REPRESENTASI NILAI PEREMPUAN DALAM ISLAM PADA NOVEL RATU YANG BERSUJUD (Analisis Semiotika Roland Barthes) - FISIP Untirta Repository

  

REPRESENTASI NILAI PEREMPUAN DALAM

RATU YANG BERSUJUD

ISLAM PADA NOVEL

  

(Analisis Semiotika Roland Barthes)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu komunikasi pada Konsetrasi Public Relation Program Studi Ilmu Komunikasi

  Oleh:

  

Bayu Teja Kusuma

NIM. 6662121351

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

SERANG-BANTEN

2017

  

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat

baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai

sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah

Maha mengetahui sedangkan kamu tidak

mengetahui”

(Al-Baqarah: 216)

  Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, keluarga dan mereka yang telah memberikan motivasi dalam bentuk apapun.

  

Abstrak

Bayu Teja Kusuma. 6662121351. SKRIPSI. Representasi Nilai Perempuan

Dalam Islam Pada Novel Ratu yang Bersujud (Analisis Semiotika Roland

Barthes). Program Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2016. Uliviana Restu, S.Sos.,M.Si.

husnan Nurjuman S.Ag, M.Si

  Novel Ratu yang Bersujud nerupakan medium komunikasi yang mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat. Cerita yang disampaikan mengandung suatu pesan yang diharapkan dapat mempengaruhi tidak hanya pemikiran, tapi juga sikap dan perilaku pembacanya, novel ini menggambarkan bagaimana seharusnya perempuan dalam Islam bertindak sesuai dengan syariat agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi nilai perempuan dalam Islam pada novel

  

Ratu yang Bersujud dengan berdasarkan pada teori semiotika Roland Barthes

yaitu, makna denotatif, konotatif dan mitos nilai perempuan dalam Islam.

  Penelitian menunjukan bahwa, makna denotatif nilai perempuan dalam Islam, perempuan digambarkan sebagai hamba yang taat kepada Tuhannya. Makna konotatif nilai perempuan dalam Islam, perempuan digambarkan sebagai seseorang yang taat beragama serta mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Mitos nilai perempuan dalam Islam adalah, dibangun sesuai dengan tujuan penulis yaitu membuat perspektif tentang perempuan dalam Islam yang sesungguhnya yang bukan berasal dari berbagai propaganda melainkan dari Alquran dan Hadits. Novel ini dapat dijadikan contoh bagaimana perempuan muslim bertindak, karena saat ini banyak perempuan beragama Islam yang tidak tahu nilai perempuan dalam Islam. Tidak luput dari semuanya, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan sumbangan pemikiran, serta dapat bermanfaat untuk pengembangan studi ilmu komunikasi

  

Kata kunci : Novel Ratu yang Bersujud, Representasi Nilai Perempuan Dalam

  Islam, Semiotika Roland Barthes

  

Abstract

Bayu Teja Kusuma. 6662121351. THESIS. Representation women values in

Islam at Novel Ratu yang Bersujud (Analysis of Semiotics Roland Barthes).

Communication Studies program. Faculty of Social and Political Science.

University of Sultan Ageng Tirtayasa. 2016. Uliviana Restu, S.Sos., M.Si.

Husnan Nurjuman S.Ag, M.Si

Novel Ratu yang Bersujud is communication medium lifted a phenomenon that

occurs in society. The story submitted contains a message that is expected to

afford not only idea, but also attiude and behavior of readers, the novel illustrates

how women in islam should act in conform with the Islamic laws. This research

aim to know representation of the women value in Islam from Novel Ratu yang

Bersujud with based on semiotics theory of Roland Barthes is denotative,

connotative and myth women value in islam. The research shows that in

denotative women are described as obedient servant to his Lord. Connotative

women are described as someone who are religious people and follow values and

norms. Myth from women value in Islam is built c onform with the author‟s

purpose to make a perspective real women in Islam that‟s not derived from

variety propaganda but from the Qur‟an and Hadith. This novel can used as

example how muslim wopmen should act. From it all, this research expected to

add and contribute and can be benefit to development of communication study.

  

Keywords : Novel Ratu yang Bersujud, Representation women value in Islam,

Roland Barthes semiotics

  

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

  Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relations di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi berjudul “Representasi Nilai Perempuan dalam Islam pada Novel Ratu yang Bersujud (Analisis Semiotika Roland Barthes)

  ”. Skripsi ini mengangkat masalah nilai perempuan dalam Islam pada novel Ratu yang Bersujud menggunakan analisis semiotika.

  Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas segala rahmat serta doa, dukungan, motivasi, bimbingan, dan bantuan yang tak terhingga dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini kepada : 1.

