan performance yang baik.Hal ini berlaku untuk seluruh jenis cabang olahraga dan dalam dunia seni.


(2)

Kesimpulan, Kelemahan Penelitian dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi olahragaterhadapperformance tidak ada korelasi negatif signifikan. Bukan berarti motivasi tidak memiliki pengaruh bagi performancepemain, hanya saja motivasi olahraga bukan merupakan faktor utama untuk performance. Karena ada faktor lain yang mempengaruhi performance juga seperti bakat, dukungan dari orang-orang di lingkungan pemain, komitmen, dan regulasi diri. Namun jika seseorang memiliki bakat dan tidak memiliki motivasi olahraga maka performance yang diinginkan belum tentu mucul. Jadi antara motivasi olahraga dengan bakat dan faktor lain harus seimbang sehingga performance yang diinginkan muncul.

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu kurangnya subjek yang sesuai dengan kriteria, subjektifitas yang tinggi dari pelatih sehingga belum tentu pemain yang di nilai tersebut memiliki performance yang buruk. Karena ada banyak faktor juga yang mempengaruhi performance yang buruk seperti kelelahan pada pemain karena padatnya aktifitas dan masalah yang dialami individu.


(3)

Saran

Penelitian Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengambil subjek dengan membedakan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, antar tim nasional atau budaya.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil atlet nasional agar mempermudah dalam pengambilan data performance. Karena jika mengambil atlet nasional biasanya sudah ada statistik performance untuk setiap pemain yang sudah dinilai oleh pelatih atau asisten pelatih.

Pelatih

Pelatih diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi kekurangan-kekuranganperformance pemain di lapangan selanjutnya memperbaiki cara melatih secara berkelanjutan agar pemain dapat memiliki performance yang baik.

Pemain Basket

Pemain diharapkan lebih memiliki komitmen agar dapat menumbuhkan bakat sehingga mampu untuk menunjukkan performance yang baik di lapangan. Dan pemain juga diharapkan untuk meningkatkan kemampuan dan menerima teknik-teknik bermain basket dari pelatih serta belajar dari senior dalam tim. Karena dengan begitu pemain dapat mencapai tujuan bersama dalam tim.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdin, J. M. (2010). Imagery for sport performance; comprehensive literature review. Ball State Univeristy. Indiana.

Adler, E. S., Berry, M. J., & Doherty, D. (2012). Pushing “reset”: the conditional Effect of coaching replacements on college football performance. Review of European Studies, Vol 4 no 2,124- 137.

Arifin, S. (2012). Pengembangan Model Latihan Shooting (lay up, under ring, jump shoot) pada mahasiswa JPOK FKIP UNNLAM tahun akademik 2012/2013. Durand-Bush, N., & Salmela, J. H. (2001). The development of talent in sport.

Handbook of Research on Sport Psychology. Chapter 10, 269-284.

Elferink-Gemser, M. T. (2013). Olympia Exists Pushing Boundaries for Talented Athletes. Talent Identification and Development in Sports Research Group. ISBN 978-90-820030-1-7.

Ericsson, K. A., Krampe, R. T., & Tesch-Romer, C. (1993). The role of deliberate practice in the acquisition of expert performance. The American Psychological Association, Vol. 100. No. 3, 363-406.

Gillet, N., Vallerand, R. J., & Rosnet, E. (2009). Motivational clusters and performance in a real-life setting. Journal of Sport psychology. 33:49-62. Doi: 10.1007/s11031-008-9115-z.

Golby, J., Sheard, M., & Van Wersch, A. (2007). Evaluating the factor structure of the psychological performance inventory. Perceptual & Motor skills, 105, 309-325. Gray, H. J., & Plucker, J. A. (2010). “She’s a Natural”: Identifying and Developing

Athletic Talent. Journal for the Education of the Gifted. Vol. 33, No. 3, 361-380. Green, T. D., & Holeman, S. (2004). Athletes’ attributions for team performance: a

theoretical test across sports and gender. Journal ofSocial Behaviour and Personality, 32(2), 199-206.

Gunarsa, S., Zainuddin S., Henky E., Mudji H., Lidwina B., Mira R., Y. Singgih., Nitya W., &Abdul H. (1989). Psikologi olahraga. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunarsa, S. (2004). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.

