BAB I PENDAHULUAN - Aliftina Retno Wulandari BAB I

  terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China dan Amerika Serikat. Senada dengan WHO, International Diabetes Foundation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Laporan tersebut menunjukkan peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI, 2011).

  Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 4,7% dari populasi nasional dan diperkirakan akan mencapai 5,9% dari populasi nasional pada tahun 2030 (Whiting et al, 2011). Diperkirakan antara tahun 2010 dan 2030 akan ada peningkatan sebesar 69% pada Negara sedang berkembang dan meningkat 20% pada negara maju(Shaw et al, 2009).

  Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita DM yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi DM di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06%lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2013 prevalensi DM di Provinsi Jawa Tengah sebesar 6,3% (Dinkes Jateng, 2013).

  Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, pada tahun 2014 data jumlah penderita DM di Wilayah KabupatenBanyumas adalah 1.599 kasus dimana jumlah penderita DM tipe II sebanyak 1.417 kasus (Profil Dinkes Banyumas, 2014). Hasil studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas diperoleh data kunjungan penderita DM di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran pada tahun 2015 data kunjungan pasien sebanyak 131 orang.

  Pengukuran faktor risiko DM dilakukan terhadap masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko yang disebutkan pada konsensus PERKENI 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang lingkup faktor risiko DM dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain yaitu usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.

  Faktor yang dapat dimodifikasi antara lain adalah obesitas, kurangnya aktifitas fisik, hipertensi dan merokok (Rakhmadany, 2010).

  Upaya pengelolaan DM yang lebih baik, terencana, dan berkelanjutan harus dilaksanakan berdasarkan 4 pilar utama pengelolaan DM, yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan penyuluhan (Weiss at.al, 2006). Berdasarkan American

  Diabetes Association (2006) dalam Standar of Medical Care in Diabetes-

  2006, dijelaskan bahwa untuk meningkatkan kontrol glukosa darah, menjaga berat badan ideal, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, dapat dilakukan 2 jenis program latihan jasmani jalan kaki (Fauzi, 2012). Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total 150 menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien (PERKENI 2015).

  B. Rumusan Masalah Dari uruaian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah agar penelitian ini dapat dilakukan sebaik-baiknya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

  “Apakah ada Perbedaan

Efektifitas Senam Kaki Dengan Terapi Jalan Terhadap Penurunan Gula Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas I Kembaran Banyumas?” C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas senam kaki denganterapijalan terhadap penurunan gula penderita diabetes mellitus di Puskesmas I Kembaran Banyumas.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui efektifitas senam kakiterhadap penurunan gula penderita DM di wilayah kerja Puskemas I Kembaran.

  b. Mengetahui efektifitas terapi jalan terhadap penurunan gula penderita DM di Puskesmas I Kembaran Banyumas.

  c. Mengetahui perbedaan efektifitas senam kakidengan terapi jalan terhadap penurunan gula penderita DM di Puskesmas I Kembaran Banyumas.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Instansi Puskesmas Memberikan informasi kepada pihak puskesmas untuk lebih meningkatkan upaya dalam mensosialisasikan pentingnya olahraga senam kaki diabetes dan terapijalan untuk mengontrol kadar gula darah dan juga mencegah komplikasi kepada penyandang DM.

  2. Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Sebagai pengetahuan bagi mahasisa keperawatan bahwasanya senam kaki diabetes dan terapijalan mempunyai pengaruh terhadap penurunan kadar gula darah penyandang DM sehingga dalam peran perawat sebagai edukator mengajarkan penyandang DM untuk melakukan senam kaki diabetes dan terapi jalan.

  3. Peneliti Untuk menambah wawasan dan memperoleh pengalaman dalam penelitian di bidang keperawatan khususnya sesuai dengan judul yang diangkat yaitu Perbedaan Efektifitas Senam Kaki Diabetes Dengan TerapiJalan Terhadap Penurunan Gula Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas I Kembaran Banyumas.