  Kedua inspirator nyata yang aroma nafas tubuhnya mengalir mengisi laju darah dalam kehidupan penulis yaitu Ibunda Titik Sukarti dan Ayahanda Sutarjo yang selalu setia memberikan semangat dan motivasi dalam segala bentuk yang belum dapat penulis balas.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Dra. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku ketua prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Darwis Sagita, S.IKom Selaku Sekertaris prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos.,M.Si selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk selalu memberikan arahan, dukungan dan motivasi untuk penulis.

  6. Bapak Husnan Nurjuman S.Ag, M.Si selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga sidah menyediakan waktu untuk membantu memberikan saran serta masukan dalam proses menyelesaikan skripsi ini 7. Ibu Isti Nursih, S.I.P., M.I.K. selaku dosen pembimbing akademik.

  8. Adik penulis Maulina Joti Masitoh, yang terkadang memberikan inspirasi ketika sedang dalam keadaan yang baik

  9. Lale bagi penulis, yang selalu bisa memberikan canda dan hiburan kedua

  setelah orang tua dalam kondisi apapun 10. Geng Wakwaw Revan, Juhendi, Arya dan Hari yaang selalu bersama dari semmester 1 hingga 7 selalu di kelas yang sama pula dan saling berjuang untuk mendapatkan gelar S.

  11. Rekan-rekan Himabe 2012, Abdul, Irma, Erlin, Deni, Rizon, Siti Julaeha, Eri, Egi, Yesi, Putri, Siti Nurfaizah, Indah, Annisa, Asyil, Diah Fitri, Ayu, Lita, Damar, Gangan, Ersyad, Delia, Renggaanis dan Mitha yang gokil dan seru

  12. Rekan-Rekan llmu Komunikasi 2012 Ratu, Jannah, Nina, Mutia, Aci, Rahel, Ayel, Bani, Tio, Mahda, Risky, Gian, Rengga, Putri Dwi, Hardi, Ardi, Awal, Cici, Bella, Disa, Emil, Juan, Fikri, Azi, Juan, Roy, Nida, Mety, Nissa, Dania, Putri, Hasti, Rezza, Rahmat, daan Dwi yang berjuaang untuk lulus dari Untirta secepat mungkin 13. Fosmai angkatan 2010 - 2014, Bang Hen, Teh Nur, Bang Nayev, Bang

  Katno, Bang Cahyo, Teh Lulu, Teh Mpes, Raidhil, Bang Dindin, Muyas, Ririn, Ida, Nadia, Mike, Yanah, Azmi, Imam, Ali, Yandi, Mirza, Vina, Dhika, Farkhi, Adhi, Alif, Agus, dan teman - teman fosmai yang lain yang selalu mengingatkan agar tidak lupa bersyukur kepada Allah SWT

  14. Teman dan kerabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Allah SWT, terimakasih untuk segalanya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan lainnya.

  Wassalamualikum Wr. Wb.

  Serang, November 2016 Penulis

  

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 12

  1.3 Identifikasi Masalah ............................................................................ 12

  1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 13

  1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 13

  1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 13

  1.5.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 13

  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14

  2.1 Perempuan ........................................................................................... 14

  2.2 Perempuan dalam Islam ...................................................................... 18

  2.2.1 Hakikat penciptaan perempuan .................................................. 19

  2.2.2 Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Islam ......................... 21

  2.2.2 Hak - hak Perempuan dalam Berbagai Bidang ........................... 24

  2.3 Varian Pemikiran Islam tentang Perempuan ........................................ 33

  2.3.2 Perempuan dalam Pemikiran Islam liberal ................................. 39

  2.3.3 Perempuan dalam Pemikiran Islam Moderat .............................. 42

  2.4 Representasi ........................................................................................ 46

  2.5 Novel .................................................................................................. 47

  2.6 Semiotika ............................................................................................ 49

  2.7 Semiotika Roland Barthes ................................................................... 51

  2.8 Kerangka Berpikir ............................................................................... 59

  2.9 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 61

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 68

  3.1 Metode Penelitian ................................................................................ 68

  3.2 Fokus Penelitian .................................................................................. 70

  3.3 Teknik Pengumpulan data ................................................................... 70

  3.3.1 Studi Pustaka .............................................................................. 70

  3.3.2 Dokumentasi .............................................................................. 71

  3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................... 72

  3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian .............................................................. 74

  

