T1 802011071 Full text

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW ANGKATAN
2011-2012

Oleh:
FENNI RUSLIE OCTAVIA
802011071

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan
untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN

KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UKSW ANGKATAN 2011-2012

Fenni Ruslie Octavia
Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara locus of
control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana angakatan 2011-2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan subjek mahasiswa angkatan 20112012 yang sedang mengambil proposal skripsi/mengerjakan skripsi. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik convinience sampling. Sampel yang

digunakan 100 orang mahasiswa yang memenuhi syarat yang diajukan oleh peneliti.
Untuk mengukur locus of control berdasarkan teori Rotter (dalam Friedman &
Schustack, 2006). Sementara untuk mengukur kematangan karir berdasarkan teori Super
(dalam Sharf, 2006). Dari penelitian ini diperoleh korelasi r = 0,577 (p > 0,05). Hal ini
menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara locus of control dengan
kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
angakatan 2011-2012. Sumbangan efektif locus of control terhadap kematangan karir
sebesar 33,29%, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 66,71%.
Kata kunci : Kematangan karir, locus of control, mahasiswa Fakultas Psikologi
UKSW angkatan 2011-2012

i

Abstract
The purpose of this study was to find a significant relationship between locus of control
with career maturity on students of the Faculty of Psychology Christian University
Satya angakatan 2011-2012. This research was conducted at the Faculty of Psychology
Christian University Satya with the subject of 2011-2012 generation students who are
taking the proposal thesis/thesis work. The sampling technique using the technique of
sampling convinience. Samples used 100 students who qualify submitted by researchers.

To measure locus of control is based on the theory of Rotter (in Friedman & Schustack,
2006). Meanwhile, to measure career maturity based on the theory of Super (in Sharf,
2006). This study found a correlation of r = 0,577 (p > 0,05). This indicates a positive
and significant relationship between locus of control with career maturity on students of
the Faculty of Psychology Christian University Satya angakatan 2011-2012. Effective
contribution locus of control on career maturity amounted to 33,29%, the rest is
influenced by other factors amounted to 66,71%.
Keywords: career maturity, locus of control, forces students of the Faculty of

Psychology SWCU 2011-2012

ii

1

PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi.
Peserta perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan
tinggi disebut dosen (Wikipedia). Tujuan mahasiswa adalah lulus tepat waktu (45tahun) dengan mendapatkan nilai yang memuaskan, dan segera mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keilmuan. Namun, peran dan tanggung jawab

seorang mahasiswa tidak hanya dihadapkan pada pencapaian keberhasilan akademik
saja, tetapi juga mampu menunjukkan perilaku untuk mengeksplorasi berbagai nilainilai kehidupan. Dengan kata lain, usia mahasiswa adalah tahap penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru sebagai orang
dewasa (Pinasti, 2011). Super (dalam Savickas, 2002) menyatakan bahwa mahasiswa
berkisar antara usia 18-21 tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa transisi.
Pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan
salah satu tugas penting dalam tahap perkembangannya, sebab karir atau pekerjaan
seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Oleh karena itu, mahasiswa harus
memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Jenis pekerjaan yang akan ditekuni
menyebabkan mahasiswa harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang
dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan. Menurut Arnett (dalam Santrock,
2012) transisi dari masa remaja ke dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun.
Masa ini ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada titik ini dalam perkembangan
mereka, banyak individu masih mengeksplorasi jalur karier yang ingin mereka ambil,
ingin menjadi individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan.
Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas
perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga,

2


mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab
sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan
melakukan suatu pekerjaan. Menurut Havighurst, (1953) usia menyelesaikan pendidikan
formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda tugas
perkembangan berikutnya adalah memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa
cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat
kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belum cocok antara minat/bakat dengan jenis
pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera.
Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilmu,
pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan
dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan.
Kemandirian ekonomi merupakan salah satu pertanda dari status kedewasaan, namun
untuk mencapainya dibutuhkan proses yang panjang.
Dalam menjalankan proses yang panjang tersebut dibutuhkan langkah
selanjutnya untuk mendapatkan kemandirian ekonomi adalah pemilihan karir. Agar
dapat memilih karir yang tepat, dalam hal ini memerlukan tingkat kematangan karir
yang baik, karena tingkat kematangan karir akan mempengaruhi kualitas pemilihan

karir. Kematangan karir menurut Seligman (1994) adalah kesiapan untuk memilih karir
yang tepat sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya. Menurut Super (dalam
Brown & Associates, 2002) pada tahap perkembangan karir, seseorang dituntut untuk
menyelesaikan

berbagai

tugas

perkembangannya.

