Metode Transmisi Citra pada Jaringan Sensor Nirkabel.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
,
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 8-9 Jakarta Selatan 12190
Telepon: (021) 5790561 1 Faksimiti: (021) 5790561 1
Laman: http://www.dgip.go.id Surel; dopatent@dgip.go.id
Nomor : HK|.3-H1.05.01.02.P00201407239 Jakarta, 15 Januari2015
: 1 (satu)berkas
Hal
: Pemberitahuan Persyaratan Formalitas Telah Dipenuhi
Lampiran
Yth. LPPM Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran,
Bali80364
Dengan ini diberitahukan bahwa Permohonan paten:
Tanggal Pengajuan
21 November2014
(21) Nomor Permohonan P00201407239
:
:
---$a)--?trdulTnvcnsi
(30) Data Prioritas
(74) Konsultan HKI
---
(22)
Tanggal
Penerimaan
:-
ANsENSOR
lrrRrnael --
:
:
:
21 November 2014
telah melewati tahap pemeriksaan formalitas dan semua persyaratan formalitas telah dipenuhi. Untuk itu ekan
dilakukan:
Pengumuman, segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak tanggal penerimaan atau segera setelah
18 (bulan) sejak tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas, dalam hal paten
Biasa; atau segera setalah 3 (tiga) bulan sejak tanggal penerimaan, dalam hal Paten Sederhana (pasal
42ayat2 UU No 14 Tahun 2001)
1.
'
2.
Pemeriksaan Substantif segera setelah masa publikasi selesai
dan pemohon telah
mengajukan
permohonan pemeriksaan substantif.
.
Selain itu hal-halyang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Permohonan pemeriksaan substantif diajukan selambatlambatnya 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
tanggal penerimaan untuk permohonan paten biasa dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
tanggal penerimaan untuk permohonan paten sederhana, dengan disertai biaya sesuai yarlg tercantum
2.
Tidak diajukan permohonan pemeriksaan substantif dalam jangka waktu yang ditentukan tersebut akan
3.
4.
5.
pada PP No. 45 Tahun 2014.
mengakibatkan permohonan paten ini dianggap ditarik kembali.
Harap melakukan pembayaran kelebihan 0 buah klaim (@50.000) sebesar Rp. 0.
Pembayaran tambahan biaya aklbat kelebihanjumlah *taim, dilakukan selambat-lambatnya pada saai
pengajuan pemeriksaan substantif. Apabila tambahan biaya tidak dibayarkan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud maka kelebihan jumlah klaim dianggap ditarik kembati (Pasal 28 ayal2 dan 3 pp
34 Tahun 1991).
Jumlah halaman deskripsi yang terbayar halaman (Bila halaman deskripsi lebih dari30 Halagnan)
an. Direktur
r-fias0
Tembusan:
Direktur Jenderal HKl.
Form HKI/3/003/2013
15 Januari 2015
dan Publikasi
n, S.H., M.Si.
1
Deskripsi
METODE TRANSMISI CITRA PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL
Bidang Teknik Invensi
5
Invensi ini berhubungan dengan metode transmisi citra yang
hemat energi pada Jaringan Sensor Nirkabel (JSN). Lebih khusus
invensi ini memberikan suatu metode mendapatkan nilai parameterparameter kompresi citra, yaitu laju bit (bpp), ukuran tile,
ukuran
10
pada
block
code
sistem
yang
dengan
digunakan
sumber
untuk
energi,
mentransmisikan
kemampuan
citra
komputasi,
dan
ketersediaan pita frekuensi yang terbatas dan di sistem operasi
linux OS.
Latar Belakang Invensi
15
JSN
yang
disebut
juga
merupakan
sensor
menggunakan
Jaringan
platform
visual
sensor
Sensor
sistem
berukuran
visual
Visual
komunikasi
kecil
yang
sebagai
Nirkabel
yang
(JSVN).
terdiri
disebut
sensornya
JSVN
dari
kamera,
node
mempunyai
embedded processor, dan mampu berkomunikasi secara nirkabel. Hal
20
yang
sangat
membedakan
dengan
sensor
network
lain
adalah
kemampuan JSVN mentrasmisikan data visual berupa citra ataupun
video. JSVN mempunyai kemampuan mentransmisikan data multimedia
yang mempunyai
ukuran yang relative lebih besar dari data
skalar. Secara umum JSVN memiliki karakteristik life-time yang
25
dibatasi oleh penggunaan energi, meliputi konsumsi energi untuk
sensing,
pemrosesan,
dan
pentransmisian
data
karena
JSVN
beroperasi menggunakan baterai. Selain itu, karakteristik JSVN
adalah
mempunyai
kemampuan
dalam
melakukan
pengolahan
data
visual pada sensor node dan kemampuan dalam mentransmisikan data
30
secara real-time.
Keterbatasan
resouce
pada
JSN,
berupa
energi,
kemampuan
komputasi, bandwidth, dan memory merupakan hal-hal yang menjadi
kendala implementasi untuk aplikasi visual. Kendala yang paling
besar
35
bagi
JSVN
adalah
terutama
pada
keterbatasan
energi.
Sebagaimana diketahui, umumnya konsumsi energi transmisi lebih
2
tinggi daripada konsumsi energi yang diperlukan untuk komputasi
[Min Wu dkk, 2007]. Sehingga untuk mengurangi konsumsi energi
5
selama
pentransmisian
durasi
waktu
citra,
pentransmisian
sistem
tanpa
harus
mampu
mengurangi
mengurangi
kualitas
citra.
Untuk mengurangi durasi waktu pentransmisian maka ukuran data
yang
ditransmisi
metode
pengolahan
perlu
dikurangi,
citra
untuk
oleh
sebab
memperkecil
itu
ukuran
diperlukan
data.
Salah
satu metode tersebut adalah pemanfaatan teknik kompresi citra
dengan parameter-parameter kompresinya yang dapat dioptimalkan
10
untuk mengefisiensikan penggunaan energi, memori, dan bandwidth,
serta menjaga kualitas citra yang diinginkan.
Untuk tujuan pentransmisian citra, CN 203057366 mengklaim
sistem untuk mentransmisikan citra pada Jaringan Sensor Nirkabel
JSN, tetapi patent ini tidak mengklaim efisiensi energi akibat
15
adanya kompresi citra pada JSN. Sedangkan US Patent 7,715,928 B1
mengklaim
mengenai
komunikasi
efisien
dan
kompresi
data
menggunakan DWT pada Jaringan Sensor Nirkabel. Tetapi Paten ini
tidak membuat suatu optimasi efisiensi energi dari level-level
DWT-nya.
20
Tujuan
invensi
ini
adalah
menyediakan
metode
untuk
mentransmisikan citra pada JSN yang hemat energi. Untuk tujuan
penghematan
energi.
Penggunaan
JPEG
2000
(Marcellin,
D.S.T.,
2002) sebagai kompresi citra pada invensi ini ditujukan mencari
nilai-nilai
25
optimal
pada
parameter-parameter
tile,
tingkat
kompresi, bit rate per pixel, block code, dan level DWT sehingga
dapat mengefisiensikan penggunaan energi dalam proses transmisi
citra.
Uraian Singkat Invensi
30
Sesuai
invensi
ini
disediakan
suatu
metode
untuk
implementasi kompresi citra di lingkungan JSN atau sistem yang
mempunyai keterbatasan resource. Implementasi sistem ini pada
Linux OS Embedded dan JPEG 2000 sebagai metode kompresi citra.
Metode
35
sesuai
Kompilasi
invensi
Linux
OS
ini
meliputi
untuk
langkah-langkah
lingkungan
embeddded
berikut:
system,
3
instalasi/porting
Linux
OS
pada
radio
board
Jaringan
Sensor
Network, Kompilasi dan Instalasi JPEG 2000 untuk lingkungan JSN
yang
dilanjutkan
dengna
transmisi
citra
menggunakan
Standard
IEEE 802.15.4/Zigbee. Implementasi kompresi citra dengan metode
5
ini lebih lanjut dapat dikembangkan untuk mencari nilai-nilai
paramater-parameter laju bit (bpp), ukuran tile, ukuran block
code, dan Level DWT yang lebih hemat energi. Implementasi ini
juga
akan
mengurangi
jumlah
data
yang
terkirim
menggunakan
saluran komunikasi nirkabelnya sehingga konsumsi energi untuk
10
proses pentransmisianpun akan berkurang.
Uraian Singkat Gambar
Gambar 1 Adalah langkah-langkah implementasi kompresi citra pada
JSVN.
15
Gambar
2
adalah
tahapan
atau
langkah-langkah
transmisi
citra
pada Jaringan Sensor Visual Nirkabel.
Gambar 3 adalah grafik yang menunjukkan perbandingan konsumsi
energi terhadap: (a) perubahan Level DWT, (b) laju bit, (c)
ukuran tile, dan (d) ukuran block code.
20
Gambar 5 adalah grafik yang menunjukkan perbandingan nilai PSNR
terhadap laju bit pada level DWT yang berbeda.
Gambar
5
adalah
grafik
yang
menunjukkan
perbandingan
waktu
transmisi pada laju bit yang berbeda
Gambar 6 adalah grafik yang menunjukkan perbandingan konsumsi
25
energi
transmisi
pada
durasi
waktu
tertentu
dengan
jarak
transmitter (pengirim) dan receiver (penerima) yang diubah-ubah.
Uraian Lengkap Invensi
Invensi ini mengajukan metode untuk menghemat energi pada
30
pentransmisian citra di lingkungan JSVN yang telah ditanamkan
Linux OS sebagai sistem operasinya. Langkah-langkah implementasi
seperti terlihat pada gambar 1. Dengan langkah-langkah ini, maka
citra dalam bentuk raw data dapat dihasilkan oleh sensor visual
(kamera). Selanjutnya, citra dalam bentuk raw data dikompresi
35
dengan
metode
kompresi
JPEG
2000.
