BAB I PENDAHULUAN - NOVITA WIEKA APRIHATUN BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses

  kehidupan setiap mahluk sosial yaitu manusia, karena pendidikan dapat membuat manusia menjadi manusia yang berkualitas serta dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Suatu potensi penting dan perlu dikembangkan dalam sebuah pendidikan disekolah salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis.

  Salah satu ilmu dasar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah matematika.Hal ini tertera di dalam peraturan Menteri No 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mata pelajaran matematika, yang menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sisitematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan berkerjasama. Sehingga kemampuan tersebut menjadi sebuah sorotan dalam dunia pendidikan matematika di kelas. Akan tetapi kemampuan tersebut jarang dikembangkan, padahal kemampuan tersebut adalah salah satu faktor penting dari tujuan pembelajaran untuk menghadapi persoalan-persoalan secara kritis.

  1 Menurut Ennis (Kuswana, 2011) berpikir kritis adalah berpikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Hal ini merupakan titik penting tentang bagaimana berpikir kritis berkaitan dengan mengajar dan belajar. Paul (Kuswana, 2011) membedakan dua indra berpikir kritis, pertama yaitu bertolak dari kelemahan berbagai ketrampilan yang dapat digunakan untuk mendeteksi suatu kekeliruan penalaran dan kekuatan di situasi yang paling kompleks, kedua menyatakan bahwa salah satu tujuan berpikir kritis adalah untuk mengembangkan perspektif peserta didik.Berpikir kritis matematis adalah kemampuan seseorang untuk berfikir secara beralasan dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan, mempertahankan suatu pemikiran dan mengevaluasi keyakinan atau kebenaran yang mendasarinya dengan membuktikannya untuk menentukan sebuah keputusan yang tepat dan sistematis dalam menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan matematika. Dalam pembelejaran sekarang ini siswa belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis secara sempurna, karena kebanyakan siswa dalam belajar hanya menghafal materi tanpa memikirkan proses yang mengarah kepada proses berpikir kritis.

  Peran guru dalam pembelajaran matematika akan merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada proses pembelajaran matematika dikelas, disini guru berperan bukan hanya membuat siswa agar memberikan jawaban yang benar dengan cara meniru tetapi membantu siswa mengungkapkan bagaimana proses yang berjalan dalam pikirannya ketika memecahkan sebuah permasalahan matematika, misalnya guru meminta siswa menceritakan alur atau langkah penyelesaian untuk mendapatkan sebuah solusi dari permasalahan tersebut, dengan begitu siswa dapat mengerti dan lebih memahami apa yang harus dilakukan saat menyelesaikan masalah matematika atau guru dapat memberikan sebuah pernyataan yang membuat siswa mengeluarkan argumennya mengenai soal tersebut. Oleh karena itu siswa tidak hanya mengerti jawaban masalah matematika tersebut tetapi juga mengerti sebuah proses atau langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan matematika serta argumen yang baik untuk menyelesaikan soal tersebut. Sehingga untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa guru dapat memberikan soal yang penyelesaiannya mengarah kepada kemampuan berpikir kritis, karena apabila dalam belajar matematika siswa dibiaskan berpikir secara kritis maka tingkat pemahaman siswa akan semakin meningkat sehingga pada saat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi siswa sudah dapat berpikir secara kitis.

  Dengan pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, maka siswa juga harus berusaha lebih baik untuk menguasai kemampuan berpikir kritis. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan berpikir kritis yaitu dengan memahami karakteristik siswa. Salah satu karakterisitik siswa yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran yaitu berkenaan dengan tipe kepribadian siswa. Menurut Santrock (2008) kepribadian adalah pemikiran, emosi, dan perilaku khas seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu tipe kepribadian siswa dalam sebuah kelompok akan terdapat sebuah perbedaan, dimana kebutuhan dari masing-masing siswa juga berbeda hal itu didasari bahwa kepribadian manusia yang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk sikap, cara berpikir maupun cara bertindak siswa dipastikan tidak selalu sama antara individu yang satu dengan yang lainnya, begitu juga dengan karakteristik kepribadian siswa yang berbeda dalam mengikuti proses pembelajaran tentu juga akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pula.

  Menurut Feist (2011) kata kepribadian berasal dari kata personality (bhs. Latin) yang berarti kedok atau topeng, yang dipakai oleh aktor Romawi dalam pertunjukan drama Yunani. Para aktor Romawi memakai topeng (pesona) untuk memainkan peran atau penampilan palsu.Akan tetapi dalam psikolog istilah “Kepribadian” mengacu kepada suatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepribadian diartikan sebagai “keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang. Menurut Sjarkawi (2009) kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan bentukan yang diterima dari lingkungan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan cermin dari karakter seseorang yang paling dominan yang berupa sikap dan tingkah laku yang khas.

  Beberapa ahli menggolongkan kepribadian dalam berbagai macam tipe. Salah satunya Jung (Suryabrata, 2008) menggolongkan tipe kepribadian dalam dua kelompok besar, yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Menurut Zafar & Meenakshi (Hasanah; dkk, 2013), menjelaskan bahwa secara umum orang ekstrovet mempunyai pikiran, perasaan, dan tindakan yang terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Atau dengan kata lain orang ektstrovert pikirannya tertuju ke luar sedangkan orang introvert, pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif dan penyesuaian dengan dunia luar kurang baik. Djali (Pratiwi; Ismail, 2017) berpendapat bahwa seseorang yang berkepribadian ekstrovert tidak sabar menghadapi masalah serta ketika menyelesaikan persoalan tidak menuliskan secara rinci kesimpulan yang diperoleh, sedangkan kepribadian introvert lebih sabar dan menyimpulkan kesimpulan secara rinci.

  Setiap individu mempunyai karakter yang unik. Keunikan yang ada dalam masing-masing individu yang akan membedakan cara berpikir, berperasaan dan bertindak. Menurut Hassoubah (2004), tidak diragukan lagi bahwa latar belakang kepribadianmempengaruhi usaha seseorang untuk berpikir secara kritis terhadap suatu masalah dalam kehidupan. Begitupun dengan para siswa yang ada di SMP Negeri 1 Bobotsari, masing-masing siswa pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda, perbedaan itu sedikit banyak akan berpengaruh pada proses berpikir siswa terutama proses berpikir kritis siswa. Dengan menyadari perbedaan kondisi pada masing-masing siswa, maka pengajar dapat memberikan metodemengajar terbaik untuk masing-masing pribadi siswa. Metode mengajar akan diberikan berdasar proses berpikir yang dimiliki oleh siswa, dan beberapa proses berpikir dapat diselidiki berdasarkan tipe kepribadian.

  Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses berpikir kritis siswa ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, maka akan diteliti bagaimana proses berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diteliti gambaran kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP Negeri 1 Bobotsari berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, untuk itu peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bobotsari Ditinjau dari Tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert”

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert? C.

   Fokus Penelitian

  Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas jangkauannya, maka penelitian terbatas pada gambaran kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert siswa SMP Negeri 1 Bobotsari D.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert siswa SMP Negeri 1 Bobotsari E.

   Manfaat Penelitian

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Bagi siswa Siswa dapat mengetahui gambaran tentang kemampuan matematika terutama kemampuan berpikir kritis matematis.

  2. Bagi guru Sebagai alat evaluasi bagi guru terhadap hasil pembelajaran khususnya tentang berpikir kritis matematis siswanya. Ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

  3. Bagi peneliti Memperoleh ilmu dan pengalaman selama penelitian serta sebagai pelatihan dalam membuat soal yang sesuai standar.