Seseorang

yang

mampu

3

menyelesaikan tugas pada setiap tahap perkembangan karirnya akan membawanya pada

kesuksesan dalam perjalanan karirnya. Salah satu tugas perkembangan karir adalah
kematangan karir dan kemampuannya dalam membuat keputusan mengenai pilihan
karir yang diinginkannya, ini semua terjadi pada tahap eksplorasi. Hami, (2006)
mengatakan

bahwa

tahun-tahun

sekolah

lanjutan

dan

perguruan

tinggi

dikonseptualisasikan sebagai suatu masa dimana para siswa/mahasiswa mengumpulkan

informasi mengenai diri mereka dan dunia kerja melalui suatu proses eksplorasi yang
efektif untuk merelasasikan dan menetapkan suatu pilihan karir yang bijaksana dan
memulai persiapan yang tepat untuk menuju kematangan karir. Pinasti (2011)
merangkum dari beberapa sumber bacaan bahwa kematangan karir terdiri dari career
planning (perencanaan karir), career exploration (eksplorasi karir), world of work

(informasi dunia kerja), knowledge of the preferred occupational group (pengetahuan
mengenai pekerjaan yang diminati). Kematangan karir akan berdampak pada kesiapan
sesorang untuk membuat pilihan karir. Penelitian yang lain mengenai kematangan karir
pada mahasiswa sebelumnya juga pernah diteliti oleh Peterson (dalam Pinasti, 2011)
yang hasilnya membuktikan lebih dari setengah sampelnya menunjukkan skor
kematangan karir yang rendah sehingga dapat dikatakan belum matang dalam karir.
Oleh sebab itu, mahasiswa perlu memiliki kesiapan untuk menghadapi tantangan dan
kesulitan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya, khususnya kesiapan diri
memasuki dunia pekerjaan.
Menurut berita resmi statistik dari Badan Pusat Statistik, 30 Maret 2015
disebutkan bahwa pada Februari 2014, tingkat pengangguran terbuka menurut
pendidikan tertinggi yang ditamatkan mencapai 398.298 orang dan pada bulan Agustus
2014 mengalami peningkatan mencapai 495.143 orang. Tingginya angka pengangguran


4

dan tidak terisinya lowongan kerja dikarenakan tidak terpenuhinya tuntutan kualifikasi
yang dipersyaratkan oleh dunia kerja (http:/www.bps.go.id, 30 Maret 2015). Rendahnya
kualitas tenaga kerja yang tersedia hal tersebut terjadi dimungkinkan karena mahasiwa
belum memiliki kematangan karir untuk memasuki dunia kerja. Penulis mengamati
bahwa keberadaan mahasiswa dalam menyiapkan diri untuk memasuki dunia kerja
masih diabaikan karena merasa mengalami hambatan dalam memilih pekerjaan sesuai
bakat/minat yang mereka sukai.
Wawancara singkat yang telah dilakukan oleh El Hani, dkk (dalam Pinasti,
2011) dengan para mahasiswa pada salah satu universitas di Indonesia yang sedang
menyusun skripsi atau tugas akhir. Mereka mengaku belum mengetahui bidang
pekerjaan yang akan dijalaninya sebagai karir dengan pendidikan yang ditempuhnya.
Selain itu penelitian yang lain hasil wawancara Lestari, (2012) terhadap
beberapa Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad
Dahlan, menemukan bahwa saat ditanya setelah lulus kuliah akan melanjutkan
pendidikannya atau bekerja di mana, sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban
belum tahu. Wawancara lain yang dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan, mereka mengaku bingung. Ini disebabkan mereka
merasa ilmu didapatkan belum cukup untuk bekal mencari pekerjaan setelah lulus dari

bangku kuliah. Ada juga yang berpendapat bahwa mencari pekerjaan itu tidak harus
terpaku pada pendidikan yang ditempuhnya. Dengan kata lain seperti air mengalir.
Rachmawati (2012) menyebutkan bahwa ketidaksesuaian mencari pekerjaan
setelah lulus dari bangku kuliah ini disebabkan oleh adanya faktor sosial yang
mempengaruhi seseorang ketika ia memilih suatu pekerjaan. Hal ini dapat menciptakan
ketidakpuasan seseorang akan hasil kerjanya, tidak mencintai tugasnya dan menurunnya

5

prestasi kerja. Selain itu, terdapat banyak mahasiswa yang masih bingung tentang apa
yang akan mereka kerjakan dalam hidupnya setelah dari perguruan tinggi. Kondisi yang
suram ini disebabkan oleh kurangnya bekal ilmu, ketrampilan dan pengalaman yang
dimiliki oleh seseorang mahasiswa ketika ia akan memasuki dunia kerja. Oleh sebab itu
banyak yang harus dipersiapkan oleh seorang mahasiswa ketika hendak memasuki
dunia kerja.
Menurut Suryanti, Yusuf, dan Priyatama (2011) siswa dalam proses mencapai
kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang dimungkinkan berpengaruh
dalam proses mencapai kematangan karir. Hasan dalam (Suryanti, dkk, 2011)
menyebutkan bahwa konsep diri, vocational aspiration, dan gender merupakan
sejumlah variasi komponen pada kematangan karir. Pernyataan ini juga sesuai dengan

teori Holland (dalam Coertse & Schrpers, 2004) yang menjelaskan bahwa faktor
individu (personal) dan lingkungan dimungkinkan berpengaruh terhadap kematangan
karir.
Faktor individu (personal) adalah salah satu dimensi yang ada di locus of
control. Locus of control menurut Rotter (1966) adalah sebuah kecenderungan individu

untuk melihat kejadian yang terjadi berdasarkan kontrol dari dalam atau dari luar
individu tersebut. Rotter (1966) membagi locus of control menjadi dua dimensi yaitu
internal locus of control dan external locus of control. Internal locus of control adalah

cara pandang individu bahwa segala sesuatu yang terjadi berasal dari perilaku mereka
sendiri. Menurut Wulan (dalam Aji, 2009) siswa dalam usahanya untuk mencapai karir
yang diinginkan sering mengalami hambatan, sehingga diperlukan usaha dari siswa
untuk mengatasi hambatan tersebut. Tingkat usaha siswa untuk mengatasi hambatan
dalam mencapai karir yang diinginkan dipengaruhi oleh locus of control internal. Locus