Optimasi
konsumsi
energy,
4
PSNR, dan kebutuhan memory dilakukan pada nilai-nilai parameter
JPEG 2000 baik pada pra pemrosesan dan pemrosesan yaitu laju bit
(bpp), ukuran tile dan ukuran block code serta pada Level DWTnya.
5
Invensi ini diimplementasikan pada Jaringan Sensor Visual
Nirkabel yang mempunyai processor Xscale, senosr visual berupa
kamera, dan komunikasi nirkabel IEEE 802.15.4 (CC2420) dan telah
terintegrasi.
Gambar
10
digunakan.
2
merupakan
Untuk
tahapan
mentransmisikan
komunikasi
citra
nirkabel
terkompresi,
yang
file-file
tersebut dibagi menjadi paket-paket tergantung dari ukuran file,
dengan panjang payload untuk setiap paketnya adalah 28 byte.
Ada dua tahap yang dilakukan pada proses transmisi,
yaitu
pada bagian request node/receiver dan pada sender node/visual
15
sensor
node.
request
Aliran
node
komunikasi
meminta
terjadi
ketika
node
pengguna
pentransmisi
dari
untuk
menangkap/mengambil (capturing) sebuah citra. Request node akan
mengaktifkan
sedangkan
20
IEEE
802.15.4
dan
node
secara
camera
bertindak
sebagai
periodik
coordinator
akan
melakukan
pengaktifkan dan penonaktifkan komunikasi IEEE 802.15.4 untuk
mendapatkan informasi permintaan pengambilan citra dari sensor
visual. Selanjutnya
yang
25
terdapat
pada
menjalankan
library
ditangkap,
raw
citra akan ditangkap oleh Camera OV7670
camera
Video
citra
node
4
akan
melalui
Linux
2
perintah
(V4L2).
dikompresi
yang
Setelah
JPEG2000
akan
citra
menggunakan
library OpenJPEG. Hasil dari kompresi ini dibagi-bagi menjadi
paket-paket berukuran 28 byte
sebagai payload dari komunikasi
IEEE 802.15.4.
IEEE 802.15.4 merupakan standar low-rate wireless network
30
yang menspesifikasikan physical layer dan medium access control
(MAC) layer. Data yang telah dibagi-bagi menjadi 28 byte payload
per paket akan dienkapsulasi menjadi frame-frame MAC layer untuk
selanjutnya ditransmisikan ke user/penerima. Pada komunikasi MAC
layer ini tidak dilakukan proses error control
35
paket yang terdiri dari 28 byte tersebut.
untuk setiap
5
Performance indicator diukur dari konsumsi energi transmisi
suatu citra dan Peak Signal to Noise Ratio (PSNR). Konsumsi
energi untuk mentransmisikan suatu citra pada JSN terdiri dari
5
energi penangkapan/pengambilan
citra menggunakan sensor visual,
energi
transmisi
komputasi,
dan
energi
citra,
sesuai
dengan
rumus (1)
(1)
Konsumsi Energi dapat didefinisikan juga sebagai selisih
energi antara nilai energi awal dengan energi akhir, seperti
10
persamaan (2) berikut
Pkonsumsi = Pend − Pstart
(2)
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) merupakan representasi
pengukuran
kumulatif
15
error.
Sedangkan
rata-rata
kuadrat
MSE
(Mean
error
Square
antara
Error)
citra
adalah
terkompresi
dengan citra asli. Semakin rendah nilai MSE, maka error semakin
rendah.
PSNR dan MSE dijelaskan pada rumus (3) dan (4).
1 m−1 n−1
2
MSE =
[ I(i, j) − K(i, j)]
∑
∑
m.n i=0 j=0
sehingga
kualitas
citra
(3)
dilihat
berdasarkan
PSNR
dengan
perhitungan sebagai berikut:
! MAX I $
PSNR = 20. log10 #
&
" MSE %
20
(4)
Metode Pengukuran
Citra sumber adalah citra yang dihasilkan dari pengambilan
citra menggunakan sensor multimedia dan mempunyai ukuran 640x480
pixels. Lebih lanjut, dua pendekatan dilakukan untuk pengujian
25
JPEG
2000
(OpenJPEG
library
di
lingkungan
Linux
OS)
pada
lingkungan JSN. Pendekatan pertama adalah menguji OpenJPEG, yang
merupakan
Pengujian
library
kedua
JPEG
adalah
2000,
pada
memodifikasi
parameter
parameter
default-nya.
JPEG
2000
pada
level Descrete Wavelet Transform (DWT), tingkat kompresi, ukuran
6
tile,
dan
maupun
ukuran
block
code.
Pengujian
dilakukan
sebanyak 250 kali proses encoding secara simultan.
Table 1. Testing Parameters
DWT Level
Compression
Bit Rate
Size of Block
(bc)
Tile size
code
1, 2, 3, 4, 6
Lossless
1, 0.1, 0.05, 0,017, 0.01
32 x 32 (300 bcs), 64x32 (150 bcs)
64 x 64 (75 bcs)
640 x 480 (1 tile), 320 x 240 (8
tile), 128 x 128 ( 20 tile)
5
Dari implementasi ini ada beberapa kondisi dilakukan, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondisi I: Pengukuran terhadap penggunaan energy dan durasi
waktu encoding pada level DWT 1,2,3,4 dan 6 pada laju bit 1
10
bpp. dan pada laju bit 0.017.
2. Kondisi II: Pengukuran terhadap konsumsi energy durasi proses
encoding dan konsumsi energi, serta perhitungan PSNR untuk
optimasi parameter tile pada laju bit tertentu.
3. Kondisi III: Pengukuran terhadap konsumsi energy, durasi waktu
15
encoding, dan perhitungan PSNR pada ukuran block code yang
berbeda.
4. Kondisi
IV:
Melakukan
pengujian
terhadap
durasi
waktu
transmisi untuk perubahan parameter ratio kompresi terhadap
perubahan jumlah tile pada jarak 10, 20, dan 30 meter
20
5. Kondisi V: Pengukuran penggunaan energy dan waktu proses untuk
tranmisi
data pada jarak 10, 20, dan 30 meter.
Kondisi I
Pada laju 1 bit per pixel (bpp), terlihat bahwa level DWT
berpengaruh pada konsumsi energy. Gambar 3a menunjukkan konsumsi
25
energi
akan
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya
level
DWT.
Konsumsi energy pada saat melakukan encoding sebanyak 250 kali
untuk Level DWT 1 adalah sebesar 25.51% dari energy awal yang
ada
dan
merupakan
konsumsi
energy
terendah
jika
dibandingkan
dengan Level DWT lain. Dari gambar 3a juga terlihat bahwa pada
7
jumlah encoding yang sama, 250 kali, konsumsi energy tertinggi
adalah pada implementasi level DWT 6, yaitu hampir 40% dari
energy
awal
yang
ada.
Secara
umum
dapat
dipaparkan
bahwa
konsumsi energy untuk melakukan encoding sebanyak 250 kali akan
5
lebih rendah pada level DWT yang lebih rendah, yaitu dengan
persentasenya berturut-turut 8.45%, 7,03%, 5,70% dan 3,65% lebih
rendah pada level DWT l, 2, 3, dan 4 jika dibandingkan dengan
DWT level 6 dengan laju 1 bpp.
Level DWT mempunyai pengaruh pada waktu proses encoding.
10
Pada laju bit 1 bpp waktu proses encoding bervariasi terhadap
level DWT yaitu 107, 115, 115, 116, dan 118
menit untuk DWT
level 1, 2, 3, 4, dan 6.
Pada laju 1 bpp, karena sifatnya lossless, tidak terlihat
bahwa perubahan level DWT memengaruhi nilai PSNR. Jika percobaan
15
yang
dilakukan
pada
laju
bit
yang
lebih
rendah,
nilai
PSNR
berubah, sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar 3a. Nilai
PSNR pada laju bit 0.1, untuk level DWT 1, 2, 3, 4, dan 6
berturut-turut adalah 37.84, 41.89, 42.32, 42.68, dan 42.64 dB.
Dari data ini, terlihat bahwa pada level DWT lebih tinggi nilai
20
PSNR juga menjadi lebih tinggi dibandingkan pada level DWT lebih
rendah.
PSNR
pada
level
DWT
1
lebih
rendah
11.26%
jika
dibandingkan dengan PSNR pada level DWT 6. Pada level DWT 2
nilai PSNR lebih rendah 1.77%, sedangkan PSNR pada level DWT 3
lebih rendah 0.76% dari PSNR level DWT 6. PSNR pada level DWT 4
25
ternyata lebih tinggi 0.1 % dari level DWT 6.
Kondisi II
Perubahan laju bit perpixel memengaruhi konsumsi energy.
Gambar
3b
menunjukkan
konsumsi
energy
pada
proses
encoding
sebanyak 250 kali secara simultan pada level DWT 3 dengan laju
30
bit/pixel yang bervariasi.
pada
laju
bit
1
bpp
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
konsumsi
energy
Sedangkan konsumsi energy pada laju
berturut adalah
adalah
sebesar
28.77%.
0.1, 0,017, dan 0.01 bpp
25.53%, 21,89%, dan 19.65%. dengan demikian
efisiensi energy pada 0.1, 0,017, dan 0.01 bpp berturut-turut
8
adalah sebesar 3.24%, 6.88%, dan 11.68% jika dibandingkan dengan
laju bit 1 bpp.
