DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2006 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

DEMOKRATISASI PENDIDIKAN

  

Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin

Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali

Tahun 2006

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  

Disusun O leh:

SITI YULAIKAH

NIM: 111 01 003

  

JURUSAN T ARBI YAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) SALATIGA

2006

DEPARTEMEM AGAMA

  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 5 0 7 2 1 W ebsite : w w w .sta i n s a la tiu a .a e .id E-mail :

  

D E K L A R A S I

Bismillah irralt man irrah im

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini lidak bcrisi matcri yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah

  «>

  diterbitkan. Deniikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali infonnasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Deniikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Agustus 2006 Peneliti

  S1TI YU LA IK A fa NIM : 1 1 1 01 003

  Drs. H.M. Zulfa, M.Ag Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Salatiga, Agustus 2006

  Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Ketua STAIN Salatiga Sdr. Siti Yulaikah di -

  SALATIGA Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama : Siti Yulaikah NIM : 111 01 003 Jurusan : Tarbiyah Progdi : PAI Judul : DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS

  TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN

  BOYOLALI TAHUN 2006 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

  Drs. H.M. Zulfa. M.Ag NIP. 150 177 821

DEPARTEMEN AGAMA RI

  Jl. StadionNo. 2 Salatiga (0298) 323706

  

P E N C E S A H A N

  SKRIPSI Saudari : Siti Yulaikah dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 01 003 yang beijudul DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Rabu,

  6 September 2006 yang bertepatan dengan tanggal 13 Sya’ban 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  6 September 2006 M Salatiga,

  13Sya'banl427H Panitia Ujian

  NIP. 150 177 821

  

MOTTO

  i> .\* ia \ “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarmau dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (AI Mujadilah : 11 >

  ’ERSEMBAHAN Kupersembah/zan /&epaaa:

  

1. B a p a k /Ib u tercintayang telah memberi do ’a restu

  

2. B apak Bedjo, selaku kepala Desa Karang Kepoh

  

3. K a k a k dan a d ik-a d u k k u d i rum ahyang memberi

semangat dalam penulisan in i

  

4. Teman-teman karang taruna di D esa Karang

Kepoh khususnya m bak H a n ik

  

5. Teman-teman seiman, senasib dan sepenanggungan

  

6. P A 1 A n g k a ta n 20 0 1 khususnya Dun, m bak

N u r u l

KATA PENGANTAR

  Dengan rasa nyukur kehadlmt Allah SWT atas rahmatnya yang telah dilimpahkan kepada penulis serta dengan usaha sungguh-sungguh maka penulis dapat menjelaskan skripsi ini.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, pada Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2006.

  Dalam rangka penyelesaian skripsi ini penulis tidak dapat berhasil tanpa bantuan dari beberapa pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Pembimbing dan Asisten Pembimbing

  3. Bapak Kepala Desa Karang Kepoh

  4. Segenap pengajar dan staf Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahuan

  5. Segenap keluarga yang memberi bantuan dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. '

  Salatiga, Agustus 2006 Penulis

  Siti Yulaikah

  

DAFTAR ISI

  

  

  • BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

   \

  

  

  

  

   BAB III DESKRIPSI PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH

  A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa

  

  

   B. Bagi anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan

  48 BAB V PENUTUP

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir-akhir ini demokrasi sering dipahami dalam konteks yang

  salah, sehingga kebebasan berdemokrasi sering diartikan dengan kebebasan berdemontrasi, sehingga yang teijadi adalah pemaksaan kehendak dengan tekanan kekerasan dari kelompok tertentu terhadap seseorang atau kelompok lain. Padahal demokrasi yang sejati memerlukan warga negara yang baik.

  Demokrasi tidak hanya memerlukan hukum, lembaga, atau peraturan yang mantap, akan tetapi yang lebih penting dalam masyarakat demokrasi adalah memiliki kebesaran hati, mau bekeijasama dengan kelompok lain untuk mencapai tujuan demi kesejahteraan bersama, atau mampu mengombinasikan semangat untuk menegakkan pendiriannya dengan suatu kesadaran bahwa seseorang tidak dapat mewujudkan semua yang diinginkannya.

  Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreativitas tidak mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokrasi dalam pendidikan ialah suatu ide lebih luas yang didasarkan atas kepercayaan bahwa di dalam diri manusia dari segala strata sosial terdapat berbagai potensi yang siap untuk dikembangkan.' 1

1 Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta,

  2 J Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara

  berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggarakan secara demokratis untuk semua warga Indonesia, demokratisasi pendidikan merupakan upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman. Di Indonesia hal jelas sekali tercermin pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang berbunyi : “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama memperoleh pendidikan yang bermutu.2

  Penerapan pendidikan demokratis sangat penting bagi bangsa Indonesia karena pendidikan demokratis akan menumbuhkan semangat kebersamaan di sekolah. Dengan demikian pemaksaan dalam proses pembelajaran tidak boleh di toleransi. Berkaitan dengan proses pembelajaran

  {Learning Process), sekolah demokratis harus dapat memberikan

  keseimbangan hak belajar kepada siswa meskipun dalam banyak hal harus menerapkan berbagai metode untuk menggali kemampuan siswa-siswi.

  Melalui Instruksi Presiden (In Pres) nomor 1 tahun 1994 tentang wajib belajar pendidikan sekolah dasar, pemerintahan membuat terobosan besar dalam sejarah pendidikan Indonesia, yakni mewajibkan masyarakat sekolah minimal hingga tingkat SLTP. Konsekuensi kebijakan yang dikenal dengan istilah wajib belajar sembilan tahun ini pemerintah menanggung semua biaya

2 Departemen dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor, 20 Tentang

  3

  dalam penyelenggaraan sekolah, ini merupakan salah satu strategi kebijakan dalam pembangunan pendidikan.

  Akan tetapi setelah sekian lama digambar-gambarkan bukannya gratis, biaya sekolah malah makin melambung, jumlahnya banyak dan beragam, bahkan jauh lebih besar dibandingkan sebelum kebijakan wajib belajar sembilan tahun ini digulirkan. Biaya SPP yang dihapus diganti dengan berbagai jenis pemungutan barn, bahkan ada jenis biaya yang aneh seperti pensiun guru atau kenang-kenangan. Beragam biaya inilah yang mengganjal masyarakat untuk terns menyekolahkan anaknya. Malah porsi terbesar pengeluaran keluarga dihabiskan untuk membayar kewajiban yang dibebankan oleh sekolah, untuk itu mereka kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya seperti makan, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya sekolah.3

  Menurut data dari Depdiknas tahun 2000 tentang sejumlah orang yang tak bisa sekolah, sedikitpun 72 juta anak Indonesia tidak mampu merasakan bangku sekolah, terdiri dari 4,3 juta siswa SLTP dan 2,9 juta siswa SD dan SLTA. Mengapa mereka tak bisa sekolah ? jawabannya sangat jelas, tidak punya uang. Siapa yang tak punya uang ? semua yang harus hidup miskin.

  Kemiskinan apapun sebabnya membuat akses pada sekolah jadi kian sempit. Ada upaya untuk mengatasi itu semua yaitu mereka yang bergerak untuk melakukan pendidikan altematif atau yang punya keinginan baik mengasuh sejumlah anak jalanan agar tahu huruf dan merasakan sekolah. Kegiatan ini

3 H.A.R. Tilar, Mendagangkan Sekolah Sludi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di

  4

  yang patut dihargai meski soalnya lagi-lagi pada kekuatan negara, yang malas untuk mengurus pendidikan.4 Dari uraian-uraian dan konsep tersebut, penulis terdorong untuk meneliti, seberapa jauh kebenaran konsep di muka dengan melakukan penelitian di Desa Karangkepoh dengan mengambil judul : “DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2006”

B. Penjelasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan teijadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

  1. Demokratisasi Pendidikan ^

  • Demokrasi dalam dalam pemikiran Yunani berarti bentuk politik dimana rakyat sendiri memiliki dan menjalankan seluruh kekuasaan politik.5
  • Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagaimana dikutip Hanif Dzakiri. Inti pendidikan adalah membawa masyarakat kerucut (Sub

  Mergad Society ) kepada masyarakat terbuka (Open Society) yang kritis

  4 Eka Prasetyo, Orang Miskin Di Larang Sekolah, Resist Book, Yogyakarta, 2004, him. 39

  5 Firdaus M. Yunus, op. c it, him 84

  5

  dan kreatif, dalam mampeijuangkan hak-hak mereka untuk menegakkan keadilan.” Demokratisasi pendidikan yang penulis maksud adalah pemberian kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk memperoleh layanan pendidikan (Horizontal Maupun Vertikal). y

  2. Analisis Kata analisis berasal dari kata analisa yang berarti penyelidikan suatu peristiwa (harapan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebabnya bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.'