6

of control merupakan keyakinan individu dalam memandang faktor penyebab

keberhasilan maupun kegagalan yang dialami, termasuk hadiah dan hukuman yang
diterimanya.
Perbedaan locus of control pada seseorang ternyata dapat menimbulkan
perbedaan pada aspek-aspek kepribadian yang lain. Mahasiswa yang memiliki locus of
control internal memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat mengatur dan mengarahkan

hidupnya serta bertanggungjawab terhadap pencapaian penguat apapun yang
diterimanya. Mahasiswa yang mempunyai locus of control internal, ketika dihadapkan
pada pemilihan karir, maka ia akan melakukan usaha untuk mengenali diri, mencari
tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan serta berusaha mengatasi
masalah berkaitan dengan pemilihan karir (Wulan dalam Aji, 2009).
Menurut Zulkaida (dalam Aji, 2009), siswa dengan locus of control internal
cenderung menganggap bahwa ketrampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha
(efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, termasuk pencapaian
karirnya. Siswa akan mengembangkan usahanya untuk meningkatkan ketrampilan kerja
dan kemampuan akademik yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka
inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam rangka
pencapaian karir. Kemampuan akademik dan ketrampilan kerja yang tinggi akan
membuat siswa membentuk aspirasi karir yang mantap. Aspirasi karir yang mantap,
akan membuat individu lebih serius dalam mencari informasi mengenai karir dan
menyesuaikan antara kemampuan dan minat yang dimiliki dengan pemahaman
mengenai karir, sehingga akhirnya mampu membuat keputusan karir yang tepat.
Kesesuaian antara kemampuan dengan karir yang diinginkan merupakan salah satu
karakteristik kematangan karir yang positif menurut Seligman (dalam Aji, 2009).

7

Menurut Pinasti, (2011) Individu yang mampu memilih karir dengan tepat
adalah individu yang memiliki kematangan karir. Salah satu indikasi bahwa individu
telah matang dalam karirnya ialah ketika ia memiliki keyakinan penuh pada dirinya atas
kemampuannya mencapai karir. Faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu
adalah locus of control. Locus of control merupakan cara pandang individu dalam
menanamkan keyakinan dirinya terhadap usaha yang dilakukannya untuk mencapai
karir. Individu yang matang dalam karir cenderung memiliki keyakinan dalam dirinya
bahwa untuk mencapai karir diperlukan usahanya sendiri kecenderungan internal locus
of control. Artinya, jika setiap individu ingin mencapai keberhasilan dalam karir, maka

hal itu dapat tercapai karena usahanya sendiri, bukan karena nasib, keberuntungan
ataupun orang lain. Semakin internal kecenderungan locus of control seseorang, maka ia
akan semakin matang dalam karirnya.
Sedangkan definisi external locus of control menurut Rotter, (1966) adalah cara
pandang individu segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bukan berasal dari tindakan
mereka sendiri, melainkan dari tindakan orang lain, nasib, keberuntungan atau
kesempatan. Wulan (dalam Aji, (2009) remaja yang memiliki locus of control eksternal
memiliki keyakinan bahwa pengendali dari segala aspek dalam kehidupannya dan
penguat yang diterimanya adalah keberuntungan, nasib, atau orang lain di luar dirinya.
Zulkaida, (2007) mengatakan bahwa individu yang memiliki external locus of
control cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan

dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan dan orang lain yang berkuasa.
Maka ketika dihadapkan dengan karir, maka individu tersebut karena merasa hidupnya
tergantung pada nasib, takdir, keberuntungan dan orang lain yang berkuasa atas individu
tersebut, sehingga mereka tidak melakukan usaha untuk mengenali dirinya dan mencari

8

tahu tentang perkerjaan yang mereka sukai. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan
kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
angkatan 2011-2012. Manfaat penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi psikologi dan pemahaman bagi para mahasiswa untuk lebih
meningkatkan internal locus of control dalam meningkatkan kematangan karirnya.

Rumusan Masalah
Mengingat hal-hal diatas maka peneliti bermaksud meneliti apakah ada
hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa?
Berdasarkan permasalahan ini, maka judul penelitian ini adalah hubungan antara locus
of control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW

angkatan 2011-2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Kematangan Karir
Definisi kematangan karir dikemukakan oleh Fatimah (2006) bahwa karir
merupakan sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan yang dijalani oleh
seseorang. Karir memiliki makna sebagai jalannya peristiwa kehidupan, konsekuensi
okupasi, dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhan menyatakan tanggung jawab
seseorang kepada pekerjaan dalam pola pengembangan dirinya.
Super (Winkel, 2004) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan
individu untuk membuat keputusan karir dengan didukung oleh informasi yang kuat
mengenai pekerjaan, berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.