Perubahan laju bit perpixel (bpp), selain berpengaruh pada
konsumsi energi juga berpengaruh pada waktu encoding. Semakin
5
berkurang laju bit maka waktu encoding semakin pendek. Dengan
level DWT tetap, yaitu 3, pada laju bit 0,01, 0,017, 0,1, dan 1
bpp dihasilkan waktu encoding sebesar 70, 80, 84, dan 114 menit.
Dengan
kata
lain,
waktu
encoding
akan
turun
sebesar
38.60%,
29.82%, dan 26.31% pada laju bit 0.01, 0.017, dan 0.1 bpp jika
10
dibandingkan laju bit 1 bpp pada level DWT 3.
Kondisi III
Ukuran tile atau jumlah tile pada suatu citra berpengaruh
pada konsumsi energi pengkodean JPEG 2000. Gambar 3c
hasil percobaan untuk encoding
15
merupakan
JPEG 2000 dengan laju 0.017,
level DWT=3, dan proses encoding sebanyak 250 kali. Pada ukuran
tile yang bervariasi, yaitu tile 640 x 480 (1 buah tile), 320 x
240 (8 tile) dan 128 x 128 (20 tile) diperoleh konsumsi energy
berturut-turut
Ukuran
20
sebesar 14.88%, 19.71%, dan 21.36%.
tile
atau
jumlah
tile
pada
suatu
citra
selain
berpengaruh pada konsumsi energi juga berpengaruh pada kecepatan
proses encoding.
Pada percobaan dengan laju bit perpixel adalah
0.017, level DWT
3 dan dengan ukuran tile 640x480, 320x240, dan
128x128 diperoleh hasil bahwa untuk melakukan proses encoding
sebanyak 250 kali diperlukan waktu bervariasi. Untuk ukuran tile
25
640x480, 320x240, dan 128x128 diperoleh waktu proses encoding
selama 80, 84, dan 88 menit atau rata-rata waktu proses setiap
encoding adalah sebesar 19.22, 20.39, dan 20.96 detik. Proses
encoding
untuk
tile
320x240,
dan
128x128
membutuhkan
waktu
lebih lama 9% dan 6% dari proses encoding untuk ukuran 640x480.
30
Kondisi IV
Konsumsi energy pada ukuran block code atau jumlah block
code pada suatu citra yang bervariasi, yaitu 32x32, 32x64, dan
64x64
pixel,
laju
0.017
bpp,
level
DWT
3
dan
jumlah
proses
9
encoding JPEG 2000 sebanyak 250 kali diperoleh adalah sebesar
28.89%, 26,84%, and 21,89%, sesuai dengan yang ditunjukkan pada
gambar 2d.
Pada kondisi ini terjadi variasi kecepatan waktu encoding
5
akibat adanya perubahan ukuran block code.
maka
proses
encoding
menjadi
lebih
Semakin besar ukuran
cepat.
Pada
block
code
berukuran 64x64 diperoleh durasi waktu 80 menit, sedangkan pada
ukuran block code paling kecil, 32x32 diperoleh durasi encoding
selama 120 menit atau kenaikannya sekitar 33.33%.
10
Kondisi V
Sesuai dengan gambar 4, pada laju bit lebih rendah, yaitu
0.017
bpp,
nilai
PSNR
untuk
level
DWT
1,
2,
3,
4,
dan
6
berturut-turut adalah 27.01, 32.10, 36.23, 37.23, dan 37.84 dB.
PSNR pada laju bit 0.0017 bpp ini pada level DWT 1 lebih rendah
15
28.63% jika dibandingkan dengan PSNR pada level DWT 6. Pada
level DWT 2 nilai PSNR lebih rendah 15.16%, sedangkan PSNR pada
level DWT 3 lebih rendah 4.26% dari PSNR level DWT 6. Sedangkan
PSNR pada level DWT 4 rendah
1.61 % dari level DWT 6.
Gambar 4 juga menunjukkan bahwa Nilai PSNR untuk laju bit
20
paling rendah pada penelitian ini, yaitu 0.01 bpp, adalah
nilai
25.31, 29.31, 34.49, 35.83, dan 36.53 dB untuk level DWT 1, 2,
3, 4, dan 6.
Sedangkan perbandingan penurunan PSNR dari level
DWT 1, 2, 3, dan 4 dengan level DWT 6 adalah 30.72%, 19.77%,
5.59%,
25
dan 1.92%.
Dari data-data di atas terlihat bahwa perubahan level DWT
akan memengaruhi nilai PSNR, semakin rendah level DWT, secara
umum nilai PSNR semakin rendah, dan sebaliknya. Pada level DWT
1, 2, 3, dan 4, pengaruh level DWT terhadap PSNR relatif lebih
tinggi dan akan semakin tinggi pada laju bit lebih rendah. Pada
30
laju bit yang sama selisih PSNR antara level 4 dan level 6 tidak
signifikan,
hanya
kurang
dari
2%.
Dari
hasil
percobaan,
perubahan ukuran tile dan ukuran block code tidak mempengaruhi
nilai PSNR.
10
Penggunaan Memory
Memory
komputasi
JSN
yang
sistem.
terbatas
Penggunaan
berpengaruh
memory
dapat
pada
kemampuan
dikurangi
dengan
ukuran tile yang lebih kecil, hanya saja konsumsi energi akan
5
bertambah
sebanding dengan
berkurangnya ukuran tile. Begitu
juga penggunaan ukuran code block. Penggunaan ukuran yang lebih
kecil akan menghemat penggunaan memory tetapi akan meningkatkan
konsumsi
320x240
10
energy.
yang
penggunaan
rendah.
Apabila
digunakan
dibandingkan
memory
Akan
dapat
tetapi
dengan
ditekan
ukuran
tile
ukuran
tile
menjadi
75%
pengurangan
penggunaan
128x128
640x480,
dan
50%
memory
dan
maka
lebih
dengan
mengurangi ukuran tile menyebabkan konsumsi energy yang lebih
tinggi.
Kompresi citra juga memengaruhi penggunaan storage yang
memang ukurannya terbatas. Resolusi atau laju bit berpengaruh
15
pada penggunaan
storage pada perangkat JSN.
Proses Transmisi
Gambar 5 dan gambar 6 merupakan hasil pengukuran terhadap
percobaan transmisi data. Hasil yang diperoleh bahwa pada durasi
pentransmisian 3 jam dengan jarak 10, 20, dan 30 meter konsumsi
20
energinya
adalah
sebesar
17.19%,
18.10%,
dan
19.41%.
Dengan
throughput data sebesar 1 kBps, pentransmisian data satu citra
tanpa melalui proses kompresi memerlukan waktu 10 s.d. 15 menit.
Sedangkan pada
laju bit 0.1, 0.05, 0.025, 0.017, dan 0.01 bpp,
seperti diperlihatkan gambar 6a, diperlukan waktu pentransmisian
25
antara
10
sampai
dengan
90
detik.
Dengan
demikian
perubahan
jarak dari 30 meter menjadi 10 meter tidak menimbulkan perbedaan
yang signifikan untuk konsumsi energi. Namun perubahan laju bit
dari
0.1
bpp
menjadi
transmisi yang tajam.
30
0.01
bpp
menyebabkan
perubahan
waktu
11
Klaim
1. Suatu metode transmisi citra pada Jaringan Sensor Nirkabel
yang hemat energi, dimana terdiri dari tahapan:
a. mencari Level Discrete Wavelet Transform (DWT) yang
5
lebih hemat energi;
b. mencari nilai laju bit yang lebih hemat energi;
c. mencari ukuran tile yang lebih hemat energi;
d. mencari ukuran block code yang lebih hemat energi;
2. Suatu tahapan komunikasi pada Jaringan Sensor Visual Nirkabel
10
pada
sisi
transmitter
dan
receiver
pada
platform
Linux
Embbedded adalah tahapan pada sisi receiver yaitu melakukan
perintah transmisi citra kepada transmitter atau node sensor
visual dan menerima paket perpaket dari citra yang dikirimkan,
tahapan
15
sensor
disisi
transmitter
visualnya,
adalah
melakukan
menangkap
kompresi
citra,
citra
membagi
dengan
citra
menjadi paket-paket data dengan ukuran 28 byte sebagai payload
MAC layer untuk komunikasi nirkabel.
3. Suatu
level
20
metode
DWT
konsumsi
transmisi
mempunyai
energi
citra
seperti
pengaruh
pada
akan
lebih
pada
klaim
konsumsi
rendah
dengan
1,
energi,
dimana
maka
persentasenya
berturut-turut 8.45%, 7,03%, 5,70% dan 3,65% pada level DWT l,
2, 3, dan 4 jika dibandingkan dengan DWT level 6 dengan laju 1
bpp dan untuk 250 kali kompresi yang dilakukan.
4. Suatu metode transmisi citra seperti pada klaim 1, dimana laju
25
bit mempunyai pengaruh pada konsumsi energi, maka pada laju
bit
0.1,
0.017,
dan
0.001
bpp
secara
berturutan
mempunyai
konsumsi energinya sebesar 25.53%, 21,89%, dan 19.65% dari
energi awal untuk 250 kali kompresi yang dilakukan.
5. Suatu
30
metode
transmisi
citra
seperti
pada
klaim
1,
dimana
ukuran tile memengaruhi konsumsi energi, maka pada ukuran tile
tile 640 x 480 pixel, 320 x 240 pixel, dan 128 x 128 berturutturut diperoleh konsumsi energinya sebesar 14.88%, 19.71%, dan
21.36% pada kondisi test sebanyak 250 kali kompresi.
12
6. Suatu
ukuran
metode
block
transmisi
code
citra
seperti
memengaruhi
pada
konsumsi
klaim
energi,
1,
dimana
maka
pada
ukuran block code 32x32, 32x64, dan 64x64 pixel, laju 0.017
bpp, level DWT=3 dan jumlah proses encoding JPEG 2000 sebanyak
5
250, konsumsi energinya sebesar 28.89%, 26,84%, and 21,89%,
dari energi awal sistem.