BAB IV ANALISIS .......................................................................................... 75

  4.1 Objek Penelitian .................................................................................. 75

  4.1.1 Novel ........................................................................................ 75

  4.1.2 Perempuan dalam Novel ............................................................ 76

  4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 82

  4.2.1 Analisis Semiotika .................................................................... 98

  4.2.2 Makna Denotasi ........................................................................ 99

  4.2.3 Makna Konotasi ...................................................................... 102

  4.2.4 Makna Mitos ........................................................................... 104

  4.4 Pembahasan ...................................................................................... 106

  4.4.1 Novel sebagai Sarana Merepresentasikan

  4.4.2 Pemikiran Islam Moderat dan Perempuan dalam Novel Ratu yang Bersujud .......................... 109

  

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 117

  5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 117

  5.2 Saran ................................................................................................. 119

  

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 121

LAMPIRAN ................................................................................................... 123

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 128

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Peta Tanda Roland Barthes

  58 Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

  63 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

  74 Tabel 4.1 Orasi Pembebasan perempuan dari moral agama dan pemakaian hijab

  82 Tabel 4.2 Peta Tanda Roland Barthes pada Kalimat Pembebasan perempuan dari moral agama dan pemakaian hijab

  83 Tabel 4.3 Penggolongan Tanda

  84 Tabel 4.4 Kewajiban beribadah bagi muslim

  85 Tabel 4.5 Peta Tanda Roland Barthes pada Kewajiban beribadah bagi muslim

  86 Tabel 4.6 Penggolongan Tanda

  87 Tabel 4.7 Hubungan laki

  88

  • – laki dan perempuan dalam Islam

Tabel 4.8 Peta Tanda Roland Barthes pada hubungan antara laki

  • – laki dan perempuan dalam Islam

  89 Tabel 4.9 Penggolongan Tanda

  90 Tabel 4.10 Peran perempuan dalam rumah tangga

  92 Tabel 4.11 Peta Tanda Roland Barthes pada Pertanyaan Charlotte seputar peran perempuan dalam rumah tangga

  93 Tabel 4.12 Penggolongan Tanda

  93 Tabel 4.13 Hak mendapatkan ilmu dan pendidikan serta hak dasar politik

  95 Tabel 4.14 Peta Tanda Roland Barthes pada Hak mendapatkan ilmu dan pendidikan serta hak dasar politik

  96 Tabel 4.15 Penggolongan Tanda

  97

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Signifikansi Dua Tahap Roland Barthes

  53 Gambar 2.2 Peta Tanda Roland Barthes

  58 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

  72 Gambar 4.1 Cover Novel Ratu yang Bersujud

  75

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Ada anggapan dari masyarakat bahwa perempuan cenderung emosional, irasional dalam berpikir, tidak dapat mengambil keputusan sehingga perempuan selalu ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan strategis dalam masyarakat

  1

  atau dianggap sebagai . Pandangan ini pada akhirnya

  “second person”

  juga memposisikan perempuan lebih rendah dari laki-laki. Perempuan dipandang kurang mampu sehingga diberi tugas yang ringan dan mudah. Bagi perempuan sendiri, tersubordinasi dalam kehidupan membuat mereka merasa seperti seorang

  2

  pembantu bagi laki-laki . Bentuk subordinasi akibat perbedaan jender ini bermacam-macam, berbeda menurut tempat dan waktu. Praktik subordinasi sendiri sebenarnya bermula dari kesadaran gender yang tidak adil dalam masyarakat.

  Bersamaan dengan marginalisasi dan stereotip yang diderita oleh kaum perempuan, mereka juga masih mengalami subordinasi dalam kehidupan 1 bermasyarakat. Perempuan tidak diberikan hak untuk terlibat dalam keputusan-

  

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengatar dan Terapan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007). hlm.274 keputusan penting masyarakat atau bahkan kehidupan pribadinya. Perempuan dianggap tidak cakap dalam memimpin masyarakat. Perempuan hanya harus mengurus anak dan suaminya, terlepas dari terlibat atau tidaknya mereka dalam mencari nafkah keluarga mereka wajib dan mutlak bertugas untuk mengurus

  3

  anak-anak, suami dan keluarganya Perempuan dicitrakan sebagai makhluk lemah dan menempati peran yang tidak membahagiakan (dari aspek fisik), serta lebih rendah daripada laki-laki jika dilihat dari pandangan laki-laki dan lingkungan masyarakat. Citra perempuan itu berada dalam masyarakat patriarki yang memiliki ideologi gender. Ironisnya,

  4

  perempuan menerima hal itu sebagai sesuatu yang semestinya terjadi Perempuan dengan segala posisi dan keadaannya selalu menjadi obyek pembahasan menarik bagi banyak kalangan. Persepsi masyarakat bahwa perempuan lebih rendah statusnya dari laki laki dapat memicu munculnya diskriminasi jenis kelamin yang menyebabkan perempuan termajinalkan,

  5 meskipun tidak setiap marginalisasi perempuan disebabkan ketidakadilan gender .