9

Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di
mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen
pengetahuan maupun sikap, yang sesuai dengan tahap perkembangan karir.
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kematangan karir
kesiapan dan kemampuan individu untuk merencanakan dan mencari informasi
mengenai pilihan karir yang sesuai dengan dirinya, dan akhirnya mampu memilih
keputusan mengenai karir yang akan dijalanninya.
Dimensi dalam Kematangan Karir
Super (dalam Sharf, 2006) mengukur kematangan karir yang mencakup lima
dimensi yaitu antara lain:
a. Perencanaan karir (career planning)
Pada dimensi ini mengukur mengenai seberapa sering individu mencari
beragam informasi mengenai pekerjaan dan seberapa jauh mereka mengetahui
mengenai beragam jenis pekerjaan. Seberapa banyak perencanaan yang
dilakukan individu adalah hal penting dalam konsep ini. Beberapa kegiatan
yang tercakup dalam konsep ini antara lain; mempelajari informasi terkait jenis
pekerjaan yang diminati, membicarakan perencanaan yang dibuat dengan
orang-orang dewasa (orang yang lebih berpengalaman), mengikuti kursus yang
dapat membantu membuat keputusan karir, ikut serta dalam kegiatan
ekstrakurikuler atau kerja magang/paruh waktu, dan mengikuti pelatihan atau
pendidikan yang berkenaan dengan jenis pekerjaan yang diminati. Konsep ini
juga berkaitan dengan pengetahuan mengenai kondisi pekerjaan, jenjang
pendidikan yang disyaratkan, prospek kerja, pendekatan lain untuk memasuki
pekerjaan yang diminati, dan kesempatan untuk peningkatan karir. Perencanaan

10

karir mengacu pada seberapa banyak individu mengetahui mengenai hal-hal
yang harus dilakukan, bukan pada seberapa benar mereka tahu mengenai
pekerjaan yang diminatinya tersebut.
b. Eksplorasi karir (career exploration)
Pada dimensi ini mengukur mengenai keinginan untuk menjelajahi atau
mencari informasi mengenai pilihan karir. Pada dimensi ingin diketahui
seberapa besar keinginan individu untuk mencari informasi dari beragam sumber
seperti orang tua, kerabat lain, teman-teman, para guru, konselor, buku-buku, dan
bahkan film. Konsep eksplorasi karir berhubungan dengan seberapa banyak
informasi yang dapat diperoleh individu.
c. Pengambilan keputusan (decision making)
Pada dimensi ini mengukur mengenai pengambilan keputusan sangat
penting. Konsep ini berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan
dan membuat perencanaan karir. Dalam hal ini, individu diposisikan dalam
situasi di mana orang lain harus membuat keputusan karir yang terbaik. Jika
individu mengetahui bagaimana orang lain harus membuat keputusan karir,
maka mereka juga dapat membuat keputusan karir yang baik bagi diri mereka.
d. Informasi dunia kerja
Pada dimensi ini mengukur mengenai dua komponen dasar yaitu
pertama

berkaitan dengan pengetahuan individu mengenai tugas-tugas

perkembangan yang penting, seperti kapan orang lain harus mengeksplorasi minat
dan kemampuan mereka, bagaimana orang lain mempelajari pekerjaan mereka,
dan mengapa orang berpindah kerja. Kedua , mencakup pengetahuan mengenai
tugas kerja (job desk) pada pekerjaan tertentu. Super menilai bahwa sangat

11

penting bagi individu untuk mengetahui dunia kerja sebelum membuat keputusan
pilihan karir.
e. Pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati
Pada dimensi ini berhubungan dengan pengetahuan mengenai tugas kerja
(job desk) dari pekerjaan yang mereka minati, peralatan kerja, dan persyaratan
fisik yang dibutuhkan. Dimensi ini juga terkait kemampuan individu dalam
mengidentifikasi orang-orang yang ada pada pekerjaan yang mereka minati.
Kategori minat yang dapat mereka pilih mencakup verbal, numerik, clerical,
mekanis, keilmuan, seni, promosional, sosial, dan luar ruang atau pekerjaan
lapangan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir
Menurut Aji (2009) Kematangan karir dalam perkembangannya banyak
dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar diri individu. Faktor yang berasal dari
dalam diri individu disebut dengan faktor internal, meliputi inteligensi, bakat, minat,
kepribadian, harga diri, dan nilai. Faktor yang berasal dari luar diri individu disebut
faktor eksternal, meliputi keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman
sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan. Menurut Fatimah
(2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan karir yaitu faktor
ekonomi, faktor lingkungan, faktor pandangan hidup.

Locus Of Control

Konsep locus of control menurut Rotter, (1966) adalah setiap individu memiliki
perbedaan konsep keyakinan dalam meletakan tanggung jawab atas kejadian yang

12

terjadi pada mereka, apakah pada diri mereka sendiri atau pada hal-hal yang berada
diluar diri mereka. Greenberg, (2006) mengatakan bahwa locus of control merupakan
persepsi atau keyakinan seseorang terhadap kontrol diri atas peristiwa yang
mempengaruhi kehidupannya.
Levenson, (1981) mengatakan bahwa locus of control merupakan suatu harapan
yang digeneralisasikan untuk mempersepsikan penguat sebagai kesatuan dari perilaku
dirinya sendiri (internal locus of control) atau sebagai hasil dari kekuatan yang berada
di luar kendali, seperti nasib, kebetulan, atau kekuatan lain (external locus of control).
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa locus of control adalah
bagaimana individu mempersepsikan reinforcement baik kegagalan atau keberhasilan
yang diraihnya apakah akibat faktor dari dalam (tingkah lakunya sendiri, usaha yang
dilakukan sendiri) atau dari luar dirinya (keberuntungan, nasib, atau kesempatan).