7. Suatu metode seperti klaim 1, yang pada laju bit 0.017 bpp,
mempunyai
nilai
PSNR
untuk
level
DWT
1,
2,
3,
4,
dan
6
berturut-turut adalah 27.01, 32.10, 36.23, 37.23, dan 37.84
10
dB, sedangkan pada laju bit yang lebih tinggi, yaitu 0.01,
nilai PSNR-nya 25.31, 29.31, 34.49, 35.83, dan 36.53 dB untuk
level DWT 1, 2, 3, 4, dan 6 secara berturut-turut.
8. Suatu metode seperti klaim 1 akan mempercepat transmisi citra,
yaitu apabila laju bit 0.1, 0.05, 0.025, 0.017, dan 0.01 bpp,
15
secara
berturut-turut,
maka
waktu
pentransmisian
mempunyai nilai antara 10 sampai 90 detik.
citra
13
Abstrak
METODE TRANSMISI CITRA PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL
5
Komunikasi multimedia pada wireless sensor network (WSN)
atau Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) merupakan sebuah tantangan
tersendiri karena data multimedia mempunyai ukuran yang relatif
lebih
besar
dibandingkan
dengan
data
scalar,
sedangkan
perangkat JSN mempunyai keterbatasan resource, baik pada energi,
10
kemampuan
komputasi,
keterbatasan
memori
resource,
bandwidth.
maupun
pengimplementasian
Di
samping
sistem
sangat
berpengaruh pada efisiensi kerja sistem. Sehubungan dengan hal
itu, invensi ini menginvestigasi kompresi citra JPEG 2000 pada
JSN
15
yang
menggunakan
mendapatkan
citra
Linux
terkompresi
Embedded
yang
sebagai
OS-nya
ditransmisikan
ke
untuk
stasiun
penerima atau pengolah lebih lanjut pada sistem komunikasi IEEE
802.15.4
dengan
langkah-langkah
tertentu.
Invensi
ini
memperlihatkan bahwa level DWT , bit rate per pixel, tile size,
tile
20
number,
and
block
code
size
memberikan
dampak
yang
signifikan pada konsumsi energi, penggunaan memori, dan waktu
yang
dibutuhkan
invensi
ini
untuk
merupakan
pentransmisian
model
yang
data.
secara
Oleh
karena
signifikan
itu
dapat
meningkatkan efisiensi energi, efisiensi penggunaan memori dan
waktu pentransmisian data dengan nilai PSNR yang dapat diterima
25
jika dibandingkan
dengan tanpa adanya kompresi pada citra
14
Algorithm 1
! Linux Embedded Implementation
1. Compiling Linux Kernel for WVSN Implementation
2. Flashing Bootloader, Linux Kernel, and File system
to WSN Platform
! Visual Sensor Implementation
3. Modified Visual Sensor for Linux Implementation
4. Cross compiling and upload Linux OV7670 driver
5. Cross compiling and upload binary coding to capture
image
! JPEG 2000 Compression Implementation in WSN
6. OpenJPEG Library modification
7. OpenJPEG Cross compiling for XScale Processor
8. Upload binary code from Linux Host to WSN with
Embedded Linux
Gambar 1.
15
Gambar 2
16
(a)
(b)
(c)
Gambar 3
(d)
17
Gambar 4
Gambar 5
18
Gambar 6
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT
NOMOR 2386/E5.4/HP.2014
TENTANG
PENERIMA UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL (UBER HKI) TAHUN 2014
DAFTAR PENERIMA UBER HKI TAHUN 2014
(DARI HASIL PELATIHAN PEMANFATAAN HASIL PENELITIAN, PPM, DAN PKM)
No
Nama
1 Nuri
Andarwulan
Perguruan Tinggi
Institut Pertanian
Bogor
Judul
Rekayasa Proses Deodorisasi Untuk
Peningkatan Mutu Produk Minyak Sawit
Merah Kaya Karoten
2 Yulin Lestari
Institut Pertanian
Bogor
3 Giyanto
Institut Pertanian
Bogor
4 Sukmawati
Institut Teknologi
Medan
Pengembangan Produk Berbasis
Streptomyces Lavendulae Galur Loal
Penghasil Anti B-Laktamase Dan Aplikasinya
Dlam Mengendalikan Bakteri Penyebab Diare
Resisten Antibiotik Pencemar Lingkungan
Perakitan Teknologi Pengendalian Penyakit
Tanaman Padi Ramah Lingkungan Berbasis
Bakteri Agens Hayati dan Metabolit
Sekundernya
Optimasi Rasio Palm Fatty Acid Desilate
(PFAD) dan Sabun Logam pada Pembuatan
Pelumas Padat (Grease) Biodegradable.
5 Triwikantoro
Institut Teknologi
Sepuluh
Nopember
Pengembangan SSO Berbasis 3 HT: PCBM
dengan Elektroda Nanofiber Ag
6 Samsudin
Affandi
Institut Teknologi
Sepuluh
Nopember
Proses penghitaman baja dengan lapisan
magnetite dengan teknik anodisasi untuk
perlindungan korosi
7 Maria
Fransisca
Soetanto
Politeknik Negeri
Bandung
Pengembangan Prototipe Turbin Angin Poros
Vertikal Sebagai Alternatif Penerangan Jalan
Umum Tol
8 Adriana
Politeknik Negeri
Lhokseumawe
Pembuatan dan Karakterisasi Nanoselulosa
dari Limbah Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit
9 Akhmad
Faizin
Politeknik Negeri
Malang
Rancang Bangun dan Pengujian Model
Rekayasa Peningkatan Efisiensi Overshot
Water Wheel dengan Penambahan Overflow
Keeper Double Nozzle (OKDN)
Teknologi Kolom Berpaking dengan
Pengemban Fase Padat Enzim Lipase Amobil
Berbasis Polyurethane Foam sebagai Model
Pengembangan Biodiesel Ramah
lingkungan.Tema: Produksi Biodiesel
Menggunakan Biokatalis Mucor Miechei
Teramobil melalui Rute Reaksi Non-Alkohol
Pengendali Kecepatan Motor Induksi pada
Mesin Sentrifugal Kontinyu di Industri Gula
Menggunakan Adaptif Fuzzy Propotional
Integrator (PI)
Perancangan antena mikrostrip log periodic
dipole array (LPDA) untuk penerimaan siaran
televisi pada jalur VHF dan UHF
10 Dwina
Moentamaria
Politeknik Negeri
Malang
11 Ratna Ika
Putri
Politeknik Negeri
Malang
12 Yulindon
Politeknik Negeri
Padang
No
Nama
88 Poppy
Anjelisa
Zaitun
Hasibuan
89 Maulida
Perguruan Tinggi
Universitas
Sumatera Utara
90 Hanifah
Yusuf
Universitas Syiah
Kuala
91 Salmin
Universitas
Tadulako
92 Afadil
Universitas
Tadulako
93 Berlian
Sitorus
Universitas
Tanjungpura
94 Ferry Hadary
Universitas
Tanjungpura
95 Titin Anita
Zahara
Universitas
Tanjungpura
96 Nyoman
Gunantara
Universitas
Udayana
97 Nyoman
Putra Sastra
98 Nyoman
Puspa Asri
Universitas
Udayana
Universitas W R
Supratman
99 Ambar
Rukmini
Universitas Widya
Mataram
Universitas
Sumatera Utara
Judul
Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksik Ekstrak
n-Heksan, Etil Asetat, Etanol dari Daun
Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus,
(Lour.) Spreng.) pada Sel Kanker Payudara
Pemanfaatan Limbah Serat Buah Pinang
Sebagai Filler Papan Partikel Mikrokomposit
Poliester
Semisintesis Senyawa Turunan Eurikumanon
Hasil Isolasi Dari Akar Pasak Bumi
(Eurycoma longifolia, Jack) dan Uji Aktivitas
Antiplasmodium secara In Vitro
Produksi Sperma Beku Domba Yang
Berkualitas Dan Berdayaguna Melalui
Pemanfaatan Lesitin Kacang Kedelai (Soybean
Lecithin) Sebagai Komponen Ekstender
Sperma
Modifikasi limbah plastik styrofoam dengan
alumina dan uji kinerja sebagai membran
polimer elektrolit sel bahan bakar metanol
Sintesis Material konduktif berupa komposit
polianilina-selulosa dari tanah gambut dan
tandan kosong sawit sebagai bahan dasar
baterai sekunder Biodegradabel
Photo-Voltaic Berbasis Sel Surya Tersensitasi
Nanopigmen Kaolinit-Bixin sebagai Sumber
Energi Listrik di Daerah Perbatasan
Pemanfaatan Biomassa Mikroalgae sebagai
Material dasar Adsorben Berkinerja tinggi
untuk penyerapan logam berat kromium dari
limbah cair industri
Pemilihan Relay Secara Lintas Lapisan Pada
Sistem Komunikasi Nirkabel Ad-hoc Dengan
Metode Multi Objective Optimization
Metode Transmisi Citra pada Jaringan Sensor
Visual Nirkabel
Transesterifikasi Minyak Sawit Menjadi
Biodiesel Dalam Methanol Subkritis Dan
Superkritis Dengan Katalis Padat
Berpromotor Ganda
Pengembangan Mikroemulsi Asam Askorbat
Untuk Menghambat Kerusakan Mutu Produk
Virgin Coconut Oil akibat Fotooksidasi
DIREKTUR PENELITIAN DAN
PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT,
ttd
AGUS SUBEKTI
NIP 196008011984031002
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
,
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 8-9 Jakarta Selatan 12190
Telepon: (021) 5790561 1 Faksimiti: (021) 5790561 1
Laman: http://www.dgip.go.id Surel; dopatent@dgip.go.id
Nomor : HK|.3-H1.05.01.02.P00201407239 Jakarta, 15 Januari2015
: 1 (satu)berkas
Hal
: Pemberitahuan Persyaratan Formalitas Telah Dipenuhi
Lampiran
Yth. LPPM Universitas Udayana
Kampus Bukit Jimbaran,
Bali80364
Dengan ini diberitahukan bahwa Permohonan paten:
Tanggal Pengajuan
21 November2014
(21) Nomor Permohonan P00201407239
:
:
---$a)--?trdulTnvcnsi
(30) Data Prioritas
(74) Konsultan HKI
---
(22)
Tanggal
Penerimaan
:-
ANsENSOR
lrrRrnael --
:
:
:
21 November 2014
telah melewati tahap pemeriksaan formalitas dan semua persyaratan formalitas telah dipenuhi. Untuk itu ekan
dilakukan:
Pengumuman, segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak tanggal penerimaan atau segera setelah
18 (bulan) sejak tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas, dalam hal paten
Biasa; atau segera setalah 3 (tiga) bulan sejak tanggal penerimaan, dalam hal Paten Sederhana (pasal
42ayat2 UU No 14 Tahun 2001)
1.