  Munculnya berbagai ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan di atas, disebabkan oleh banyak faktor yaitu salah satunya karena adanya sifat - sifat 3 tertentu (stereotype) pada kaum perempuan yang cenderung merendahkan,

  Dyah Purbasari Kusumaning Putri, Sri Lestari , “PEMBAGIAN PERAN DALAM RUMAH TANGGA 4 PADA PASANGAN SUAMI ISTRI”, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No. 1, Februari 2015: 72-85

Faninda Zenitsa “Representasi Perempuan (Studi Semiotika Tentang Representasi Perempuan Dalam Novel “Perempuan Keumala” karya Endang Moerdopo), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , UPN, 2010, hlm 1 misalnya, bahwa perempuan itu lemah, lebih emosional ketimbang mengedepankan nalar, cengeng, tidak tahan banting, tidak patut hidup selain di dalam rumah, dan sebagainya. Berdasarkan pelebelan sifat-sifat manusia kelas dua inilah ketidakadilan terjadi atas mereka.

  Kepercayaan agama juga membentuk sikap terhadap perempuan. Interpretasi umum ajaran agama Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia adalah bahwa laki-laki merupakan pemimpin. Sistem nilai dan budaya selanjutnya berkontribusi terhadap langgengnya patriarki yang telah melekat dari generasi ke generasi, yang membuat posisi perempuan dibawah superioritas laki-laki, Istilah patriarki sendiri digunakan untuk menggambarkan dominasi laki-laki atas perempuan di dalam keluarga dan pada akhirnya berlanjut pada dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya.

  Islam menempatkan Laki-laki dan perempuan sebagai manusia yang

  6

  memiliki posisi seimbang dan sama . Islam juga tidak membuat perempuan merasa berdosa ketika harus terlibat dalam berbagai aktivitas sosial. Hanya saja, Islam mewarnainya dengan adab- adab syar‟i sebagaimana berbagai aktivitas lain. Islam meletakkan panduan bagi perempuan yang dapat menjaga diri berikut masyarakatnya, misalnya menutup aurat, larangan berduaan (berkhalwat), pemberian batas-batas ikhtilath dan hal lain yang terkait dengan keterlibatan perempuan dalam aktivitas sosial.

6 Maslamah dan Suprapti Muzani

  , “KONSEP-KONSEP TENTANG GENDER PERSPEKTIF ISLAM”, Islam telah menerapkan persamaan hak antara kaum perempuan dan pria. Setiap orang muslim berhak mendapatkan pendidikan yang tinggi. Hasilnya banyak muslimah (perempuan muslim) yang berhasil menjadi dokter, guru, dosen, insinyur, dan lain-lain. Dalam rumah tangga perempuan bukan menjadi pelayan atau budak suaminya tetapi perempuan menjadi mitra laki-laki dan mempunyai peranan penting dalam menjaga dan memelihara keutuhan rumah tangganya. Bahkan seorang perempuan akan menjadi ibu yang melahirkan dan membentuk

  7 sebuah generasi yang dapat menentukan sebuah masyarakat .

  Islam sudah lebih dulu menyamakan derajat perempuan dan laki-laki, dan yang membedakan hanyalah kadar ketakwaan mereka. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13;

  “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

  Dalam tafsir ibnu katsir pada surat Ali imraan ayat 195 disebutkan Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di

7 La Jamaa

  , “ADVOKASI HAK-HAK ISTRI DALAM RUMAH TANGGA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”, bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang

  8 baik.” (QS. Ali Imran: 195).

  Secara umum, perempuan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan bukan hanya lagi sekedar penghuni rumah tangga saja tetapi juga menyatakan fungsinya dalam pembangunan. Di era globalisasi ini perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami akan tetapi, peempuan juga dapat beperan di dalam ranah politik, ekonomi dan sosial. Bisa kita lihat dari banyaknya perempuan karir di Indonesia dan juga banyaknya perempuan yang menenpati posisi strategis di Indonesia seperti menteri menteri dan juga gubernur

  9

  serta adanya 30% keterwakilan perempuan dalam parlemen . Ini merupakan bukti bahwa perempuan memiliki kesempatan yang seluas - luasnya untuk berkiprah baik dalam keluarga maupun masyarakat. Artinya, Islam telah memosisikan perempuan di tempat mulia sesuai dengan kodratnya. Dr. Yusuf Qardhawi pernah mengatakan, “Perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Jadi, mana mungkin keluarga dan masyarakat itu baik jika