Dimensi dalam Locus Of Control
Rotter, (dalam Friedman & Schustack, 2006) mengatakan bahwa locus of control
dibagi menjadi dua dimensi sebagai berikut:
a. Internal Locus of Control

Cara pandang individu bahwa segala sesuatu yang terjadi berasal dari
perilaku mereka sendiri. Individu dengan kecenderungan internal locus of
control memiliki keyakinan indvidu bahwa kejadian yang dialami merupakan

akibat dari perilaku dan tindakannya sendiri, memiliki kendali yang baik
terhadap perilakunya sendiri, cenderung dapat mempengaruhi orang lain, yakin
bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, aktif mencari informasi dan
pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.

13

b. External Locus of Control

Cara pandang individu segala sesuatu yang terjadi pada dirinya bukan
berasal dari tindakan mereka sendiri, melainkan dari tindakan orang lain, nasib,
keberuntungan atau kesempatan. Individu dengan eksternal locus of control
memiliki keyakinan bahwa tindakan mereka memiliki sedikit dampak bagi
keberhasilan/kegagalan mereka, dan sedikit yang dapat mereka lakukan untuk
merubahnya. Individu dengan eksternal locus of control menyakini bahwa
kekuasaan orang lain, takdir, dan kesempatan merupakan faktor utama yang
memengaruhi apa yang dialami, memiliki kendali yang kurang baik terhadap
perilakunya sendiri, cenderung dipengaruhi oleh orang lain, seringkali tidak
yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, kurang aktif mencari
informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara locus of
control dengan kematangan karir pada mahasiswa Faklutas Psikologi UKSW angkatan

2011-2012. Maka ketika individu memiliki internal locus of control tinggi maka
semakin tinggi juga kematangan karirnya, namun begitu juga sebaliknya apabila
individu memiliki eksternal locus of control tinggi (berarti memiliki internal locus of
control yang rendah) maka semakin rendah kematangan karirnya.

14

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X)

: Locus Of Control

2. Variabel Terikat (Y) : Kematangan Karir

Partisipan
Populasi dalam penelitian ini 220 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini 100
mahasiswa. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana angkatan 2011-2012 dengan kriteria mahasiswa yang sudah memasuki
semester akhir yang sedanga mengerjakan proposal skripsi atau sedang mengerjakan
skripsi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convinience sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti mengambil subjek karena aksebilitas
yang nyaman dan kedekatan antara subjek dengan peneliti dan paling mudah untuk
ditemui.

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu korelai antara locus of control dengan
kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
angkatan 2011-2012.

15

Alat Ukur
Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitian ini
adalah dengan menggunakan alat ukur skala psikologi. Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode skala. Skala adalah usaha mengumpulkan
informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara
tertulis oleh subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan try out terpakai.
Dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan
SPSS versi 16.0 for windows.
Terdapat 2 skala yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala kematangan
karir dan skala locus of control yaitu:
1. Untuk mengukur internal locus of control dan external locus of control,
menggunakan skala milik Rotter (dalam Friedman & Schustack, 2006). Jumlah
aitem pada skala ini adalah 34 aitem. Pada skala ini terdapat 2 dimensi, yaitu
internal dan external. Dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem
pemberian nilai pada skala ini, aitem favourable, jawaban Sangat Setuju (SS)
diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan pada aitem
unfavourable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi

nilai 2, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi nilai 4. Penilaian skala ini adalah makin tinggi skor yang diperoleh,
maka iternalnya semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
skor yang diperoleh maka externalnya semakin rendah. Dalam hal ini

16

peneliti menggunakan try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti
mendapatkan 100 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan
penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,816, menurut Aswar (2000) jika
realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikatagorikan bagus. Dari 34 item yang
diujikan 9 item yang gugur. Nilai r hitung item total correlation bergerak
antara 0,254-0,547.
2. Skala Kematangan karir mengunakan skala yang mengacu yang disusun oleh
Super (dalam Sharf, 2006) mengungkapkan bahwa kematangan karir
memiliki 30 aitem-aitem pernyataan, mencakup 5 dimensi yaitu perencanaan
karir (career planning), ekplorasi karir (career exexploration), pengambilan
keputusan (decision making), informasi dunia kerja (worl of work
information), pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati (knowledge of
the preferred). Dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sistem pemberian
nilai pada skala ini, aitem favourable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberi
nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat
Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sedangkan pada aitem unfavourable,
jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Tidak
Setuju (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4.
Dalam hal ini peneliti menggunakan try out terpakai. Saat penelitian
dilakukan peneliti mendapatkan 100 responden untuk mengisi angket.
Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,856, menurut
Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikatagorikan bagus. Dari

17

30 item yang diujikan 5 item yang gugur. Nilai r hitung item total correlation
bergerak antara 0,272-0,708.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Tabel 1.1
Hasil Uji Normalitas Locus Of Control dengan Kematangan Karir
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LOC
N

KK

100

100

Mean

79.51

73.92

Std. Deviation

6.263

7.036

Absolute

.086

.094

Positive

.086

.094

Negative

-.058

-.048

Kolmogorov-Smirnov Z

.860

.938

Asymp. Sig. (2-tailed)

.451

.343

Normal Parameters

a

Most Extreme
Differences

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 1.1 di atas, kedua variabel
memiliki signifikansi p > 0,05. Variabel locus of control memiliki nilai K-S-Z sebesar
0,860 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,451 (p > 0,05). Oleh karena
nilai signifikansi p > 0,05, maka distribusi data locus of control berdistribusi normal.
Hal ini juga terjadi pada variabel kematangan karir yang memiliki nilai K-S-Z sebesar
0,938 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,343 (p > 0,05). Dengan
demikian data kematangan karir juga berdistribusi normal.