  3. Fenomena Pendidikan Kata fenomena berarti gejala.6

  7

  8 Sedangkan fenomena pendidikan yang penulis maksud adalah gejala-gejala yang ada dalam dunia pendidikan.

  4. Anak Orang Miskin Miskin berarti tidak berharta benda serba kekurangan

  (berpenghasilan sangat rendah).9 Maka anak orang miskin yang dimaksud anak atau keturunan orang yang dalam kehidupannya berpenghasilan sangat rendah.

  6 Muh Hanif Dzakiri, Paulo Freire, Islam Dan Pembebasan, Djmabatan Jakarta, 2000, hlm.8

  7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 575

  8 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 281

  9 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, him. 660

  6 Selanjutnya untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel

  yang digunakan dalam judul penelitian ini, diuraikan pula definisi operasional dari variabel tersebut sebagaimana berikut ini : a. Demokratisasi Pendidikan

  Untuk mengukur adanya demokratisasi pendidikan ditentukan indikator barikut in i: 1) Setiap anak harus mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Maksudnya semua warga negara atau anak didik mampunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan, konsekuensi kebijakan ini dikenal dengan istilah wajib belajar sembilan tahun yang berdasarkan instruksi presiden (In Pres) Nomor 1 Tahun 1994 tentang wajib belajar sembilan tahun. Misalnya anak orang miskin, mereka berhak mendapatkan layanan pendidikan.

  2) Setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya. Bahwa semua warga negara atau anak didik berhak memperoleh pendidikan tanpa melihat aspek fisik. Misalnya orang yang cacat, mereka berhak untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya.

  b. Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin Untuk mengukur fenomena pendidikan anak orang miskin menggunakan indikator berikut in i:

  7 1) Uang saku harian rendah atau tidak tentu bahkan tak ada uang saku.

  2) Peralatan sekolah atau buku-buku paket kurang lengkap 3) Administrasi pendidikan masih sulit dijangkau

  4) Kurang terpenuhi kebutuhan sekolah (seperti iuran-iuran, SPP, dan lain-lain) 5) Cara berpakaian masih sangat sederhana

  C. PokokMasalah Sebagai basic question atau pokok masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karangkepoh ?

  2. Bagaimana deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh?

  3. Bagaimana altematif yang memungkinkan dapat dikembangkan dalam pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh ?

D. Tujuan Penelitian

  Sebagaimana konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karangkepoh.

  2. Untuk mengetahui kesesuaian konsep demokratisasi pendidikan tentang pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

  3. Mencari altematif pemecahan dalam pengembangan pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

  8 E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang mendukung terlaksananya pendidikan khususnya dalam bidang perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dengan memperhatikan aspek geografis, status sosial, ekonomi dan jender.

F. Metodologi Penelitian

  Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

  1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih agar permasalahan dapat di deskripsikan secara mendalam.

  Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis naturalistik fenomenologi dimana data yang dikumpulkan menggunakan latar alami (Natural Setting) sebagai sumber data langsung.10 Dengan pendekatan ini diharapkan dapat mendeskripsikan data secara holistik, mengenai konsep demokratisasi pendidikan tentang fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

  Pendekatan kualitatif fenomenologi ini dilakukan dengan mengamati fenomena-fenomena dunia konseptual subyek yang diamati melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami subyek dari sudut pandang subyek itu sendiri, dengan tidak mengabaikan membuat penafsiran dengan membuat skema konseptual.

10 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya Offset,

  9 Pendekatan fenomenologi disebut verstehen apabila

  mengemukakan hubungan diantara gejala-gejala sosial yang dapat diuji bukan pemahaman empatik semata.11 Dengan metode verstehen ini peneliti dapat memahami secara emic konsep. Pandangan-pandangan dan gagasan-gagasan terhadap demokratisasi pendidikan tetang fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

  2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2006.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Karangkepoh,

  Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali + 25 kilometer dari ibu kota Kabupaten Boyolali. Desa Karangkepoh ini dipilih karena banyak orang miskin yang belum mendapatkan kesempatan memperoleh layanan pendidikan

  4. Subyek penelitian Pemilihan subyek penelitian ini menggimakan metode Snowball yakni mulai dengan memilih informasi kunci seperti anak orang miskin di

  Desa Karangkepoh, kemudian menggelinding ke informasi lain berdasarkan referensi dari informasi kunci, begitu seterusnya sampai pada batas jenuh, artinya jika sudah tidak ditemukan lagi informasi barn tentang persoalan pendidikan anak orang miskin. 1