  10

  perempuannya tidak baik” Melihat fenomena tersebut, semua ini sangat jauh berbeda dengan realitas kehidupan perempuan di dunia barat, baik di negara Eropa maupun Amerika. 8 Perempuan lebih diidentikkan sebagai makhluk yang lemah. Karena itu, muncul

  AlQuranMulia, Tafsir ibnu katsir Surah Ali Imraan 195, diakses dari

pada

9 tanggal 28 Februari 2016 pukul 17.07 Yenti Afrida

  , “KETERWAKILAN PEREMPUAN DI PARLEMEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM”, Jurnal 10 Ilmiah Kajian Gender, h.241 Yusuf Qordhawi, Fatwa- Fatwa Kontenporer Jus II, alih bahasa As’ad Yasin, (Jakarta: Gema

  gerakan kesetaraan gender dan feminisme. Mereka menuntut persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran perempuan dalam konsep Islam dan sekuler memang sangat signifikan, karena konsep dasar yang saling bertolak belakang.

  Peran perempuan dalam konsep sekuler selalu berorientasikan pada apa yang bisa dihasilkan dalam bentuk materi, seperti pendapatan, keterwakilan perempuan dalam parlemen, dan lain sebagainya. Padahal, Islam sangat menghormati perempuan baik sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.

  Sebagai keluarga, seorang perempuan memiliki peranan penting, yakni melahirkan, mengasuh, dan mendidik anak. Tidak heran ada yang mengatakan, “Ibu merupakan sekolah pertama. jika anda mempersiapkan perempuan dengan baik, maka anda telah mempersiapkan masa depan bangsa dengan baik.” Menurut Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA., Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), perempuan sebenarnya tidak dilarang agama untuk menjadi

  11 pintar . Justru seorang ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya.

  Seorang anak biasanya selalu melihat sosok ibu sebagai idola dan teladan, karena frekuensi kebersamaan ibu dengan anak cenderung lebih banyak daripada dengan sang ayah. Islam sangat menganjurkan perempuan untuk menuntut ilmu. Seorang perempuan pandai sangat diperlukan keluarga untuk mendidik dan mengajarkan ilmunya kepada sang anak, bahkan Islam tidak melarang perempuan menjadi 11 pemimpin, sebagaimana Ratu Balqis yang berhasil memimpin negaranya. Ini

  Kompasiana, “Peran ibu bagi anak menurut Islam”, diakses dari merupakan bukti bahwa perempuan pun bisa memimpin. Islam memperbolehkan perempuan memimpin di luar rumah, tapi tidak untuk di dalam rumah tangga., karena sudah kodratnya bahwa lelaki (suami) adalah pemimpin bagi perempuan (istri) dan keluarganya tanpa terkecuali.

  Saat ini banyak penulis di Indonesia yang menggunakan novel sebagai media mereka untuk menyampaikan protes atas ketidakadilan gender yang dialami kaum perempuan. Sebagai salah satu jenis buku yang merupakan bentuk dari media massa, melalui novel seseorang dapat menyampaikan pemikiran dan pendapatnya kepada khalayak luas. Novel merupakan sebuah teks naratif kisah yang merepresentasikan suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan nyata atau untuk memancing imajinasi seseorang (Danesi, 2010 : 75). Novel merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat karena daya komunikasinya yang luas dan daya imajinasinya yang menarik. Melalui novel penulis mencoba menyampaikan pesan kepada pembaca melalui isi cerita dalam novel, pesan yang disampaikan oleh penulis bisa berupa ide-ide atau pandangan sang penulis mengenai keadaan sosial lingkungan sekitarnya, kritikan tentang sesuatu, maupun gagasan mengenai sesuatu hal yang baru.

  Novel sebagai salah satu bagian dari media massa memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi dan wacana, termasuk informasi dan wacana tentang perempuan. Dewasa ini banyak penulis novel Indonesia yang menyuarakan gerakan feminisme lewat karyanya, Kehadiran para penulis dalam ranah kesusastraan mencoba untuk memperlihatkan adanya perubahan sikap dalam menempatkan posisi dan peranan perempuan dalam kehidupan masyarakat melalui karya - karyanya. Tema yang diangkat dalam sejumlah karya para penulis tentang perempuan pada masa ini adalah kebanyakan mengangkat tema mengenai gerakan feminism yang bertujuan untuk melawan nilai

  • – nilai perempuan dalam Islam yang bertentangan dengan kaum feminisme dan ketidaksetaraan terhadap perempuan.