Hidayat, Y., & Sukadiyanto. (2012). Instrumen strategi multiteknik mental atlet usia 11-13 tahun. Jurnl Iptek Olahraga, Volume 14, No 3, 268-287.

Husdarta. (2011). Psikologi Olahraga. Bandung. Alfabeta.

Kilpatrick, M, PhD., Hebert, E, PhD., & Bartholomew, J, PhD. (2005). College


(5)

motives for sport participation and exercise. Journal of American College Health, Vol 54, No.2, 87-94.

Mach, M., Dolan, S., & Tzafrir, S. (2010). The differential effect of team members trust on team performance: the mediation role of team cohesion. Journal of Occupational and Organizational Psychology, Volume 83 No 771-794.

Martin, A. J. (2007). Motivation and engagement in music and sport: testing a multidimensional framework in diverse performance settings. Journal of Personallity, 76:1, 136-170. Doi: 10. 1111/j. 1467-6494.2007.00482.x.

Martono. (2012). Metode penelitian kuantitatif: analisis iai dan analisis data sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

Massey, W. V., Meyer, B. B., & Hatch, S. J. (2011). Transtheoritical model; examining readiness for psychological skills training. The Journal of Performance Psychology, Volume 50, 187-206

Novarida, T., Hardjono., & Agustin, R. W. (2011). Hubungan antara reguasi emosi dengan komunikasi interpersonal dengan kemampuan bekerjasama pada tim basket SMA di Surakarta yag mengikuti kompetisi Honda DBL (development basketball league). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

Patrick, H., Ryan, A. M., Alfeld-Liro, C., Fredricks, J. A., Hruda, L. Z., & Eccles, J. S. (1999). Adolescents' Commitment to Developing Talent:The Role of Peers in Continuing Motivationfor Sports and the Arts. Journal of Youth and Adolescence, Vol. 28, No. 6, 741-762.

Pelletier, L., Fortier, M., Vallerand, R., Tuson,K., Briere, N., & Blais, R. (1995). Toward a new measure of intrinsic motivation, extrinsic motivation, and amotivation in sports: The Sport Motivation Scale (SMS). Journal of Sport and Exercise Psychology, 17, 35-53.

Puente-Diaz, R. (2012). The effect of achievment goals on enjoyment, effort, satisfaction and performance. International Journal of Psychology, Volume 47 No 2, 102-110.

Rmzninezhad, R., Keshtan, M. H., Shahamat, M. D., & Kordshooli, S. S. (2009).The relationship between collective efficacy, group cohesioin and team performance in profesionall volleyball teams. Brazilian Journal of Biomotricity. V.3, n.1, p.31-39. Sinulingga, A. (2011). Dampak olahraga kompetitif di kalangan pelajar dalam kaitannya dengan motivasi berprestasi (studi komparatif: atlet dan non atlet di PLPP Sumatra Utara). Edisi khusus No 1, 1-11..

Starkes, J. L., &Ericsson, K. A. (2003). Expert performance in sports: a champaign. IL: Human Kinetics.


(6)

Steptoe, K. (2013). Case study 2: Provision of sport psychology services to an

International High Performance Tennis Centre: Models of practice as a function of primary and secondary client needs. Sport & Exercise Psychology Review, Vol. 9 No. 1

Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trinic, S., & Dizdar, D. (2000). System of the performance evaluation criteria weighted per positions in the basketball game. Original scientific paper. 1:217-234.

Vallerand, R. J., Megeau, J. A., Elliot, A. J., Dumais, A., Demers, M. A., & Rousseau, F. (2008). Passion and performance atttainment in sport. Journal of Psychology of Sport and Exercise, 9 373-392.

Vallerand, R. J. (2004). Intrinsic and extrinsic motivation in sport. Encyclopedia of Applied Psychology, Volume 2.

Wolstencroft, E. (2002). Talent identification and development: an academic review. A report for sportscotland by The University of Edinburgh, ISBN 185060 418 5. Yu, K. T., Su, &Zhuang, Z. X. (2008).An Exploratory Study ofLong-Term Performance

Evaluation for Elite Basketball Players.International Journal of Sports Science and