  1

11 Ibid., him. 9

  10

  5. Tahapan kegiatan Secara umum penelitian kualitatif dilakukan malalui tahapan sebagai berikut : 1) pra lapangan, 2) kegiatan, 3) analisis intensify2 kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan dengan tahapan sebagaimana tersebut di atas. Pertama pra- lapangan meliputi : penyusunan persiapan memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lokasi, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menjajaki etika masyarakat Desa Karangkepoh, sebagian kegiatan ini sudah dilakukan dalam rangka studi awal tentang lokasi. Kedua, tahap kegiatan lapangan meliputi memahami latar penelitian, persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahap ketiga, berupa analisis intensif yakni mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga menghasilkan temuan penelitian. Pentahapan kegiatan ini akan dilakukan secara fleksibel dengan melihat perkembangan data penelitian di lapangan.

  6. Instrument Penelitian Untuk dapat memahami makna dan penafsiran dari fenomena pendidikan anak orang miskin, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu

  instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument

  kunci. Keuntungan peneliti sebagai instrument karena manusia memiliki 1

  2

12 Ibid., him. 85

  11

  ciri-ciri responsive, mudah menyesuaikan diri (adabtable), menekankan pada keutuhan (holistik), mudah memproses data dengan cepat, serta dapat memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki respons yang tidak lazim.

  7. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik intregative relevan dengan focus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a) wawancara mendalam ; b) observasi partisipan dan c) studi dokumentasi.

  a. Wawancara mendalam merupakan teknik utama dalam penelitian ini.

  Teknik ini dipakai untuk menangkap makna secara mendasar dalam

  interaksi spesifik. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

  tidak terstruktur artinya pedoman wawancara yang hanya memuat garis besamya yang akan ditanyakan,1 3 14 atau tanpa daftar pertanyaan yang ketat. Dengan teknik ini diharapkan wawancara dapat dilakukan secara personal sehingga dimungkinkan memperoleh informasi sebanyak mungkin. Selain itu melalui wawancara tidak terstruktur juga memungkinkan dicatat respons afektif yang tampak selama wawancara berlangsung. Dengan wawancara mendalam diharapkan dapat diperoleh data mengenai pendidikan anak orang miskin dan hambatan- hambatannya ditinjau dari perspektif demokratisasi pendidikan.

  b. Observasi Partisipan Observasi partisipan ialah observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan observer dalam kegiatan-kegiatan observasi (orang-

  13 Ibid., him. 21

  14 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta,

  12

  orang yang diobservasi).13 Teknik ini digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan. Observasi

  deskriptif secara luas dengan melukiskan secara umum situasi pendidikan

  masyarakat Desa Karangkepoh, berikutnya dilakukan observasi terfokus untuk menemukan kategori-kategori dan pola pendidikan di masyarakat.

  Pada akhimya diadakan penyempitan dengan melakukan observasi selektif (selektive observations) dengan mencari kebenaran konsep- konsep. Semua hasil pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan lapangan (field note) yang nantinya akan dilakukan refleksi.

  c. Studi Dokumentasi Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.1

  5

  16 Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber non insani.

  Penggunaan studi dokumentasi ini didasarkan pada beberapa dasar antara lain : 1) dokumentasi merupakan sumber informasi yang stabil, akurat, dan dapat dianalisis kembali; 2) dokumentasi merupakan sumber informasi yang secara kontektual relevan dan memadahi; 3) dokumentasi merupakan pemyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas; 4) sumber ini bersifat non reaktif, sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi. Studi dokumentasi dalam penelitian ini akan dipakai untuk mencari data. Data yang berhubungan dengan peta pendidikan masyarakat Desa Karangkepoh.

  15H. M. Zulfa, Azas-Azas Metodologi Penelitian, Salatiga, 1996, him. 12 16 Suharsini Arikunto, op. cit, him. 206.

  13 G. Teknik Analisis Data

  Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.17 Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menelaah data, menata, membagi menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesis, mencari pola dan mencari makna dari kondisi situasi masyarakat Desa Karangkepoh.

  Langkah berikutnya adalah mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori yang ditentukan. Masing-masing kategori dibuat dalam bentuk preposisi untuk selanjutnya disimpulkan sebagai temuan penelitian mengenai fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

H. Sistematikan Penulisan Skripsi

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membahas masalah yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  BAB I : Dalam bab ini berisikan tentang pendahuluan meliputi : Latar Belakang Masalah, Penjelasan Istilah, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian Serta Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II : Dalam bab ini berisikan tentang landasan teori meliputi ; demokratisasi pendidikan pada umumnya. Demokratisasi 17 pendidikan di Indonesia serta kondisi sekolah di Indonesia.