  Dari semua penjelasan di atas, lewat salah satu nove l “Ratu yang Bersujud ” penulis menemukan banyaknya pertanyaan pada bagaimana pandangan Islam menilai perempuan untuk mengetahui derajat kaum perempuan di tengah maraknya isu gender seperti, Mengapa perempuan harus memakai jilbab? Mengapa perempuan harus mengurusi rumah tangga? Bagaimana kedudukan perempuan di dalam Islam? Dan bagaimana lainnya menjadi pertanyaan yang lumrah dipertanyakan oleh kaum feminism, sebagian kaum non muslim bahkan umat muslim sendiri. Ada beberapa kalimat yang dinyatakan dalam novel ini yang sangat terlihat bagaimana penggambaran perempuan dalam Islam.

  “apakah kalian puas dengan keadaan kalian saat ini wahai kaum perempuan?!” matanya begitu tajam dalam menyampaikan orasinya tersebut. “kami berjuang untuk emansipasi, kesetaraan! Kami ingin suara kami didengar, kami tidak ingin direndahkan sebagai perempuan! Tempat kami bukan hanya didapur. Tugas kami bukan hanya mengurus suami dan anak. Lebih dari itu semua, kami ingin keadilan. Tempat yang sama dan sejajar dengan kaum pria! hapuskan semua bentuk poligami yang menyengsarakan kaum perempuan, bebaskan perempuan dari hijab dan tradisi kolot! Bebaskan kaum perempuan dari moral

  • – moral agama

  12 yang mengekang! Inilah yang memang sedang banyak disuarakan oleh kaum perempuan yang membenci Islam di seluruh dunia, perempuan melihat adanya pengekangan dan ketidakadilan gender dengan kaum laki

  • – laki dikarenakan adanya subordinasi (penomorduaan) anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mau memimpin, cengeng, mengakibatkan perempuan menjadi nomor dua setelah laki
  • – laki, lalu pada kalimat selanjutnya “Islam hadir dengan membawa harapan bagi tegaknya keadilan.

  Perempuan bukan lagi dianggap sebagai benda, tapi lebih jauh. Ia adalah mitra kaum lelaki. Perempuan telah menjadi subjek hukum. Rasulullah bersabda, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Ini bukti bahwa perempuan memiliki hak untuk mencari ilmu dan kesempatan meraih pendidikan yang sama dengan kaum laki – laki. “Kemudian Allah berfirman dalam Alqur‟an. Bismillahirrahmanirrahim. Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan

  • – perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan allah,
  • > tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada
  • – adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ayat tersebut menjadi bukti perempuan dalam Islam benar
  • – benar telah menjadi subjek hukum dan dapat menentukan

  13 pilihannya sendiri. Mereka memiliki hak dasar politik .”

  Ini sesuai dengan realitas masyarakat pada saat ini contohnya adanya peran perempuan dalam ranah politik dan Negara dengan adanya menteri

  • – menteri perempuan dan juga gubernur perempuan bahkan presiden perempuan, ini terlihat sekali bahwa Indonesia dengan mayoritas orang beragama Islam, telah menerapkan konsep Islam yang melihat tidak adanya perbedaan antara laki
  • – laki dan perempuan.
Lebih lanjut Charlotte ingin mengetahui secara mendalam bagaimana nilai

  • – nilai perempuan dalam agama Islam yang selama ini selalu dianggap tidak adil oleh kalangan kaum feminism. Ia ingin keluar dari komunitas feminis, ia merasa jenuh banyak hal yang ia perjuangkan atas nama perempuan justru memiliki tujuan yang tidak jelas, tidak memiliki substansi sama sekali. Ada susupan ideology yang begitu dendam terhadap ajaran agama, terutama agama Islam. Dan selama ini ia secara tidak sadartelah menjadi seorang agen dalam permainan konspirasi tersebut. Ia tidak memahami Islam, belum mengenal Islamsaat bergabung dengan kaum feminis, tapi dia tanpa ragu menentang Islam dan bagaimana nilai perempuan dalam ajaran Islam dan memposisikan dirinya sebagai musuh nomor satu kaum perempuan. Kemudian Lale hadir. Datang, penuh dengan persahabatan dan rasa keakraban persaudaraan. Ia berhijab, ya, ia berhijab. Ia seorang muslimah dan taat melaksanakan shalat. Penjelasaan tentang hijab, shalat dan nilai
  • – nilai perempuan dalam Islam yang membuat ikatan emosionalnya dengan agama Islam telah tumbuh menghujam jiwanya

  Isi dalam novel ini memperlihatkan adanya bagaimana penggambaran perempuan dari sudut pandang Islam yang selama ini salah diartikan dan banyak yang tidak mengetahuinya. Penulis novel berusaha untuk menggambarkan sosok perempuan dengan menempatkan perempuan sebagai perempuan yang ingin

  • – mendapatkan emansipasi, kesetaraan dan juga derajat yang sama dengan laki laki Menurut Mary Wollstonecraft dalam buku A Vidication of the Rights of

  

Woman seharusnya perempuan mempunyai kebebasan dan hak yang sama setara

  14

  dengan laki-laki . Dengan demikian secara nonverbal, perempuan dalam novel tersebut direpresentasikan atau digambarkan seperti perempuan yang memiliki pandangan feminis dan menginginkan kesetaraan gender.