  4. Klien Hasil penelitian digunakan sebagai informasi baik kepada klien maupun masyarakat luas tentang manfaat senam kaki diabetes dan terapi jalan dalam penatalaksanaan penyakit DM yaitu dapat mengontrol kadar gula darah.

  E. Penelitian Terkait

  1. Wahyu (2013) Pengaruh Jogging Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Klien

  Diabetes Mellitus Tipe II Di Kelurahan Gebang Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Jember. Desain penelitian ini menggunakan pre eksperimental dengan menggunakan pendekatan one group pretest- postest yang menggunakan satu kelompok eksperimen tanpa adanya kelompok pembanding (kontrol). Kelompok eksperimen tersebut akan diberikan intervensi selama 4 hari dan diukur kadar gula darahnya sebanyak 2 kali yaitu sebelum diberikan intervensi (pretest) dan sesudah diberikan intervensi (post test). Besar sampel dalam penelitian ini adalah 11 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan sekitar Kelurahan Gebang dan salah satu rumah sampel (responden) yang berada di Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Analisis data menggunakan uji t- test dependent.

  Penelitian yang akan dilakukan sama dengan penelitian sebelumnya dengan mengidentifikasi perubahan kadar gula darah dengan latihan fisik berupa olahraga.

  2. Adi (2015) Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kadar Glukosa Darah

  Pada Pasien Diabetes Melitus. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sample sebanyak 68 orang yang mengikuti kegiatan olahraga jalan santai di Prolanis Padimas Surakarta. Pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling. Kegiatan jalan santai dilakukan sejauh 2 km dengan waktu tempuh 30 menit. Hasil uji statistik beda pemeriksaan glukosa sebelum dan sesudah kegiatan olahraga jalan santai menggunakan uji paired t test didapatkan hasil p<0,001 yang menunjukan bahwa hasil signifikan atau bermakna dan memiliki nilai korelasi adalah 0,963 yang menunjukan memiliki pengaruh yang sangat kuat.

  Persamaan penelitian di atas adalah sama-sama penelitian tentang pengaruh jalan kaki terhadap kadar glukosa darah pada pasien DM.

  Perbedaan penelitian di atas adalah perbandingan efektifitas senam kaki diabet dengan terapi jalan kaki terhadap kadar glukosa darah pasien DM.

  3. Hidayat (2013) Perbandingan Pengaruh Terapi Jalan Kaki Dan Senam Diabet Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus.

  Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 7 penderita diabetes melitus untuk senam diabet, dan 7 penderita diabetes melitus untuk terapi jalan kaki di Desa Cikandang Kabupaten Kuningan. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian ini terapi senam diabet memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penurunan kadar gula penderita diabetes melitus dibandingkan dengan terapi jalan kaki.

  Persamaan dengan penelitian diatas adalah sama-sama meneliti tentang diabetes melitus tipe II.

  Perbedaan dengan penelitian di atas adalah perbandingan efektifitas senam kaki dengan terapi jalan kaki terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada pasien DM tipe II.

  4. Adiyanto (2016) Perbandingan Efektifas Senam Diabetes Dengan Senam Kaki

  Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien DM Tipe II DI Puskesmas I Bukateja. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukan senam diabetes lebih efektif menurunkan kadar gula darah pada pasien DM tipe II.

  5. Nur (2015) Perbedaan Efektifitas Senam Diabetes Dengan Senam Kaki Diabet

  Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan static group comparison yaitu suatu rancangan penelitian yang menggunakan dua kelompok subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senam diabetes mellitus maupun senam kaki sama-sama efektif menurunkan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II, namun demikian penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang dilakukan senam diabetes mellitus lebih tinggi dibanding senam kaki.

  Persamaan dengan penelitian diatas adalah sama-sama meneliti tentang diabetes melitus tipe II.

  Perbedaan dengan penelitian di atas adalah perbandingan efektifitas senam kaki dengan terapi jalan kaki terhadap penurunan kadar gula darah sewaktu pada pasien DM tipe II.