18

2. Uji Linearitas
Tabel 1.2
Hasil Uji Linearitas antara Locus Of Control dengan Kematangan Karir
ANOVA Table
Sum of
Squares

Mean
df

Square

KK *

Between

(Combined)

2813.928

26

LOC

Groups

Linearity

1632.950

1

1180.979

25

47.239

Within Groups

2087.432

73

28.595

Total

4901.360

99

Deviation from
Linearity

108.228

F

Sig.

3.785

.000

1632.950 57.106

.000

1.652

.051

Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,652 (p > 0,05) dengan
sig.= 0,051 yang menunjukkan hubungan antar locus of control dengan kematangan
karir adalah linear.

19

Uji Korelasi
Tabel 1.3
Hasil Uji Korelasi antara Locus Of Control dengan Kematangan Karir
Correlations
LOC
LOC

Pearson
Correlation

KK
1

Sig. (2-tailed)
N
KK

Pearson
Correlation

.577**
.000

100

100

.577**

1

Sig. (2-tailed)

.000

N

100

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara
locus of control dengan kematangan karir sebesar 0,577 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05)

yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara locus of control dengan
kematangan karir.

Analisis Deskriptif
a. Locus Of Control
Kategori locus of control dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 34 x 4 = 136
dan nilai terendah yaitu 34 x 1 = 34, dengan 4 kategori yaitu sangat rendah, rendah,
tinggi, dan sangat tinggi, dan diperoleh interval sebesar 25,5. Kategorisasi locus of
control sebagai berikut:

20

Tabel 1.4
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Locus Of Control
No

Interval

Kategori

1.

34 ≤ x < 59,5

Sangat Eksternal

2.

59,5 ≤ x < 85

Eksternal

3.

85 ≤ x < 110,5

4.

110,5 ≤ x ≤ 136

N

Presentase (%)

0

0%

81

81%

Internal

19

19%

Sangat Internal

0

0%

100

100%

Jumlah
SD = 6,263

Min = 65

Mean

79,51

Max = 99

x = Skor Locus Of Control
Berdasarkan tabel 1.4 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang
memiliki skor locus of control yang berada pada kategori sangat internal, mahasiswa
yang memiliki locus of control yang berada pada kategori internal dengan jumlah 19
mahasiswa dan presentase 19%, mahasiswa yang memiliki locus of control yang berada
pada kategori eksternal dengan jumlah 81 mahasiswa dan presentase 81%, dan pada
kategori sangat eksternal tidak ada mahasiswa yang memiliki locus of control yang
berada pada kategori sangat eksternal. Berdasarkan presentase diatas bahwa rata-rata
mahasiswa yang memiliki locus of control pada kategori eksternal, dengan mean =
79,51.
b. Kematangan Karir
Kategori kematangan karir dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 30 x 4 = 120
dan nilai terendah yaitu 30 x 1 = 30, dengan 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dan diperoleh interval sebesar 18. Kategorisasi
kematangan karir sebagai berikut:

21

Tabel 1.5
Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kematangan Karir
No

Interval

Kategori

1.

30 ≤ x < 48

2.

N

Presentase (%)

Sangat Rendah

0

0%

48 ≤ x < 66

Rendah

12

12%

3.

66 ≤ x < 84

Sedang

80

80%

4.

84 ≤ x < 102

Tinggi

8

8%

5.

102 ≤ x ≤ 120

Sangat Tinggi

0

0%

100

100%

Jumlah
SD = 7,036

Min = 61

Mean

73,92

Max = 96

x = Skor Kematangan Karir
Berdasarkan tabel 1.5 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang
memiliki skor kematangan karir yang berada pada kategori sangat tinggi, mahasiswa
yang memiliki kematangan karir yang berada pada kategori tinggi dengan jumlah 8
mahasiswa dan presentase 8%, mahasiswa memiliki kematangan karir yang berada pada
kategori sedang dengan jumlah 80 mahasiswa dan presentase 80%, mahasiswa memiliki
kematangan karir yang berada pada kategori rendah dengan jumlah 12 mahasiswa dan
presentase 12%, dan tidak ada mahasiswa memiliki kematangan karir yang berada pada
kategori sangat rendah. Berdasarkan presentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang
memiliki kematangan karir pada kategori sedang, dengan mean = 73,92.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Pearson menunjukkan koefisien
korelasi (r) = 0,577 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang
positif signifikan antara locus of control dengan kematangan karir pada mahasiswa