  14

  f

  BAB III : Deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh yang berisikan latar belakang pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh dan kondisi pendidikan anak orang miskin di * Desa Karangkepoh.

  BAB IV : Model alternatif pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh A. Mengaeu pada pendidikan formal Jenjang dasar melalui paket A dan SMP terbuka -

  • Jenjang menengah di paket B Jenjang tinggi melalui ekstensi -

  B. Bagi anak didik yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan.

  BAB V : Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya kesimpulan saran-saran dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya

  , v \

  Revolusi demokrasi pecah hampir bersamaan ' waktunya/ dengan munculnya revolusi mdustri. Hal ini barangkali bukan kcbetulQ,xkarena adanya revolusi industri telah menimbulkan berbagai perubahan, baiVdalam lingkungan keluarga, hubungan keija, kehioupan individu. Kesemua itu inemerlukan tatanan sosial baru yang barus dikembangkan befdasarkan nilai- nilai demokrasi.

  Demokrasi kata orang sering dikonotasikan sebagai suatu kebebasah. Dijaminnya kebebasan berbicara, berpendapat, berpikir, berkehendak, dan berperilaku, tanpa ada yang memaksa dan terpaksa, menekan dan tertekan dan lain-lain, merupakan ciri dari suatu masyarakat yang demokratis.1 Sehingga apapun yang bersifat bebas seolah-olah identik dengan demokrasi itu sendiri.

  Ciri utama kehidupan yang demokratis adalah kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, yang dengan sendirinya mengakui kesepakatan umum bahwa demokrasi hanya berkcmbang jika dalam masyarakat tumbuh kebiasaan-kebiasaan bahwa perbedaan tidak mengakibatkan permusuhan dan perbedaan tetap sanggup mengikat semua dalam komitmen bersama mengabdi kepada kepentingan orang banyak, kepentingan bangsa dan negara.1

  2

1 Ismail SM dan Abdul Mukti, PenditHkun Islam, Demokratisasi dan Masyarakat

  Madani, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2000, him. 54

  2H. Rudini, A t as Nama Demokrasi Indonesia, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, 1994, him. 48

  Demokrasi pada d a sa rn y a :ui:il:ili suatii p io se s m a.syaiakat d an n e g a ia yang berperan di dalamnya untuk membangun kultur dan sistem kehidupan guna mencipt ikan kesejahleraan, mcncgakkan koadilan bails sceata sosiul, ekonomi maupun politik. Den pan kata lain berbicara tentang demokrasi adalah berbieara tentang menlalilas bangsa.

  Demokrasi dapat tercipta bila masv; rakat membangun kesadaran sendiri tentang pentingnya demokrasi dalam kehidupan herbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sebaliknva negara sebagai instrumen politik dan ekonomi harus memiliki political will untuk mendukung lerwujudnya demokrasi. Hal ini dapat uilakukan dalam berbagai aspek kehidupan mamisia.

  Masyarakat yang selaras dengan tradisi demokrasi biasanya akan menggempur semua kekuatan yang cenderung memproduksi perbedaan- perbedaan sosial dan kelus-kelas. Dengan kata lain masyarakat demukratis berusaha menjalin kehidupan bersama, dimana setiap laki-laki maupun perempuan memiliki martabat sebagai manusia yang bebas. Martabat sebagai manusia bebas ini menyebabkan manusia berhak memilih keyakiran dan pendirian yang tidak bisa diubah seeara paksa oleh siapapun.

  Masyaraka* demokrasi menginginkan pemerintahan yang demokrasi pula. Pemerintahan demokrasi biasanya akan bersandar pada kekurangan vang bersumber pada kemampuan dan pengetahuan warga masyarakat. Oleh sebab itu, setiap pemerintahan demokrasi akan memberikan kesempatan seluas- luasnya bagi wa ganya untuk memperoleh pendidikan. Sebab dengan semakin

  17

  banyaknya warga yang memperoleh pendidikan dan semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, semakin kuat pemer ntahan demokrasi.