'
2.
Pemeriksaan Substantif segera setelah masa publikasi selesai
dan pemohon telah
mengajukan
permohonan pemeriksaan substantif.
.
Selain itu hal-halyang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.
Permohonan pemeriksaan substantif diajukan selambatlambatnya 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
tanggal penerimaan untuk permohonan paten biasa dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
tanggal penerimaan untuk permohonan paten sederhana, dengan disertai biaya sesuai yarlg tercantum
2.
Tidak diajukan permohonan pemeriksaan substantif dalam jangka waktu yang ditentukan tersebut akan
3.
4.
5.
pada PP No. 45 Tahun 2014.
mengakibatkan permohonan paten ini dianggap ditarik kembali.
Harap melakukan pembayaran kelebihan 0 buah klaim (@50.000) sebesar Rp. 0.
Pembayaran tambahan biaya aklbat kelebihanjumlah *taim, dilakukan selambat-lambatnya pada saai
pengajuan pemeriksaan substantif. Apabila tambahan biaya tidak dibayarkan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud maka kelebihan jumlah klaim dianggap ditarik kembati (Pasal 28 ayal2 dan 3 pp
34 Tahun 1991).
Jumlah halaman deskripsi yang terbayar halaman (Bila halaman deskripsi lebih dari30 Halagnan)
an. Direktur
r-fias0
Tembusan:
Direktur Jenderal HKl.
Form HKI/3/003/2013
15 Januari 2015
dan Publikasi
n, S.H., M.Si.
1
Deskripsi
METODE TRANSMISI CITRA PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL
Bidang Teknik Invensi
5
Invensi ini berhubungan dengan metode transmisi citra yang
hemat energi pada Jaringan Sensor Nirkabel (JSN). Lebih khusus
invensi ini memberikan suatu metode mendapatkan nilai parameterparameter kompresi citra, yaitu laju bit (bpp), ukuran tile,
ukuran
10
pada
block
code
sistem
yang
dengan
digunakan
sumber
untuk
energi,
mentransmisikan
kemampuan
citra
komputasi,
dan
ketersediaan pita frekuensi yang terbatas dan di sistem operasi
linux OS.
Latar Belakang Invensi
15
JSN
yang
disebut
juga
merupakan
sensor
menggunakan
Jaringan
platform
visual
sensor
Sensor
sistem
berukuran
visual
Visual
komunikasi
kecil
yang
sebagai
Nirkabel
yang
(JSVN).
terdiri
disebut
sensornya
JSVN
dari
kamera,
node
mempunyai
embedded processor, dan mampu berkomunikasi secara nirkabel. Hal
20
yang
sangat
membedakan
dengan
sensor
network
lain
adalah
kemampuan JSVN mentrasmisikan data visual berupa citra ataupun
video. JSVN mempunyai kemampuan mentransmisikan data multimedia
yang mempunyai
ukuran yang relative lebih besar dari data
skalar. Secara umum JSVN memiliki karakteristik life-time yang
25
dibatasi oleh penggunaan energi, meliputi konsumsi energi untuk
sensing,
pemrosesan,
dan
pentransmisian
data
karena
JSVN
beroperasi menggunakan baterai. Selain itu, karakteristik JSVN
adalah
mempunyai
kemampuan
dalam
melakukan
pengolahan
data
visual pada sensor node dan kemampuan dalam mentransmisikan data
30
secara real-time.
Keterbatasan
resouce
pada
JSN,
berupa
energi,
kemampuan
komputasi, bandwidth, dan memory merupakan hal-hal yang menjadi
kendala implementasi untuk aplikasi visual. Kendala yang paling
besar
35
bagi
JSVN
adalah
terutama
pada
keterbatasan
energi.
Sebagaimana diketahui, umumnya konsumsi energi transmisi lebih
2
tinggi daripada konsumsi energi yang diperlukan untuk komputasi
[Min Wu dkk, 2007]. Sehingga untuk mengurangi konsumsi energi
5
selama
pentransmisian
durasi
waktu
citra,
pentransmisian
sistem
tanpa
harus
mampu
mengurangi
mengurangi
kualitas
citra.
Untuk mengurangi durasi waktu pentransmisian maka ukuran data
yang
ditransmisi
metode
pengolahan
perlu
dikurangi,
citra
untuk
oleh
sebab
memperkecil
itu
ukuran
diperlukan
data.
Salah
satu metode tersebut adalah pemanfaatan teknik kompresi citra
dengan parameter-parameter kompresinya yang dapat dioptimalkan
10
untuk mengefisiensikan penggunaan energi, memori, dan bandwidth,
serta menjaga kualitas citra yang diinginkan.
Untuk tujuan pentransmisian citra, CN 203057366 mengklaim
sistem untuk mentransmisikan citra pada Jaringan Sensor Nirkabel
JSN, tetapi patent ini tidak mengklaim efisiensi energi akibat
15
adanya kompresi citra pada JSN. Sedangkan US Patent 7,715,928 B1
mengklaim
mengenai
komunikasi
efisien
dan
kompresi
data
menggunakan DWT pada Jaringan Sensor Nirkabel. Tetapi Paten ini
tidak membuat suatu optimasi efisiensi energi dari level-level
DWT-nya.
20
Tujuan
invensi
ini
adalah
menyediakan
metode
untuk
mentransmisikan citra pada JSN yang hemat energi. Untuk tujuan
penghematan
energi.
Penggunaan
JPEG
2000
(Marcellin,
D.S.T.,
2002) sebagai kompresi citra pada invensi ini ditujukan mencari
nilai-nilai
25
optimal
pada
parameter-parameter
tile,
tingkat
kompresi, bit rate per pixel, block code, dan level DWT sehingga
dapat mengefisiensikan penggunaan energi dalam proses transmisi
citra.
Uraian Singkat Invensi
30
Sesuai
invensi
ini
disediakan
suatu
metode
untuk
implementasi kompresi citra di lingkungan JSN atau sistem yang
mempunyai keterbatasan resource. Implementasi sistem ini pada
Linux OS Embedded dan JPEG 2000 sebagai metode kompresi citra.
Metode
35
sesuai
Kompilasi
invensi
Linux
OS
ini
meliputi
untuk
langkah-langkah
lingkungan
embeddded
berikut:
system,
3
instalasi/porting
Linux
OS
pada
radio
board
Jaringan
Sensor
Network, Kompilasi dan Instalasi JPEG 2000 untuk lingkungan JSN
yang
dilanjutkan
dengna
transmisi
citra
menggunakan
Standard
IEEE 802.15.4/Zigbee. Implementasi kompresi citra dengan metode
5
ini lebih lanjut dapat dikembangkan untuk mencari nilai-nilai
paramater-parameter laju bit (bpp), ukuran tile, ukuran block
code, dan Level DWT yang lebih hemat energi. Implementasi ini
juga
akan
mengurangi
jumlah
data
yang
terkirim
menggunakan
saluran komunikasi nirkabelnya sehingga konsumsi energi untuk
10
proses pentransmisianpun akan berkurang.
Uraian Singkat Gambar
Gambar 1 Adalah langkah-langkah implementasi kompresi citra pada
JSVN.
15
Gambar
2
adalah
tahapan
atau
langkah-langkah
transmisi
citra
pada Jaringan Sensor Visual Nirkabel.
Gambar 3 adalah grafik yang menunjukkan perbandingan konsumsi
energi terhadap: (a) perubahan Level DWT, (b) laju bit, (c)
ukuran tile, dan (d) ukuran block code.
20
Gambar 5 adalah grafik yang menunjukkan perbandingan nilai PSNR
terhadap laju bit pada level DWT yang berbeda.
Gambar
5
adalah
grafik
yang
menunjukkan
perbandingan
waktu
transmisi pada laju bit yang berbeda
Gambar 6 adalah grafik yang menunjukkan perbandingan konsumsi
25
energi
transmisi
pada
durasi
waktu
tertentu
dengan
jarak
transmitter (pengirim) dan receiver (penerima) yang diubah-ubah.
Uraian Lengkap Invensi
Invensi ini mengajukan metode untuk menghemat energi pada
30
pentransmisian citra di lingkungan JSVN yang telah ditanamkan
Linux OS sebagai sistem operasinya. Langkah-langkah implementasi
seperti terlihat pada gambar 1. Dengan langkah-langkah ini, maka
citra dalam bentuk raw data dapat dihasilkan oleh sensor visual
(kamera). Selanjutnya, citra dalam bentuk raw data dikompresi
35
dengan
metode
kompresi
JPEG
2000.