22

Fakultas Psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana pada angkatan 2011-2012. Hal
ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki internal locus of control tinggi maka
semakin tinggi juga kematangan karirnya, namun begitu juga sebaliknya apabila
individu memiliki eksternal locus of control tinggi (berarti memiliki internal locus of
control yang rendah) maka semakin rendah kematangan karirnya. Adapun temuan ini

dimungkinkan terjadi, karena pada masa dewasa awal dimana pertumbuhan pada masa
puncaknya. Berbagai keputusan yang penting yang mempengaruhi kematangan karir,
dan hubungan antar internal dan eksternal locus of control pada dewasa awal.
Super (dalam Winkel, 2012) mengemukakan bahwa kematangan karir
merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan,
sifat-sifat kepribadian serta kemampuan intelektual, dan banyak faktor di luar individu,
seperti taraf kehidupan sosial ekonomi keluarga, variasi tuntutan lingkungan
kebudayaan, dan kesempatan atau kelonggaran yang muncul, namun titik beratnya
terletak pada faktor-faktor dalam individu sendiri. Mahasiwa yang memiliki internal
locus of control percaya bahwa peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh usaha dan

perilakunya sendiri, begitu juga sebaliknya mahasiswa yang memiliki eksternal locus of
control percaya bahwa peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh nasib, keberuntungan,

dan kesempatan (Friedman, 2006).
Dalam penelitian Luzzo (dalam Akbulut, 2010) menemukan locus of control
berpengaruh positif terhadap kematangan karir. Bagaimana individu menanamkan
keyakinan dalam mencapai suatu karir pada dirinya. Orang yang matang dalam karir
cenderung memiliki keyakinan bahwa untuk mencapai karir yang diinginkan, hanya
bisa dilakukan oleh usahanya sendiri (locus of control internal), bukan karena
keberuntungan, nasib atau bantuan orang lain. Orang-orang dengan kecenderungan

23

locus of control internal, akan lebih konsisten dalam pekerjaan, memiliki tingkat

kepuasaan dan kinerja baik, serta lebih stabil dalam pekerjaan.
Menurut Suryanti, dkk (2011) pengaruh locus of control internal yang lebih
besar terhadap kematangan karir dimungkinkan karena adanya fungsi evaluatif dalam
diri individu. Evaluasi yang positif terhadap diri menjadikan individu mempunyai
gambaran yang realitas. Melalui fungsi evaluatif tersebut, individu memahami
kemampuan yang dimiliki. Kesadaran kemampuan diri memberikan pertimbangan
individu dalam melakukan pilihan karir, sehingga kematangan karirnya tinggi. Rotter
(dalam Krueger, 2005) menambahkan bahwa individu yang menjelaskan adanya
internal locus of control mempunyai kepercayaan diri yang besar untuk mengontrol
peristiwa dalam hidupnya akan lebih cepat dalam belajar mengenali berbagai aspek
dalam

lingkungan

sehingga

membantu

dirinya

di

masa

depan,

sehingga

memungkinkan tercapainya kematangan karir.
Dalam kelompok yang diteliti oleh peneliti yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi
UKSW angkatan 2011-2012 demikian bahwa locus of control subjek memiliki nilai
rata-rata sebesar 79,51 sehingga dapat dikatakan bahwa locus of control pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012
termasuk individu yang memiliki kategori eksternal. Mungkin disebabkan karena
mahasiswa menyakini bahwa kekuasaan orang lain seperti orang tua, teman, takdir, dan
kesempatan adalah merupakan faktor utama yang memengaruhi apa yang dialami, dan
individu tersebut belum bisa mengontrol perilakunya sendiri, merasa tidak yakin bahwa
usaha yang dilakukannya dapat berhasil, kurang aktif mencari informasi dan
pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi.

24

Sementara itu, yang dimiliki oleh subjek dalam ini kematangan karir memiliki
nilai rata-rata sebesar 73,92 sehingga dapat dikatakan bahwa kematangan karir pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012
individu yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini mungkin disebabkan beberapa
faktor seperti belum mengetahui bakat dan minat yang sesuai dalam diri, kurangnya
ketrampilan, pengalaman, dan kurangnya pengetahuan akan informasi kerja.
Sumbangan efektif locus of control terhadap kematangan karir sebesar 33,29%,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 66,71%. Locus of control
bukan hal yang mutlak mempengaruhi kematangan karir saja melainkan ada banyak
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematangan karir tersebut. Menurut
Seligman (1994) kematangan karir faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah
keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, inteligensi dan bakat khusus, minat
karir, harga diri, dan kepribadian.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentan hubungan antara locus of
control dengan kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana pada angkatan 2011-2012 maka dapat disimpulkan:
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara locus of control dengan
kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana pada angkatan 2011-2012. Hal tersebut berarti ketika individu memiliki
internal locus of control tinggi maka semakin tinggi juga kematangan karirnya,
namun begitu juga sebaliknya apabila individu memiliki eksternal locus of
control tinggi (berarti memiliki internal locus of control yang rendah) maka

25

semakin rendah kematangan karirnya di Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana pada angkatan 2011-2012.
2. Locus Of Control memiliki nilai rata-rata sebesar 79,51 sehingga dapat
dikatakan bahwa locus of control pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 termasuk individu dalam
kategori eksternal.
3. Kematangan karir memiliki nilai rata-rata sebesar 73,92 sehingga dapat
dikatakan bahwa kematangan karir pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2011-2012 termasuk dalam kategori
sedang.