  ^ D a \a m pcmerintahar. demokrasi setiap orang harus diperlakukan sama

  untuk mcndapatkan pendidikan, karena kesempatan untuk dapat menikmati pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan bagi setiap orang muda usia sekolah yang dapat dididik harus mendapat kesempatan untuk dididik^Dalam ajaran Islam mengajarkan agar anak perempuan dan laki-laki diberi kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan sesuai dengan ptensi, bakat, dan minat masing-masing. Nabi secara tegas mewajibkan setiap muslim laki-laki dan perempuan menuntut ilmu.

  (jvLw >J KlLvktAJ “Menuntut ilmu (belajar) adalah wajib bagi setiap muslim laki- laki dan perempuan ” (HR. Bukhari dan Muslim) ^

  Demokrasi dan pendidikan mempunyai hubungan yang saling mcnunjang, karena pendidikan yang sifatnya demokratis akan menempatkan anak sebagai pusat perhatian, melalui pendidikan anak-anak ditempatkan sebagai manusia yang dimanusiakan. Pendidikan hanya memberikan layanan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal anak sekolah harus dikembalikan menjadi milik si anak lagi, anak harus dianggap, dinilai, didampingi dan diajar sebagai anak bukan sebagai orang tua mini, atau prajurit mini, melainkan sebagai anak yang diberikan kesempatan untuk bebas sesuai

  'Firdiiu: M Yunus, Pendidikan Bcrbasis Rcalitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004, him S8

  ( Yumltidiu I'M, Penf>asultan Anak dalam Kc/uarga Islam, l.cmbaga Kajian Agama dan Jcndcr, Jakarta, 1999, him 29

  18

  dengan kapasitas sebagai anak. Dengan demikian proses demokrasi bisa berjalan dengan baik.

  Siswa di sekolah harus merasakan bahwa sekolah bagi mereka sungguh merupakan surga kecil yang menggembirakan, di sekolah siswa harus dihargai, dipahami dan tidak dibodoh-bodohkan maupun diejek-ejek. Khususnya anak dari masyarakat miskin, biasanya anak >dari masyarakat sering dibodoh-bodohi, dipojokkan, diejek, dihina atau dibiarkan semaunya.

  Peran guru di sini penting sekali untuk menvembuhkan rasa sakit aKibat ketakutan yang menimpa anak masyarakat miskin.

  Pendidikan demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan manusia i yang mampu beremansipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan publik. Dengan kata lain pendidikan harus mempu menanamkan kesadaran dan membekali pengetahuan warga dalam masyarakat demokratis. Untuk itu, dalam diri setiap peserta didik harus ditanam dan dikembangkan sikap politik, meskipun sekolah bukan lembaga politik, namun memiliki dampak yang signifikan atas proses politik lewat tafiggung jawab sckolahd alam membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar tentang kehidupan sosial, ekor.omi dan politik, serta mengembangkan daya kritis dan kejujuran dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Lebih dari itu sekolah memiliki tanggung jawab melengkapi peserta didik dengan kemampuan memerankan fungsinya sebagai anak bangsa di lingkungan masyarakat yang demokratis.

  19 Sejalan dengan itu, pendidikan demokratis mutlak diperlukar..

  • *)

  Pendidikan demokratis bertujuan mempersiapkan warga inasyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, untuk itu hams memperhatikan tiga hal sebagai awal dari kesadaran dalam berdemokrasi. Pertama, demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat itu ;> endiri. Kedua, demokratis adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nitai-nilai demokrasi, persamaan hak dan keadilan, serta loyal terhadap sistem politik » yang bersifat demokratis.5 k

8. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia

  Pengalaman bangsa Indonesia, khususnya pada periode reformasi sekarang ini, bahwa proses transisi dan konsolidasi demokrasi tidak akan dapat dilalui dengan baik hanya dengan mengandalkan agenda political

  

crafting semata. Lebih-lebih bila modal atau kontrol sosial dimasukkan dalam

  > kerangka perhitungan, maka political crafting tidak akan berbicara banyak v berkaitan dengan perubahan sikap dari para pelaku politik. Dalam konteks ini modal atau kontrol sosial menjadi penting untuk melengkapi penciptaan kiat- kiat politik yang inemungkinkan demokrasi berkemban karena modal atau kontrol sosial merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan berfungsi tidakr.ya demokrasi dalam suatu masyarakat. Agak disayangkan modal atau kontrol sosial inilah yang selama ini tidak muncul dalam perbincangan tentang

  5Firdaus M. Yunus, op. cit, him. 90

  20

  pengembangan demokrasi, baik dalam masa transisi ini, atau pada sebelumnya, perbincangan demokrasi selalu terfokus pada struktur politik, hukum atau perundang-undangan yang sesuai. Sementara hal-hal lain yang berkaitan dengan budaya, pendidikan tidak banyak tersentuh.