  Lebih jauh, Mahdavi sepertinya ingin menunjukkan sisi lain dari kehidupan perempuan, sebuah fenomena yang jarang terjadi ketika sosok perempuan yang sudah membulatkan tekadnya dari awal untuk menjadi seorang feminis dengan tekad dan kegigihannya berusaha keluar dari kondisi tersebut untuk memeluk agama Islam. Novel

  “Ratu yang Bersujud” juga menyuarakan resistensi kaum perempuan melalui tokoh Charlotte.

  Karya ini juga menampilkan permasalahan dan resistensi perempuan yang dikenal dengan women issues. Permasalahan yang dianggap sebagai sesuatu yang aktual, yang sering dibicarakan dan dibahas. Dalam seminar, gerakan-gerakan perempuan, dunia pendidikan dan juga di media massa. Ini karena women issue dianggap berkaitan dengan pandangan masyarakat yang secara tidak langsung merugikan kaum perempuan.

  Penulis tertarik untuk meneliti bukan karena kualitas novel yang hendak peneliti teliti, melainkan karena tema yang diangkat novel tersebut menemukan beberapa fenomena komunikasi yang dinilai cukup menarik jika dibahas dengan menggunakan perspektif ilmu komunikasi, karena komunikasi pada dasarnya 14 merupakan interaksi antara pribadi yang menggunakan system symbol linguistic,

  

Faninda Zenitsa “Representasi Perempuan (Studi Semiotika Tentang Representasi Perempuan Dalam Novel “Perempuan Keumala” karya Endang Moerdopo), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu misalnya meliputi verbal, kata-kata, para verbal, dan non verbal. Sehingga novel ini menarik untuk diteliti dalam kajian penelitian semiotik Roland Barthes, metode semiotik Roland Barthes menitikberatkan pada hubungan penanda dan petanda, denotative, konotatif, mitos dan sistem sosial yang ada pada novel, melalui kata dan kalimat yang bersifat atomistis.

  Pada penelitian ini yang mendasari penulis untuk menganalisa konsep nilai perempuan dalam Islam dari 2 tokoh perempuan yang terdapat dalam novel ”Ratu

  yang Bersujud

  ” karena 2 tokoh perempuan ini memiliki peran yang sentral dan dapat menimbulkan tanda tanya besar dimana dalam feminisme barat tujuan utamanya adalah ingin melepaskan diri dari cengkeraman kaum laki

  • – laki dan Islam yang ternyata diturunkan untuk mengatasi permasalan tentang ketidakadilan gender yang selama ini menjadi permasalahan kaum feminisme.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Representasi Nilai Perempuan dalam Islam yang terdapat pada novel Ratu yang Bersujud ?

  1.3 Identifkasi Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat di identifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana makna denotasi nilai perempuan dalam Islam pada novel Ratu

  yang Bersujud? 2.

  Bagaimana makna konotasi nilai perempuan dalam Islam pada novel Ratu

  yang Bersujud? 3.

  Bagaimana makna mitos nilai perempuan dalam Islam pada novel Ratu

  yang Bersujud?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah representasi nilai perempuan dalam Islam pada novel Ratu yang Bersujud

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis Memberi gambaran bagaimana perempuan dalam novel Ratu yang

  Bersujud digambarkan untuk bacaan di masyarakat dan untuk memperkaya

  wawasan tentang persoalan perempuan di masyarakat serta penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai dasar bagi studi - studi selanjutnya mengenai analisis semiotika dalam novel

  1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Perempuan

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perempuan adalah jenis kelamin, yakni orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih saying karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan

  • – kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.

  Kata perempuan dalam tinjauan etimologis, berasal dari kata empu yang berarti 'tuan', 'orang yang mahir/berkuasa', atau pun 'kepala', 'hulu', atau 'yang paling besar' maka, kita kenal kata empu jari 'ibu jari', empu gending 'orang yang

  15

  mahir mencipta tembang' . Kata perempuan berhubungan dengan kata ampu 15 'sokong', 'memerintah', 'penyangga', 'penjaga keselamatan', bahkan 'wali'; kata

  Sudarwati, D Jupriono, Betina, Wanita, Perempuan:Telaah Semantik Leksikal, Semantik

Historis, Pragmatik diakses daripada 6 mengampu artinya 'menahan agar tak jatuh' atau 'menyokong agar tidak runtuh'; kata mengampukan berarti 'memerintah (negeri)'; ada lagi pengampu 'penahan, penyangga, penyelamat', sehingga ada kata pengampu susu 'kutang' alias 'BH'.

  Kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan, kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya „sapaan hormat pada perempuan‟, sebagai pasangan kata tuan „sapaan hormat pada lelaki‟ (Sudarwati dan Jupriono, 2000). Nah pada konteks itulah maka perempuan mendapat tempat kehormatan, lebih bermartabat dan tidak diposisikan di lapisan bawah. Persepsi terdahulu yang dilandasi kultur feodalisme konvensional tidak lagi mendapatkan tempat, karena keberadaan perempuan sebagai kaum feminin semakin dihormati, di junjung tinggi dan berperan sejajar dengan laki – laki.

  Pemahaman kebudayaan menyangkut persoalan perempuan, status dan perannya dalam kehidupan sosial sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan keadaan dan waktu. Juga tergantung pada bagaimana pemahaman-pemahaman tersebut berhubungan dengan posisi kaum perempuan di berbagai komunitas. Para antropolog sekalipun, yang tengah menyelidiki posisi perempuan dalam perkembangan masyarakat secara tidak sadar ikut dalam perdebatan menyangkut asal-usul dan universalitas keterpinggiran kaum perempuan. Dengan begitu kajian terhadap hubungan hierarkis antara laki-laki dan perempuan menjadi penting.

  Laki-laki dan perempuan secara alamiah, bilogis dan genetis berbeda, adalah sebuah kenyataan, sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat diubah. Akan tetapi yang kemudian melahirkan perdebatan adalah ketika perbedaan secara alamiah ini lalu kemudian menimbulkan pemahaman yang beragam pada tiap orang dan kelompok masyarakat. Perbedaan pemahaman ini selanjutnya dikenal dengan konsep gender, yaitu beberapa sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dan kultural(Fakih, 1997:8).

  Misalnya stereotype perempuan yang dikenal lemah lembut, keibuan, emosional atau lebih sabar. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa dan sebagainya. Stereotype seperti ini dapat dipertukarkan dan bisa jadi berbeda pada masing-masing masyarakat, tergantung pada budaya dan sistem nilai yang dibangun.

  Ketertindasan perempuan, secara antropologis, dipandang oleh Sherry Ortner(dalam Moore, 1998:30) disebabkan oleh sebuah sistem nilai yang

  16

  diberikan makna tertentu secara kultural . Ortner menempatkan ketertinggalan perempuan pada tataran ideologi dan simbol kebudayaan. Dalam budaya universal, ketertindasan perempuan, menurut Ortner merupakan manivestasi dari pemahaman antara budaya dan alam yang kemudian dibandingkan dengan posisi laki-laki dan perempuan pada peran sosialnya. Secara umum, kebudayaan memberikan pembedaan antara masyarakat manusia dan alam. Kebudayaan berupaya mengendalikan dan menguasai alam yang selanjutnya dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Oleh sebab itu kebudayaan berada pada posisi superior dan alam dipihak inferior. Kebudayaan diciptakan untuk menguasai, 16 mengelola dan mengendalikan alam untuk mempertahankan kelangsungan

  perempuan dalam perspektif budaya, diakses dari

pada 7 Maret kehidupan masyarakat. Dalam hubungannya dengan laki-laki dan perempuan, maka perempuan selalu diasosiasikan dengan alam, dan laki-laki diasosiasikan dengan kebudayaan. Oleh karenanya merupakan suatu hal yang alami jika perempuan berada pada posisi yang dikontrol, dikendalikan dan dikuasai. Konsep ini ada kesamaan dengan konsep orang Turki tentang perempuan, bahwa perempuan diasosiasikan dengan tanah dan laki-laki diasosiasikan dengan benih(padi) sebagai pemahaman atas reproduksi(Robbins, 1997:11)

  Pendekatan lain yang bisa dipakai untuk memahami penindasan terhadap perempuan adalah analisis Karl Marx(dalam Heilbroner, 1991:34) tentang kekuasaan kelas. Marx melihat bahwa politik ekonomi kapitalisme sebagai biang keladi kehancuran dan ketertindasan sebagian besar warga masyarakat.