Saran
Dengan hasil penelitian di atas, maka peneliti mengajukan saran bagu beberapa
pihak sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa lebih meningkatkan internal locus of control supaya
individu memiliki keyakinan bahwa kejadian yang dialami merupakan usaha
sendiri, mempunyai percaya diri, mempunyai kontrol diri, dan mampu membuat
keputusan dengan sendiri tanpa memikirkan adanya nasib, keberuntungan.
2. Bagi dosen
Dosen dapat meningkatkan internal locus of control mahasiswa dengan
cara

memberikan

konseling,

perwalian,

motivator

supaya

mahasiswa

mempunyai kontrol diri, bisa mengevaluasi dirinya sendiri, dan menumbuhkan
kepercayaan diri mahasiswa. Selajutnya dosen dapat memberikan pengajaran

26

mengenai tujuan-tujuan karir mahasiswa ke depannya tidak hanya memberikan
pengajaran

secara

teori

tetapi

juga

memberikan

pengajaran

secara

praktek/magang agar mahasiswa mengerti informasi dunia kerja dan selain itu
mahasiswa juga tahu arah dan tujuan kehidupannya di masa depan nanti. Dosen
juga dapat menyelenggarakan program pengembangan karir seperti seminar, talk
show, atau workshop yang menghadirkan orang-orang sukses dalam karir di

berbagai bidang.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dapat
melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kematangan karir. Faktor-faktor
yang lain seperti konsep diri, bakat minat, prestasi, intelegensi, gender, ras,
budaya, status sosial, status ekonomi yang mempengaruhi kematangan karir, dan
kepribadian.

27

Daftar Pustaka
Akbulut, N. (2010). The relationship between vocational maturity and hopelessness
among female and male twelfth grade students. Tesis . Universitas Middle East
Technical.
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas (edisi ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________ (2001). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________ (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aji, R. (2009) . Hubungan antara Locus Of Control Internal dengan Kematangan Karir
pada siswa kelas XII SMK N 4 Purworejo. Skripsi. Semarang: Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro.
Brown, D. (2002). Career Choice and Development. USA: A Wiley Imprint.
________ (2002). Career choice & Development (4th ed). San Fransisco: Jossey-Bass
A Willey Company.
Coertse, S. & Schepers, JM. (2004). Some Personality and Cognitive Correlates of
Career Maturity. Journal of Industrial Psychology. Vol 30 (2), 56 – 73.
Fatimah, E. (2006). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung:
CV.Pustaka Setia.
Friedman & Schustack. (2006). Psikologi Kepribadian: Teori Klasik dan Modern.
Jakarta: Erlangga.
______________ (2009). Kepribadian: Teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga.
Greenberg, J., S. (2006). Comprehensive Stress Management: ninth edition. San
Francisco: McGrawHill.
Hami, A. E. (2006). Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Skripsi. Lembang: Fakultas
Psikologi Universitas Padjadjaran
Havighurst, R.J. (1953). Human Development and Education. New York: David McKey
Company Inc.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi, Pengertian Mahasiswa. Diunduh 28

28

Maret 2015
Http://www.bps.go.id, Statistik Pengangguran. Diunduh 30 Maret 2015.
Monks,F.J., Knoers, A. M. P & Hadinoto, S. R. (2001). Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya . Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Krueger, C. B. (2005). The Relationship Between Internal and External Locus Of
Control and Sefl Reported Frequency Of Atheletic Injury. Thesis. Texas: Texas
A & M University.
Lestari, W. T. (2012). Relationship Between Self Efficacy With Career Maturity At The
End College Students. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dhalan.
Levenson, H. (1981). Differentiating among internality, powerful others, and chance. In
H. M. Lefcourt (Ed.), Research with the locus of control construct. Vol (1), 15
63. New York: Academic Press.
Pinasti, W. (2011). Pengaruh Self Efficacy, Locus Of Control, dan Faktor Demografis
terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri.
Rachmawati, Y. E. (2012). Hubungan antara Self Efficacy dengan Kematangan Karir
pada mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir di Universitas Surabaya. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol (1) no 1. Surabaya: Universitas
Surabaya.
Rotter, J. B. (1966). Generalized expectancies for internal versus external control of
reinforcement. Psychological Monographs: General and Applied.
Sharf, R. S. (2006). Applying career development theory (4th ed). United States:
Thomson Brooks/Cole.
Suryanti, Yusuf, Priyatama. (2011) . Hubungan antara Locus Of Control Internal
dengan Konsep Diri dengan Kematangan Karir pada siswa kelas XI SMK
Negeri 2 Surakarta. Skripsi. Surakarta: Program Studi Psikologi Fakultas
Kodekteran Universitas Sebelas Maret.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Ed 13 Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Savickas, M. L. (2002). Career Construction. A developmental theory of vocational
Behavior dalam D.brown, & associates (Eds.), career choice and development:

29

(4th Ed).San Francisco: Jossey-Bass.
Seligman, L. (1994). Developmental career counseling and assessment. Thousand
Oaks: Sage Publications.
Supraptono, E. (1994). Kontribusi Minat Kejuruan dan Aspirasi Kerja serta Status
Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Kematangan Karir Siswa. Thesis. Bandung:
PPS UPI Bandung.
Winkel, W. S. (2004). Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan. Jakarta: Media Abadi
___________ (2012). Bimbingan dan Konseling Diinstitusi Pendidikan. Jogjakarta:
Media Abadi
Zulkaida, A. (2007). Pengaruh Locus Of Control dan Efikasi Diri Terhadap
Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Proceeding Pesat, 2,
B1-B4. Available FTP: ejournal.gunadarma.ac.id