  Padahal masyarakat Indonesia akan menuju ke arah masyarakat industri. Masyarakat industri adalah masyarakat terbuka, keterbukaan tersebut (

  • t

  pCrlu ditunjang oleh kemajuan iptek dan kemudahan-kemudahan berkomunikasi. Keterbukaan masyarakat merupakan suatu proses yang tidak dapat dibendung sejalan dengan menderunya proses demokrasi yang melanda kehidupan manusia dewasa ini. Demokrasi cepat atau lam’oat akan muncul dan terus berlangsung.

  ' Demokratisasi yang sedang bergulir di Indonesia saat ini merupakan ^ suatu tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh seluruh komponen penegak demokrasi seperti birokrasi pemerintah, partai, politik, kelompok gerakan, kalangan pers dan masyarakat pada umumnya.

  Sebagai tantangan karena agenda demokratisasi cukup banyak seperti dalam bidang politik, ekonmi, hukum, pendidikan dan sosial budaya. Sedangkan sebagai peluang menjadi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang dapat menerapkan prinsip dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan6

  Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreatifitas tidak

  6A. Ubaidillah, Pendidikan Kewargsfitn, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,

  21

  mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokratisasi sebagai proses pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam f prases perencanaan dan manajemen pendidikan. Di dalam bidang ini dituntut suatu peralihan dari perencanaan dan manajemen pendidikan yang birokratis ke arah perencanaan manajemen terbuka dan fleksibel.

  Perubahan orientasi perencanaan manajemen pendidikan dari pendekatan birokratis dan sentralistis ke pendekatar. yang demokrtis akan mengubah pola metodologi dan perencanaan manajemen pendidikan. Dalam proses perencanaan dan manajemen yang berdasarcar. prinsip-prinsip demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka proses perencanaan akan dititik beratkan berdasarkan manajemen sumber-sumber pendidikan. Iniiah proses perencanaan dan manajemen pendidikan yang humanistik yang

  » menjadi manusia Indonesia, sebagai titik tolaknya.

  Demokrasi pendidikan pada dasamya dapat dilihat dalam dua sudut pandang, pertama, demokrasi secara horisontal, bahwa setiap anak harus mendapat kesempatan yang sama untuk menikniati pendidikan di sekolah. Di

  Indonesia hal ini jelas sekali tercermin pada UIJD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu “tiap-tiap warga negara mendapat pengajaran”. Kedua demokrasi secara vertikal, bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya, sesuai dengan kemampuannya. Dengan aemikian demokratisasi pendidikan merupakan upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Karena dengan pendidikan, akan menambah dan mengembangkan potensi yang telah ada pada anak secara c

  22

  optimal, sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka memakmurkan kehidupan di muka bumi. , Dalam A1 Qur'an Allah berfirman :

  Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang heriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al Mujadilah : I l f

  Berdasarkan pemaparan ayat di atas terlihat betapa Al Qur'an telah mengingatkan setiap muslim dalam mendidik anak agar senantiasa memperhatikan aspek iman dan moral agama sebagai landasan sikap dan perilaku serta aspek ilmu dan teknologi secara seimbang, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan.8

  Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggaakan secara demokratis untuk semua warga fr^gara Indonesia. Maka, pemerintah tidak boleh mengcsampingkan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, atau antara pendidikan di pusat kota dengan pendidikan di pelosok desa. Pelaksanaan pendidikan harus mengikuti tuntutan lokal, nasional maupun transnasional, sehingga pendidikan nasional dapat menuju kepada kemandirian, keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Paneasila.

  ' Yayasan Penyelenggara Penteijemah/Pentafsir A1 Qur'an, A l Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta, 1971, him. 911

  8Fuaduddin TM, op. cit, him. 17

  23 Terlaksananya demokrasi dalam pendidikan guru dan murid, merupakan subjek utama bagi proses demokratisasi, pendidikan di sekolah.