Optimasi
konsumsi
energy,
4
PSNR, dan kebutuhan memory dilakukan pada nilai-nilai parameter
JPEG 2000 baik pada pra pemrosesan dan pemrosesan yaitu laju bit
(bpp), ukuran tile dan ukuran block code serta pada Level DWTnya.
5
Invensi ini diimplementasikan pada Jaringan Sensor Visual
Nirkabel yang mempunyai processor Xscale, senosr visual berupa
kamera, dan komunikasi nirkabel IEEE 802.15.4 (CC2420) dan telah
terintegrasi.
Gambar
10
digunakan.
2
merupakan
Untuk
tahapan
mentransmisikan
komunikasi
citra
nirkabel
terkompresi,
yang
file-file
tersebut dibagi menjadi paket-paket tergantung dari ukuran file,
dengan panjang payload untuk setiap paketnya adalah 28 byte.
Ada dua tahap yang dilakukan pada proses transmisi,
yaitu
pada bagian request node/receiver dan pada sender node/visual
15
sensor
node.
request
Aliran
node
komunikasi
meminta
terjadi
ketika
node
pengguna
pentransmisi
dari
untuk
menangkap/mengambil (capturing) sebuah citra. Request node akan
mengaktifkan
sedangkan
20
IEEE
802.15.4
dan
node
secara
camera
bertindak
sebagai
periodik
coordinator
akan
melakukan
pengaktifkan dan penonaktifkan komunikasi IEEE 802.15.4 untuk
mendapatkan informasi permintaan pengambilan citra dari sensor
visual. Selanjutnya
yang
25
terdapat
pada
menjalankan
library
ditangkap,
raw
citra akan ditangkap oleh Camera OV7670
camera
Video
citra
node
4
akan
melalui
Linux
2
perintah
(V4L2).
dikompresi
yang
Setelah
JPEG2000
akan
citra
menggunakan
library OpenJPEG. Hasil dari kompresi ini dibagi-bagi menjadi
paket-paket berukuran 28 byte
sebagai payload dari komunikasi
IEEE 802.15.4.
IEEE 802.15.4 merupakan standar low-rate wireless network
30
yang menspesifikasikan physical layer dan medium access control
(MAC) layer. Data yang telah dibagi-bagi menjadi 28 byte payload
per paket akan dienkapsulasi menjadi frame-frame MAC layer untuk
selanjutnya ditransmisikan ke user/penerima. Pada komunikasi MAC
layer ini tidak dilakukan proses error control
35
paket yang terdiri dari 28 byte tersebut.
untuk setiap
5
Performance indicator diukur dari konsumsi energi transmisi
suatu citra dan Peak Signal to Noise Ratio (PSNR). Konsumsi
energi untuk mentransmisikan suatu citra pada JSN terdiri dari
5
energi penangkapan/pengambilan
citra menggunakan sensor visual,
energi
transmisi
komputasi,
dan
energi
citra,
sesuai
dengan
rumus (1)
(1)
Konsumsi Energi dapat didefinisikan juga sebagai selisih
energi antara nilai energi awal dengan energi akhir, seperti
10
persamaan (2) berikut
Pkonsumsi = Pend − Pstart
(2)
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) merupakan representasi
pengukuran
kumulatif
15
error.
Sedangkan
rata-rata
kuadrat
MSE
(Mean
error
Square
antara
Error)
citra
adalah
terkompresi
dengan citra asli. Semakin rendah nilai MSE, maka error semakin
rendah.
PSNR dan MSE dijelaskan pada rumus (3) dan (4).
1 m−1 n−1
2
MSE =
[ I(i, j) − K(i, j)]
∑
∑
m.n i=0 j=0
sehingga
kualitas
citra
(3)
dilihat
berdasarkan
PSNR
dengan
perhitungan sebagai berikut:
! MAX I $
PSNR = 20. log10 #
&
" MSE %
20
(4)
Metode Pengukuran
Citra sumber adalah citra yang dihasilkan dari pengambilan
citra menggunakan sensor multimedia dan mempunyai ukuran 640x480
pixels. Lebih lanjut, dua pendekatan dilakukan untuk pengujian
25
JPEG
2000
(OpenJPEG
library
di
lingkungan
Linux
OS)
pada
lingkungan JSN. Pendekatan pertama adalah menguji OpenJPEG, yang
merupakan
Pengujian
library
kedua
JPEG
adalah
2000,
pada
memodifikasi
parameter
parameter
default-nya.
JPEG
2000
pada
level Descrete Wavelet Transform (DWT), tingkat kompresi, ukuran
6
tile,
dan
maupun
ukuran
block
code.
Pengujian
dilakukan
sebanyak 250 kali proses encoding secara simultan.
Table 1. Testing Parameters
DWT Level
Compression
Bit Rate
Size of Block
(bc)
Tile size
code
1, 2, 3, 4, 6
Lossless
1, 0.1, 0.05, 0,017, 0.01
32 x 32 (300 bcs), 64x32 (150 bcs)
64 x 64 (75 bcs)
640 x 480 (1 tile), 320 x 240 (8
tile), 128 x 128 ( 20 tile)
5
Dari implementasi ini ada beberapa kondisi dilakukan, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondisi I: Pengukuran terhadap penggunaan energy dan durasi
waktu encoding pada level DWT 1,2,3,4 dan 6 pada laju bit 1
10
bpp. dan pada laju bit 0.017.
2. Kondisi II: Pengukuran terhadap konsumsi energy durasi proses
encoding dan konsumsi energi, serta perhitungan PSNR untuk
optimasi parameter tile pada laju bit tertentu.
3. Kondisi III: Pengukuran terhadap konsumsi energy, durasi waktu
15
encoding, dan perhitungan PSNR pada ukuran block code yang
berbeda.
4. Kondisi
IV:
Melakukan
pengujian
terhadap
durasi
waktu
transmisi untuk perubahan parameter ratio kompresi terhadap
perubahan jumlah tile pada jarak 10, 20, dan 30 meter
20
5. Kondisi V: Pengukuran penggunaan energy dan waktu proses untuk
tranmisi
data pada jarak 10, 20, dan 30 meter.
Kondisi I
Pada laju 1 bit per pixel (bpp), terlihat bahwa level DWT
berpengaruh pada konsumsi energy. Gambar 3a menunjukkan konsumsi
25
energi
akan
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya
level
DWT.
Konsumsi energy pada saat melakukan encoding sebanyak 250 kali
untuk Level DWT 1 adalah sebesar 25.51% dari energy awal yang
ada
dan
merupakan
konsumsi
energy
terendah
jika
dibandingkan
dengan Level DWT lain. Dari gambar 3a juga terlihat bahwa pada
7
jumlah encoding yang sama, 250 kali, konsumsi energy tertinggi
adalah pada implementasi level DWT 6, yaitu hampir 40% dari
energy
awal
yang
ada.
Secara
umum
dapat
dipaparkan
bahwa
konsumsi energy untuk melakukan encoding sebanyak 250 kali akan
5
lebih rendah pada level DWT yang lebih rendah, yaitu dengan
persentasenya berturut-turut 8.45%, 7,03%, 5,70% dan 3,65% lebih
rendah pada level DWT l, 2, 3, dan 4 jika dibandingkan dengan
DWT level 6 dengan laju 1 bpp.
Level DWT mempunyai pengaruh pada waktu proses encoding.
10
Pada laju bit 1 bpp waktu proses encoding bervariasi terhadap
level DWT yaitu 107, 115, 115, 116, dan 118
menit untuk DWT
level 1, 2, 3, 4, dan 6.
Pada laju 1 bpp, karena sifatnya lossless, tidak terlihat
bahwa perubahan level DWT memengaruhi nilai PSNR. Jika percobaan
15
yang
dilakukan
pada
laju
bit
yang
lebih
rendah,
nilai
PSNR
berubah, sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar 3a. Nilai
PSNR pada laju bit 0.1, untuk level DWT 1, 2, 3, 4, dan 6
berturut-turut adalah 37.84, 41.89, 42.32, 42.68, dan 42.64 dB.
Dari data ini, terlihat bahwa pada level DWT lebih tinggi nilai
20
PSNR juga menjadi lebih tinggi dibandingkan pada level DWT lebih
rendah.
PSNR
pada
level
DWT
1
lebih
rendah
11.26%
jika
dibandingkan dengan PSNR pada level DWT 6. Pada level DWT 2
nilai PSNR lebih rendah 1.77%, sedangkan PSNR pada level DWT 3
lebih rendah 0.76% dari PSNR level DWT 6. PSNR pada level DWT 4
25
ternyata lebih tinggi 0.1 % dari level DWT 6.
Kondisi II
Perubahan laju bit perpixel memengaruhi konsumsi energy.
Gambar
3b
menunjukkan
konsumsi
energy
pada
proses
encoding
sebanyak 250 kali secara simultan pada level DWT 3 dengan laju
30
bit/pixel yang bervariasi.
pada
laju
bit
1
bpp
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
konsumsi
energy
Sedangkan konsumsi energy pada laju
berturut adalah
adalah
sebesar
28.77%.
0.1, 0,017, dan 0.01 bpp
25.53%, 21,89%, dan 19.65%. dengan demikian
efisiensi energy pada 0.1, 0,017, dan 0.01 bpp berturut-turut
8
adalah sebesar 3.24%, 6.88%, dan 11.68% jika dibandingkan dengan
laju bit 1 bpp.
Perubahan laju bit perpixel (bpp), selain berpengaruh pada
konsumsi energi juga berpengaruh pada waktu encoding. Semakin
5
berkurang laju bit maka waktu encoding semakin pendek. Dengan
level DWT tetap, yaitu 3, pada laju bit 0,01, 0,017, 0,1, dan 1
bpp dihasilkan waktu encoding sebesar 70, 80, 84, dan 114 menit.
Dengan
kata
lain,
waktu
encoding
akan
turun
sebesar
38.60%,
29.82%, dan 26.31% pada laju bit 0.01, 0.017, dan 0.1 bpp jika
10
dibandingkan laju bit 1 bpp pada level DWT 3.
Kondisi III
Ukuran tile atau jumlah tile pada suatu citra berpengaruh
pada konsumsi energi pengkodean JPEG 2000. Gambar 3c
hasil percobaan untuk encoding
15
merupakan
JPEG 2000 dengan laju 0.017,
level DWT=3, dan proses encoding sebanyak 250 kali. Pada ukuran
tile yang bervariasi, yaitu tile 640 x 480 (1 buah tile), 320 x
240 (8 tile) dan 128 x 128 (20 tile) diperoleh konsumsi energy
berturut-turut
Ukuran
20
sebesar 14.88%, 19.71%, dan 21.36%.
tile
atau
jumlah
tile
pada
suatu
citra
selain
berpengaruh pada konsumsi energi juga berpengaruh pada kecepatan
proses encoding.
Pada percobaan dengan laju bit perpixel adalah
0.017, level DWT
3 dan dengan ukuran tile 640x480, 320x240, dan
128x128 diperoleh hasil bahwa untuk melakukan proses encoding
sebanyak 250 kali diperlukan waktu bervariasi. Untuk ukuran tile
25
640x480, 320x240, dan 128x128 diperoleh waktu proses encoding
selama 80, 84, dan 88 menit atau rata-rata waktu proses setiap
encoding adalah sebesar 19.22, 20.39, dan 20.96 detik. Proses
encoding
untuk
tile
320x240,
dan
128x128
membutuhkan
waktu
lebih lama 9% dan 6% dari proses encoding untuk ukuran 640x480.
30
Kondisi IV
Konsumsi energy pada ukuran block code atau jumlah block
code pada suatu citra yang bervariasi, yaitu 32x32, 32x64, dan
64x64
pixel,
laju
0.017
bpp,
level
DWT
3
dan
jumlah
proses
9
encoding JPEG 2000 sebanyak 250 kali diperoleh adalah sebesar
28.89%, 26,84%, and 21,89%, sesuai dengan yang ditunjukkan pada
gambar 2d.
Pada kondisi ini terjadi variasi kecepatan waktu encoding
5
akibat adanya perubahan ukuran block code.
maka
proses
encoding
menjadi
lebih
Semakin besar ukuran
cepat.
Pada
block
code
berukuran 64x64 diperoleh durasi waktu 80 menit, sedangkan pada
ukuran block code paling kecil, 32x32 diperoleh durasi encoding
selama 120 menit atau kenaikannya sekitar 33.33%.
10
Kondisi V
Sesuai dengan gambar 4, pada laju bit lebih rendah, yaitu
0.017
bpp,
nilai
PSNR
untuk
level
DWT
1,
2,
3,
4,
dan
6
berturut-turut adalah 27.01, 32.10, 36.23, 37.23, dan 37.84 dB.
PSNR pada laju bit 0.0017 bpp ini pada level DWT 1 lebih rendah
15
28.63% jika dibandingkan dengan PSNR pada level DWT 6. Pada
level DWT 2 nilai PSNR lebih rendah 15.16%, sedangkan PSNR pada
level DWT 3 lebih rendah 4.26% dari PSNR level DWT 6. Sedangkan
PSNR pada level DWT 4 rendah
1.61 % dari level DWT 6.
Gambar 4 juga menunjukkan bahwa Nilai PSNR untuk laju bit
20
paling rendah pada penelitian ini, yaitu 0.01 bpp, adalah
nilai
25.31, 29.31, 34.49, 35.83, dan 36.53 dB untuk level DWT 1, 2,
3, 4, dan 6.
Sedangkan perbandingan penurunan PSNR dari level
DWT 1, 2, 3, dan 4 dengan level DWT 6 adalah 30.72%, 19.77%,
5.59%,
25
dan 1.92%.
Dari data-data di atas terlihat bahwa perubahan level DWT
akan memengaruhi nilai PSNR, semakin rendah level DWT, secara
umum nilai PSNR semakin rendah, dan sebaliknya. Pada level DWT
1, 2, 3, dan 4, pengaruh level DWT terhadap PSNR relatif lebih
tinggi dan akan semakin tinggi pada laju bit lebih rendah. Pada
30
laju bit yang sama selisih PSNR antara level 4 dan level 6 tidak
signifikan,
hanya
kurang
dari
2%.
Dari
hasil
percobaan,
perubahan ukuran tile dan ukuran block code tidak mempengaruhi
nilai PSNR.
10
Penggunaan Memory
Memory
komputasi
JSN
yang
sistem.
terbatas
Penggunaan
berpengaruh
memory
dapat
pada
kemampuan
dikurangi
dengan
ukuran tile yang lebih kecil, hanya saja konsumsi energi akan
5
bertambah
sebanding dengan
berkurangnya ukuran tile. Begitu
juga penggunaan ukuran code block. Penggunaan ukuran yang lebih
kecil akan menghemat penggunaan memory tetapi akan meningkatkan
konsumsi
320x240
10
energy.
yang
penggunaan
rendah.
Apabila
digunakan
dibandingkan
memory
Akan
dapat
tetapi
dengan
ditekan
ukuran
tile
ukuran
tile
menjadi
75%
pengurangan
penggunaan
128x128
640x480,
dan
50%
memory
dan
maka
lebih
dengan
mengurangi ukuran tile menyebabkan konsumsi energy yang lebih
tinggi.
Kompresi citra juga memengaruhi penggunaan storage yang
memang ukurannya terbatas. Resolusi atau laju bit berpengaruh
15
pada penggunaan
storage pada perangkat JSN.
Proses Transmisi
Gambar 5 dan gambar 6 merupakan hasil pengukuran terhadap
percobaan transmisi data. Hasil yang diperoleh bahwa pada durasi
pentransmisian 3 jam dengan jarak 10, 20, dan 30 meter konsumsi
20
energinya
adalah
sebesar
17.19%,
18.10%,
dan
19.41%.
Dengan
throughput data sebesar 1 kBps, pentransmisian data satu citra
tanpa melalui proses kompresi memerlukan waktu 10 s.d. 15 menit.
Sedangkan pada
laju bit 0.1, 0.05, 0.025, 0.017, dan 0.01 bpp,
seperti diperlihatkan gambar 6a, diperlukan waktu pentransmisian
25
antara
10
sampai
dengan
90
detik.
Dengan
demikian
perubahan
jarak dari 30 meter menjadi 10 meter tidak menimbulkan perbedaan
yang signifikan untuk konsumsi energi. Namun perubahan laju bit
dari
0.1
bpp
menjadi
transmisi yang tajam.
30
0.01
bpp
menyebabkan
perubahan
waktu
11
Klaim
1. Suatu metode transmisi citra pada Jaringan Sensor Nirkabel
yang hemat energi, dimana terdiri dari tahapan:
a. mencari Level Discrete Wavelet Transform (DWT) yang
5
lebih hemat energi;
b. mencari nilai laju bit yang lebih hemat energi;
c. mencari ukuran tile yang lebih hemat energi;
d. mencari ukuran block code yang lebih hemat energi;
2. Suatu tahapan komunikasi pada Jaringan Sensor Visual Nirkabel
10
pada
sisi
transmitter
dan
receiver
pada
platform
Linux
Embbedded adalah tahapan pada sisi receiver yaitu melakukan
perintah transmisi citra kepada transmitter atau node sensor
visual dan menerima paket perpaket dari citra yang dikirimkan,
tahapan
15
sensor
disisi
transmitter
visualnya,
adalah
melakukan
menangkap
kompresi
citra,
citra
membagi
dengan
citra
menjadi paket-paket data dengan ukuran 28 byte sebagai payload
MAC layer untuk komunikasi nirkabel.
3. Suatu
level
20
metode
DWT
konsumsi
transmisi
mempunyai
energi
citra
seperti
pengaruh
pada
akan
lebih
pada
klaim
konsumsi
rendah
dengan
1,
energi,
dimana
maka
persentasenya
berturut-turut 8.45%, 7,03%, 5,70% dan 3,65% pada level DWT l,
2, 3, dan 4 jika dibandingkan dengan DWT level 6 dengan laju 1
bpp dan untuk 250 kali kompresi yang dilakukan.
4. Suatu metode transmisi citra seperti pada klaim 1, dimana laju
25
bit mempunyai pengaruh pada konsumsi energi, maka pada laju
bit
0.1,
0.017,
dan
0.001
bpp
secara
berturutan
mempunyai
konsumsi energinya sebesar 25.53%, 21,89%, dan 19.65% dari
energi awal untuk 250 kali kompresi yang dilakukan.
5. Suatu
30
metode
transmisi
citra
seperti
pada
klaim
1,
dimana
ukuran tile memengaruhi konsumsi energi, maka pada ukuran tile
tile 640 x 480 pixel, 320 x 240 pixel, dan 128 x 128 berturutturut diperoleh konsumsi energinya sebesar 14.88%, 19.71%, dan
21.36% pada kondisi test sebanyak 250 kali kompresi.
12
6. Suatu
ukuran
metode
block
transmisi
code
citra
seperti
memengaruhi
pada
konsumsi
klaim
energi,
1,
dimana
maka
pada
ukuran block code 32x32, 32x64, dan 64x64 pixel, laju 0.017
bpp, level DWT=3 dan jumlah proses encoding JPEG 2000 sebanyak
5
250, konsumsi energinya sebesar 28.89%, 26,84%, and 21,89%,
dari energi awal sistem.
7. Suatu metode seperti klaim 1, yang pada laju bit 0.017 bpp,
mempunyai
nilai
PSNR
untuk
level
DWT
1,
2,
3,
4,
dan
6
berturut-turut adalah 27.01, 32.10, 36.23, 37.23, dan 37.84
10
dB, sedangkan pada laju bit yang lebih tinggi, yaitu 0.01,
nilai PSNR-nya 25.31, 29.31, 34.49, 35.83, dan 36.53 dB untuk
level DWT 1, 2, 3, 4, dan 6 secara berturut-turut.
8. Suatu metode seperti klaim 1 akan mempercepat transmisi citra,
yaitu apabila laju bit 0.1, 0.05, 0.025, 0.017, dan 0.01 bpp,
15
secara
berturut-turut,
maka
waktu
pentransmisian
mempunyai nilai antara 10 sampai 90 detik.
citra
13
Abstrak
METODE TRANSMISI CITRA PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL
5
Komunikasi multimedia pada wireless sensor network (WSN)
atau Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) merupakan sebuah tantangan
tersendiri karena data multimedia mempunyai ukuran yang relatif
lebih
besar
dibandingkan
dengan
data
scalar,
sedangkan
perangkat JSN mempunyai keterbatasan resource, baik pada energi,
10
kemampuan
komputasi,
keterbatasan
memori
resource,
bandwidth.
maupun
pengimplementasian
Di
samping
sistem
sangat
berpengaruh pada efisiensi kerja sistem. Sehubungan dengan hal
itu, invensi ini menginvestigasi kompresi citra JPEG 2000 pada
JSN
15
yang
menggunakan
mendapatkan
citra
Linux
terkompresi
Embedded
yang
sebagai
OS-nya
ditransmisikan
ke
untuk
stasiun
penerima atau pengolah lebih lanjut pada sistem komunikasi IEEE
802.15.4
dengan
langkah-langkah
tertentu.
Invensi
ini
memperlihatkan bahwa level DWT , bit rate per pixel, tile size,
tile
20
number,
and
block
code
size
memberikan
dampak
yang
signifikan pada konsumsi energi, penggunaan memori, dan waktu
yang
dibutuhkan
invensi
ini
untuk
merupakan
pentransmisian
model
yang
data.
secara
Oleh
karena
signifikan
itu
dapat
meningkatkan efisiensi energi, efisiensi penggunaan memori dan
waktu pentransmisian data dengan nilai PSNR yang dapat diterima
25
jika dibandingkan
dengan tanpa adanya kompresi pada citra
14
Algorithm 1
! Linux Embedded Implementation
1. Compiling Linux Kernel for WVSN Implementation
2. Flashing Bootloader, Linux Kernel, and File system
to WSN Platform
! Visual Sensor Implementation
3. Modified Visual Sensor for Linux Implementation
4. Cross compiling and upload Linux OV7670 driver
5. Cross compiling and upload binary coding to capture
image
! JPEG 2000 Compression Implementation in WSN
6. OpenJPEG Library modification
7. OpenJPEG Cross compiling for XScale Processor
8. Upload binary code from Linux Host to WSN with
Embedded Linux
Gambar 1.
15
Gambar 2
16
(a)
(b)
(c)
Gambar 3
(d)
17
Gambar 4
Gambar 5
18
Gambar 6
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT
NOMOR 2386/E5.4/HP.2014
TENTANG
PENERIMA UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL (UBER HKI) TAHUN 2014
DAFTAR PENERIMA UBER HKI TAHUN 2014
(DARI HASIL PELATIHAN PEMANFATAAN HASIL PENELITIAN, PPM, DAN PKM)
No
Nama
1 Nuri
Andarwulan
Perguruan Tinggi
Institut Pertanian
Bogor
Judul
Rekayasa Proses Deodorisasi Untuk
Peningkatan Mutu Produk Minyak Sawit
Merah Kaya Karoten
2 Yulin Lestari
Institut Pertanian
Bogor
3 Giyanto
Institut Pertanian
Bogor
4 Sukmawati
Institut Teknologi
Medan
Pengembangan Produk Berbasis
Streptomyces Lavendulae Galur Loal
Penghasil Anti B-Laktamase Dan Aplikasinya
Dlam Mengendalikan Bakteri Penyebab Diare
Resisten Antibiotik Pencemar Lingkungan
Perakitan Teknologi Pengendalian Penyakit
Tanaman Padi Ramah Lingkungan Berbasis
Bakteri Agens Hayati dan Metabolit
Sekundernya
Optimasi Rasio Palm Fatty Acid Desilate
(PFAD) dan Sabun Logam pada Pembuatan
Pelumas Padat (Grease) Biodegradable.
5 Triwikantoro
Institut Teknologi
Sepuluh
Nopember
Pengembangan SSO Berbasis 3 HT: PCBM
dengan Elektroda Nanofiber Ag
6 Samsudin
Affandi
Institut Teknologi
Sepuluh
Nopember
Proses penghitaman baja dengan lapisan
magnetite dengan teknik anodisasi untuk
perlindungan korosi
7 Maria
Fransisca
Soetanto
Politeknik Negeri
Bandung
Pengembangan Prototipe Turbin Angin Poros
Vertikal Sebagai Alternatif Penerangan Jalan
Umum Tol
8 Adriana
Politeknik Negeri
Lhokseumawe
Pembuatan dan Karakterisasi Nanoselulosa
dari Limbah Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit
9 Akhmad
Faizin
Politeknik Negeri
Malang
Rancang Bangun dan Pengujian Model
Rekayasa Peningkatan Efisiensi Overshot
Water Wheel dengan Penambahan Overflow
Keeper Double Nozzle (OKDN)
Teknologi Kolom Berpaking dengan
Pengemban Fase Padat Enzim Lipase Amobil
Berbasis Polyurethane Foam sebagai Model
Pengembangan Biodiesel Ramah
lingkungan.Tema: Produksi Biodiesel
Menggunakan Biokatalis Mucor Miechei
Teramobil melalui Rute Reaksi Non-Alkohol
Pengendali Kecepatan Motor Induksi pada
Mesin Sentrifugal Kontinyu di Industri Gula
Menggunakan Adaptif Fuzzy Propotional
Integrator (PI)
Perancangan antena mikrostrip log periodic
dipole array (LPDA) untuk penerimaan siaran
televisi pada jalur VHF dan UHF
10 Dwina
Moentamaria
Politeknik Negeri
Malang
11 Ratna Ika
Putri
Politeknik Negeri
Malang
12 Yulindon
Politeknik Negeri
Padang
No
Nama
88 Poppy
Anjelisa
Zaitun
Hasibuan
89 Maulida
Perguruan Tinggi
Universitas
Sumatera Utara
90 Hanifah
Yusuf
Universitas Syiah
Kuala
91 Salmin
Universitas
Tadulako
92 Afadil
Universitas
Tadulako
93 Berlian
Sitorus
Universitas
Tanjungpura
94 Ferry Hadary
Universitas
Tanjungpura
95 Titin Anita
Zahara
Universitas
Tanjungpura
96 Nyoman
Gunantara
Universitas
Udayana
97 Nyoman
Putra Sastra
98 Nyoman
Puspa Asri
Universitas
Udayana
Universitas W R
Supratman
99 Ambar
Rukmini
Universitas Widya
Mataram
Universitas
Sumatera Utara
Judul
Aktivitas Antioksidan dan Sitotoksik Ekstrak
n-Heksan, Etil Asetat, Etanol dari Daun
Bangun-bangun (Plectranthus amboinicus,
(Lour.) Spreng.) pada Sel Kanker Payudara
Pemanfaatan Limbah Serat Buah Pinang
Sebagai Filler Papan Partikel Mikrokomposit
Poliester
Semisintesis Senyawa Turunan Eurikumanon
Hasil Isolasi Dari Akar Pasak Bumi
(Eurycoma longifolia, Jack) dan Uji Aktivitas
Antiplasmodium secara In Vitro
Produksi Sperma Beku Domba Yang
Berkualitas Dan Berdayaguna Melalui
Pemanfaatan Lesitin Kacang Kedelai (Soybean
Lecithin) Sebagai Komponen Ekstender
Sperma
Modifikasi limbah plastik styrofoam dengan
alumina dan uji kinerja sebagai membran
polimer elektrolit sel bahan bakar metanol
Sintesis Material konduktif berupa komposit
polianilina-selulosa dari tanah gambut dan
tandan kosong sawit sebagai bahan dasar
baterai sekunder Biodegradabel
Photo-Voltaic Berbasis Sel Surya Tersensitasi
Nanopigmen Kaolinit-Bixin sebagai Sumber
Energi Listrik di Daerah Perbatasan
Pemanfaatan Biomassa Mikroalgae sebagai
Material dasar Adsorben Berkinerja tinggi
untuk penyerapan logam berat kromium dari
limbah cair industri
Pemilihan Relay Secara Lintas Lapisan Pada
Sistem Komunikasi Nirkabel Ad-hoc Dengan
Metode Multi Objective Optimization
Metode Transmisi Citra pada Jaringan Sensor
Visual Nirkabel
Transesterifikasi Minyak Sawit Menjadi
Biodiesel Dalam Methanol Subkritis Dan
Superkritis Dengan Katalis Padat
Berpromotor Ganda
Pengembangan Mikroemulsi Asam Askorbat
Untuk Menghambat Kerusakan Mutu Produk
Virgin Coconut Oil akibat Fotooksidasi
DIREKTUR PENELITIAN DAN
PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT,
ttd
AGUS SUBEKTI
NIP 196008011984031002