  karena sekolah sebagai sarana dalam mengembangkan sika,p demokrasi, maka kebebasan berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, kemampuan hidup bersama dan keterlibatan sisv/a dalam berbagai kegiatna perlu diperhatikan oleh sekolah (terutama sekali dengan diberlakunya Undang-undang Sistem pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 yr.ng memberikan kebebasan mendapatkan pendidikan agama kepada setiap peserta didik sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama). Tidak dapat diingkari bahwa mewujudkan sekolah demokratis tidaklah mudah. Ada beberapa alasan tentang sulitnya membangun sistem demokrasi di sekolah. Pertama, filsafat dan anggapan dasar pendidikan yang masih menganggap anak didik sebagai tabularasa, yaitu kertas kosong yang hams diisi oleh pendidik. Kedua, metode pengajaran yang masih tertumpu pada konsep banking system. Ketiga, bahan pelajaran yang masih banyak berasal dari buku atau beberapa praktikum bidar.g sains, kurang menggali dari persoalan masvarakat. Keempat, sikap guru yang indoktrinatif. Kelirna suasana sekolah yang multikultural. Keenam, kurikulum ditentukan oleh pemenntah pusat yang tidak memungkinkan siswa, gum, sekolah, orang tua dan masyarakat untuk membicarakannya. Ketujuh, kegiatan be1 ajar siswa yang berpusat di lingkungan sekolah, tidak memanfaatkan masyarakat di luar sekolah sebagai tempat belajar anak didik.9

  1

  9Firdaus M. Yusuf, op. cit, him. 95

  24 Pendidikan demokratis pada dasarnya su< ah merjadi keniscayaan yang

  harus disikapi secara positif oleh semua kompoi ten yang terlibat di dalamnya, terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang mengandung terlaksananya pendidikan. ICarena bagaimanapun sebagai sebuah sistem, pendidikan harus meliBatkan semua pihak. Dengan demikian, penoidikan demokratis aka.i melahirkan geneasi masa depan yang cerdas. Di sini perlu dipahami bahwa pendidikan demokrasi tidak terpaku pada pola tertentu, dalam pengertian bahwa prinsip deinc krasi perlu ditanamkan sedini mungkin, seperti kebebasan berdialog, membangun tradisi ilmiah. Tanpa memperhatikan unsur-unsur tersebut jangan harap bahwa institusi pendidikan bisa menghasilkan generasi yang mandiri, cerdas dan demokratis.

  C. ivondisi Sekolah di Indonesia

  >

  Salah satu tujuan negara yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

  Para pendiri negara memahamt betul, untuk bisa mewujudkan cita-cita tersebut pendidikan menjadi prioritas utama. Namun, sektor pendidikan yang merupakan a I at untuk mencapai cita-cita itu saat ini terus mengalami keterpurukan. Berbagai tnasalah yang bermunculan terus rnenggerogoti, mulai dari bangunan sekolah yang kondisinya menyedihkan hingga permasalahan yang sifatnya akademis seperti kurikulum. Lebih parah lagi, beragam permasalahan itu cenderung dibiarkan.10

  f l0H. A.R. Tilar, Mendagangkan Sekolah, Studi Kebijakan Manajemen llerbasis Sekolah

  Mengumpulnya pennasalahan pendidikan, dari pendanaan, besarnya campur tangan pemerintah hingga ketidak jelasan tujuan, sangat besar pengaruhnya terhadap sekolah. sekolah yang seharusnya menjadi alat untuk mencerdaskan, memben keterampilan, bahkim untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, tidak lebih dari tempat indoktrinasi. Sekolah hanya menjadi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai resmi yang sedang berlaku dan direstui oleh pemerintah. Tak aneh jika terjadi penyeragaman mulai dari pakaian

  > hingga mata pelajaran. Di sisi lain, selain kondisi bangunan dan alat penunjang kegiatan belajar mengajar yang tidak layak, mutu kepala sekolah dan guru pun tergolong buruk. Pada tingkat SD misalnya, menurut Direktur Tenaga

  Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdiknas, 50 persen guru di Indonesia tidak memenuhi standar kualifikasi untuk mengajar sebagaimana yang dipersyaratkan oleh pemerintah." serta ketersediaan buku pelajaran di sekolah tak kalah buruk, prosentasenya cuma sebanyak 20 persen. Artinya, satu set buku digunakan untuk lima siswa sehingga dalam penggunaannya akan sangat menyulitkan siswa. Selain itu, pemerintah sendiri sebenamya telah memprogramkan ketersediaan satu buku

  (teks wajib) untuk satu siswa.

  Masalah drop out lebih parah iagi. Ratusan ribu anak mesti bergulat di jalan karena tak mampu melanjutkan sekolah. Poda tahun 2000/2001, dari sekitar 25 juta siswa SD, 670 ribu putus sekolah. selain itu dari angka tersebut

  26 hanya 72,12 persen yang mampu melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan.